Sekolah internasional Zaman di Phnom Penh. (Foto: phnompenhpost.com)
Ketakutan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap pengaruh ulama terkenal negara itu, Fethullah Gulen pasca kudeta gagal merembet kemana-mana.
Kementerian Pendidikan Turki membekukan 626 institusi pendidikan sebagai bagian dari tindakan keras terhadap para pendukung Gulen. Ulama yang kini tinggal Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat, dituduh mendalangi kudeta militer yang gagal pada 15 Juli 2016 lalu.
Sebagian besar institusi pendidikan yang dibekukan adalah institusi pendidikan swasta. Demikian disampaikan pejabat kementerian sebagaimana dilansir Reuters, Kamis, 21 Juli 2016.
Fethullah Gulen juga diketahui mendirikan jaringan sekolah baik di Turki dan ataupun di luar negeri selama lebih dari satu dekade. Dampak kudeta akhirnya mengancam institusi pendidikan Gulen yang berada di Kamboja.
Melalui Duta Besar Turki untuk Kamboja, Ilhan Khemal Tug meminta pemerintah Kamboja menutup sekolah dan universitas yang bekerja sama dengan Gulen, yakni Zaman Internasional School dan Zaman University di Phnom Penh, ibukota Kamboja.
Tug beralasan, ulama dan pengusaha asal Turki itu telah dinyatakan sebagai organisasi teroris sejak tahun 2013. Turki mencap Gulen sebagai teroris sejak hubungan Gulen dan Presiden Recep Tayyib Erdogan memburuk tahun 2013.
Zaman International School telah beroperasi di Kamboja mendekati 20 tahun lamanya. Pendiri sekolah ini bernama Atilla Yusef Guleker, mantan jurnalis di Turki dan anggota gerakan Gulen.
Kamboja belum mengambil langkah apapun karena Perdana Menteri Hun Sen masih di luar negeri. Di situs kantor Hun Sen, ditemukan penjelasan bahwa Perdana Menteri menyetujui pemberian izin pendirian Universitas Zaman tahun 2010. Wakil Perdana Menteri SOk An menyatakan keberadaan sekolah ini akan meningkatkan hubungan bilateral antara Turki dan Kamboja.
Pemerintah Turki, selain mengumumkan penutupan institusi-institusi pendidikan yang didirikan Gulen, sebelumnya juga telah melarang para akademisi untuk pergi meninggalkan Turki, dan mendesak warganya yang kini berada di luar negeri untuk segera kembali.
Penutupan ratusan institusi pendidikan ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan pemerintah yang menargetkan orang-orang yang diduga sebagai pendukung Gulen atau yang disebut dengan nama Gulenis, menyusul usaha kudeta milter yang menewaskan sedikitnya 265 orang dan melukai ribuan warga itu.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email