Oleh: LA ODE ZULFIKAR TORESANO
(Tulisan ini pernah dimuat dalam http://forumsptn-politico-questionnaire.blogspot.com dalam rangka menyongsong peresmian Forum SPTN pada tanggal 17 Agustus 2007)
“Oh George! Oh George! Pendidikan Texas pasti membuat kamu kurang waras sejak kecil.” Demikian sepenggal lirik lagu leaving Beirut yang dilantunkan Roger Waters dalam konser The Dark Side of the Moon di Hongkong (China), 15 Februari (2007) lalu, seperti dilaporkan Budiarto Shambazy dalam Harian Kompas (21 / 2 / 2006).
Selain Presiden AS, George W Bush, Waters juga mengkritik Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, “Jangan atas nama saya, Tony, Anda pemimpin perang yang hebat / Teror tetap teror, tergantung siapa yang mengartikannya / Kini kita semua seperti Genghis Khan, Anak Paman Sam.”
Yang membuat kita tersenyum simpul karena — pada konser tersebut — setiap kali Waters melantunkan lirik-lirik anti Presiden AS George W Bush dan PM Inggris Tony Blair, yang dihiasi film pendek, strip komik, atau boneka babi raksasa yang terbang kemana-mana, hadirin berteriak dan bertepuk tangan tanda setuju. Dan saat Waters menyanyikan The Fletche, di monitor raksasa terpampang foto tiga “teroris” internasional, yakni Osama bin Laden, Bush, dan Blair. Ini suatu pendidikan politik yang sangat berharga tentang kekonyolan AS dan Inggris yang menyerbu Irak.
***
DULU, ketika masih duduk di bangku SD kita diajarkan tentang Texas yang dihuni cow-boys dan para pengusaha perminyakan. Maka, orang segera mengaitkan siapa pun yang berasal atau dibesarkan di Texas dengan perilaku cow-boys yang ugal-ugalan dengan pistolnya, atau pengusaha minyak yang serakah terus mencari ladang-ladang minyak baru di berbagai belahan bumi. Kalau para Abang minyak di negeri kita (dulu) keluar masuk gang dengan “kucuran peluh” untuk menjajakan minyak tanah, maka para borjuiz (lumpen borjuasi) perminyakan dari Texas itu sering “memeras keringat” rakyat di daerah-daerah yang mereka jadikan sebagai tambang (minyak). Tengok saja kezaliman mereka meng-kadali kontrak bagi hasil untuk proyek-proyek tersebut.
***
KARENA Roger Waters memberikan julukan tambahan “kurang waras” bagi anak Texas yang bernama George W Bush itu, semakin mahfum-lah kita menyaksikan situasi dunia terus dalam kondisi gawat darurat dan kecemasan kolektif. Anehnya, masih juga ada sekelompok orang yang menganggap diri waras (terpelajar) mengidolakannya sebagai tuan besar dan dipatuhi berbagai usulannya tanpa reserve, seperti mentaati advis dukun pelet. George W Bush mereka dandani dengan gincu norak yang bernama“ soft power”. Kita harus dukung (sami’na wa ato’na) program soft power-nya Mr Bush karena ia akan membawa kesejahteran lahir (dan bathin) alias baldhatun tayyibatun waAmerika ghafur, begitu mantra yang mereka rapalkan bahkan tatkala nangkring di toilet. Seakan-akan, di dunia ini, tanpa Amerika Serikat, hidup kita akan menjadi najis atau gembel berkurap. Padahal, Iran, Suriah, Venezuela, Bolivia, dan Paraguay mampu menunjukkan bahwa justru mereka bisa eksis tanpa germo yang bernama (pemerintahan) Amerika Serikat itu. Lalu, apakah para pemuja Mr Bush itu layak disebut “abnormal plus”?
Kendati demikian, dari perspektif teori komunikasi, orang — apalagi politisi atau pemimpin — yang “kurang waras” (politisi atau pemimpin abnormal) pastilah memiliki penggemar karena sugesti yang terus-menerus diinjeksikan media massa yang konon sengaja ada yang dibayar. Dan rekayasa pencitraan (impression management) seperti itu lebih marketable untuk aneka obyek atau kejadian yang abnormal. Semakin abnormal suatu obyek atau kejadian yang akan diberitakan, makin tinggi nilai beritanya. Tengoklah berita-berita atau aneka liputan khusus di layar kaca kita. Maka, benarlah apa yang dinyatakan oleh Charles A. Dana (1882), “When a dog bites a man that is not news, but when a man bites a dog that is a news” (jika seekor anjing menggigit seseorang itu bukan berita, tapi kalau seseorang menggigit seekor anjing itu baru berita).
Dari perspektif budaya Jawa mungkin aktor-aktor abnormal itulah yang akan terus eksis dan menjadi pelakon utama teatrikal di zaman edan seperti saat ini. Sebagaimana diketahui, dalam zaman edan, semua serba terbalik. Yang berkapasitas calo memaksakan diri jadi politisi, tukang catut berlagak pengusaha, tukang intip bertingkah sok pengamat, pelanggar undang-undang belagu kayak perumus undang-undang, yang hobinya mempertontonkan aurat di kamar-kamar hotel sok beradab menggunakan pakaian perlente di mimbar-mimbar atau rapat-rapat khusus, yang bermental kerupuk petantang-petenteng bak jagoan tengik, yang berperilaku seperti buaya darat berlagak kayak moralis, yang celana dalamnya dijejali hulu ledak nuklir malah menuding pihak lain menyembunyikan senjata nuklir, yang berperilaku cow-boy berlagak ala penegak demokrasi atau HAM, dan seterusnya. Singkatnya, semua serba terbalik, karena makhluk-makhluk aneh itu hidupnya seperti martabak yang suka dibolak-balik.
Lalu, pantaskah pengurusan bumi ini kita serahkan kepada mereka? Jawabannya silahkan simpan di kantong masing-masing atau dibarter dengan “martabak” di “tahun babi” yang dingin ini (karena banyak banjir), meski Waters telah lebih dulu membarterkannya dengan menampilkan secara simbolis boneka “babi raksasa” tatkala ia melantunkan lirik-lirik yang anti Presiden AS George W Bush dan PM Inggris Tony Blair. [**]
________________________________________
*LA ODE ZULFIKAR TORESANO (Aba Zul) adalah Koordinator Umum Forum Studi Politik dan Teknologi Nasional (Forum SPTN), Jakarta.
(Jurnal-Parlemen-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email