Pesan Rahbar

Home » » Perang Iran-Irak: 25 Tahun Kemudian

Perang Iran-Irak: 25 Tahun Kemudian

Written By Unknown on Friday 19 August 2016 | 18:42:00

Antara 500.000 sampai 1,5 juta orang tewas dalam perang Iran-Irak

Irak menginvasi Iran tanggal 22 September 1980, menyulut perang sengit selama delapan tahun yang menggoyahkan kawasan itu dan menghancurkan kedua negara.

Presiden Irak pada saat itu menyatakan, alasan penyerbuan tersebut adalah pertikaian wilayah Shatt al-Arab, terusan air yang membentuk batas antara kedua negara.

Akan tetapi, konflik itu berakar dari persaigan regional yang sudah berlangsung lama.


Saddam Hussein merasa terancam secara langsung oleh revolusi Islam yang membawa Ayatollah Khomeini ke kursi kekuasaan di Iran setahun sebelumnya.

Sang ulama, melihat Saddam sebagai tiran Sunni yang menindas mayoritas rakyatnya yang beraliran Syiah, dan tidak menyembunyikan harapannya agar Saddam digulingkan.

Karena itu, bagi Saddam Hussein, tujuan perang itu adalah untuk pencegahan: menggulingkan rezim Khomeini sebelum rezim itu berhasil menggulingkannya.

Dia percaya Iran berada dalam situasi kacau dan bahwa pasukannya dapat mencapai kemenangan dengan cepat.

Pandangan itu merupakan kesalahan yang sangat besar.


Perang yang menguras

Sebelum akhir 1982 pasukan Iran telah merebut kembali wilayah mereka dan mendorong pasukan Irak kembali ke negara itu di sepanjang perbatasan.

Khomeini menolak tawaran Saddam Hussein untuk melakukan gencatan senjata.

Jadi walaupun Baghdad memulai perang itu, Khomeinilah yang memperpanjang jalannya konflik.

Konflik itu memuncak menjadi perang yang menguras tenaga, dengan kedua belah pihak menunjukkan bahwa mereka mengabaikan jumlah nyawa yang menjadi korban:
1. Khomeini menjadikan ribuan anak muda korban perang dengan mengirim mereka melakukan serangan "gelombang manusia".
2. Saddam menggunakan senjata kimia terhadap rakyat Iran dan, tahun 1998, terhadap rakyatnya sendiri -warga Kurdi di Halabja- yang dianggapnya sebagai pengkhianat.
3. Dalam "perang antar kota" kedua belah pihak saling membantai rakyat negara lawan dari udara.
4. Dalam "perang antar tanker", kedua belah pihak saling menyerang kapal-kapal tanker minyak dan kapal dagang di Kawasan Teluk untuk menimbulkan kerugian besar dalam bidang perdagangan.

Dan perang antar tanker itu mendorong perang itu menjadi konflik internasional.

Setelah berkali-kali mengalami serangan terhadap kapal-kapalnya dari Iran, Kuwait meminta perlindungan negara-negara dari luar kawasan, kedua negara adikuasa saat itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet, turun tangan.

Walaupun banyak mengalami kehancuran, Saddam Hussein mengklaim kemenangan.

Ini menyebabkan Iran mendapat permusuhan.

Melihat negaranya terkuras tenaganya dan tersisihkan, para pejabat Iran mendesak Khomeini agar menerima gencatan senjata.

Ketika akhirnya Khomeini setuju, bulan Juli 1988, dia mengatakan keputusan itu seperti meminum secangkir racun.


Menghitung biaya perang

Dampak ekonomi dan politik perang itu sangat besar.

Sedikitnya setengah juta orang tewas, walaupun jumlah sebenarnya diperkirakan dapat mencapai satu setengah juta orang.

Kedua belah pihak itu tidak berhasil mencapai tujuan perang mereka.

Khomeini tidak berhasil menggulingkan Saddam. Saddam tidak berhasil menggulingkan Khomeini atau memaksanya mengubah perbatasan sehingga lebih menguntungkan Irak.

Walaupun pemimpin Irak itu menyatakan kemenangan, pada kenyataannya dia hampir mengalami kekalahn, meskipun kemengannya itu dibantu oleh negara-negara lain.

Masalah ekonomi Irak adalah salah satu faktor yang menyebabkan Saddam mengambil keputusan untuk menyerbu Kuwait di tahun 1990 lalu.

Dan dalam peristiwa itu, negara-negara Barat dan kawasan yang membantunya berperang melawan Iran bersatu melawan Irak.

Bagi Iran, konsekuensinya juga tiudak kalah besar.

Perang itu bukan hanya mengorbankan nyawa manusia dan biaya materi.

Perang tersebut memadamkan semangat Revolusi Islam. Hal itu menyebabkan Iran mempertanyakan dengan lebih kritis kemampuan kepemimpinan ulama-ulama mereka.

Dengan wafatnya Khomeini tidak lama setelah perang berakhir, negara itu memasuki era yang baru dan lebih mawas diri.

Perang Iran-Irak meninggalkan pengalaman pahit.

Hanya sedikit konflik modern yang memakan waktu sebegitu lama, sangat berdarah dan sangat sia-sia.

(Reuters/BBC/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: