"Saya hanya ingin katakan industri halal kian dianggap penting dan makin diterima banyak orang. Semua orang sekarang sepakat, ketika sebuah produk itu halal, Anda tidak perlu ragu," ujar Musa Hitam.
Suatu hari di awal Februari lalu, Muhammad Fathir, 7 tahun, menunjukkan kepada teman-teman sepermainannya sekaleng minuman ringan bermerek Mecca Cola.
"Ini baru halal," kata Fathir disambut wajah keheranan rekan-rekannya. "Kata aba (ayah dalam bahasa Arab), Mecca Cola tidak mengandung gelatin babi."
Lain hari, Fathir meminta ibunya menghilangkan logo salib di kostum Real Madrid ingin dia pakai buat bermain sepak bola. "Haram umah (ibu dalam bahasa Arab) kalau ada tanda salibnya," ujar Fathir.
Apa yang dilakoni Fathir mirip kebijakan ditempuh manajemen Real Madrid setelah September tahun lalu meneken kerja sama sponsor dengan National Bank of Abu Dhabi (NBAD). Salah satu syarat dari kesepakatan itu, Real Madrid menghapus tanda salib di lambang mereka. Namun di luar Uni Emirat Arab (UEA), simbol salib itu tetap ada.
Kerja sama ini bisa diperluas hingga mencakup seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara. Alhasil, NBAD menjadi satu-satunya bank di luar Spanyol menerbitkan kartu kredit dan kartu debit bermerek Real Madrid.
Fathir adalah salah satu contoh dari generasi muda Indonesia melek halal. Meski masih sangat belia, dia sudah memahami kehalalan itu penting karena ia salah satu ajaran utama dalam Islam serta baik buat kesehatan.
Dalam pidatonya kemarin di hari pembukaan pertemuan WIEF (Forum Ekonomi Islam Dunia) ke-12 di Balai Sidang, Jakarta, Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang Indonesia memiliki keuntungan demografi untuk mendorong tumbuh pesatnya industri halal. Dia menjelaskan sekitar 50 persen penduduk Indonesia adalah usia produktif di bawah 30 tahun.
Laporan Bank Dunia, menurut Sri Mulyani, juga mengakui profil demografi Indonesia bisa menjadi salah satu kekuatan pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. "Dengan besarnya jumlah kelas menengah dan angkatan kerja terdidik, WIEF secara tepat telah menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci berpotensi sangat besar dalam beragam sektor perekonomian Islam, termasuk keuangan syariah, bisnis halal, fesyen, dan industri kreatif," tuturnya.
Di kesempatan sama, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menjelaskan perekonomian Islam global tengah tumbuh pesat. Kini kian banyak orang Islam aktif menjadi investor, pengusaha manufaktur, bankir, pialang saham, pesaing, dan pemasok.
"Belanja konsumen muslim juga melonjak seiring dengan naiknya tuntutan terhadap layanan keuangan investasi, dan asuransi beretika, makanan halal, busana sopan, dan wisata halal," kata Najib. "Bahkan kaum non-muslim juga tertarik pada perekonomian Islam menekankan etos sosial."
Menurut temuan dari the State of the Global Islamic Economy Report 2015/2016, kaum muslim di seluruh dunia telah menghabiskan US$ 142 miliar untuk berwisata pada 2014. Diperkirakan pasarb wisata muslim global bakal bernilai US$ 233 miliar paling lambat 2020.
Sektor makanan halal juga akan tumbuh 5,8 persen pada 2020. Untuk makanan dari binatang halal sendiri saja nilainya bakal mencapai US$ 100 miliar.
Ketua WIEF Foundation Tun Musa Hitam berpendapat serupa, industri halal berkembang sangat cepat.
"Saya hanya ingin katakan industri halal kian dianggap penting dan makin diterima banyak orang. Semua orang sekarang sepakat, ketika sebuah produk itu halal, Anda tidak perlu ragu," ujar Musa Hitam.
Seperti Fathir, dia yakin menenggak Mecca Cola karena tidak ada gelatin babi dan mengenakan kostum Real Madrid setelah tanda salib dihilangkan.
(The-Global-Islamic-Economy/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Presiden Joko Widodo saat meresmikan pertemuan WIEF (Forum Ekonomi Islam Dunia) ke-12 di Balai Sidang, Jakarta, 2 Agustus 2016. (Foto: Faisal Assegaf/Albalad.co)
Suatu hari di awal Februari lalu, Muhammad Fathir, 7 tahun, menunjukkan kepada teman-teman sepermainannya sekaleng minuman ringan bermerek Mecca Cola.
"Ini baru halal," kata Fathir disambut wajah keheranan rekan-rekannya. "Kata aba (ayah dalam bahasa Arab), Mecca Cola tidak mengandung gelatin babi."
Lain hari, Fathir meminta ibunya menghilangkan logo salib di kostum Real Madrid ingin dia pakai buat bermain sepak bola. "Haram umah (ibu dalam bahasa Arab) kalau ada tanda salibnya," ujar Fathir.
Apa yang dilakoni Fathir mirip kebijakan ditempuh manajemen Real Madrid setelah September tahun lalu meneken kerja sama sponsor dengan National Bank of Abu Dhabi (NBAD). Salah satu syarat dari kesepakatan itu, Real Madrid menghapus tanda salib di lambang mereka. Namun di luar Uni Emirat Arab (UEA), simbol salib itu tetap ada.
Kerja sama ini bisa diperluas hingga mencakup seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara. Alhasil, NBAD menjadi satu-satunya bank di luar Spanyol menerbitkan kartu kredit dan kartu debit bermerek Real Madrid.
Fathir adalah salah satu contoh dari generasi muda Indonesia melek halal. Meski masih sangat belia, dia sudah memahami kehalalan itu penting karena ia salah satu ajaran utama dalam Islam serta baik buat kesehatan.
Dalam pidatonya kemarin di hari pembukaan pertemuan WIEF (Forum Ekonomi Islam Dunia) ke-12 di Balai Sidang, Jakarta, Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang Indonesia memiliki keuntungan demografi untuk mendorong tumbuh pesatnya industri halal. Dia menjelaskan sekitar 50 persen penduduk Indonesia adalah usia produktif di bawah 30 tahun.
Laporan Bank Dunia, menurut Sri Mulyani, juga mengakui profil demografi Indonesia bisa menjadi salah satu kekuatan pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. "Dengan besarnya jumlah kelas menengah dan angkatan kerja terdidik, WIEF secara tepat telah menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci berpotensi sangat besar dalam beragam sektor perekonomian Islam, termasuk keuangan syariah, bisnis halal, fesyen, dan industri kreatif," tuturnya.
Di kesempatan sama, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menjelaskan perekonomian Islam global tengah tumbuh pesat. Kini kian banyak orang Islam aktif menjadi investor, pengusaha manufaktur, bankir, pialang saham, pesaing, dan pemasok.
"Belanja konsumen muslim juga melonjak seiring dengan naiknya tuntutan terhadap layanan keuangan investasi, dan asuransi beretika, makanan halal, busana sopan, dan wisata halal," kata Najib. "Bahkan kaum non-muslim juga tertarik pada perekonomian Islam menekankan etos sosial."
Menurut temuan dari the State of the Global Islamic Economy Report 2015/2016, kaum muslim di seluruh dunia telah menghabiskan US$ 142 miliar untuk berwisata pada 2014. Diperkirakan pasarb wisata muslim global bakal bernilai US$ 233 miliar paling lambat 2020.
Sektor makanan halal juga akan tumbuh 5,8 persen pada 2020. Untuk makanan dari binatang halal sendiri saja nilainya bakal mencapai US$ 100 miliar.
Ketua WIEF Foundation Tun Musa Hitam berpendapat serupa, industri halal berkembang sangat cepat.
"Saya hanya ingin katakan industri halal kian dianggap penting dan makin diterima banyak orang. Semua orang sekarang sepakat, ketika sebuah produk itu halal, Anda tidak perlu ragu," ujar Musa Hitam.
Seperti Fathir, dia yakin menenggak Mecca Cola karena tidak ada gelatin babi dan mengenakan kostum Real Madrid setelah tanda salib dihilangkan.
(The-Global-Islamic-Economy/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email