Pesan Rahbar

Home » » Kisah Kehidupan Ayatullah Uzma Sayid Syamsudin Mahmud Mar'asyi

Kisah Kehidupan Ayatullah Uzma Sayid Syamsudin Mahmud Mar'asyi

Written By Unknown on Tuesday, 20 September 2016 | 19:15:00


Oleh: Muhammad Reza Sammak Amani

Lahir

Dia lahir pada tahun 1315 H. di kota Najaf dan diberi nama Syihabudin oleh ayahnya, Ayatullah Sayid Syamsudin Mahmud Mar'asyi (1279 H.), salah satu fukaha dan guru besar ilmu-ilmu islam di kota itu. Dia melalui masa kecilnya di pangkuan penuh kasih sayang orangtua dan sejak itu mengenyam pendidikan agama. Ibunya wanita mukmin dan terhormat yang tidak pernah menyusui anaknya kecuali dalam keadaan suci (punya wudhu').


Pendidikan

Sejak remaja, setelah belajar membaca dan menulis, Syihabudin mengenakan pakaian ruhani dan menimba ilmu-ilmu islami. Dia belajar sastra arab, fikih, usul fikih, hadis, dirayah, rijal, dan ilmu-ilmu lain dari guru-guru besar Hauzah Ilmiah Najaf, kemudian dia mengikuti kuliah Kharij fikih dan usul fikih Ayatullah Dhiya' Iraqi (w. 1373 H.), Ayatullah Syekh Ahmad Kasyiful Ghitha' (w. 1373 H.) marja'-marja' taklid dan guru-guru besar Hauzah Ilmiah Najaf lainnya.

Semangat dan keinginan Syihabudin Mar'asyi untuk menimba dan menambah ilmu sungguh luar biasa, selama bertahun-tahun lamanya dia mengikuti kuliah puluhan guru terkemuka di Hauzah Ilmiah Najaf dan menyerap ilmu mereka semaksimal mungkin, bahkan untuk kurun waktu tertentu dia juga belajar ilmu hadis dari ulama Zaidiyah dan Ahli Sunnah serta memperoleh ijin periwayatan hadis dari mereka.

Jerih payah dia yang tidak kenal lelah, siang atau malam akhirnya membuahkan hasil yang istimewa dan dia sukses mencapai jenjang ijtihad. Dalam hal ini Ayatullah Uzma Mar'asyi mengatakan, "Di masa muda, saya tidak pernah mengejar tuntutan-tuntutan hawa nafsu, saya senantiasa menuntut ilmu, sehingga dalam sehari – semalam saya hanya tidur sebentar, dan di mana saja mendengar ada guru, ulama, atau majlis taklim yang saya rasa bermanfaat, maka saya lekas mengejarnya dan sesaat pun tidak akan saya sia-siakan untuk sampai kepada maksud tersebut.

Ayatullah Uzma Syihabudin Mar'asyi Najafi menuntut ilmu di kota-kota Najaf, Karbala, Kadzimain, Samera, Teheran dan Qom, ratusan guru telah dia datangi untuk menyerap ilmu dan takwa dari mereka. Sejak awal pendidikan, dia dikenal dengan semangat yang tinggi, kegigihan yang luar biasa, takwa, kecerdasan dan keutamaan-keutamaan yang lain.

Dia telah mendapatkan ijasah ijtihad dari berbagai marja' taklid, di antaranya adalah:
1- Ayatullah Uzma Dhiya' Iraqi (w. 1361 H.);
2- Ayatullah Uzma Sayid Abu Hasan Isfahani (w. 1365 H.);
3- Ayatullah Uzma Syekh Abdulkarim Ha'iri Yazdi (w. 1355 H.);

Sepeninggal ayahnya pada tahun 1338 H., dia melanjutkan pendidikannya di kota Kadzimain, Samera dan Karbala, selama bertahun-tahun dia menuntut ilmu dari guru-guru besar di sana, lalu pada tahun 1342 H. dia pergi ke Iran demi ziarah ke makam suci Imam Ali Ridho as.

Setelah ziarah, dia pergi ke Teheran, dan di Hauzah Ilmiah Teheran dia belajar pada Ayatullah Syekh Abdunnabi Nuri (w. 1344 H.), Ayatullah Husain Najm Abadi (w. 1347 H.), Ayatullah Mirza Tahir Tankabani (w. 1360 H.), Ayatullah Mirza Mahdi Asytiani (w. 1372 H.) dan lain-lain.

Satu tahun kemudian dia pergi ke kota Qom dan menziarahi makam suci Sayidah Fatimah Maksumah sa. Sejak itu dia tinggal di kota Qom atas saran Ayatullah Uzma Syekh Abdulkarim Ha'iri Yazdi. Dan seperti biasanya, di kota itu juga dia belajar pada guru-guru besar Hauzah Ilmiah seperti Ayatullah Ha'iri tersebut.


Menjadi Guru

Ayatullah Uzma Ha'iri Yazdi menganjurkan Ayatullah Mar'asyi untuk mengajar. Dia mengajarkan sastra arab, logika, fikih dan usul fikih kepada santri-santri muda. Dan sepeninggal Ayatullah Uzma Ha'iri pada tahun 1355 H., dia pun mulai mengisi pelajaran Kharij fikih dan usul fikih.

Lebih dari tujuh puluh tahun masa pengabdiannya mengajar di Hauzah Ilmiah Qom dan banyak sekali ulama didikannya, bahkan tidak sedikit jumlah mereka yang berhasil mendapatkan ijasah ijtihad, di antaranya adalah Ayatullah: Syahid Husain Ghifari, Syahid Mustafa Khomeini, Syahid Murtadha Mutahari, Syahid Doktor Muhammad Mufattih, Syahid Doktor Muhammad Behesyti, Syahid Muhammad Shaduqi, Syahid Muhammad Ali Qadhi Thaba' Thaba'i, Sayid Muhammad Thaliqani, Syekh Syihabudin Isyraqi, Syekh Murtadha Ha'iri, Haj Mirza Jawad Aqha Tehrani, Syekh Hasan Nuri Hamadani, Musa Sadr, Qudratullah Wujdani Fakhr, Sayid Murtadha Asgari, Mustafa I'timadi, Muhammad Imami Kasyani, Mirza Jawad Tabrizi, Syekh Husain Nuri, Sayid Abdulkarim Musawi Ardabili, Syekh Ali Panah Isytihardi, Syekh Ali Panah Isytihardi, Muhammad Taqi Setudeh, dan Syekh Muhammad Ridha Mahdawi Kani.


Naungan Sayidah Fatimah Maksumah sa.

Ayatullah Uzma Mar'asyi Najafi selama bertahun-tahun memikul tanggungjawab sebagai marja' taklid orang-orang syi'ah, dan selama itu pula banyak sekali pengabdian yang dia berikan kepada dunia Islam. Sampai sekarang salat jamaah yang didirikannya di balai pemakaman Sayidah Fatimah Maksumah sa. tidak pernah dilupakan orang yang biasa berkunjung ke sana. Wajah sumringah dan budi pekertinya yang mulia senantiasa dikenang orang. Dia ceriah dan mudah bergurau dengan orang lain. Dia sangat memperhatikan nasib orang-orang mustad'afin dan membantu menyelesaikan kendala mereka.

Kecintaan dia terhadap Ahli Bait as. dan Sayidah Fatimah Maksumah tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pra revolusi, setiap hari sebelum azan subuh dia pergi menuju Haram (pemakaman suci) Sayidah Maksumah, senantiasa sebelum pintu pemakaman dibuka dia menunggu di depan pintu, dan setelah dibuka dia langsung berziarah ke makam suci beliau dan kemudian mendirikan shalat jamaah di sana.

Di salah satu catatan harian dia disebutkan:
Sewaktu saya tinggal di Qom, shalat jamaah subuh tidak biasa didirikan di Haram Sayidah Maksumah sa., sayalah yang kemudian membangun tradisi shalat jamaah di sana, sejak enam puluh tahun yang lalu sampai sekarang, dini hari dan sebelum pintu Haram terbuka saya sudah terlebih dulu sampai ke sana daripada orang lain, dan saya selalu berdiri di depan pintu haram menunggu sampai dibuka. Kadang-kadang penantian ini sampai satu jam lamanya sebelum fajar terbit. Dan bagi saya tidak ada bedanya musim dingin atau musim panas. Di musim dingin, ketika salju menyelimuti semua tempat, saya membawa sekrop kecil untuk membuka jalan menuju balai Haram. Mulanya memang saya sendirian shalat di sana, tapi tak lama kemudian ada satu orang yang bermakmum kepada saja, dan lambat laun jumlah makmum bertambah banyak, sehingga praktis shalat jamaah di Haram Sayidah Maksumah menjadi tradisi yang baik sampai sekarang. Secara bertahap shalat jamaah dzuhur, asar, maghrib dan isya' juga melengkapi tradisi shalat jamaah subuh tersebut. Oleh karena itu, setiap hari tiga kali saya mendirikan shalat di masjid depan Haram Sayidah Maksumah dan balainya.


Pusaka Abadi

Banyak sekali pengabdian Ayatullah Uzma Mar'asyi terhadap dunia Islam. Salah satunya adalah pendirian pusat-pusat pendidikan; Madrasah Mahdiyah pada tahun 1376 H. mulanya dibangun oleh Haji Mahdi Irani dan kemudian dikelola oleh Ayatullah Mar'asyi, dia kembangkan mardasah itu dan dilengkapinya dengan perpustakaan yang menyediakan dua ribu jilid buku; Madrasah Mukminiyah pada tahun 1389 H., dia mendirikannya dua tingkat lengkap dengan perpustakaan yang menyediakan sekitar 3500 jilid buku; Madrasah Syihabiyah dia dirikan tiga tingkat pada tahun 1400 H.; dan juga Madrasah Mar'asyiah yang dia dirikan tiga tingkat pada tahun 1383 H.

Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi Najafi adalah perpustakaan terbesar Iran yang selevel dengan perpustakaan Majlis Permusyaratan Islam dan perpustakaan Haram Imam Ali Ridho as. Perpustakaan ini menyimpan banyak sekali naskah-naskah tulisan tangan dunia Islam. Mayoritas manuskrip itu termasuk teks-teks sejarah paling berharga yang telah berumur sekian abad lamanya.

Di Najaf, waktu masih muda Ayatullah Mar'asyi di samping rutin belajar, dia juga rajin mengumpulkan naskah-naskah tulisan tangan yang sejak saat itu dia sudah menangkap gejala perampokan literatur Islam, khususnya manuskrip-manuskrip Islam, oleh pihak-pihak yang tidak berwenang, itulah kenapa dia sudi mengorbankan sedikit uang pelajar yang diperolehnya setiap bulan untuk membeli naskah-naskah berharga tersebut agar jangan sampai khazanah beradaban ini tidak jatuh ke tangan orang-orang asing. Kadang-kadang untuk itu dia harus bekerja sehari – semalam di pabrik, puasa berhari-hari atau shalat sekian kali untuk orang lain demi membayar harga pembelian buku itu.

Di dalam buku hariannya dia menceritakan:
Suatu hari saya keluar dari madrasah untuk pergi ke pasar dekat balai pemakaman Amirul Mukminin Ali as. Di tengah jalan, saya melihat sebuah buku kuno di bawah selendang wanita penjual telur ayam yang bersandar di tembok pasar. Rasa ingin tahu saya terdorong hebat, sehingga cukup lama saya memandangi buku itu, saya pun akhirnya tidak tahan dan terpaksa bertanya kepadanya, "Apa ini?" dia menjawab, "Buku untuk dijual." Segera saya mengambil buku itu dan saat itu juga saya terkejut, karena ternyata buku itu adalah naskah langka dari buku Riyâdh Al-'Ulamâ‘ karya Allamah Abdullah Efendi yang tidak dimiliki oleh seorang pun. Saya, seperti Nabi Ya'qub yang menemukan Yusufnya, sangat senang dan langsung bertanya kepada wanita itu, "Berapa kamu jual buku ini?" dia menjawab, "Lima Rupiah." Dengan rasa gembira yang tak terbayangkan saya katakan kepadanya, "Harta saya seratus rupiah, dan saya sedia memberikan semua itu untuk membeli buku ini darimu." Wanita itu pun dengan senang hati menerima tawaranku. Seketika itu Kazim Dujaili, calo pembelian buku yang bekerja untuk Inggris, muncul. Dia adalah orang yang dengan segala cara ingin merebut naskah-naskah langka dan buku-buku kuno, dia ditugaskan oleh pejabat Inggris di Najaf untuk mengirimkan naskah dan buku itu ke London. Kazim merebut buku itu secara paksa dari tanganku seraya berkata kepada wanita itu, "Saya beli buku ini dengan harga dengan harga yang lebih mahal." Ketika itu saya sedih sekali dan langsung saya menghadap ke arah Haram Amirul Mukminin Ali as. sambil bermunajat dalam hati, "Tuan! Dengan beli buku ini aku ingin membantu, oleh karena itu jangan biarkan buku ini jatuh ke tangan orang lain." Belum selesai saya bermunajat, wanita penjual telur itu menatap calo seraya berkata, "Saya telah jual buku ini kepada dia, dan tidak kepadamu." Kazim kalah telak dan terlihat marah sekali, terpaksa dia pergi dari situ ... ketika itu, saya hanya memiliki dua puluh rupiah uang tunai, maka dari itu saya jual pakaian dan jam untuk menyediakan uang harga buku tersebut ... selang berapa waktu, Kazim beserta sejumlah polisi menyerbu ke madrasah dan menangkap saya, kemudian saya dibawa ke pejabat Inggris di Najaf. Dia menuduh saya mencuri buku dengan suara keras ... dia perintahkan agar saya dipenjara. Malam itu di penjara saya sibuk berdoa kepada Allah swt. agar buku itu tetap terjaga di tempatnya. Sehari kemudian, marja' masa itu, Ayatullah Mirza Fathullah Namazi Isfahani yang dikenal dengan sebutan Syekh Syariah mengirim putra Almarhum Akhund Khurasani bernama Mirza Mahdi bersama sejumlah orang ke pihak yang berkuasa di Najaf. Pada akhirnya, saya dibebaskan dari penjara dengan syarat satu bulan setelah itu saya harus sudah menyerahkan buku tersebut kepada mereka.

Begitu bebas, saya buru-buru pergi ke madrasah dan mengumpulkan kawan-kawan santri di sana, saya katakan kepada mereka bahwa ada pekerjaan penting yang harus segera kita lakukan untuk berkhidmat kepada Islam dan syariatnya. "Pekerjaan apa itu?", tanya mereka, dan saya jawab, "Menyalin buku ini." Langsung saja kami aktif menyalin buku itu, dan sebelum masa yang ditentukan habis, kami berhasil menyalin buku itu ke beberapa naskah yang lain."

Ayatullah Uzma Mar'asyi Najafi membawa buku-buku berharga dan manuskrip-manuskripnya bersama saat berhijrah ke kota Qom. Di kota itu juga dia rajin membeli naskah-naskah tulisan tangan yang berharga. Selang beberapa waktu, rumah dia tidak lagi dapat manampung buku-buku itu, maka dia memindahkannya ke Madrasah Mar'asyiah. Taka lama kemudian, tingkat ketiga madrasah dibangun sebagai perpustakaan, dan pada tanggal 15 Sya'ban 1386 H. perpustakaan yang menyimpan lebih dari 10000 kitab tulisan tangan berharga dibukanya secara resmi.

Hangat sekali sambutan para santri dan ulama untuk menelaah buku di perpustakaan yang ruangnya tidak memadai lagi untuk membeli buku-buku baru dan menampung anggota lebih banyak, oleh karena itu Ayatullah Uzma Mar'asyi Najafi mendirikan perpustakaan besar yang memuat sekitar 16000 jilid kitab cetakan dan tulisan tangan serta diresmikan pada tanggal 15 Sya'ban 1394 H.

Adapun sekarang, Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi mempunyai lebih dari 5,000,000 jilid kitab cetakan dan 50,000 jilid kitab tulisan tangan (manuskrip), dan dikelola oleh Hujatul Islam Doktor Sayid Mahmud Mar'asyi Najafi –butra Ayatullah Mar'asyi–. Ribuan santri, pelajar, mahasiswa, peneliti dan penulis yang menggunakan fasilitas istimewa tersebut.

Berhubung Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi mempunyai banyak buku-buku kuno naskah-naskah tulisan tangan yang sangat berharga dan bahkan sebagian dari naskah hanya ada di sana, maka besar sekali perhatian para penulis, ulama, ilmuwan, pusat-pusat ilmu dan penelitian dari berbagai penjuru dunia. Popularitas perpustakaan ini sudah mendunia dan sekitar empat ratus yayasan, pusat ilmu dan penelitian serta perpustakaan besar dunia mempunyai hubungan kerja sama dengannya.


Karya Ilmiah

Karya ilmiah Ayatullah Uzma Mar’asyi berjudul Nukhbat Al-Ahkâm dan Sabîl Al-Najâh yang mulai beredar pada tahun 1366 H. dan dari saat itu pula otoritas dia sebagai marja’ berawal. Sepeninggal Ayatullah Uzma Brujurdi (1340 Hs.), dia menjadi salah satu marja’ tertinggi syi’ah di dunia.
Banyak sekali karya buku dan artikel yang dia tulis semasa hidupnya, di bidang ulumul qur’an, sastra arab, hadis, doa, fikih, usul fikih, mantik atau ilmu logika, bahasa, sejarah, rijal dan biografi, nasab atau keturunan, dan lain sebagainya, tapi sayang mayoritas karya-karya itu belum tercetak. Jumlah karya dia tersebut telah mencapai angka 148 kitab, risalah dan artikel.

Dua karya berharga Ayatullah Mar’asyi yang merupakan hasil jerih payah dia selama setengah abad, tapi sayang sampai sekarang belum tercetak, adalah:
1- Musyajarôt Âli Rosûlillâh atau Musyajarôt Al-Hâsyimiyîn, buku tentang nasab atau mata rantai keturunan alawai dan sayid di dunia.
2- Mulhaqôt Al-Ihqôq, catatan-catatan tambahan atau pelengkap atas kitab Ihqôq Al-Haq karya Qadhi Nurullah Syustari (w. 1019 H.). Ayatullah Mar’asyi menyempurnakan buku ini dan melengkapinya dengan referensi yang otentik. Untuk menyukseskan pekerjaan ini, dia membentuk tim penelitian yang terdiri dari beberapa ulama Hauzah Ilmiah Qom, dan sekarang tim ini di bawah pengawasan Hujatul Islam Doktor Sayid Mahmud Mar’asyi telah berhasil menyusun 27 jilid dari karya tersebut, adapun sisanya masih dalama proses.


Penyegaran Kultur Dan Penyebarannya

Di antara aktivitas kultur dan budaya Ayatullah Mar’asyi adalah rekonstruksi pemakaman Ayatullah Majlisi di Isfahan, dan penghadiahan buku-buku fikih Syi’ah kepada ulama Syi’ah, Ahli Sunnah, Kristen dan kepada universitas-universitas dunia.

Dia telah bepergian ke berbagai negara dalam rangka menulis buku, di sana dia bertemu dan berdialog dengan berbagai ulama syi’ah, ahli sunnah, dan kristen. Di antaranya dengan Allamah Sayid Mahmud Syukri Alusi Baghdadi, Syekh Thanthawi Jauhari Misri, Enstans Cremly Baghdadi, Syekh Abdusalam Syafi’i Kurdestani, Sayid Nasir Husain Hindi –putra Allamah Mirhamid Husain Hindi, Tagor –penulis dan filsuf terkemuka India–, Murza Ahmad Tabrizi –pemimpin aliran Dzahabiah–, Mirza Inayatullah Akhbari, Profesor Hanry Kurbin, Doktor Fu’ad Sergin –Jerman–, Sayid Ibrahim Rifa’i –Rawi Baghdadi–, Rasyid Bidhun –Libanon–, Sayid Muhammad Rasyid Ridha –penulis buku tafsir Al-Manâr.

Untuk menulis biografi ulama, sayid, dan keturunan imam terkadang dia harus pergi ke kuburan-kuburan kuno. Contohnya pada sekitar tahun 1350 – 1351 H. dia pergi ke Isfahan dan menetap selama seminggu di pemakaman Takhte Fulad untuk mencatat tanggal kelahiran dan kematian ulama yang dikuburkan di sana.


Seirama Dengan Kebangkitan Imam Khomeini

Kebangkitan Imam Khomeini pada tahun 1341 telah didukung oleh berbagai marja’ taklid. Ayatullah Uzma Mar’asyi Najafi senantiasa memberikan dukungannya terhadap kebangkitan Imam Khomeini. Berkali-kali dia mengeluarkan surat pernyataan. Contohnya ketika Imam Khomeini ditangkap pada tahun 1342, dia mengeluarkan surat pernyataan yang keras sekali kepada Rejim Pahlevi dan menuntut agar Imam Khomeini segera dibebaskan dari penjara.

Dia dan marja’-marja’ taklid terkemuka lainnya juga sampai pergi ke Teheran untuk membebaskan Imam Komeini dari cengkraman Pahlevi, dan di sana mereka mengemban berbagai kendala yang berat. Di salah satu surat resminya dalam rangka menjawab pertanyaan para santri, dia menuliskan: “Sebagaimana berulang kali telah saya ungkapkan, dan sekali lagi saya nyatakan bahwa Ayatullah Khomeini –semoga Allah membentangkan berkahnya– adalah salah satu marja’ taklid dan ulama Syi’ah, bahkan termasuk tonggak keruhanian Islam dan kebanggaan dunia Syi’ah.”

Ayatullah Uzma Mar’asyi juga telah mengirimkan berbagai surat dan telegram ke marja’-marja’ taklid Syi’ah, baik yang di Iran maupun Irak, dalam rangka menyampaikan dukungannya terhadap Imam Khomeini.

Setelah pengasingan Imam Khomeini ke Turki, dia mengecam keras perbuatan Rezim Pahlevi ini dan mendirikan majlis peringatan untuk para syahid kejadian 15 Khurad. Dia senantiasa mendukung revolusi Islam dan membongkar kejahatan-kejahatan Rezim Pahlevi. Setelah kesyahidan Ayatullah Mustafa Khomeini pada tahun 1356, dia mendirikan majlis tarhim untuknya di Husainiah, dan di akhir majlis tarhim itu hadirin menyerukan slogan-slogan keras anti Rezim Pahlevi, sehingga sebagian dari mereka ditangkap oleh aparat setempat.

Selama pengasingan Imam Khomeini, Ayatullah Mar’asyi selalu berhubungan dengannya, dan ketika revolusi Islam berada di puncaknya pada tahun 1356 dia beserta marja’-marja’ taklid syi’ah lainnya serentak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang membimbing kebangkitan ini.

Adapun setelah kemenangan revolusi Islam, dia juga senantiasa seirama dengan sistem Republik Islam dan mendukungnya dengan macam-macam cara.


Wafat

Pada akhirnya, marja’ taklid Syi’ah kenamaan ini meninggalkan dunia fana pada hari rabu tanggal 7-6-1369 pada usianya yang ke-96. Dan jenasah dia dimakamkan di sisi perpustakaan besarnya.

Referensi: Gulsyane Abror; tim penulis; Pazuhesykadeh Baqirul Ulum

Penerjemah: Nasir Dimyati


(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI