Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Mazhab. Show all posts
Showing posts with label Mazhab. Show all posts

Jumlah Mazhab Yang Diakui Dunia Islam Ada Delapan Mazhab


Saat ini para ulama sedunia menyatakan bahwa mazhab islam yang diakui termasuk dalam Agama Islam ada 8 mazhab, yaitu:

Empat mazhab Ahlus Sunnah
a. Mazhab Syafi’i
b. Mazhab Hanafi
c. Mazhab Maliki
d. Mazhab Hanbali

Dua mazhab dari Syiah
a. Mazhab Ja’fari (sering disebut syiah 12 imam)
b. Mazhab Zaydi

Dua dari mazhab lainnya:
a. Mazhab Ibadi
b. Mazhab Zhahiri

Hal ini telah ditegaskan melalui pernyataan sikap para ulama dan tokoh Islam seluruh Dunia, yang tertuang dalam sebuah keputusan bersama yang terkenal dengan sebutan Risalah Amman.

Konferensi ini diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern
(27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.)

Secara lengkapnya, berikut ini kami kutipkan bunyi keputusan para ulama sedunia tersebut di bawah ini.

PERNYATAAN SIKAP KONFERENSI ISLAM INTERNASIONAL

Bismillahir-Rahmanir-Rahim
SALAM DAN SALAWAT SEMOGA TERCURAH PADA BAGINDA NABI MUHAMMAD DAN KELUARGANYA YANG SUCI
Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa… (Al-Nisa’,4:1)
Sesuai dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh YTH Imam Besar Syaikh Al-Azhar, YTH Ayatollah Sayyid Ali Al-Sistani, YTH Mufti Besar Mesir, para ulama Syiah yang terhormat (baik dari kalangan Syiah Ja’fari maupun Zaidi), YTH Mufti Besar Kesultanan Oman, Akademi Fiqih Islam Kerajaan Saudi Arabia, Dewan Urusan Agama Turki, YTH Mufti Besar Kerajaan Yordania dan Para Anggota Komite Fatwa Nasional Yordania, dan YTH Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi; Sesuai dengan kandungan pidato Yang Mulia Raja Abdullah II bin Al-Hussein, Raja Yordania, pada acara pembukaan konferensi;
Sesuai dengan pengetahuan tulus ikhlas kita pada Allah SWT; Dan sesuai dengan seluruh makalah penelitian dan kajian yang tersaji dalam konferensi ini, serta seluruh diskusi yang timbul darinya; Kami, yang bertandatangan di bawah ini, dengan ini menyetujui dan menegaskan kebenaran butir-butir yang tertera di bawah ini:
1. Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim.

Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas.

Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan.

Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati.

Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.

(2) Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia. Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat syahadat(syahadatayn); kewajiban shalat; zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan Haji ke Baitullah di Mekkah. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam: kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah. Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam.

Perbedaan pada masalah-masalah cabang agama tersebut adalah rahmat Ilahi. Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara ‘ulama adalah hal yang baik.

(3) Mengakui kedelapan mazhab dalam Islam tersebut berarti bahwa mengikuti suatu metodologi dasar dalam mengeluarkan fatwa: tidak ada orang yang berhak mengeluarkan fatwa tanpa keahlihan pribadi khusus yang telah ditentukan oleh masing-masing mazhab bagi para pengikutnya. Tidak ada orang yang boleh mengeluarkan fatwa tanpa mengikuti metodologi yang telah ditentukan oleh mazhab-mazhab Islam tersebut di atas. Tidak ada orang yang boleh mengklaim untuk melakukan ijtihad mutlak dan menciptakan mazhab baru atau mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak bisa diterima hingga membawa umat Islam keluar dari prinsip-prinsip dan kepastian-kepastian Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab yang telah disebut di atas.

(4) Esensi Risalah Amman, yang ditetapkan pada Malam Lailatul Qadar tahun 1425 H dan dideklarasikan dengan suara lantang di Masjid Al-Hasyimiyyin, adalah kepatuhan dan ketaatan pada mazhab-mazhab Islam dan metodologi utama yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab tersebut. Mengikuti tiap-tiap mazhab tersebut di atas dan meneguhkan penyelenggaraan diskusi serta pertemuan di antara para penganutnya dapat memastikan sikap adil, moderat, saling memaafkan, saling menyayangi, dan mendorong dialog dengan umat-umat lain.

(5) Kami semua mengajak seluruh umat untuk membuang segenap perbedaan di antara sesama Muslim dan menyatukan kata dan sikap mereka; menegaskan kembali sikap saling menghargai; memperkuat sikap saling mendukung di antara bangsa-bangsa dan negara-negara umat Islam; memperkukuh tali persaudaraan yang menyatukan mereka dalam saling cinta di jalan Allah. Dan kita mengajak seluruh Muslim untuk tidak membiarkan pertikaian di antara sesama Muslim dan tidak membiarkan pihak-pihak asing mengganggu hubungan di antara mereka.

Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara. Maka itu islahkan hubungan di antara saudara-saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah sehingga kalian mendapat rahmat-Nya. (Al-Hujurat, 49:10).
Amman, 27-29 Jumadil Ula 1426 H./ 4-6 Juli 2005 M.
Selengkapnya bisa langsung baca di:
http://ammanmessage.com/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=34

Para penandatangan:

INDONESIA
1. Dr Muhammad Maftuh Basyuni, Menteri Agama
2. KH Ahmad Hasyim Muzadi, Ketua PBNU
3. Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, Ketua Umum Muhammadiyah
4. Dr. Tutty Alawiyah, Rektor Universitas Islam Al-Syafi’iyah
5. Rabhan Abd Al-Wahhab, Dubes RI untuk Yordania
6. Rozy Munir, Wakil Ketua PBNU
7. Muhamad Iqbal Sullam, International Conference of Islamic Scholars, Indonesia
AFGHANISTAN
1. YTH. Nusair Ahmad Nour, Dubes Afghanistan untuk Qatar
ALJAZAIR
1. YTH. Lakhdar Ibrahimi, Utusan Khusus Sekjen PBB; Mantan Menlu Aljazair
2. Prof. Dr. Abd Allah bin al-Hajj Muhammad Al Ghulam Allah, Menteri Agama
3. Dr. Mustafa Sharif, Menteri Pendidikan
4. Dr. Sa’id Shayban, Mantan Menteri Agama
5. Prof. Dr. Ammar Al-Talibi, Departemen Filsafat, University of Algeria
6. Mr. Abu Jara Al-Sultani, Ketua LSM Algerian Peace Society Movement
AUSTRIA
1. Prof. Anas Al-Shaqfa, Ketua Komisi Islam
2. Mr. Tar afa Baghaj ati, Ketua LSM Initiative of Austrian Muslims
AUSTRALIA
1. Shaykh Salim ‘Ulwan al-Hassani, Sekjen, Darulfatwa, Dewan Tinggi Islam
AZERBAIJAN
1. Shaykh Al-Islam Allah-Shakur bin Hemmat Bashazada, Ketua Muslim Administration of the Caucasus
BAHRAIN
1. Syaikh Dr. Muhammad Ali Al-Sutri, Menteri Kehakiman
2. Dr. Farid bin Ya’qub Al-Miftah, Sekretaris Kementerian Agama
BANGLADESH
1. Prof. Dr. Abu Al-Hasan Sadiq, Rektor Asian University of Bangladesh
BOSNIA dan HERZEGOVINA
1. Prof. Dr. Syaikh Mustafa Ceric, Ketua Majlis ‘Ulama’dan Mufti Besar Bosnia dan Herzegovina
2. Prof. Hasan Makic, Mufti Bihac
3. Prof. Anes Lj evakovic, Peneliti dan Pengajar, Islamic Studies College
BRAZIL
1. Syaikh Ali Muhmmad Abduni, Perwakilan International Islamic Youth Club di Amerika Latin
KANADA
1. Shaykh Faraz Rabbani, Guru, Hanafijurisprudence, Sunnipath.com
REPUBLIK CHAD
1. Shaykh Dr. Hussein Hasan Abkar, Presiden, Higher Council for Islamic Affair; Imam Muslim, Chad
MESIR
1. Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq, Menteri Agama
2. Prof. Dr. Ali Jumu’a, Mufti Besar Mesir
3. Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib, Rektor Universitas Al-Azhar University
4. Prof. Dr. Kamal Abu Al-Majd, Pemikir Islam; Mantan Menteri Informasi;
5. Dr. Muhammad Al-Ahmadi Abu Al-Nur, Mantan Menteri Agama Mesir; Profesor Fakultas Syariah, Yarmouk University, Jordan
6. Prof. Dr. Fawzi Al-Zifzaf, Ketua Masyayikh Al-Azhar; Anggota the Academy of Islamic Research
7. Prof. Dr. Hasan Hanafi, Peneliti dan Cendekiawan Muslim, Departemen Filsafat, Cairo University
8. Prof. Dr. Muhammad Muhammad Al-Kahlawi, Sekjen Perserikatan Arkeolog Islam; Dekan Fakultas Studi Kesejarahan Kuno, Cairo University
9. Prof. Dr. Ayman Fuad Sayyid, Mantan Sekjen, Dar al-Kutub Al-Misriyya
10. Syaikh Dr. Zaghlul Najjar, Anggota Dewan Tinggi Urusan Islam, Mesir
11. Syaikh Moez Masood, Dai Islam
12. Dr. Raged al-Sirjani
13. Dr. Muhammad Hidaya
PERANCIS
1. Syaikh Prof. Dalil Abu Bakr, Ketua Dewan Tinggi Urusan Agama Islam dan Dekan Masjid Paris
2. Dr. Husayn Rais, Direktur Urusan Budaya, Masjid Jami’ Paris
JERMAN
1. Prof. Dr. Murad Hofmann, Mantan Dubes Jerman untuk Maroko
2. Syaikh Salah Al-Din Al- Ja’farawi, Asisten Sekjen World Council for Islamic Propagation
INDIA
1. H.E. Maulana Mahmood Madani, Anggota Parlemen, Sekjen Jamiat Ulema-i-Hind
2. Ja’far Al-Sadiq Mufaddal Sayf Al-Din, Cendikiawan Muslim
3. Taha Sayf Al-Din, Cendikiawan Muslim
4. Prof. Dr. Sayyid Awsaf Ali, Rektor Hamdard University
5. Prof. Dr. Akhtar Al-Wasi, Dekan College of Humanities and Languages
IRAN
1. Ayatollah Syaikh Muhammad Ali Al-Taskhiri, Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah.
2. Ayatollah Muhammad Waez-zadeh Al-Khorasani, Mantan Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah
3. Prof. Dr. Mustafa Mohaghegh Damad, Direktur the Academy of Sciences; Jaksa; Irjen Kementerian Kehakiman
4. Dr. Mahmoud Mohammadi Iraqi, Ketua LSM Cultural League and Islamic Relations in the Islamic Republic of Iran
5. Dr. Mahmoud Mar’ashi Al-Najafi, Kepala Perpustakaan Nasional Ayatollah Mar’ashi Al-Najafi
6. Dr. Muhammad Ali Adharshah, Sekjen Masyarakat Persahabatan Arab-Iran
7. Shaykh Abbas Ali Sulaymani, Wakil Pemimpin Spiritual Iran di wilayah Timur Iran
IRAK
1. Grand Ayatollah Shaykh Husayn Al-Mu’ayyad, Pengelola Knowledge Forum
2. Ayatollah Ahmad al-Bahadili, Dai Islam
3. Dr. Ahmad Abd Al-Ghaffur Al-Samara’i, Ketua Diwan Waqaf Sunni
ITALIA
1. Mr. Yahya Sergio Pallavicini, Wakil Ketua, Islamic Religious Community of Italy (CO.RE.IS.)
YORDANIA
1. Prof. Dr. Ghazi bin Muhammad, Utusan Khusus Raja Abdullah II bin Al-Hussein
2. Syaikh Izzedine Al-Khatib Al-Tamimi, Jaksa Agung
3. Prof. Dr. Abdul-Salam Al-Abbadi, Mantan Menteri Agama
4. Prof. Dr. Syaikh Ahmad Hlayyel, Penasehat Khusus Raja Abdullah dan Imam Istana Raja
5. Syaikh Said Al-Hijjawi, Mufti Besar Yordania
6. Akel Bultaji, Penasehat Raja
7. Prof. Dr. Khalid Touqan, Menteri Pendidikan dan Riset
8. Syaikh Salim Falahat, Ketua Umum Ikhwanul Muslimin Yordania
9. Syaikh Dr. Abd Al-Aziz Khayyat, Mantan Menteri Agama
10. Syaikh Nuh Al-Quda, Mantan Mufti Angkatan Bersenjata Yordania
11. Prof. Dr. Ishaq Al-Farhan, Mantan Menteri Pendidikan
12. Dr. Abd Al-Latif Arabiyyat, Mantan Ketua DPR Yordania; Shaykh Abd Al-Karim Salim Sulayman Al-Khasawneh, Mufti Besar Angkatan Bersenjata Yordania
13. Prof. Dr. Adel Al-Toweisi, Menteri Kebudayaan
14. Mr.BilalAl-Tall, Pemimpin Redaksi Koran Liwa’
15. Dr. Rahid Sa’id Shahwan, Fakultas Ushuluddin, Balqa Applied University
KUWAIT
1. Prof. Dr. Abdullah Yusuf Al-Ghoneim, Kepala Pusat Riset dan Studi Agama
2. Dr. Adel Abdullah Al-Fallah, Wakil Menteri Agama
LEBANON
1. Prof. Dr. Hisham Nashabeh, Ketua Badan Pendidikan Tinggi
2. Prof. Dr. Sayyid Hani Fahs, Anggota Dewan Tinggi Syiah
3. Syaikh Abdullah al-Harari, Ketua Tarekat Habashi
4. Mr. Husam Mustafa Qaraqi, Anggota Tarekat Habashi
5. Prof. Dr. Ridwan Al-Sayyid, Fakultas Humaniora, Lebanese University; Pemred Majalah Al-Ijtihad
6. Syaikh Khalil Al-Mays, Mufti Zahleh and Beqa’ bagian Barat
LIBYA
1. Prof. Ibrahim Al-Rabu, Sekretaris Dewan Dakwah Internasional
2. Dr. Al-Ujaili Farhat Al-Miri, Pengurus International Islamic Popular Leadership
MALAYSIA
1. Dato’ Dr. Abdul Hamid Othman, Menteri Sekretariat Negara
2. Anwar Ibrahim, Mantan Perdana Menteri
3. Prof. Dr. Muhamad Hashem Kamaly, Dekan International Institute of Islamic Thought and Civilisation
4. Mr. Shahidan Kasem, Menteri Negara Bagian Perlis, Malaysia
5. Mr. Khayri Jamal Al-Din, Wakil Ketua Bidang Kepemudaan UMNO
MALADEWA
1. Dr. Mahmud Al-Shawqi, Menteri Pendidikan
MAROKO
1. Prof. Dr. Abbas Al-Jarari, Penasehat Raja
2. Prof. Dr. Mohammad Farouk Al-Nabhan, Mantan Kepala DarAl-Hadits Al-Hasaniyya
3. Prof. Dr. Ahmad Shawqi Benbin, Direktur Perpustakaan Hasaniyya
4. Prof. Dr. Najat Al-Marini, Departemen Bahasa Arab, Mohammed V University
NIGERIA
1. H.H. Prince Haji Ado Bayero, Amir Kano
2. Mr. Sulayman Osho, Sekjen Konferensi Islam Afrika
KESULTANAN OMAN
1. Shaykh Ahmad bin Hamad Al-Khalili, Mufti Besar Kesultanan Oman
2. Shaykh Ahmad bin Sa’ud Al-Siyabi, Sekjen Kantor Mufti Besar
PAKISTAN
1. Prof. Dr. Zafar Ishaq Ansari, Direktur Umum, Pusat Riset Islam, Islamabad
2. Dr. Reza Shah-Kazemi, Cendikiawan Muslim
3. Arif Kamal, Dubes Pakistan untuk Yordania
4. Prof. Dr. Mahmoud Ahmad Ghazi, Rektor Islamic University, Islamabad; Mantan Menteri Agama Pakistan
PALESTINA
1. Shaykh Dr. Ikrimah Sabri, Mufti Besar Al-Quds dan Imam Besar Masjid Al-Aqsa
2. Shaykh Taysir Raj ab Al-Tamimi, Hakim Agung Palestina
PORTUGAL
1. Mr. Abdool Magid Vakil, Ketua LSM Banco Efisa
2. Mr. Sohail Nakhooda, Pemred Islamica Magazine
QATAR
1. Prof. Dr. Shaykh Yusuf Al-Qaradawi, Ketua Persatuan Internasional Ulama Islam
2. Prof. Dr. Aisha Al-Mana’i, Dekan Fakultas Hukum Islam, University of Qatar
RUSIA
1. Shaykh Rawi Ayn Al-Din, Ketua Urusan Muslim
2. Prof. Dr. Said Hibatullah Kamilev, Direktur, Moscow Institute of Islamic Civilisation
3. Dr. Murad Murtazein, Rektor, Islamic University, Moskow
ARAB SAUDI
1. Dr. Abd Al-Aziz bin Uthman Al-Touaijiri, Direktur Umum, The Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO)
2. Syaikh al-Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Saqqaf
SENEGAL
1. Al-Hajj Mustafa Sisi, Penasehat Khusus Presiden Senegal
SINGAPORE
1. Dr. Yaqub Ibrahim, Menteri Lingkuhan Hidup dan Urusan Muslim
AFRIKA SELATAN
1. Shaykh Ibrahim Gabriels, Ketua Majlis Ulama Afrika Utara South African ‘Ulama’
SUDAN
1. Abd Al-Rahman Sawar Al-Dhahab, Mantan Presiden Sudan
2. Dr. Isam Ahmad Al-Bashir, Menteri Agama
SWISS
1. Prof. Tariq Ramadan, Cendikiawan Muslim
SYRIA
1. Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buti, Dai, Pemikir dan Penulis Islam
2. Prof. Dr. Syaikh Wahba Mustafa Al-Zuhayli, Ketua Departemen Fiqih, Damascus University
3. Syaikh Dr. Ahmad Badr Hasoun, Mufti Besar Syria
THAILAND
1. Mr. Wan Muhammad Nur Matha, Penasehat Perdana Menteri
2. Wiboon Khusakul, Dubes Thailand untuk Irak
TUNISIA
1. Prof. Dr. Al-Hadi Al-Bakkoush, Mantan Perdana Menteri Tunisia
2. Dr. Abu Baker Al-Akhzuri, Menteri Agama
TURKI
1. Prof. Dr. Ekmeleddin I lis an og hi, Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI)
2. Prof. Dr. Mualla Saljuq, Dekan Fakultas Hukum, University of Ankara
3. Prof. Dr. Mustafa Qag nci, Mufti Besar Istanbul
4. Prof. Ibrahim Kafi Donmez, Profesor Fiqih University of Marmara
UKRAINA
1. Shaykh Dr. Ahmad Tamim, Mufti Ukraina
UNI EMIRAT ARAB
1. Mr. Ali bin Al-Sayyid Abd Al-Rahman Al-Hashim, Penasehat Menteri Agama
2. Syaikh Muhammad Al-Banani, Hakim Pengadilan Tinggi
3. Dr. Abd al-Salam Muhammad Darwish al-Marzuqi, Hakim Pengadilan Dubai
INGGRIS
1. Syaikh Abdal Hakim Murad / Tim Winter, Dosen, University of Cambridge
2. Syaikh Yusuf Islam /Cat Steven, Dai Islam dan mantan penyanyi
3. Dr. FuadNahdi, Pemimpin Redaksi Q-News International
4. SamiYusuf, Penyanyi Lagu-lagu Islam
AMERIKA SERIKAT
1. Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr, Penulis dan profesor Studi-studi Islam, George Washington University
2. Syaikh Hamza Yusuf, Ketua Zaytuna Institute
3. Syaikh Faisal Abdur Rauf, Imam Masjid Jami Kota New York
4. Prof. Dr. Ingrid Mattson, Profesor Studi-studi Islam, Hartford Seminary; Ketua Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA)
UZBEKISTAN
1. Syaikh Muhammad Al-Sadiq Muhammad Yusuf, Mufti Besar
YAMAN
1. Syaikh Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz, Ketua Madrasah Dar al-Mustafa, Tarim
2. Syaikh Habib Ali Al-Jufri, Dai Internasional
3. Prof. Dr. Husayn Al-Umari, Anggota UNESCO; Profesor Sejarah, Universitas Sana’a’

Daftar lengkap para anggota delegasi bisa dilihat di:
www.ammanmessage.com (Arab-Inggris);
Ingin tahu lebih banyak tentang AMMAN MESSAGE ini silakan Download di Amman Message

Sekretaris Politik Majelis Persatuan Mulsim: Urgensitas Tindakan Serius Pemerintah Untuk Merepresi Kelompok Takfiri Pakistan


PAKISTAN - Hari ini, Pakistan dalam kondisi kritis antara mati dan hidup dan jika pemerintah tidak bersikap tegas dengan kelompok pendukung takfiri dan masalah ini tidak terselesaikan untuk selamanya, maka negara tidak akan pernah terbebas dari anarki ini. 

Menurut laporan IQNA, Nasir Abbas Shirazi, Sekretaris Politik Majelis Persatuan Muslim Pakistan dengan mengafirmasikan urgensitas persatuan antara Syiah dan Ahlus Sunnah menambahkan, kami menegaskan persatuan sedari awal dan kami sangat mengecam negosiasi dengan kelompok takfiri dan para pengayomnya, sekarang ini pelbagai partai sampai pada keyakinan bahwa tidak dapat bernegoisasi lagi dengan kelompok takfiri dan ini menjelaskan intelek kami.

Dia dalam pertemuan persnya di Quetta-Pakistan menegaskan, majelis persatuan muslim memiliki pelbagai progam untuk solidaritas antar mazhab Islam dan secepatnya kami akan saling bertukar pendapat dengan partai-partai lainnya dalam ranah ini.

Sekretaris Politik Majelis Persatuan Muslim dengan dukungan pasti kelompok ini atas tindakan anti kelompok ekstrem dan mengatakan, sekarang ini negara dalam kondisi kritis antara mati dan hidup dan jika pemerintah tidak bersikap tegas dengan kelompok para pengayom takfiri dan masalah ini tidak terselesaikan untuk selamanya, maka negara tidak akan pernah terbebas dari anarki ini.

Wawancara IQNA dengan Cendekiawan Terkemuka Tunisia: Imperialisme Global dan Ketidaksadaran Akar Berbagai Konflik Antara Syiah dan Ahlus Sunnah


TUNISIA - Akar konflik antara Syiah dan Ahlus Sunnah harus dicari dari dua faktor eksternal (Imperialisme dan kekuatan-kekuatan global) dan internal (tidak adanya pengenalan dan ketidaksadaran antar mazhab).
Husein Qasim, cendekiawan muslim dan peneliti terkemuka Tunisia saat wawancara dengan IQNA, dengan menjelaskan hal ini mengatakan, Imperialisme dan upaya penjajahan dan kekuatan-kekuatan global untuk menciptakan konflik dan perpecahan di kalangan kaum muslimin termasuk faktor eksternal perselisihan dan konflik di kalangan umat Islam.

“Banyak sekali para pengikut mazhab-mazhab Islam tidak memiliki pengenalan terhadap doktrin dan ajaran-ajaran mazhab selainnya dan mereka dalam banyak kondisi tidak mengindahkan persamaan-persamaan penting, seperti Al-Quran Al-Karim, satu kiblat dan Rasulullah (Saw) dan mereka fokus terhadap masalah-masalah perselisihan kecil, yang menjadi sumber perselisihan dan konflik,” tambahnya.

Cendekiawan Islam Tunisia ini menjelaskan, kami sekarang ini menyaksikan bahwa sebagian orang dan kelompok-kelompok ekstrem menisbatkan dirinya kepada Ahlus Sunnah, karena pemikiran dan opini yang salah dan penyelewengan mereka melakukan pembunuhan terhadap para pengikut mazhab Syiah dan menganggap orang-orang Syiah sebagai kafir, Atheis dan telah keluar dari lingkup agama Islam.

Dia dengan menegaskan bahwa Syiah dan Ahlus Sunnah memiliki satu sumber, mengatakan, mazhab Syiah dan Ahlus Sunnah berasal dari satu muara, yaitu agama suci Islam; karena mereka memiliki Tuhan, Rasulullah (Saw), syariat, kiblat dan Al-Quran mereka satu.

Husein Qasim dalam kelanjutan wawancaranya menegaskan, para pengikut mazhab Islam dengan memperhatikan persamaan-persamaan penting yang mereka miliki, maka tidak ada justifikasi sama sekali untuk memperhatikan konflik dan perpecahan di kalangan mereka dan tidak semestinya terpengaruh di balik propaganda-propaganda gerakan dan kelompok algojo yang berafiliasi dengan arogansi, kekuatan-kekuatan global dan Imperialisme serta menganggap dirinya sebagai musuh selainnya dan melakukan pembunuhan selainnya, dengan tanpa memiliki pengetahuan satu sama lainnya.

“Umat Islam khususnya para remaja sekarang ini sangat membutuhkan sekali pengetahuan dan pemahaman keyakinan dan ideologi satu sama lain dan sangat penting sekali menjauhkan para remaja dari ketergelinciran dalam masalah-masalah partikel perselisihan yang dicari oleh arogansi dunia, karena Imperialisme senantiasa mencari penebaran benih perpecahan dalam tubuh kaum muslimin,” ucapnya.

Husein Qasim terkait terjeratnya perselisihan antara Syiah dan Ahlus Sunnah menegaskan, ketika kami berbicara tentang perpecahan mazhab, sejatinya perselisihan ini tidak ada, namun itu adalah segenggam ilusi dan tidak ada seorang pun dapat mengatakan kaum muslimin saling berselisih, meskipun dalam sebagian waktu mereka berupaya menonjolkan perselisihan yang ada diantara kaum muslimin dan pelbagai mazhab mereka sebagai perselisihan mazhab, namun jika sedikit kita renungkan masalah-masalah tersebut, maka kita akan memahami bahwa perselisihan yang muncul dikalangan umat Islam adalah perselisihan politik dan tidak terkait dengan agama dan mazhab.

Dia menganggap perselisihan kaum muslimin sifatnya dangkal dan seperti perselisihan dalam memilih pakaian. “Kita harus menghilangkan perselisihan-perselisihan ini dan meluruskan citra Syiah dan Ahlus Sunnah dan merintangi pembunuhan satu sama lainnya,” ucapnya.

Cendekiawan dan peneliti terkemuka Tunisia ini mengungkapkan, para pemikir dan cendekiawan dunia Islam memiliki kewajiban dengan menjelaskan ajaran toleransi Islam dan ajaran-ajaran agama suci ini yang berlandaskan interaksi dan saling menghormati, moderat mencegah menggunakan para pengikut mazhab-mazhab Islam untuk melakukan kekerasan dan menutup jalan untuk menuju penyelewengan dan mengajak umat Islam menuju jalan benar dan jalan lurus, yaitu menjaga persatuan dan empati.

Dia menegaskan, adapun pembunuhan, konflik, perselisihan di dunia Islam yang kita saksikan sekarang ini bersumber dari kebodohan, kesesatan dan konspirasi arogansi dunia, karena tindakan-tindakan radikal ini sama sekali tidak berkaitan dengan Islam dan ajaran-ajarannya.

Husein Qasim menganggap akar semua konflik di masyarakat Islam adalah konspirasi-konspirasi Amerika dan Zionis dan dia menegaskan peran penting media-media dunia Islam guna melawan konspirasi dan muslihat para musuh-musuh Islam.

Mengapa mazhab Syiah merupakan sebaik-baiknya mazhab?

 
 
Mengapa mazhab Syiah merupakan sebaik-baiknya mazhab?
 
Pertanyaan:
Atas alasan apa Anda menyatakan bahwa mazhab Syiah merupakan sebaik-baiknya mazhab? Saya sendiri adalah seorang yang bermazhab Syiah. Akan tetapi saya tidak tahu apa keunggulan mazhab Syiah atas Wahabi… Jangan-jangan kita termasuk dari 72 firqah kaum Muslimin itu yang sudah nyata kesesatannya? Bagaimana saya dapat yakin bahwa mazhab saya adalah mazhab yang benar?
 
Jawaban Global:
Keunggulan mazhab Syiah adalah disebabkan oleh "kebenarannya". Di setiap masa agama yang benar masa hanya terbatas pada satu agama. Adapun agama-agama lainnya apakah mereka secara asasi merupakan agama yang batil atau pun tidak memiliki dasar, telah punah atau telah dianulir oleh agama yang datang setelahnya. Syariat yang benar pada masa sekarang ini adalah syariat Islam. Islam yang murni dan benar termanifestasi pada mazhab Syiah. Kemurnian ajaran mazhab Syiah lantaran mengikuti secara totalitas jejak Nabi Muhamamd Saw sehingga dengan demikian ia menjadi refleksi Islam murni. Terdapat banyak bukti-bukti sejarah dan teks-teks agama yang menegaskan klaim ini dan tipologi yang dimiliki Syiah ini tidak dapat dijumpai pada ajaran Wahabi.
 
Jawaban Detil:
Keunggulan mazhab Syiah adalah disebabkan oleh "kebenarannya". Di setiap masa agama yang benar masa hanya terbatas pada satu agama. Allah Swt pada setiap masa memiliki satu syariat.  Adapun agama-agama lainnya apakah mereka secara asasi merupakan agama yang batil atau pun tidak memiliki dasar, telah punah atau telah dianulir oleh agama yang datang setelahnya.. Banyak jumlah mazhab-mazhab dan agama-agama samawi yang hingga kini diturunkan untuk manusia. Bilangan agama tersebut adalah bilangan vertikal bukan horizontal. Artinya bahwa agama baru adalah agama yang menganulir dan menyempurnakan agama sebelumnya. Seiring dengan datangnya agama baru maka masa pakai agama lama sudah kadaluarsa dan tidak laku lagi. Lantaran sudah expired (masa pakainya sudah usai) maka agama lama tersebut memberikan tempatnya kepada agama baru dan semua penganutnya harus mengikuti dan beriman kepada ajaran baru tersebut. Atas alasan ini, dalam teks-teks suci agama menyebut orang-orang yang tidak beriman kepada agama yang baru disebut sebagai "kafir."
 
Islam merupakan agama pamungkas dan sempurna yang diturunkan bagi umat manusia. Sedemikian sehingga Allah Swt hanya akan menerima agama Islam sebagai satu-satunya agama resmi dan sah bagi manusia. "Inna al-din 'indaLlâhi al-Islâm." (Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam, Qs. Ali Imran [3]:19) Waman yabtaghe' ghair al-Islam dinan falan yaqbla minhu." (Barang siapa yang mengikut agama selain Islam maka sekali-kali tidak akan diterima, Qs. Ali Imran [3]:85)
 
Amat disayangkan kaum Muslimin juga sebagaimana kaum-kaum dan pemeluk agama-agama sebelumnya berpencar pada agama-agama lainnya. Dan tentu saja semuanya tidak berpijak di atas agama yang benar. Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya umatku setelahku akan terpecah menjadi 73 golongan. Satu golongan yang selamat dan 72 golongan semuanya berada dalam neraka."[1] Mazhab hak dan firqah najiyah di kalangan mazhab-mazhab Islam adalah mazhab Syiah Itsna Asyariyah. Mazhab ini adalah mazhab yang merefleksikan ajaran Islam hakiki dan benar. Nabi Saw bersabda, "Wahai umat manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan bagi kalian jika kalian berpegang teguh kepadanya maka kalian tidak akan tersesat selamanya, Kitabullah dan Itrahti Ahlubaiti."[2]
 
Abu Dzar Ghiffari salah seorang sahabat besar dan tsiqah (dipercaya) Rasulullah Saw menukil: "Aku mendengar dari Nabi Saw sesungguhnya beliau bersabda: "Perumpamaan Ahlubaitku di tengah kalian laksana bahterah Nuh bagi kaum Nuh, barangsiapa yang menaiki bahtera akan selamat dan barangsiapa yang meninggalkannya akan karam."[3]
 
Asas dan fondasi mazhab Syiah adalah tauhid, keadilan, kenabian, imamah dan ma'ad. Syiah adalah mazhab yang meyakini terhadap adanya 12 imam maksum sebagai khalifah Rasulullah Saw dimana Imam Pertama mazhab Syiah adalah Ali bin Abi Thalib dan Imam Pamungkas (Imam Keduabelas) adalah Imam Mahdi Ajf.
 
Dalam riwayat yang dinukil dari Rasulullah Saw dijelaskan jumlah bilangan dan bahkan nama-nama para Imam Maksum As. Suatu hari Abdullah bin Mas'ud duduk di tengah sekumpulan orang-orang tiba-tiba datang seorang Arab Badui dan bertanya siapa di antara kalian yang bernama Abdullah bin Mas'ud? Abdullah bin Mas'ud menjawab: "Saya adalah Abdullah bin Mas'ud. Orang Arab itu bertanya: Apakah nabi kalian menjelaskan bagi kalian berapa jumlah khalifah setelahnya? Abdullah bin Mas'ud berkata: Iya. Dua belas orang sejumlah bilangan pemimpin Bani Israel."[4]
 
Dalil klaim kami atas kebenaran Syiah adalah al-Qur'an dan Sunnah. Allah Swt dalam al-Qur'an memerintahkan kepada kita untuk mentaati Allah Swt, Rasulullah Saw dan Ulil Amri – Ulil Amri yaitu para Imam Syiah sesuai dengan penegasan Rasulullah Saw. Pada banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menyinggung masalah imamah dan wilayah. Ayat-ayat seperti, "Wa anzhir asyiratakal aqrabin;"[5] "Innama waliyyukumuLlah wa rasulah wa al-mu'minun alladzina yuqimuna al-shalat yuthu'na al-zakat wa hum raki'un."[6] "Ya ayyuharrasul balligh maa unzila ilaik min Rabbik wa inlam taf'al fama ballaghta risalatah."[7] "Al-Yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu 'alaikum ni'mati wa radhitu lakum al-Islama Dina."[8] "Innama yuriduLlah liyudzhiba 'ankum al-rijs Ahlalbait,"[9] dan sebagainya.
 
Nabi Saw juga sesuai dengan bukti-bukti tegas sejarah dan riwayat senantiasa menyebut Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As sebagai washi dan khalifahnya. Sebagaimana Thabar dalam Tarikh-nya menukil bahwa tatkala ayat "wa andzir asyiratakal aqrabin" turun, Nabi Saw berkata kepada kaumnya: Allah Swt menitahkan kepadaku supaya Aku mengajak kalian kepada-Nya. Barang siapa di antara kalian yang membantuku dalam hal ini maka ia akan menjadi saudara, washi dan khalifahku. Ali berkata: "Saya wahai Rasulullah Saw akan membantumu di jalan ini. Rasulullah Saw menaruh tangannya di pundak Ali As dan bersabda: "Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudara, washi dan khalifaku di antara kalian. Dengarkan dan patuhilah ia. Kerabat Rasulullah Saw berdiri sembari mencemooh kepada Abu Thalib: "Dia memerintahmu untuk mentaati anakmu dan melaksanakan perintahnya."[10]
 
Rasulullah Saw pada akhir-akhir masa hidupnya, sekembalinya dari haji yang dikenal sebagai hajjatul wada', di tempat yang bernama Ghadir Khum mengangkat dan memperkenalkan Ali bin Abi Thalib secara resmi sebagai imam dan khalifah kaum Muslimin. Di tempat itu, Rasulullah Saw memerintahkan kepada orang-orang yang hadir untuk memberikan baiat kepada Ali sebagai Amirul Mukminin. Rasulullah Saw menyampaikan sebuah sabda yang terkenal pada hari itu, "Man kuntu Mawlahu fahadza 'Aliyun Mawla." (Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya). Hadis ini merupakan salah satu hadis yang terkenal dan mutawatir dalam kitab-kitab standar Islam.
 
Hal ini merupakan dalil-dalil keunggulan dan kebenaran Syiah secara global atas mazhab-mazhab lain menurut pandangan internal (sesama mazhab Islam) agama dengan bersandar pada ayat-ayat dan riwayat. Akan tetapi hal ini juga dapat ditinjau dari sudut pandang eksternal (luar) agama dan membandingkan antara ajaran-ajaran Syiah dan non-Syiah yang menandaskan keunggulan mazhab Syiah. Akan tetapi pembahasan ini akan kami ketengahkan pada kesempatan mendatang.
 
Akan tetapi terkait dengan Wahabi kami mencukupkan diri dengan menukil tulisan Sayid Mustafa Radhawi dalam kitab "Ittila'ât-e Siyâsi wa Mazhabi Pâkistan" dimana orang-orang Wahabi memandang seluruh firqah dalam Islam dari kalangan Syiah dan Sunni sebagai orang-orang musyrik, kafir dan penyembah berhala.
 
Menyampaikan hajat, berziarah, menghormati (ihtirâm) dan mengagungkan (ta'zhim) pusara Nabi Saw dan para Imam Maksum sebagai bentuk bid'ah (heresy) dan menyembah berhala kemudian menghukuminya sebagai perbuatan haram. Mereka memandang haram menyampaikan salam, memuliakan dan menghormati Nabi Saw di luar shalat. Seiring dengan wafatnya Nabi Saw maka berakhir pula penghormatan dan pemuliaan kepada Nabi Saw. Segala jenis bentuk, kubah, pusara atas kuburan para imam dan pembesar agama sebagai bid'ah. Mereka meyakini bahwa Rasulullah Saw adalah seorang manusia biasa dengan segala ketidakmampuan dan kelemahan yang merasakan kematian. Setelah wafatnya maka sekali-kali beliau tidak memiliki berita tentang kita dan dunia hari ini karena itu ziarah kubur Nabi Saw adalah haram hukumnya.[11]
 
Kami serahkan kepada akal sehat Anda untuk menilai dan menghukumi apakah ajaran-ajaran ini sejalan dengan fitrah dan al-Qur'an. Inikah kecintaan terhadap Ahlulbait yang dipandang sebagai upah risalah?[12] Bukankah al-Qur'an menegaskan bahwa para syahid itu hidup dan mendapatkan rezeki di sisi Tuhan.[13] Dan apakah kedudukan Nabi Saw lebih rendah dari para syahid? Dan seterusnya.
 
Sekiranya Anda tertarik untuk melanjutkan pembahasan ini secara detil dan jeluk kami persilahkan Anda untuk melayangkan surat kepada redaksi. Kami tunggu. []
 
 

[1]. Al-Ibânat al-Kubrâ, Ibnu Battah, jil. 1, hal. 3; al-Khisâl, Ibnu Babewai hal. 585.
[2]. Kanz al-'Ummâl, Muttaqi Hindi, jil.1, hal. 44, Bab al-I'tisham bil Kitab wa al-Sunnah.
[3]. Al-Mustadrak 'ala al-Shahîhaîn, Hakim Naisaburi, jil. 3, hal. 151.
[4]. Khisâl, Ibnu Babewai,  hal. 467.
[5]. "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (Qs. Al-Syuara [24]:214)
[6]. "Sesungguhnya pemimpinmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, sedang mereka dalam kondisi rukuk." (Qs. Ali Imran [3]:55)
[7]. "Hai rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya." (Qs. Al-Maidah [5]:67)
[8]. "Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu menjadi agama bagimu." (Qs. Al-Maidah [5]:3)
[9]. "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan menyucikan kamu sesuci-sucinya." (Qs. Al-Ahzab [33]:33)
[10]. Târikh Thabari, jil. 2, hal. 320, cetakan Mesir; Kamil Ibn Atsir, jil. 2, hal. 41, cetakan Beirut.
[11]. Sayid Mustafa Radhawi, Ittilâ'at-e Siyâsi wa Madzhâbi Pâkistan, hal. 63-64.
[12]. "Qul laa As'alukum 'alaih ajran Illa al-Mawaddah fii al-Qurbâ." (Qs. Al-Syura [42]:23)
[13]. Qs. Ali Imran (3):169

PERBANDINGAN MAZHAB DALAM ISLAM


"Aku meminta izin untuk berjumpa dengan Imam Ja'far ash Shadiq", begitu Abu Hanifah memulai kisahnya. "tetapi dia tidak memperkenalkanku. Kebetulan datanglah rombongan orang Kofah meminta izin, dan akupun masuk bersama mereka. Setelah aku berada disisinya, aku berkata:

- Wahai putra Rasulullah, alangkah baiknya jika Anda menyuruh orang pergi ke Kofah dan melarang penduduknya mengecam sahabat Rasulullah saw. Aku lihat disana lebih dari 10.000 orang mengecam sahabat.

+ Mereka tidak akan menerima laranganku.
- Siapa yang berani menolak Anda, padahal Anda putra Rasulullah?
+ Anda orang pertama yang tidak menerima perintahku. Anda masuk tanpa seizinku. Duduk tanpa perintahku. Berbicara tidak sesuai dengan pendapatku. Telah sampai padaku bahwa anda menggunakan qiyas.

- Benar.
+ Celaka anda, hai Nu'man. Orang yang pertama menggunakan qiyas ialah Iblis, ketika Allah menyuruhnya sujud kepada Adam. Lalu dia menolak dan berkata: "Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan ia dari tanah". Hai Nu'man mana yang lebih besar (dosanya), membunuh atau berzina?

- Membunuh
+ Tetapi mengapa Allah menetapkan dua orang saksi untuk pembunuhan dan empat orang untuk zina. Anda gunakan qiyas disini?
- Tidak

+ Mana yang lebih besar najisnya, kencing atau air mani?
- Kencing
+ Mengapa, untuk kencing diperintahkan wudhuk, tetapi untuk mani diperintahkan mandi. Anda juga gunakan qiyas disini?

- Tidak
+ Mana lebih besar, Shalat atau Shaum?
- Shalat
+ Kenapa wanita haid harus mengkadha shaumnya tetapi tidak harus mengkadha shalatnya. Anda juga gunakan qiyas disini?

- Tidak
+ Mana yang lebih lemah, wanita atau pria
- Wanita
+ Mengapa Allah berikan warisan dua bagian bagi pria dan satu bagian bagi wanita. Apakah anda juga pakai qias disini?
- Tidak

Dialog kita cukupkan sampai disini saja. Menurut riwayat, Imam Abu Hanifah - mujtahid besar Ahlus Sunnah ini - kemudian berguru kepada Imam Jakfar ash Shadiq, imam ke enam dalam mazhab "Syiah Imamiah 12". Terkenal ucapan Abu Hanifah: "Laula sanatan, lahalaka Nu'man" (bila tidak ada dua tahun bersama Ja'far, akan celakalah Nu'man). Yang berguru kepada Imam Ja'far bukan saja Abu Hanifah, juga Malik bin Anas, Yahya bin Sa'id, Sufyaniun, Ibnu Juraih, Syu'bah dan Ayyub as Sajastani. Tentang gurunya Malik berkata: "Tidak ada yang dilihat mata, yang didengar telinga, lebih utama dari Imam Ja'far ash Shadiq dalam hal keutamaannya, ilmunya, ibadahnya dan wara'nya".

ISLAM AGAMA TAUHID
Kepada Malik berguru Imam Syafi'i, kepada Syafi'i berguru Imam Hanbali. Secara singkat, mazhab-mazhab besar ini semuanya bersumber kepada sumber yang sama. Namun kenapa terjadi perpecahan diantara pengikut mereka? Mengapa pengikut Syafi'i menentang pengikut Abu Hanifah? Mengapa pengikut Hanbali mengecam pengikut Syafi'i? Mengapa ahlus Sunnah mengkafirkan Syi'ah? Bukankah itu bermakna pengikut dari mazhab empat mengkafirkan gurunya? Bagaimana mungkin itu boleh terjadi? Apanya yang salah? Renungkanlah saudaraku (Angku di Awe Geutah, Tampokdjok, Acheh - Sumatra)

Sumber:
1. Abdul Halim Jundi, Al Imam Ja'far ash Shadiq. Kiro: Majlisul 'ala (tanpa tahun)
2. Lihat komentar Ibnu Hajar tentang Ja'far dalam As Sawaiq al Muhriqah, Kairo: Maktabah al Qahirah, 1385.

Menisbatkan sesuatu kepada suatu mazhab tidak cukup hanya dengan bukti nukilan dari kitab mazhab tersebut.

Nama Allah Digunakan Untuk Beristinja’ : Kedustaan Terhadap Syi’ah
Sungguh mengherankan betapa banyak orang-orang yang membuat kedustaan atas nama Syi’ah. Kami heran hilang kemana kejujuran dan objektivitas dalam mencari kebenaran. Tidak setuju terhadap Syi’ah bukan berarti bisa leluasa berbuat dusta. Masih suatu kewajaran jika dengan alasan tertentu anda para pembaca tidak menyukai orang atau mazhab tertentu tetapi jika anda membuat kedustaan terhadapnya atau memfitnahnya dengan tuduhan dusta maka itu sangat tidak wajar.
________________________________
Berikut Perkataan Wahabi:

Nama Allah Digunakan Untuk Beristinja Oleh Syiah.

Tatkala para syiah membakar Al Quran karena kebencian mereka terhadap Al Quran, maka itu bukanlah suatu yang mengagetkan jika syiah yang melakukannya. Jangankan membakar Al Quran karena kebencian, merekapun membolehkan untuk istinja (membersihkan kemaluan dan dubur setelah buang air, baca: cebok) dengan sesuatu yang terdapat nama Allah.
Kami bukanlah bicara dengan fitnahan, melainkan kami berbicara dengan bukti dari kitab mereka sendiri. Mereka memang luar biasa dalam memainkan syariat Allah. Dan mereka lebih luar biasa lagi dalam menghina Allah subhanahu wa ta’ala, nama Allah digunakan oleh mereka untuk membersihkan kotoran (baca: tahi) mereka.  Dan sangat disayangkan jika mereka menisbatkannya kepada para imam, mereka menisbatkan riwayatnya kepada para imam. Naudzubillah min dzaalik.
Mana buktinya ?? Thoyyib, para ikhwah silahkan simak riwayat ini. Disebutkan dalam kitab mereka "Wasail Asy Syiah" milik "Al Amili":

عن أبي عبدالله ( عليه السلام ) قال: كان نقش خاتم أبي: العزة لله جميعا، وكان في يساره، يستنجي بها، وكان نقش خاتم أمير المؤمنين ( عليه السلام ): الملك لله، وكان في يده اليسرى، يستنجي بها
“Dari Abi Abdillah alaihissalam, dia berkata: Ukiran cincin bapakku (Muhammad Al Baqir) adalah “Al Izzah LILLAH Jami’an”, dan cincin itu ada di tangan kirinya dia beristinja’ (baca: cebok) dengannya. Dan ukiran cincin Amiril mu’minin (Ali bin Abi Thalib) adalah “Al Mulku LILLAH”, dan cincin ini ada ditangan kirinya dia beristinja’ dengannya” Wasa’il Asy Syiah 24/10
Lihat bagaimana para syiah menghinakan Allah. Mereka membolehkan untuk membersihkan kotoran mereka dengan sesuatu yang terdapat nama Allah di dalamnya. Kehinaan apa lagi yang lebih keji dari pada kehinaan mereka ??
Maka kami tidak akan ragu akan kekafiran syiah yang menghinakan Allah seperti ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ . لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
“Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa” QS At Taubah 65-66
Mereka diatas kekufuran dan bagi mereka adalah laknat Allah subhanahu wa ta’ala. Allahu subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang menghina Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan” QS Al Ahzab: 57
Dan orang yang menghina Allah subhanahu wata’ala adalah kafir dan harus dibunuh dan ini menurut ijma’ kesepakatan ulama kaum muslimin. Ishaq bin rahawih berkata:
أجمع المسلمون على أن من سب الله أو سب رسوله صلى الله عليه وسلم أو دفع شيئا مما أنزل الله عز وجل أو قتل نبيا من أنبياء الله عز وجل: "أنه كافر بذلك وان كان مقرا بكل ما أنزل الله" قال الخطابي: "لا أعلم أحدا من المسلمين اختلف في وجوب قتله
“Kaum muslimin berijma’ bahwasanya orang yang yang menghina Allah dan RasulNya shallallahu alaihi wa sallam atau menolak sesuatu dari apa yang Allah turunkan atau membunuh seorang nabi dari nabi-nabi Allah azza wa jalla: maka dia adalah kafir karena hal tersebut walaupun dia meyakini setiap apa yang Allah turunkan. Al Khottobi berkata: Aku tidak mengetahui seseorang dari muslimin yang berselisih tentang kewajiban untuk membunuhnya” Ash Sharim Al Maslul Hal. 4.
Disebutkan juga dalam kitab ini (Ash Sharim Al Maslul):
فإن الناس مجمعون على أن من سب الله تعالى من المسلمين يقتل
“Sesungguhnya manusia berijma bahwasanya seseorang yang menghina Allah ta’ala maka dia dibunuh” Ash Sharim Al Maslul Hal. 546.
Disebutkan juga pada halaman yang sama:
فإن كان مسلما وجب قتله بالإجماع لأنه بذلك كافر مرتد وأسوأ من الكافر فإن الكافر يعظم الرب ويعتقد أن ما هو عليه من الدين الباطل ليس باستهزاء بالله ولا مسبة له
“Dan jika dia (yang menghina Allah) dahulunya adalah seorang muslim maka dia wajib dibunuh secara ijma’, karena dia menjadi kafir dan murtad karena perihal tersebut. Dan dia lebih buruk dari orang kafir, karena sesungguhnya orang kafir mengagungkan Rabb dan dia meyakini apa yang ada dalam agama bathil tersebut tidak ada penghinaan terhadap Allah dan celaan untukNya”
Begitulah, betapa hinanya agama syiah la’natullah alaihim. Fallahul musta’aan wa alaihit tuqlaan. 

PenulisMuhammad Abdurrahman Al Amiry

Artikel
alamiry.net (Kajian Al Amiry)


Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.


Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
 
____________________________________

Jawaban kami:
Pembaca akan melihat betapa rendah kualitas tulisannya yang hanya berupa kata-kata hinaan dan dusta [diantaranya bahwa Syi’ah membenci dan membakar Al Qur’an]. Kemudian ia menampilkan riwayat yang ia jadikan bukti atas judul tulisannya. Adapun kata hinaan dan dusta yang ia lontarkan hanya menunjukkan kerendahan akhlak dirinya maka kami akan berfokus pada bukti riwayat yang ia bawakan bahwa Syi’ah membolehkan beristinja’ dengan sesuatu yang terdapat nama Allah.

Penulis tersebut membawakan riwayat dalam kitab Wasa’il Syi’ah. Sebelum membahas riwayat tersebut, perlu pembaca ketahui bahwa menisbatkan sesuatu kepada suatu mazhab tidak cukup hanya dengan bukti nukilan dari kitab mazhab tersebut. Contoh sederhana,
  1. Apakah dengan adanya hadis kisah Gharaniq dalam kitab hadis mazhab Ahlus Sunnah maka bisa dikatakan bahwa itulah keyakinan Ahlus Sunnah?
  2. Apakah dengan adanya riwayat sebagian sahabat meminum kotoran dan darah Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dalam kitab hadis Ahlus Sunnah maka bisa dikatakan bahwa itulah keyakinan Ahlus Sunnah?.
Jawabannya tidak. Mengapa demikian? Karena bisa jadi riwayat-riwayat yang ada dalam kitab mazhab tersebut ternyata kedudukannya dhaif berdasarkan kaidah keilmuan di sisi mazhab tersebut. Oleh karena itu perlu diteliti apakah nukilan tersebut shahih atau tidak berdasarkan kaidah ilmu. Hal ini berlaku baik dalam mazhab Ahlus Sunnah maupun dalam mazhab Syi’ah. Orang yang serampangan menukil tanpa mengerti kaidah ilmu hanya menunjukkan kebodohan yang akan berakhir pada kedustaan. Itulah yang terjadi pada penulis rendah tersebut.

Riwayat yang ia jadikan bukti kami kutip dari kitab Al Istibshaar Syaikh Ath Thuusiy yaitu riwayat berikut:

فأما ما رواه أحمد بن محمد عن البرقي عن وهب بن وهب عن أبي عبد الله عليه السلام قال: كان نقش خاتم أبي (العزة لله جميعا) وكان في يساره يستنجي بها، وكان نقش خاتم أمير المؤمنين عليه السلام (الملك لله) وكان في يده اليسرى ويستنجي بها

Maka adapun riwayat Ahmad bin Muhammad dari Al Barqiy dari Wahb bin Wahb dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] yang berkata “Ukiran cincin ayahku adalah [Al ‘Izzah Lillaah Jamii’an] dan cincin itu ada di tangan kirinya, ia beristinja’ dengannya. Ukiran cinci Amirul Mukminin [‘alaihis salaam] adalah [Al Mulk Lillaah] dan itu ada di tangan kirinya, ia beristinja’ dengannya [Al Istibshaar Syaikh Ath Thuusiy 1/48].

Riwayat ini berdasarkan kaidah ilmu Rijal dalam mazhab Syi’ah kedudukannya dhaif jiddaan karena di dalam sanadnya terdapat Wahb bin Wahb. Berikut keterangan ulama Rijal Syi’ah tentangnya:

وهب بن وهب بن عبد الله بن زمعة بن الأسود بن المطلب بن أسد بن عبد العزى أبو البختري روى عن أبي عبد الله عليه السلام، وكان كذابا

Wahb bin Wahb bin ‘Abdullah bin Zam’ah bin Al Aswad bin Muthallib bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza, Abu Bakhtariy meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] dan dia seorang pendusta [Rijal An Najasyiy hal 430 no 1155].

وهب بن وهب، أبو البختري، عامي المذهب، ضعيف

Wahb bin Wahb, Abu Bakhtariy, bermazhab ahlus sunnah, seorang yang dhaif [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 256].

وهب بن وهب وهو ضعيف جدا عند أصحاب الحديث

Wahb bin Wahb dan ia dhaif jiddan di sisi ahli hadis [Tahdzib Al Ahkam Syaikh Ath Thuusiy 9/77].

Sudah jelas riwayat ini tidak bisa dijadikan hujjah di sisi mazhab Syi’ah karena perawinya dhaif dan pendusta di sisi mazhab Syi’ah. Tulisan saudara penulis itu memang rendah dan tidak berguna karena ia berhujjah dengan riwayat yang dhaif di sisi Syi’ah untuk mendustakan mazhab Syi’ah. Ia bahkan mengatakan Syi’ah sebagai agama yang hina dengan bersandar pada riwayat ini. Dan telah terbukti dalam pembahasan di atas bahwa penulis tersebut yang lebih pantas untuk dikatakan hina karena tuduhannya.

Ada baiknya kami mengulangi hakikat diri kami untuk mencegah orang-orang awam [dan termasuk penulis rendah tersebut] menuduh yang bukan-bukan terhadap kami. Kami bukan seorang pengikut mazhab Syi’ah tetapi kami tidak suka jika seseorang berbuat nista dan dusta terhadap mazhab Syi’ah. Silakan siapapun mengkritik Syi’ah tetapi berhujjahlah dengan kaidah ilmu yang ilmiah.

Kedudukan Al-Quran dalam Mazhab Islam Syiah.

Pertemuan Guru Besar Tafsir Al-Qur’an di Qom Iran

Pertemuan Guru Besar Tafsir Al-Qur’an di Qom Iran



Tahrif quran sudah menjadi isu yang sengaja dilemparkan oleh sebagian golongan kepada mazhab ahlulbait as, isu yang masih hangat di masyarakat dan tanpa disadari menjadi sebuah doktrin bagi sebagian golongan untuk menyudutkan mazhab lainnya tanpa didasari dalil-dalil yang jelas.


Ayatullah Sayyid Milani Mengatakan bahwa Alquran adalah penjelas segala sesuatu dan juga penjelas bagi dirinya (quran). Ayatullah Ja’far Subhani mengatakan Alquran adalah asas bagi syariat Islam, dan sunnah nabawiah yang menjadi qarinah baginya, Alquran adalah cahaya yang jelas untuk dirinya dan menerangi selainnya dan Alquran seperti Matahari yang menyinari sekelilingnya. Allah SWT berfirman didalam surat Al-Isra 9 :

إِنَّ هذَا الْقُرْآنَ يَهْدي لِلَّتي‏ هِيَ أَقْوَمُ وَ يُبَشِّرُ الْمُؤْمِنينَ الَّذينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبيراً

Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka memiliki pahala yang besar.

Allah berfirman didalam surat Annahl ayat 89:

وَ نَزَّلْنا عَلَيْكَ الْكِتابَ تِبْياناً لِكُلِّ شَيْ‏ءٍ وَ هُدىً وَ رَحْمَةً وَ بُشْرى‏ لِلْمُسْلِمينَ

Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur’an) ini untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
Dan juga secara jelas Allah menjadikan Quran sebagai pembeda antara Haq dan Bathil surat Al-Furqan ayat pertama:

تَبارَكَ الَّذي نَزَّلَ الْفُرْقانَ عَلى‏ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعالَمينَ نَذيراً

Maha Agung nan Abadi Dzat yang telah menurunkan al-Furqân (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
Tahrif quran sudah menjadi isu yang sengaja dilemparkan oleh sebagian golongan kepada mazhab ahlulbait as, isu yang masih hangat di masyarakat dan tanpa disadari menjadi sebuah doktrin bagi sebagian golongan untuk menyudutkan mazhab lainnya tanpa didasari dalil-dalil yang jelas, berikut ini penjelasan dan pengenalan mengenai apa itu tahrif dan penjelasan ulama syiah dalam menolak keberadaan tahrif didalam Alquran.

A. Makna Takhrif dan Pembagiannya.
Tahrif secara lughawi : Tafsirulkalam ‘alagheiri wajhin /harrafa assyai ‘an wajhi (menyelewengkan sesuatu pada arah tertentu) Seperti dalam al-Qur’an ayat Annisa : 46;

يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَواضِعِهِ

Mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya.

Attabarsi mengatakan : Yufassiruunaha ‘ala gheiri ma unzilat ( menafsirkan sesuatu selain apa yang diturunkan).

Secara Istilah ada beberapa bentuk dalam memahami tahrif :
Tahrif maknawi : tahrif madlul kalam atau yufassiru ‘ala wajhin yuwafiqu ra’yu almufassir sawaun awafiqu alwaqi’ am la ( menafsirkan pada bentuk tertentu yang sesuai dengan Ra’yu mufassir baik itu sesuai dengan yang sebenarnya atau tidak) .

Bentuk tahrif ini banyak dilakukan oleh sebagian mufassir sehingga jauh dari makna yang sebenarnya. Mazhab Syiah meyakini bahwa Allah SWT menurunkan ayat tidak sendiri atau tidak telanjang tanpa penjelasan, akan tetapi berikut takwil dan tafsir ayat tersebut secara terperinci, seperti didalam hadits dan qaul para ulama Syiah. Sehingga seperti yang dikatakan Syeikh Mufid bahwa tangan-tangan orang dzalim inilah yang hendak menghapus dan menyembunyikan keterangan yang jelas berupa tafsir dan takwil alquran tersebut, bukan menghilangkan ayat Alquran, tetapi penjelasannya.

Tahrif Qira’ah:
Perubahan Harakat , huruf dengan masih terjaga keutuhan Quran , seperti membaca Yathhuran atau yathhuranna , yang satu menggunakan nun khafifah yang lain menggunakan tsaqilah.
Perubahan Lahjah/dialek , seperti lahjah Hijaz berbeda dengan lahjah iraq dan iran bahkan dengan libanon dan di daerah sekitarnya, semisal : Qaf , sebagian mengucapkan dengan Gaf.

Tahrif Perubahan Kata:
Seperti kata “asra’u” dengan “Amdhu” , dan “Alhakim” dengan “Al’adil” Tahrif seperti ini tidak terjadi di dalam Alquran. Walaupun sebagian hadits didalam mazhab Suni menceritakan perubahan itu.
Tahrif penambahan, pengurangan kalimat dan ayat:
Tahrif sejenis inipun tidak terjadi didalam Alquran, walaupun ada keterangan hadits dhaif baik itu dalam literatur mazhab Suni ataupun Syiah. tahrif perubahan kata dan penambahan serta pengurangan kalimat atau ayat inilah yang akan dibahas pada pembahasan kita kali ini.

Dalil Ketiadaan Tahrif Al-Qur’an
a) Dalil dari ayat Alquran
  1. Ayat al Hifdz
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَ إِنَّا لَهُ لَحافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr ayat-9).

“Adzikr” yang dimaksud disini adalah Alquran.
Dan dilam ayat ini terdapat makna janji Allah SWT sendirilah yang menjaga keaslian Alquran itu sendiri.
  1. Ayat Nafi al Bathil
إِنَّ الَّذينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جاءَهُمْ وَ إِنَّهُ لَكِتابٌ عَزيزٌ لا يَأْتيهِ الْباطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزيلٌ مِنْ حَكيمٍ حَميدٍ

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka juga tidak tersembunyi dari Kami), dan sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia.
Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (Alfushilat : 41-42)

Makna Addzikr disini adalah Alquran, dan “Adzikr” dikatakan “Al-kitab al’aziz”, jadi makna Addzikr disini adalah Quran. Al-bâthil berlawanan dengan Al-haq (kebenaran), dan Alquran Adalah kebenaran dalam lafadz dan maknanya atau makna-maknanya, serta hukumnya yang abadi, pengetahuannya bahkan dasar-dasarnya sesuai dengan fitrah manusia. Seperti yang dikatakan Syeikh Thabarsi dalam Majma Al-bayan mengenai ayat ini ,dikatakan : Alquran tidak ada hal yang tanaqudh (kontradiktif) dalam lafadznya tidak ada kebohongan dalam khabarnya, tidak ada yang ta’arudh (berlawanan), tidak ada penambahan dan pengurangan. Sehingga pantaslah kalau ayat Alquran ini saling menjelaskan yang satu dengan yang lainnya.
  1. Ayat Jam’ul Qur’an dan Qiraatnya
لا تُحَرِّكْ بِهِ لِسانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ إِنَّ عَلَيْنا جَمْعَهُ وَ قُرْآنَهُ فَإِذا قَرَأْناهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنا بَيانَهُ

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu karena tergesa-gesa ingin (membaca) Al-Qur’an. Karena mengumpulkan dan membacanya adalah tanggungan Kami. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, penjelasannya adalah (juga) tanggungan Kami.” (Al-Qiyamah : 17-19).

Allah SWT lah yang menjaga , mengumpulkan, membacanya, dan menjelaskannya juga.
Disinilah yang diyakini mazhab Syiah Bahwa Wahyu itu bukan hanya Ayat alquran yang ada di tangan kita tetapi meliputi juga wahyu penjelasan, takwil, dan keterangan-keterangan lainnya kepada nabi saww yang bukan termasuk ayat seperti Alquran yang ada pada tangan kita, sehingga dalam hal ini Imam Ali as menuliskannya secara lengkap dalam Qurannnya yang makruf dikenal sebagai Quran Ali yang diperintahkan oleh Rasulullah saww. Sehingga banyak yang keliru memahami Quran Ali disini. Quran Ali memang memiliki banyak ayat tetapi bukan ayat seperti yang ada didepan kita, tetapi ayat-ayat penjelasan secara terperinci, meliputi asbab annuzul, tafsir, takwil, dan keterangan penjelasan lainnya yang dinamakan didalam sebagai riwayat sebagai ayat sehingga berjumlah 17000 ayat. Tetapi bukanlah ayat Alquran secara asas, hanya ayat penjelasan, tafsir, takwilnya.

b). Dalil riwayat dari orang-orang Maksum as
  1. Hadits Ghadir
Semisal dalam kitab Alihtijaj 1/60 Syeikh Attabarsi:

(معاشر الناس) تدبروا القرآن وافهموا آياته وانظروا إلى محكماته ولا تتبعوا متشابهه، فوالله لن يبين لكم زواجره ولا يوضح لكم تفسيره إلا الذي أنا آخذ بيده ومصعده إلى – وشائل بعضده – ومعلمكم إن من كنت مولاه فهذا علي مولاه، وهو علي بن أبي طالب عليه السلام أخي ووصيي،

Di dalam peristiwa Ghadir Khum yang makruf pada tanggal 18 Julhijjah
Nabi saww bersabda : Wahai kaum manusia sekalian, pelajarilah Alquran, dan fahamilah ayat-ayatnya, dan lihatlah pada ayat Muhkamah janganlah mengikuti yang mutasyabihah, dan Allah tidak akan menjelaskankan makna bathinnya dan menerangkan tafsirnya kecuali aku yang mengangkat tangannya dan yang mengangkat lengannya, dan yang menunjukkan kamu sesungguhnya barangsiapa yang Aku Maulanya maka ali Maulanya juga dan dia Ali ibn Abi thalib as saudaraku dan washiku.

Hadits Ghadir merupakah hadits fauqu mutawatir di kalangan umat Islam. Dan saya sengaja mengambil sebuah contoh hadits ghadir dari mazhab syiah yang menunjukkan keterjagaan Quran dari tahrif . Dikatakan disana bahwa perintah mentadabbur quran dan memahaminya dan melihat yang muhkamah bukan mutasyabihah melazimkan bahwa Alquran pada saat itu telah terkumpul tersusun, tidak ada perubahan.
  1. Hadits Tsaqalain
Hadits Ini juga merupakan hadits mutawatir di kalangan umat Islam :

إني تارك فيكم الثقلين كتاب الله و عترتي أهل البيتي، ما إن تمسكتم بهما لن تضلوا بعدي أبداً…

Rasulullah saww bersabda : Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian semua dua pusaka yang berat yang pertama Kitabullah dan kedua itrati Ahlulbaiti , yang berpegangteguh padanya maka tidak akan tersesatkan selama-lamanya setelahku…

Keterangan :
- Perintah Tamassuk (berpegang teguh) adalah far’u (bagian) dari wujud Alquran di tangan almutamassikin (orang yang berpegang teguh), jadi sesuatu yang mustahil perintah berpegang teguh kepada Quran yang tidak wujud atau tidak diyakini keutuhannya dari kurang atau lebihnya ayat atau surat dalam Alquran.
  1. Hadits yang menjelaskan bahwa Qur’an kuat rukunnya
Imam Ali as berkata :

و كتاب الله بين اظهاركم ناطق لا يعيا لسانه، و بيت لا تهدم أركانه، و عزّ لا تهزم أعوانه

Dan kitabullah yang hadir padamu yang Nathiq tidak lelah lidahnya, dan rumah yang tidak roboh rukun (tiangnya), dan mulia tidak terputus pertolongannya. ( khutbah 133 nahjul balaghah)
  1. Hadits Perintah untuk merujuk kepada al-Qur’an
Perintah untuk merujuk pada quran ,dan hadits yang sesuai dengannya telah dipakai dan yang tidak sesuai dengan quran harus ditinggalkan, merupakan bukti yang sangat jelas tentang ketiadaan tahrif dalam alquran. Hal ini melazimkan Alquran sebagai pokok asas untuk merujuk, dan asas melazimkan keaslian dan keutuhannya, Karena bagaimana mungkin memerintahkan untuk merujuk kepada Quran sedangkan yang menjadi sumber nya diragukan keasliaannya, hal ini mustahil.

محمد بن يعقوب: عن علي بن إبراهيم، عن أبيه، عن النوفلي، عن السكوني، عن أبي عبدالله (عليه السلام) قال: «قال رسول الله (صلى الله عليه و آله): إن على كل حق حقيقة، و على كل صواب نورا، فما وافق كتاب الله فخذوه، و ما خالف كتاب الله فدعوه». ( الكافي 1: 55/ 1)

“Muhammad Ibn Ya’qûb berkata : dari Ali Ibn Ibrâhîm dari ayahnya dari An-Naufali dari As-Saukani, dari Abu Abdillah bersabda : Rasulullah saww bersabda : Sesungguhnya dari segala hal yang benar adalah sebuah hakikah kebenaran, dan dari segala pahala adalah cahaya, dan apa-apa yang sesuai dengan kitabullah maka ambillah dan yang bertolak belakang dengan kitabullah tinggalkanlah”.

قول الإمام الصادق عليه السّلام: «إذا ورد عليكم حديثان مختلفان فأعرضوهما على كتاب اللّه، فما وافق كتاب اللّه فخذوه، و ما خالف كتاب اللّه فردّوه …» (وسائل الشيعة : 18:84)

“Perkataan Imam As-Sâdiq as : Jikalau datang kepadamu dua hadits yang berbeda maka rujuklah kepada kitabullah , mana yang sesuai dengan Quran maka ambillah dan yang tidak sesuai tolaklah”.
Isi dari hadits tersebut tidak lain dari perintah merujuk kepada Alquran maka hadits yang tidak sesuai dengan Quran maka tinggalkanlah dan yang sesuai ambillah, bahkan ditegaskan bahwa yang sesuai dengan Quran itu dariku (Maksumin as) dan yang tidak sesuai itu bukan dariku.

Hadits semodel ini banyak di dalam literatur Syiah, saya menuliskan sebagian hanya sebagai sebuah gambaran saja.
  1. Anjuran Imam Maksum as untuk mengkhatamkan Qur’an
من ختم القرآن بمكة من جمعة إلى جمعة و أقل من ذلك ، و خنمه في يوم الجمعة، كتب الله له الأجر و الحسنات من أوّل جمعة كانت إلى آخر جمعة تكون فيها، و إن ختم في سائر الأيام فكذلك.

Imam Baqir as berkata : Barangsiapa yang mengkhatam Alquran di Mekkah dari hari Jumat ke hari Jumat lagi atau lebih sedikit dari itu, dan mengkhatamnya di hari Jumat, Allah SWT menuliskannya pahala (yang banyak) dan kebaikan ( yang berlimpah) dari awal jum’at sampai akhir Jum’at. Dan yang mengkhatam di hari lainnyapun seperti demikian (pahalanya) juga.

Khatam Quran menunjukkan Alquran telah ada dan terkumpul seperti yang ada sekarang. Karena Khatam melazimkan membaca dari awalnya sampai akhirnya, karena kalau adanya tahrif berupa kurang ayat maka tidak bisa dikatakan “khatam” kalau dikatakan adanya penambahan ayat, maka tidak ada wujudnya dan yang wujud di tangan syiah dari zaman Imam Ali as ataupun di zaman Imam Baqir as sekalipun sama dengan muslimin lainnya, lalu bagaimana bisa dikatakan adanya tahrif kurang dan tambah di dalam mazhab Syiah?
  1. Dalil kitab yang ada ditangan kaum muslimin sudah lengkap
كتاب ربكم فيكم، مبيناً حلالح و حرامه و فرائضه و فضائله و ناسخه و منسوخه….

Kitab yang ada di tanganmu (kaum Muslim), penjelas halal dan haramnya , fardhu dan fadhailnya, nasikh dan mansukhnya…

Menjelaskan kesempurnaan alquran yang ada di tangan muslimin (Nahjulbalaghah , khutbah 1:23)
  1. Surat Imam Ridha as
Perlu kita ketahui bahwa Imam Ridha as adalah Imam ke delapan di zaman kekhalifahan zalim Abbasiah Al-makmun yang bukan syiahnya.

وأن جميع ما جاء به محمد بن الله هو الحق المبين والتصديق به وبجميع من مضى قبله من رسل الله وأنبيائه وحججه والتصديق بكتابه الصادق العزيز الذي (لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنزيل حكيم حميد) وأنه المهيمن على الكتب كلها، وأنه حق من فاتحته إلى خاتمته نؤمن بمحكمه ومتشابهه وخاصه وعامه ووعده ووعيده وناسخه ومنسوخه وقصصه وأخباره لا يقدر أحد من المخلوقين، أن يأتي بمثله وأن الدليل بعده والحجة على المؤمنين

Imam Ridha as berkata : Sesungguhnya Jami’ (seluruh) apa yang diturunkan Muhammad ibn abdillah adalah Haqqul mubin, dan membenarkan dengannya seluruh (kitab ) sebelumnya dari utusan Allah SWT dan para nabi-Nya, dan yang menjadi hujjah (keasliannya) dan membenarkannya adalah Kitabullah Assadiq alaziz ayat- Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Dan Hujjah ayat tersebut menjaga seluruh kitab ( quran) seluruhnya (kandungannya), dan Alquran benar dari mulai Fatihahnya sampai akhirnya , kami mengimani Almuhkamah dan mutasyabihah, alkhashah dan ‘amah , janji dan ancamannya, nasikh dan mansukhnya, kisah dan akhbarnya, tidak ada seorangpun dari makhluk yang mampu membuat sepertinya, dan dalil setelahnya serta Hujjah bagi orang Mukmin.
-sangat jelas pernyataan Imam Ridha as membenarkan Quran yang ada di tangan Makmun yang bukan syiahnya.
  1. Peintah mengumpulkan Qur’an di masa Nabi Saw
Perlu diketahui para Ulama syiah dengan analisa yang terperinci dan detail berkesimpulan bahwa Quran telah tersusun di jaman Nabi saww seperti sekarang ini, karena banyak dalil yang menunjukkan hal itu, baik itu di dalam kitab-kitab mazhab Syiah ataupun Suni. Dan yang setelahnya adalah ikhtilaf dalam masalah qiraah, seperti yang dilakukan penyatuan qiraah di zaman Utsman bin Affan – jadi Khalifah Utsman bukanlah menyusun al-quran tetapi menyatukan qiraahnya dan kesepakatan tulisan dalam huruf seperti titik dan harakat, sebagian berpendapat urutan suratnya-,walaupun setelahnya masih terjadi perbedaan yang mencapai qiraah tujuh sebagian mengatakan sampai sepuluh.

علي بن الحسين، عن أحمد بن أبي عبد الله، عن علي بن الحكم عن سيف، عن
أبي بكر الحضرمي، عن أبي عبد الله عليه السلام قال: إن رسول الله صلى الله عليه
وآله قال لعلي: يا علي القرآن خلف فراشي في المصحف والحرير والقراطيس فخذوه واجمعوه ولا تضيعوه كما ضيعت اليهود التوراة، فانطلق علي فجمعه في ثوب أصفر، ثم ختم عليه في بيته ….

dari Abi Abdillah as, Rasul saww bersabda kepada Ali as : 
Wahai Ali Alquran yang ada dibalik tilam/kasur, didalam mushhaf dan kain serta kertas, ambillah dan kumpulkanlah janganlah kau telantarkannya /menghilangkannya seperti orang-orang Yahudi menelantarkan/menghilangkan tauratnya, maka bersegeralah Ali untuk mengumpulkannya dan menyusunnya di dalam kain yang kuat (dijilid) yang kuning, kemudian menyelesaikannya di rumahnya. (Alamah majlisi -Biharulanwar 89/48).

Penyusunan dan pengumpulan Quran di zaman rasulullah saww banyak tertulis di dalam kitab rujukan umat Islam, sebagian dari hadits Suni seperti yang dinukil Al-khawarizmi di dalam kitab Al-manaqib dari Ali ibn Ribah sesungguhnya Ali ibn Abi thalib as dan ibn Ka’ab mengumpulkan dan menyusun Alquran Alkarim di zaman rasulullah saww.

c). Pernyataan para ulama Syiah Syeikh Shaduq (wafat-318 H)
Kitab Ali’tiqad 59-60;

اعتقادنا أن القرآن الذي أنزله الله على نبيه محمد صلى الله عليه و آله هو ما بين الدفتين و هو ما في أيدي الناس ليس بأكثر من ذلك ، ومبلغ سوره عند الناس مائة و أربع عشرة سورة ، وعندنا أن الضحى وألم نشرح سورة واحدة ولإيلاف وألم تر كيف سورة واحدة ، ومن نسب إلينا أنا نقول أكثر من ذلك فهو كاذب “

Keyakinan Kami bahwa Quran yang diturunkan Allah kepada nabinya Muhammad saww dan quran itu diantara dua sisi, dan dia yang ada di tangan manusia (sekarang) yang tidak ada lebih dari hal itu yaitu yang berjumlah 114 surat, dan di kita(syiah) , surat dhuha dan alam nasyrah dianggap satu surah, dan alilaf dengan alam tara kaifa dianggap satu surah, dan yang menuduh kita lebih dari demikian maka hal itu bohong.
Syeikh Mufid ( wafat 413 H).

Kitab Awailul Almaqalat , hal 54 – 56;

وقد قال جماعة من اهل الامامة : انه لم ينقص من كلمة ولا من آية ولا من سورة ..) الخ .. لتعلم مدى كذبه ودجله

Dan berkata ulama Jamaah dari Ahli Imamah (Syiah) : bahwa sesungghunya Quran tidak ada kurang dari kalimat dan tidak pula dari ayat dan tidak pula dari surah ….sampai kamu tahu siapa yang membohonginya dan menipunya. (orang yang mengatakan adanya tahrif) Syeikh Murtadha ( wafat 436 H).

Risalah aljwabiah alula;

لأن القرآن معجزة النبوة ومأخذ العلوم الشرعية والاحكام الدينية’ وعلماء المسلمين قد بلغوا في حفظه وحمايته الغاية حتى عرفوا كل شئ اختلف فيه اعرابه وقراءته.. فكيف يجوز ان يكون مغيراً أو
منقوصاً مع العناية الصادقة والضبط الشديد ! وقال : ان القران كان على عهد رسول الله (ص) مجموعاً مؤلفاً على ما هو عليه
الآن ..)

… Sesungguhnya Quran sebuah mukjizah , yang meliputi ilmu-ilmu Syar’iyyah dan Ahkam diniyyah, dan Ulama Muslimin telah banyak menghapalnya dan menjaganya sampai dimana mereka mengetahui segala kekeliruan ( kalau terjadi) didalamnya pada i’rabnya dan bacaannya, dan bagaimana bisa Quran itu terdapat perubahan atau kekurangan sedangkan banyak yang menjaganya dan menghapalnya dengan sangat banyaknya , maka dia berkata : sesungguhnya Quran di zaman rasulullah saww telah terkumpul , ditulis seperti sekarang ini.

Syeikh Thaifah -Syeikh Thusi ( 460 H)-syeikh thaifah adalah ulama ijma’ yang penting didalam mazhab Syiah.

Albayan fi tafsir Quran juz 1 hal 3:

أما الكلام في زيادته ونقصانه فمّما لايليق به ‘لأن الزيادة فيه
مجمع على بطلانها’

Dan pernyataan dalam ziadah ( lebih ) dan kurang dari quran tidak layak karena kelebihan (ziadah) adalah secara sepakat merupakan sebuah kebathilan. Syeikh Tabarsi (548 H).

(اما الزيادة فمجمع على بطلانها’ واما القول بالنقيصة فالصحيح من مذهب أصحابنا الامامية خلافه .

Ziadah (kelebihan) dan kekurangan ayat (didalam Alquran) secara ijma adalah bathil maka yang betul dalam mazhab Imamiah (syiah) adalah tidak sependapat dengannya (dengan kekurangan dan kelebihan)
( Majma Al-bayan juz 1 hal 15) Sayyid Ali ibn Thawus Alhilli ( 663 H).

إنَ رأي الإمامة هو عدم التحريف

Sesungguhnya pandangan Syiah Imamiah adalah ketiadaan tahrif Quran ( Sa’du AsSu’ud 144) Alamah Hilli (728 H).

جعل القول بالتحريف متنافياً مع ضرورة تواتر القرآن بين المسلمين

Anggapan Tahrif berlawanan dengan dharuriyat tawatur Alquran diantara muslimin
( Ajwibah Al-Masail Al-Muhawiah 121) Almaula Muhaqiq Ahmad Ardabili (993 H).

جعل العلم بنفي التحريف ضرورياً من المذهب .

Telah sampai tinggkatan al-‘ilm (qath’i) terhadap penafian tahrif adalah kedaruriatan Mazhab (syiah)
(Majma Alfaidah jilid 2 hal 218) Sayyid Nurullah Tastari Al-Mustasyhid (1029 H).

ما نسب الى الشيعة الامامية من القول بوقوع التغيير في القرآن ليس مما قال به جمهور الامامية’ انما قال به شرذمة قليلة منهم لااعتداد بهم فيما بينهم

Barangsiapa yang menisbatkan kepada syiah mengenai pendapat adanya perubahan dalam Quran bukanlah pendapat Jumhur Imamiah (syiah) ,mereka yang mengatakan perubahan hanyalah segolongan kecil dari mereka dikarenakan keyakinan mereka dengan apa yang ada diantara mereka ( Akhbariun)
(Kitab Mashaib An-Nashaib atau Al-Ala’ Arrahman 1/25) Al-Maula Muhaddits Muhammad ibn Hasan Feidz Al-kasyani (1090 H).

: (على هذا لم يبق لنا اعتماد بالنص الموجود’ وقد قال تعالى :{ وَاِنهُ لكتاب عَزيز لا يَأتيهِ الباطل من بين يديه ولا من خَلفه} وقال :{ وإنا نَحنُ نَزلنَا الذِكرَ وإنا لهُ لَحافِظون}. وأيضاً يتنافى مع روايات العرض على القرآن . فما دل على وقوع التحريف مخالف لكتاب الله وتكذيب له فيجب رده والحكم بفساده أو تأويله .

Setelah meriwayatkan sebuah hadits mengenai tahrif…. terhadap hal itu tidak ada bagi kita keyakinan (taharif) dikarenakan adanya nash Quran, Allah berfirman :
sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia, Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya.

dan firman allah Ta’ala :
Sesungguhnya kami yang menurunkan Alquran dan kamilah yang menjaganya.
Dan juga berlawanan dengan riwayat-riwayat mengenai Quran , oleh sebab hadits apa saja saja yang menunjukkan tahrif quran berlawanan dengan Kitabullah dan merupakan suatu kedustaan dan maka wajib bagi kita untuk menolaknya dan menghukuminya dengan kefasidan, atau dengan menak’wilnya. (tafsir Shâfi jilid 1 hal 33).

Syeikh Muhammad Ibn Hasan Hurr Al-Amili (1104 H);

: إن من تتبع الاخبار وتفحص التواريخ والآثار علم -علماً قطعياً- بأن القرآن قد بلغ أعلى درجات التواتر’ وأن آلآلف الصحابة كانوا يحفظونه ويتلونه’ وأنه كان على عهد رسول الله (ص) مجموعاً مؤلفاً

Sesungguhnya barangsiapa yang menelusuri akhbar (rwiayat) dan meneliti Tarikh , dan atsar , telah diketahui – dengan ilmu Qath’i-sesungguhnya Quran telah mencapai yang paling tinggi derajatnya pada tingkatan mutawatir dan ribuan dari shahabat menghapal quran dan membacanya dan hal itu pada zaman rasulullah saww telah terkumpul dan tertulis quran tersebut ( Al-fushul Al-Muhimmah fi ta’lif Al-Ummah hal 166) Syeikh Ja’far kabir Kasyiful Ghitha (1228 H).

كذلك جعله من ضرورة المذهب بل الدين واجماع المسلمن واخبار النبي والأئمة الطاهرين .

…oleh sebab itu menjadikannya (penolakan tahrif) dari daruriat Mazhab (syiah) bahkan agama (Islam umumnya) dan Ijma Muslimin serta Akhbar dari Nabi saww dan Imam suci as. ( Kasyifulghtha , kitabulquran min Ashalat hal 298).

Syeikh Muhammad ibn Husein Kasyiful ghitha ( 1373 H);

جعل رفض احتمال التحريف أصلاً من اصول المذهب .اصل الشيعة واصولها

Penolakan terhadap kemungkinan Tahrif adalah bagian dari Ushul Mazhab , hal itu merupakan keaslian Syiah dan ushulnya.

Dan masih banyak lagi pernyataan ulama mutaqaddimin (terdahulu) ….
Ulama Mutaakkhirin sudah jelas dengan ijma’ nya menolak tahrif quran diantaranya :
Sayyid Khui;

إنَ من يدَعي التحريف يخالف بداهة العقل

(sesungguhnya yang beranggapan adanya tahrif maka berlawanan dengan kebadihiahan aqal ) (Al-Bayan fi tafsir Al-quran : 220).

Imam Khumaeni;

والآن وبعد أن أصبحت صورته الكتبية في متناولنا بعد أن نزلت بلسان الوحي على مراحل ومراتب من دون زيادة أو نقصان وحتى لو حرف واحد.

Dan sekarang setelah menjadi bentuk secara kitabiah dan kita menerimanya setelah turun dengan lisan wahyu para tahapan dan susunan tanpa adanya lebih dan kurang walalupun satu huruf pun. Alquran annaql akbar 1/66 dan puluhan para maraji mutaakhirin dalam kitabnya dan fatwanya masing-masing.

Kesimpulan : Alquran merupakan Kitab Tsiql Akbar (pusaka besar) yang terjamin keasliannya Dengan dalil yang mutawatir dan kuat Alquran yang sekarang sama dengan di zaman nabi saww, bahkan ditegaskan bahwa Alquran telah tersusun dan terkumpul sejak zaman Nabi saw. Hadits-hadits yang mengandung tahrif adalah hadits dhaif (lemah) dan sangat jarang. Hadits-hadits lemah tersebut terdapat didalam litelatur Suni dan Syiah dan para ulama telah sepakat dalam penolakan hadits tersebut. Hadits-hadits yang mengandung tahrif bertolak belakang dengan dhahir kitab Alquran Quran Ali bukanlah quran yang berbeda dengan Quran yang ada ditangan muslimin sekarang, akan tetapi perbedaan terletak pada adanya keterangan penjelasan, takwil dan tafsir didalam Quran Ali. Alquran syiah sama dengan alquran muslimin umumnya.

Terkait Berita: