Ustadz Husein Al-Habsyi
Ustadz Husein Al-Habsyi & Mahasiswa UGM dan UII Yogya
Mahasiswa:Ustadz Husein yang terhormat,kedatangan kami ini bertujuan untuk silaturahmi.Kami mohon rombongan mahasiswa dari yogya,sebagian kami dari universitas islam indonesia dan ada juga dari universitas Gajah Mada.kami banyak mendengar tetang madzab Syi'ah dari beberapa ulama yang pernah kami datangi.Tetapi kami belum merasa puas karena masih ada beberapa jawaban yang kurang tepat menurut kami.sekarang kami minta agar Ustadz menjelaskan masalah madzab syi'ah ini,dan kami telah mempersiapakan beberapa pertanyaan yang kami anggap perlu.
Ustadz Husein:Saudara-saudara mahasiswa dari Yogya Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya bahagia atas kedatangan saudara-saudara kepada saya,apalagi dengan tujuan baik yaitu Silaturrahim.Saya bersyukur kehadirat Allah karena saudara-saudaramasih memiliki keinginan untuk mengetahui sebuah Madzhab,yang selama ini di Indonesia tidak dikenal.Tetapi kemudian setelah dikenal ,banyak fitnah yang ditujukan kepada Madzhab ini.Namun sayang saudara-saudara ,Sebab saya sendiri bukanlah Syi'ah.Jadi sebenarnya lebih tepat bila saudara-saudara terus menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepada yang menyatakan diriNya memang orang Syi'ah.
PERTAMA BENARKAH SYI'AH ITU KAFIR?
Mahasiswa:"Walaupun Ustadz bukan seorang Syi'ah tetapi kami merasa paling tidak Ustadz telah membaca tentang Madzhab ini.Jadi kami tidak salah bila kami bertanya kepada Ustadz.Dan sebaliknya kami langsung bertanya.Pertanyaan kami yang pertama adalah"Benarkah Syi'ah itu Kafir?"
Ustadz Husein:Baiklah saudara-saudara,saya akan menerima desakan saudara agar saya menjawab pertanyaan saudara-saudara Insya Allah.Namun sebaiknya dalam majelis ini kita hindarkan perdebatan.Saya sangat tidak setuju bila majelis seperti ini yang sedianya bermaksud mencari Ilmu.Mendengar sesuatu yang bisa menambah ilmu.kemudian berbalik menjadi majelis perdebatan,sedangkan perdebatan itu hanya akan membawa pada permusuhan.Jadi kalau itu terjadi ,maka hilanglah maksud yang baik dari majelis ini.Saudara-saudara yang terhormat Menjawab pertanyaan saudara ini saya kira mengkafirkan sesama Muslim,bukan saja tidak dibenarkan oleh syariat Nabi Muhammad saw tetapi juga tidak pantas dan juga tidak menguntungkan baik di pihak Syi'ah maupun Ahlus Sunnah,bahkan bisa melemahkan keduaNya.Siapa diantara kita kaum Muslimin-apalagi saudara Mahasiswa ini yang belum mendengar tentang Kristenisasi yang galak dan dahsyat seperti sekarang ini.Mereka sebelum ini sudah bersatu dari segala aliran;Katolik,Protestan,Avent,ditambah dengan kaum Musyrikin,Zionis,dan Yahudi,mereka semua bersatu,kaum Nasrani bergabung dalam satu Dewan Gereja.Padahal mereka tidak memiliki ayat yang berbunyi:Bahwa sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu dan kami adalah Tuhanmu,maka sembahlah kami."(QS.21:92)
Mereka (Kaum Nasrani) tidak pernah dipersatukan dengan Injil mereka atu Taurah mereka,tampaknya mereka dalam taktik mencapai target mengkristenkan kita,memurtadkan kita,maka bersatulah mereka untuk menghadapi kita.Menurut informasi yang saya terima,ribuan Sekolah Dasar sekarang Murid-Muridnya dibiayai oleh kaum missionaris (Kaum Nasrani) ,tentunya dengan maksud-maksud tak asing lagi bagi kita.Jadi Gereja menginginkan agar mereka itu merasa Berhutang Budi Kepada Nasrani kemudian mudah ditarik oleh mereka ke Gereja.Karena itu mereka mencapai kemajuan yang pesat di tahun-tahun terakhir ini.Sedangkan kita -maaf-secara tidak sadar membantu mereka mengeluarkan saudara-saudara dan Generasi kita yang sekarang ini dari ummat dan Agama Islam itu sendiri.Jadi mereka akan lebih mudah mengkristenkan kita,sedangkan kita sibuk mengkafirkan saudara kita sendiri.Adakah Fanatisme yang lebih berat daripada ini?
Kita sekarang ini tidak perlu Syi'ah ataupun Sunnah menjadi bahan gaduh diantara kita,kaum Muslimin.Kita perlu Islam yang bersumberkan Al-Quran dan Al-Hadits diterapkan pada diri kita.
Kita memerlukan Ukhuwah,memerlukan pengumpulan dana dari seluruh Masyarakat dan Organisasi Islam untuk menebus jutaan Pemuda Muslim yang sekarang diambang pintu Nasrani untuk dikristenkan.Untuk menyelamatkan mereka,barangkali kita perlu mengurangi belanja rumah tangga dan uang jajan anak-anak kita.Dan gadis-gadis serta wanita kita,harus mengurangi segala macam kelebihan benda-benda yang tidak diperlukan seperti alat-alat make-up dan sebagainya.karena uang itu nanti akan kita sumbangkan kepada penduduk yang miskin diantara kaum muslimin yang sekarang dipegang oleh gereja dengan maksud-maksud seperti itu.
Sekarang kita membuang uang untuk mencetak buku-buku,membagikan buku-buku secara gratis yang isinya caci-maki,tuduh-menuduh dan kafir-mengkafirkan.Sehingga uang ratusan juta di Indonesia ini kita habiskan hanya untuk membumihanguskan rumah tangga kita sendiri.Apakah tindakan sepeti ini cocok dengan Syariat,sesuai dengan akal sehat,pantaskah dengan waktu seperti sekarang dan sejalan dengan politik perjuangan dewasa ini?Bisanya tindakan-tindakan semacam itu di ilhami oleh wawasan yang sangat sempit,fanatisme yang bergejolak didada,atau kesempitan akhlaq dan kedengkian yang mendalam terhadap sesama Muslim.
Paling tidak itu hanya intrik dari Zionisme atau salibisme Internasional.Kita (Ahlus Sunnah) mengkafirkan saudara kita Syi'ah Imammiyah berdalilkan teks-books kita dan secara subyektif serta in-absentia.Ini salah satu dari wawasan yang sempit,sebab kita tidak berhadapan dengan mereka secara langsung.Belum pernah kita mengadakan diskusi yang Bersifat Final antara Ulama Syi'ah dan Ulama kita Sunnah.Kita mencaci maki,ejekan dan segala macam kebohongan,itu juga merupakan akhlaq yang sempit.
Orang yang berwawasan sempit akan mengatakan,bahwa kita (Ahlus Sunnah) ini juga melakukan tahrif,sepeti kita mengatakan bahwa Syi'ah melakukan tahrif dan begitu seterusnya.saya kira hal ini perlu saudara-saudara camkan sebelum majelis ini kita lanjutkan nanti.
KEDUA SYI'AH DAN SAHABAT NABI SAW
Mahasiswa:Ustadz husein yang terhormat,terimaksih atas keterangan yang disampaikan kepada kami.Sebelum kami melanjutkan pertanyaan yang kedua,kami ingin kembali dengan jawaban Ustadz Husein yang pertama tadi,yakni Ustadz Husein menyatakan bahwa kita tidak perlu saling mengkafirkan diantara kaum muslimin.Namun kami sering mendengar bahwa orang-orang syi'ah sering mengkafirkan Sahabat Nabi saw.Kalu itu tidak benar,kami ingin menanyakan kepada Ustadz:"Bagaimana sebenarnya pendirian orang Syi'ah terhadap Sahabat Nabi saw?"
Ustadz Husein:Dalam masalah ini,sebenarnya dua Madzhab ini mempunyai dua pendapat dan dua pendirian masing-masing.Kalau Madzhab Syi'ah membagi para Sahabat Nabi menjadi tiga bagian sebagaimana tertera dalam kitab-kitab mereka antara lain sebagai berikut:
1.Adalah sebagian sahabat yang benar-benar taat dan setia kepada Rasulullah saw,tidak pernah melanggar dan membantah.Mereka yang disebut oleh Syi'ah ialah diantaranya:Ammar,Al-Asytar,Abu Dzar,Salman Al-Farisi,Jabir bin Abdillah,Bilal bin Rabah,dsb.Begitulah menurut mereka.
2.Adalah sahabat yang pernah berbuat sesuatu yang kurang menampakan kesetiaannya kepada Rasulullah saw.Dan perbuatan-perbuatan mereka itu disebutkan serta ditulis didalam kitab-kitab standar hadits kita sendiri seperti,Bukhari,Muslim,dll.Syi'ah pun mempunyai jalur yang meriwayatkan hal seperti itu,kemudian Syi'ah berpegangan bahwa mereka itu(sahabat)dalam pembagian yang kedua ini memang masih harus diseleksi dan diragukan.
3.Yaitu sahabat yang dianggap Munafiq,orang-orang seperti ini masuk dalam batas Kufur.yang menyatakan adanya Munafiq dari kalangan sahabat itu ialah Nabi sendiri.Didalam hadits-hadits yang diriwayatkan Bukhari yang diantaranya menyatakan:
Bahwa kelak dihari kiamat Beliau saw berada di Telaga Haud,tiba-tiba datang para sahabat lalu mereka mau minum,Rasul mau melayani mereka,tetapi mereka dijauhkan dari Rasul,Rasul bertanya:"Engkau tidak tahu wahai Muhammad,apa yang telah mereka lakukan setelah engkau wafat."
Juga dalam Al-Quran disebutkan:
Diantara orang-orang Arab Badui yang disekeliling-Mu itu ada orang-orang Munafiq:dan(Juga) diantara penduduk Madinah.Mereka keterlaluan dalam keMunafiqanNya."kamu(Muhammad) tidak mengetahui mereka,(Tetapi)Kamilah yang mengetahui mereka.Nanti mereka akan kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar."
Ayat-ayat diatas dan hadits-hadits seperti ini banyak,dan oleh kaum Syi'ah Imamiyah hal itu dijadikan pegangan dan mereka menganggap itu juga Nash,mereka tidak boleh mempunyai pendapat disamping Nash.
Adapun kalangan kita Ahlus Sunnah,menyatakan bahwa semua sahabat tanpa terkecuali adalah "Udul" artinya orang yang bisa dipercaya,orang-orang baik,setidak-tidaknya mereka adalah orang-orang yang pernah melihat Wajah Nabi saw dan pernah ada disekitar Nabi,itu baik dan itu pendapat.Ya..agar tidak terlalu banyak hal yang akan menimbulkan pertanyaan,pokoknya semuanya baik,sudah.Jadi kalau ada Riwayat tentang kesalahan yang jelas dikalangan para sahabat itu,kita Ahlus sunnah menganggapNya itu adalah ijtihad sahabat.Kemudian kita ta'wilkan dan tafsirkan,akhirnya mereka dianggap mendapat pahala (Sebagai orang yang mendapatkan Fadhilah),dapat ganjaran.Misalnya dalam kasus sahabat membunuh sahabat.
Muawiyyah memerangi Ali sampai beberapa ribu orang sahabat gugur.Kita mengatakan Muawiyyah itu berijtihad dan ijtihadnya itu sampai memerangi Ali bin Abi Thalib,dan kita mempunyai kaidah ushul:"Apabila hakim berijtihad,kalau benar mendapat satu pahala"
Jadi minimal Muawiyyah bin Abi Sufyan mendapat satu pahala.Begitulah sikap kita Ahlus Sunnah terhadap para sahabat.Tentu masing-masing Madzhab mempunyai pendirian sendiri dalam beberapa masalah,dan kita yang berpendirian seperti ini seharusnya menghormati pendirian oarang lain.
Kalau Syi'ah itu mengKafirkan orang-orang Munafiq,kita tidak boleh mengKafirkan Mereka (orang-orang Syi'ah)
Karena mereka hanya MengKafirkan sebagian sahabat yang Munafiq yang telah dijelaskan didalam al-Quran dan hadits-hadits.
Mereka punya dasar dan alasan,setidaknya mereka berijtihad dan berdasarkan Nash yang ada pada kita juga,jadi kita tidak boleh salahkan begitu saja.Kita boleh menirima atau tidak menerima pendapat itu.
Kalau kita tidak menerima pendirian mereka maka kita kembali kepada pendirian kita,yaitu semua sahabat itu"Udul"
Tanpa terkecuali.Inilah pendapat saya tentang masalah kedua ini.
Jadi masalah ini kita serahkan kepada pendirian kita sendiri dan bagaimana akal serta logika kita mengkaji masalah-masalah seperti ini.Kalau Syi'ah kita anggap MengKafirkan sebagian dari para Sahabat lalu kita Vonis mereka dengan Kafir maka hal ini Tidak Benar.Sebab kita mesti tahu dengan alasan apa mereka MengKafirkan Sahabat itu?
Kalau alasannya berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits maka itu adalah hak mereka dan kalau kita tidak sependapat dengan itu,maka itu adalah hak kita.
Mahasiswa:
setelah mendengar keterangan dari Ustadz,kami jadi ingin bertanya lebih jauh.Jika demikian,ap bedanya pendirian Syi'ah dan Ahlus Sunnah mengenai sahabat?
Ustadz Husien:
tadi sudah saya jawab bahwa perbedaan kita dengan mereka ialah bahwa Immamiyah mengatakan,sahabat itu dibagi menjadi tiga kelompok(ditinjau dari sudut keimanan mereka).Yang paling tinggi diantara mereka adalah sahabat yang tidak pernah berbuat sesuatu yang tercela dan mereka tidak pernah berbuat salah.Kedua adalah mereka yang pernah membuat kesalahan sebagaimana yang telah saya sebut kan tadi yakni sahabat membunuh sahabat,sahabat mencerca sahabat dsb.Ketiga yaitu sahabat yang Munafiq dan sifat mereka yang Munafiq ini sudah jelas tampak.Namun sikap kita Alus Sunnah menganggap bahwa semua Sahabt itu "Udul".Kalau sekiranya ada perbuatan yang menyimpang maka kita ta'wilkan,sehinga kadang-kadang terus terang saja saya ingin menegaskan ta'wil kita itu bertentangan denagan nash.Jadi seakan-akan kita mengatakan bahwa syariat Islam ini tidak berlaku atas Sahabt,dan ini tidak pernah dilakukan atau diajarkan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw sendiri pernah bersabda:
"Andaikata Fatimah binti Muhammad as.mencuri,niscaya akan aku potong tangannya"
Jadi,Fatimah yang merupakan sepenggal dari badan Nabi dan yang paling dicintai di dunia ini diantara manusia-manusi yang hidup,andaikan beliau itu mencuri,maka Nabi akan memotong tangannya!
Maka saya kira sahabat yang lainpun tidak berhak untuk mendapatkan kekebalan hukum atau kita menta'wilkannya.
KETIGA
SYI'AH DAN KEKHILAFAHAN ABU BAKAR,UMAR,DAN UTSAMAN
Mahasiswa:
kami ingin menanyakan suatu masalah,dan masih sekitar masalah sahabat,cuma kami lebih menyempitkan permasalahan ini.Pertanyaan kami:"Benarkah Syi'ah berpendapat bahwa Khalifahan Abu Bakar,Umar dan Usman itu tidak sah?"
Ustadz Husein:
Dalam masalah ini,dua Madzhab ini mempunyai dua pendapat dan dua pendirian.Dua pendirian itu tidak bisa dikompromikan sebab konsekwensinya seseorang yang memegang pendirian harus tetap dan teguh atas dalil-dalil yang diyakininya.Sekarang kita mendapati ada dua golongan.Satu golongan yang meyakini bahwa Nabi saw dalam beberapa Hadits menunjuk Ali bin Abi Thalib menjadi pemimpin setelah Beliau,misalnya;
Hadits Ghadir yang berbunyi:
"Barangsiapa menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali juga pemimpinnya.
Hadits Tsaqalain yang berbunyi:
"Aku tinggalkan pada kalian dua pusaka yang beharga,yaitu Al-Quran dn Itrah Ahli Baitku.Kalau kalian berpegang teguh pada keduanya,niscaya kalian tidak akan tersesat.
Hadits Manzilah ketika perang Tabuk:
"Kedudukan engkau dan aku sebagaimana kedudukan Harun dan Musa,hanya saja tidak ada Nabi setelah aku."
Dan masih banyak lagi hadits yang seperti itu yang jelas dan tidak bisa diragukan lagi bahwa Nabi saw menunjuk Ali dengan perintah Allah menjadi Khalifah setelah Beliau.Jadi Nabi dengan tegas mengatakan sesudah Beliau hanya Ali sebagai penerusnya.Jika ada orang lain menjabat itu maka menurut Syi'ah Jabatan itu tidak sah.Sebab mungkin seperti seorang gubernur yang menjabat sebuah propinsi karena desakan orang-orang disekitarnya tanpa menerima surat keputusan dari Presiden,maka hal itu tentunya tidak dianggap sah.
Masalah ini menurut Syi'ah adalah masalah yang prinsip.Sebab Imamah menurut mereka merupakan masalah yang sangat mendasar.
KIta,Ahlus Sunnah tidak mengatakn seperti itu.
Kita mengatakan bahwa Nabi tidak meninggalkan pesan apapun,sehingga untuk mengangkat Pemimpin,shabat menjalankannya dengan musyawarah di antara mereka.Dan syura itu memilih Abu Bakar sebagai Khalifah pertama.
kemudian oleh beliau jabatan selanjutnya diserahkan kepada Umar ra.Sebagai Khalifah kedua,menjelang wafat,Umar menunjuk 6 orang untuk memilih seorang Khalifah.Kemudian Utsman ra menjadi Khalifah ketiga,
diantara 4 Khalifah ini menurut sejarah kita Alus Sunnah hanya Ali saja yang dipilih secara aklamasi oleh seluruh kaum muslimin tanpa terkecuali.Jadi pemilihan empat khalifah itu dilakukan dengan empat macam cara.
Hal ini oleh kaum muslimin sekarang khususnya Ahlus Sunnah merupakan cara yang wajar dan cukup memadai serta tidak salah.Dengan demikian kita menganggap ketiga khalifah itu adalah sah.
Sedangkan Syi'ah tidak demikian.Mereka menginginkan khalifah yang ditunjuk oleh Rasulullah saw.
Sedangkan kita seakan-akan tidak membenarkan adanya penunjukan.Padahal sebenarnya kalau kita sabar meneliti dan membaca hadits-hadits sehubungan dengan itu,kita akan tahu bahwa sebagian dari sahabt waktu itu mengakui adanya penunjukan.
Diantaranya terbukti ketika mereka berkumpul di tempat bernama Ghadir Khum,Nabi mengangkat Ali sebagai Wali sesudah beliau,maka
Sayyidina Umar diriwayatkan datang kepada Ali dan menjabat tangan beliau sambil mengatakan:
"Selamat wahai putera Abu Thalib!
Engkau hari ini menjadi Wali tiap Mu'min,"
Bila demikian hadits yang diucapkan oleh Nabi di Ghadir Khum,saya kira tidak bisa disalahkan,jadi memng betul hadits dan kejadian itu memang ada,namun sebagian dari kita mengatakan tidak demikian.
Oleh karena itu mereka kembali kepada Syura(musyawarah).
Menurut Syi'ah Imamiyah,Syura semacam itu tidak memenuhi syarat sebab sahabat-sahabat yang berjumlah sekitar 100 ribu orang itu,yang ada dikota Madinah paling tidak sejumlah 2000 orang dan dari jumlah itu yang hadir dalam musyawarah pengangkatan abu Bakar paling banyak 100 orang.
Bahkan dari 100 orang itu tidak semuanya sepakat,tidak aklamasi dan diantara mereka ada yang mengatakan:Minna amir wa minkum amir(Dari kami harus ada pemimpin dan dari kalian angkatlah pemimpin sendiri).
Sehingga hampir-hampir terjadi tindakan kekerasan hingga sayyidina Umar ra,Berkata:"Bunuhlah Sa'ad bin Ubadah pemimpin Anshar itu!
Dengan demikian tidak cukup memadai untuk Syura itu.Kemudian dikatakan pula syura tersebut tidak memadai karena ahli-ahli syura dari bani Hasyim,seperti Ali,Abbas,dsb.Tidak ada yang hadir dan kaum Anshar pun tidak semuanya hadir karena tidak tahu.
Karena itu Umar pada akhirnya berkata:Bai'at Abu Bakar itu adalah sesuatu yang"Faltah"
(Secara Tergesa-Gesa)yang Alhamdulillah Allah menyelamatkan kita dari akibat buruknya.Jadi tampaknya seperti diatur supaya cepat,sebab kalau semua sahabat hadir mungkin pemilihannya tidak seperti apa yang terjadi itu.Begitulah pendapat Syi'ah.
Sumber: http://syiahimamiahindonesia.blogspot.com/
Ustadz Husein Al-Habsyi & Mahasiswa UGM dan UII Yogya
Mahasiswa:Ustadz Husein yang terhormat,kedatangan kami ini bertujuan untuk silaturahmi.Kami mohon rombongan mahasiswa dari yogya,sebagian kami dari universitas islam indonesia dan ada juga dari universitas Gajah Mada.kami banyak mendengar tetang madzab Syi'ah dari beberapa ulama yang pernah kami datangi.Tetapi kami belum merasa puas karena masih ada beberapa jawaban yang kurang tepat menurut kami.sekarang kami minta agar Ustadz menjelaskan masalah madzab syi'ah ini,dan kami telah mempersiapakan beberapa pertanyaan yang kami anggap perlu.
Ustadz Husein:Saudara-saudara mahasiswa dari Yogya Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya bahagia atas kedatangan saudara-saudara kepada saya,apalagi dengan tujuan baik yaitu Silaturrahim.Saya bersyukur kehadirat Allah karena saudara-saudaramasih memiliki keinginan untuk mengetahui sebuah Madzhab,yang selama ini di Indonesia tidak dikenal.Tetapi kemudian setelah dikenal ,banyak fitnah yang ditujukan kepada Madzhab ini.Namun sayang saudara-saudara ,Sebab saya sendiri bukanlah Syi'ah.Jadi sebenarnya lebih tepat bila saudara-saudara terus menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepada yang menyatakan diriNya memang orang Syi'ah.
PERTAMA BENARKAH SYI'AH ITU KAFIR?
Mahasiswa:"Walaupun Ustadz bukan seorang Syi'ah tetapi kami merasa paling tidak Ustadz telah membaca tentang Madzhab ini.Jadi kami tidak salah bila kami bertanya kepada Ustadz.Dan sebaliknya kami langsung bertanya.Pertanyaan kami yang pertama adalah"Benarkah Syi'ah itu Kafir?"
Ustadz Husein:Baiklah saudara-saudara,saya akan menerima desakan saudara agar saya menjawab pertanyaan saudara-saudara Insya Allah.Namun sebaiknya dalam majelis ini kita hindarkan perdebatan.Saya sangat tidak setuju bila majelis seperti ini yang sedianya bermaksud mencari Ilmu.Mendengar sesuatu yang bisa menambah ilmu.kemudian berbalik menjadi majelis perdebatan,sedangkan perdebatan itu hanya akan membawa pada permusuhan.Jadi kalau itu terjadi ,maka hilanglah maksud yang baik dari majelis ini.Saudara-saudara yang terhormat Menjawab pertanyaan saudara ini saya kira mengkafirkan sesama Muslim,bukan saja tidak dibenarkan oleh syariat Nabi Muhammad saw tetapi juga tidak pantas dan juga tidak menguntungkan baik di pihak Syi'ah maupun Ahlus Sunnah,bahkan bisa melemahkan keduaNya.Siapa diantara kita kaum Muslimin-apalagi saudara Mahasiswa ini yang belum mendengar tentang Kristenisasi yang galak dan dahsyat seperti sekarang ini.Mereka sebelum ini sudah bersatu dari segala aliran;Katolik,Protestan,Avent,ditambah dengan kaum Musyrikin,Zionis,dan Yahudi,mereka semua bersatu,kaum Nasrani bergabung dalam satu Dewan Gereja.Padahal mereka tidak memiliki ayat yang berbunyi:Bahwa sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu dan kami adalah Tuhanmu,maka sembahlah kami."(QS.21:92)
Mereka (Kaum Nasrani) tidak pernah dipersatukan dengan Injil mereka atu Taurah mereka,tampaknya mereka dalam taktik mencapai target mengkristenkan kita,memurtadkan kita,maka bersatulah mereka untuk menghadapi kita.Menurut informasi yang saya terima,ribuan Sekolah Dasar sekarang Murid-Muridnya dibiayai oleh kaum missionaris (Kaum Nasrani) ,tentunya dengan maksud-maksud tak asing lagi bagi kita.Jadi Gereja menginginkan agar mereka itu merasa Berhutang Budi Kepada Nasrani kemudian mudah ditarik oleh mereka ke Gereja.Karena itu mereka mencapai kemajuan yang pesat di tahun-tahun terakhir ini.Sedangkan kita -maaf-secara tidak sadar membantu mereka mengeluarkan saudara-saudara dan Generasi kita yang sekarang ini dari ummat dan Agama Islam itu sendiri.Jadi mereka akan lebih mudah mengkristenkan kita,sedangkan kita sibuk mengkafirkan saudara kita sendiri.Adakah Fanatisme yang lebih berat daripada ini?
Kita sekarang ini tidak perlu Syi'ah ataupun Sunnah menjadi bahan gaduh diantara kita,kaum Muslimin.Kita perlu Islam yang bersumberkan Al-Quran dan Al-Hadits diterapkan pada diri kita.
Kita memerlukan Ukhuwah,memerlukan pengumpulan dana dari seluruh Masyarakat dan Organisasi Islam untuk menebus jutaan Pemuda Muslim yang sekarang diambang pintu Nasrani untuk dikristenkan.Untuk menyelamatkan mereka,barangkali kita perlu mengurangi belanja rumah tangga dan uang jajan anak-anak kita.Dan gadis-gadis serta wanita kita,harus mengurangi segala macam kelebihan benda-benda yang tidak diperlukan seperti alat-alat make-up dan sebagainya.karena uang itu nanti akan kita sumbangkan kepada penduduk yang miskin diantara kaum muslimin yang sekarang dipegang oleh gereja dengan maksud-maksud seperti itu.
Sekarang kita membuang uang untuk mencetak buku-buku,membagikan buku-buku secara gratis yang isinya caci-maki,tuduh-menuduh dan kafir-mengkafirkan.Sehingga uang ratusan juta di Indonesia ini kita habiskan hanya untuk membumihanguskan rumah tangga kita sendiri.Apakah tindakan sepeti ini cocok dengan Syariat,sesuai dengan akal sehat,pantaskah dengan waktu seperti sekarang dan sejalan dengan politik perjuangan dewasa ini?Bisanya tindakan-tindakan semacam itu di ilhami oleh wawasan yang sangat sempit,fanatisme yang bergejolak didada,atau kesempitan akhlaq dan kedengkian yang mendalam terhadap sesama Muslim.
Paling tidak itu hanya intrik dari Zionisme atau salibisme Internasional.Kita (Ahlus Sunnah) mengkafirkan saudara kita Syi'ah Imammiyah berdalilkan teks-books kita dan secara subyektif serta in-absentia.Ini salah satu dari wawasan yang sempit,sebab kita tidak berhadapan dengan mereka secara langsung.Belum pernah kita mengadakan diskusi yang Bersifat Final antara Ulama Syi'ah dan Ulama kita Sunnah.Kita mencaci maki,ejekan dan segala macam kebohongan,itu juga merupakan akhlaq yang sempit.
Orang yang berwawasan sempit akan mengatakan,bahwa kita (Ahlus Sunnah) ini juga melakukan tahrif,sepeti kita mengatakan bahwa Syi'ah melakukan tahrif dan begitu seterusnya.saya kira hal ini perlu saudara-saudara camkan sebelum majelis ini kita lanjutkan nanti.
KEDUA SYI'AH DAN SAHABAT NABI SAW
Mahasiswa:Ustadz husein yang terhormat,terimaksih atas keterangan yang disampaikan kepada kami.Sebelum kami melanjutkan pertanyaan yang kedua,kami ingin kembali dengan jawaban Ustadz Husein yang pertama tadi,yakni Ustadz Husein menyatakan bahwa kita tidak perlu saling mengkafirkan diantara kaum muslimin.Namun kami sering mendengar bahwa orang-orang syi'ah sering mengkafirkan Sahabat Nabi saw.Kalu itu tidak benar,kami ingin menanyakan kepada Ustadz:"Bagaimana sebenarnya pendirian orang Syi'ah terhadap Sahabat Nabi saw?"
Ustadz Husein:Dalam masalah ini,sebenarnya dua Madzhab ini mempunyai dua pendapat dan dua pendirian masing-masing.Kalau Madzhab Syi'ah membagi para Sahabat Nabi menjadi tiga bagian sebagaimana tertera dalam kitab-kitab mereka antara lain sebagai berikut:
1.Adalah sebagian sahabat yang benar-benar taat dan setia kepada Rasulullah saw,tidak pernah melanggar dan membantah.Mereka yang disebut oleh Syi'ah ialah diantaranya:Ammar,Al-Asytar,Abu Dzar,Salman Al-Farisi,Jabir bin Abdillah,Bilal bin Rabah,dsb.Begitulah menurut mereka.
2.Adalah sahabat yang pernah berbuat sesuatu yang kurang menampakan kesetiaannya kepada Rasulullah saw.Dan perbuatan-perbuatan mereka itu disebutkan serta ditulis didalam kitab-kitab standar hadits kita sendiri seperti,Bukhari,Muslim,dll.Syi'ah pun mempunyai jalur yang meriwayatkan hal seperti itu,kemudian Syi'ah berpegangan bahwa mereka itu(sahabat)dalam pembagian yang kedua ini memang masih harus diseleksi dan diragukan.
3.Yaitu sahabat yang dianggap Munafiq,orang-orang seperti ini masuk dalam batas Kufur.yang menyatakan adanya Munafiq dari kalangan sahabat itu ialah Nabi sendiri.Didalam hadits-hadits yang diriwayatkan Bukhari yang diantaranya menyatakan:
Bahwa kelak dihari kiamat Beliau saw berada di Telaga Haud,tiba-tiba datang para sahabat lalu mereka mau minum,Rasul mau melayani mereka,tetapi mereka dijauhkan dari Rasul,Rasul bertanya:"Engkau tidak tahu wahai Muhammad,apa yang telah mereka lakukan setelah engkau wafat."
Juga dalam Al-Quran disebutkan:
Diantara orang-orang Arab Badui yang disekeliling-Mu itu ada orang-orang Munafiq:dan(Juga) diantara penduduk Madinah.Mereka keterlaluan dalam keMunafiqanNya."kamu(Muhammad) tidak mengetahui mereka,(Tetapi)Kamilah yang mengetahui mereka.Nanti mereka akan kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar."
Ayat-ayat diatas dan hadits-hadits seperti ini banyak,dan oleh kaum Syi'ah Imamiyah hal itu dijadikan pegangan dan mereka menganggap itu juga Nash,mereka tidak boleh mempunyai pendapat disamping Nash.
Adapun kalangan kita Ahlus Sunnah,menyatakan bahwa semua sahabat tanpa terkecuali adalah "Udul" artinya orang yang bisa dipercaya,orang-orang baik,setidak-tidaknya mereka adalah orang-orang yang pernah melihat Wajah Nabi saw dan pernah ada disekitar Nabi,itu baik dan itu pendapat.Ya..agar tidak terlalu banyak hal yang akan menimbulkan pertanyaan,pokoknya semuanya baik,sudah.Jadi kalau ada Riwayat tentang kesalahan yang jelas dikalangan para sahabat itu,kita Ahlus sunnah menganggapNya itu adalah ijtihad sahabat.Kemudian kita ta'wilkan dan tafsirkan,akhirnya mereka dianggap mendapat pahala (Sebagai orang yang mendapatkan Fadhilah),dapat ganjaran.Misalnya dalam kasus sahabat membunuh sahabat.
Muawiyyah memerangi Ali sampai beberapa ribu orang sahabat gugur.Kita mengatakan Muawiyyah itu berijtihad dan ijtihadnya itu sampai memerangi Ali bin Abi Thalib,dan kita mempunyai kaidah ushul:"Apabila hakim berijtihad,kalau benar mendapat satu pahala"
Jadi minimal Muawiyyah bin Abi Sufyan mendapat satu pahala.Begitulah sikap kita Ahlus Sunnah terhadap para sahabat.Tentu masing-masing Madzhab mempunyai pendirian sendiri dalam beberapa masalah,dan kita yang berpendirian seperti ini seharusnya menghormati pendirian oarang lain.
Kalau Syi'ah itu mengKafirkan orang-orang Munafiq,kita tidak boleh mengKafirkan Mereka (orang-orang Syi'ah)
Karena mereka hanya MengKafirkan sebagian sahabat yang Munafiq yang telah dijelaskan didalam al-Quran dan hadits-hadits.
Mereka punya dasar dan alasan,setidaknya mereka berijtihad dan berdasarkan Nash yang ada pada kita juga,jadi kita tidak boleh salahkan begitu saja.Kita boleh menirima atau tidak menerima pendapat itu.
Kalau kita tidak menerima pendirian mereka maka kita kembali kepada pendirian kita,yaitu semua sahabat itu"Udul"
Tanpa terkecuali.Inilah pendapat saya tentang masalah kedua ini.
Jadi masalah ini kita serahkan kepada pendirian kita sendiri dan bagaimana akal serta logika kita mengkaji masalah-masalah seperti ini.Kalau Syi'ah kita anggap MengKafirkan sebagian dari para Sahabat lalu kita Vonis mereka dengan Kafir maka hal ini Tidak Benar.Sebab kita mesti tahu dengan alasan apa mereka MengKafirkan Sahabat itu?
Kalau alasannya berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits maka itu adalah hak mereka dan kalau kita tidak sependapat dengan itu,maka itu adalah hak kita.
Mahasiswa:
setelah mendengar keterangan dari Ustadz,kami jadi ingin bertanya lebih jauh.Jika demikian,ap bedanya pendirian Syi'ah dan Ahlus Sunnah mengenai sahabat?
Ustadz Husien:
tadi sudah saya jawab bahwa perbedaan kita dengan mereka ialah bahwa Immamiyah mengatakan,sahabat itu dibagi menjadi tiga kelompok(ditinjau dari sudut keimanan mereka).Yang paling tinggi diantara mereka adalah sahabat yang tidak pernah berbuat sesuatu yang tercela dan mereka tidak pernah berbuat salah.Kedua adalah mereka yang pernah membuat kesalahan sebagaimana yang telah saya sebut kan tadi yakni sahabat membunuh sahabat,sahabat mencerca sahabat dsb.Ketiga yaitu sahabat yang Munafiq dan sifat mereka yang Munafiq ini sudah jelas tampak.Namun sikap kita Alus Sunnah menganggap bahwa semua Sahabt itu "Udul".Kalau sekiranya ada perbuatan yang menyimpang maka kita ta'wilkan,sehinga kadang-kadang terus terang saja saya ingin menegaskan ta'wil kita itu bertentangan denagan nash.Jadi seakan-akan kita mengatakan bahwa syariat Islam ini tidak berlaku atas Sahabt,dan ini tidak pernah dilakukan atau diajarkan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw sendiri pernah bersabda:
"Andaikata Fatimah binti Muhammad as.mencuri,niscaya akan aku potong tangannya"
Jadi,Fatimah yang merupakan sepenggal dari badan Nabi dan yang paling dicintai di dunia ini diantara manusia-manusi yang hidup,andaikan beliau itu mencuri,maka Nabi akan memotong tangannya!
Maka saya kira sahabat yang lainpun tidak berhak untuk mendapatkan kekebalan hukum atau kita menta'wilkannya.
KETIGA
SYI'AH DAN KEKHILAFAHAN ABU BAKAR,UMAR,DAN UTSAMAN
Mahasiswa:
kami ingin menanyakan suatu masalah,dan masih sekitar masalah sahabat,cuma kami lebih menyempitkan permasalahan ini.Pertanyaan kami:"Benarkah Syi'ah berpendapat bahwa Khalifahan Abu Bakar,Umar dan Usman itu tidak sah?"
Ustadz Husein:
Dalam masalah ini,dua Madzhab ini mempunyai dua pendapat dan dua pendirian.Dua pendirian itu tidak bisa dikompromikan sebab konsekwensinya seseorang yang memegang pendirian harus tetap dan teguh atas dalil-dalil yang diyakininya.Sekarang kita mendapati ada dua golongan.Satu golongan yang meyakini bahwa Nabi saw dalam beberapa Hadits menunjuk Ali bin Abi Thalib menjadi pemimpin setelah Beliau,misalnya;
Hadits Ghadir yang berbunyi:
"Barangsiapa menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali juga pemimpinnya.
Hadits Tsaqalain yang berbunyi:
"Aku tinggalkan pada kalian dua pusaka yang beharga,yaitu Al-Quran dn Itrah Ahli Baitku.Kalau kalian berpegang teguh pada keduanya,niscaya kalian tidak akan tersesat.
Hadits Manzilah ketika perang Tabuk:
"Kedudukan engkau dan aku sebagaimana kedudukan Harun dan Musa,hanya saja tidak ada Nabi setelah aku."
Dan masih banyak lagi hadits yang seperti itu yang jelas dan tidak bisa diragukan lagi bahwa Nabi saw menunjuk Ali dengan perintah Allah menjadi Khalifah setelah Beliau.Jadi Nabi dengan tegas mengatakan sesudah Beliau hanya Ali sebagai penerusnya.Jika ada orang lain menjabat itu maka menurut Syi'ah Jabatan itu tidak sah.Sebab mungkin seperti seorang gubernur yang menjabat sebuah propinsi karena desakan orang-orang disekitarnya tanpa menerima surat keputusan dari Presiden,maka hal itu tentunya tidak dianggap sah.
Masalah ini menurut Syi'ah adalah masalah yang prinsip.Sebab Imamah menurut mereka merupakan masalah yang sangat mendasar.
KIta,Ahlus Sunnah tidak mengatakn seperti itu.
Kita mengatakan bahwa Nabi tidak meninggalkan pesan apapun,sehingga untuk mengangkat Pemimpin,shabat menjalankannya dengan musyawarah di antara mereka.Dan syura itu memilih Abu Bakar sebagai Khalifah pertama.
kemudian oleh beliau jabatan selanjutnya diserahkan kepada Umar ra.Sebagai Khalifah kedua,menjelang wafat,Umar menunjuk 6 orang untuk memilih seorang Khalifah.Kemudian Utsman ra menjadi Khalifah ketiga,
diantara 4 Khalifah ini menurut sejarah kita Alus Sunnah hanya Ali saja yang dipilih secara aklamasi oleh seluruh kaum muslimin tanpa terkecuali.Jadi pemilihan empat khalifah itu dilakukan dengan empat macam cara.
Hal ini oleh kaum muslimin sekarang khususnya Ahlus Sunnah merupakan cara yang wajar dan cukup memadai serta tidak salah.Dengan demikian kita menganggap ketiga khalifah itu adalah sah.
Sedangkan Syi'ah tidak demikian.Mereka menginginkan khalifah yang ditunjuk oleh Rasulullah saw.
Sedangkan kita seakan-akan tidak membenarkan adanya penunjukan.Padahal sebenarnya kalau kita sabar meneliti dan membaca hadits-hadits sehubungan dengan itu,kita akan tahu bahwa sebagian dari sahabt waktu itu mengakui adanya penunjukan.
Diantaranya terbukti ketika mereka berkumpul di tempat bernama Ghadir Khum,Nabi mengangkat Ali sebagai Wali sesudah beliau,maka
Sayyidina Umar diriwayatkan datang kepada Ali dan menjabat tangan beliau sambil mengatakan:
"Selamat wahai putera Abu Thalib!
Engkau hari ini menjadi Wali tiap Mu'min,"
Bila demikian hadits yang diucapkan oleh Nabi di Ghadir Khum,saya kira tidak bisa disalahkan,jadi memng betul hadits dan kejadian itu memang ada,namun sebagian dari kita mengatakan tidak demikian.
Oleh karena itu mereka kembali kepada Syura(musyawarah).
Menurut Syi'ah Imamiyah,Syura semacam itu tidak memenuhi syarat sebab sahabat-sahabat yang berjumlah sekitar 100 ribu orang itu,yang ada dikota Madinah paling tidak sejumlah 2000 orang dan dari jumlah itu yang hadir dalam musyawarah pengangkatan abu Bakar paling banyak 100 orang.
Bahkan dari 100 orang itu tidak semuanya sepakat,tidak aklamasi dan diantara mereka ada yang mengatakan:Minna amir wa minkum amir(Dari kami harus ada pemimpin dan dari kalian angkatlah pemimpin sendiri).
Sehingga hampir-hampir terjadi tindakan kekerasan hingga sayyidina Umar ra,Berkata:"Bunuhlah Sa'ad bin Ubadah pemimpin Anshar itu!
Dengan demikian tidak cukup memadai untuk Syura itu.Kemudian dikatakan pula syura tersebut tidak memadai karena ahli-ahli syura dari bani Hasyim,seperti Ali,Abbas,dsb.Tidak ada yang hadir dan kaum Anshar pun tidak semuanya hadir karena tidak tahu.
Karena itu Umar pada akhirnya berkata:Bai'at Abu Bakar itu adalah sesuatu yang"Faltah"
(Secara Tergesa-Gesa)yang Alhamdulillah Allah menyelamatkan kita dari akibat buruknya.Jadi tampaknya seperti diatur supaya cepat,sebab kalau semua sahabat hadir mungkin pemilihannya tidak seperti apa yang terjadi itu.Begitulah pendapat Syi'ah.
Sumber: http://syiahimamiahindonesia.blogspot.com/
Post a Comment
mohon gunakan email