Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara terkait kerusuhan hingga pembakaran rumah ibadah di Tanjung Balai, Sumatra Utara.
Sekjen MUI, Tengku Zulkarnain menilai, permasalahan di Tanjung Balai merupakan hal yang kecil. Namun, adanya provokasi di media sosial, kasus tersebut semakin meluas hingga menyebabkan kerusuhan.
"Padahal masalah sepele itu bisa diselesaikan di tingkat RT atau RW," kata Tengku saat dihubungi, Senin (1/8).
Tengku mengatakan, ada tiga hal yang memicu kerusuhan tersebut. Yaitu ketidak adilan, ketertindasan, dan ketidakberdayaan umat Islam di Tanjung Balai.
Soal tidak adanya keadilan di Tanjung Balai, Tengku mengatakan, seharusnya masyarakat saling menghargai dan memiliki sikap toleransi khususnya dalam ibadah.
"Adanya ketidakadilan, ketertindasan dan ketidakberdayaan membuat warga yang dipanaskan dengan isu SARA menjadi marah," ujar Tengku.
Tengku mengaku, masyarakat di Tanjung Balai mayoritas beragama Islam. Jadi, kata dia, tidak ada salahnya umat Muslim untuk menyiarkan adzan melalui pengeras suara. Namun, ia juga tidak setuju dengan aksi anarkis yang dilakukan oleh sekelompok massa terhadap rumah ibadah.
"Tidak dibenarkan anarkis, umat manapun itu tindakan yang salah, tapi jangan juga melarang umat Muslim untuk adzan," katanya.
Tengku berharap tidak ada kejadian serupa yang terulang di tempat lainnya. Pemerintah dan aparat keamanan pun diminta untuk segera menyelesaikan masalah tersebut tanpa pandang bulu.
(Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email