Mengapa mazhab Syiah merupakan sebaik-baiknya mazhab?
Pertanyaan:
Atas alasan apa Anda
menyatakan bahwa mazhab Syiah merupakan sebaik-baiknya mazhab? Saya
sendiri adalah seorang yang bermazhab Syiah. Akan tetapi saya tidak tahu
apa keunggulan mazhab Syiah atas Wahabi… Jangan-jangan kita termasuk
dari 72 firqah kaum Muslimin itu yang sudah nyata kesesatannya?
Bagaimana saya dapat yakin bahwa mazhab saya adalah mazhab yang benar?
Jawaban Global:
Jawaban Detil:
Keunggulan mazhab Syiah adalah disebabkan
oleh "kebenarannya". Di setiap masa agama yang benar masa hanya terbatas
pada satu agama. Allah Swt pada setiap masa memiliki satu syariat. Adapun
agama-agama lainnya apakah mereka secara asasi merupakan agama yang
batil atau pun tidak memiliki dasar, telah punah atau telah dianulir
oleh agama yang datang setelahnya.. Banyak jumlah mazhab-mazhab dan
agama-agama samawi yang hingga kini diturunkan untuk manusia. Bilangan
agama tersebut adalah bilangan vertikal bukan horizontal. Artinya bahwa
agama baru adalah agama yang menganulir dan menyempurnakan agama
sebelumnya. Seiring dengan datangnya agama baru maka masa pakai agama
lama sudah kadaluarsa dan tidak laku lagi. Lantaran sudah expired
(masa pakainya sudah usai) maka agama lama tersebut memberikan
tempatnya kepada agama baru dan semua penganutnya harus mengikuti dan
beriman kepada ajaran baru tersebut. Atas alasan ini, dalam teks-teks
suci agama menyebut orang-orang yang tidak beriman kepada agama yang
baru disebut sebagai "kafir."
Islam merupakan agama pamungkas dan sempurna
yang diturunkan bagi umat manusia. Sedemikian sehingga Allah Swt hanya
akan menerima agama Islam sebagai satu-satunya agama resmi dan sah bagi
manusia. "Inna al-din 'indaLlâhi al-Islâm." (Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam, Qs. Ali Imran [3]:19) Waman yabtaghe' ghair al-Islam dinan falan yaqbla minhu." (Barang siapa yang mengikut agama selain Islam maka sekali-kali tidak akan diterima, Qs. Ali Imran [3]:85)
Amat disayangkan kaum
Muslimin juga sebagaimana kaum-kaum dan pemeluk agama-agama sebelumnya
berpencar pada agama-agama lainnya. Dan tentu saja semuanya tidak
berpijak di atas agama yang benar. Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya
umatku setelahku akan terpecah menjadi 73 golongan. Satu golongan yang
selamat dan 72 golongan semuanya berada dalam neraka."[1] Mazhab hak dan firqah najiyah
di kalangan mazhab-mazhab Islam adalah mazhab Syiah Itsna Asyariyah.
Mazhab ini adalah mazhab yang merefleksikan ajaran Islam hakiki dan
benar. Nabi Saw bersabda, "Wahai umat manusia! Sesungguhnya aku
tinggalkan bagi kalian jika kalian berpegang teguh kepadanya maka kalian
tidak akan tersesat selamanya, Kitabullah dan Itrahti Ahlubaiti."[2]
Abu Dzar Ghiffari
salah seorang sahabat besar dan tsiqah (dipercaya) Rasulullah Saw
menukil: "Aku mendengar dari Nabi Saw sesungguhnya beliau bersabda:
"Perumpamaan Ahlubaitku di tengah kalian laksana bahterah Nuh bagi kaum
Nuh, barangsiapa yang menaiki bahtera akan selamat dan barangsiapa yang
meninggalkannya akan karam."[3]
Asas dan fondasi mazhab Syiah adalah tauhid, keadilan, kenabian, imamah dan ma'ad.
Syiah adalah mazhab yang meyakini terhadap adanya 12 imam maksum
sebagai khalifah Rasulullah Saw dimana Imam Pertama mazhab Syiah adalah
Ali bin Abi Thalib dan Imam Pamungkas (Imam Keduabelas) adalah Imam
Mahdi Ajf.
Dalam riwayat yang
dinukil dari Rasulullah Saw dijelaskan jumlah bilangan dan bahkan
nama-nama para Imam Maksum As. Suatu hari Abdullah bin Mas'ud duduk di
tengah sekumpulan orang-orang tiba-tiba datang seorang Arab Badui dan
bertanya siapa di antara kalian yang bernama Abdullah bin Mas'ud?
Abdullah bin Mas'ud menjawab: "Saya adalah Abdullah bin Mas'ud. Orang
Arab itu bertanya: Apakah nabi kalian menjelaskan bagi kalian berapa
jumlah khalifah setelahnya? Abdullah bin Mas'ud berkata: Iya. Dua belas
orang sejumlah bilangan pemimpin Bani Israel."[4]
Dalil klaim kami atas
kebenaran Syiah adalah al-Qur'an dan Sunnah. Allah Swt dalam al-Qur'an
memerintahkan kepada kita untuk mentaati Allah Swt, Rasulullah Saw dan Ulil Amri
– Ulil Amri yaitu para Imam Syiah sesuai dengan penegasan Rasulullah
Saw. Pada banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menyinggung masalah imamah dan
wilayah. Ayat-ayat seperti, "Wa anzhir asyiratakal aqrabin;"[5] "Innama waliyyukumuLlah wa rasulah wa al-mu'minun alladzina yuqimuna al-shalat yuthu'na al-zakat wa hum raki'un."[6] "Ya ayyuharrasul balligh maa unzila ilaik min Rabbik wa inlam taf'al fama ballaghta risalatah."[7] "Al-Yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu 'alaikum ni'mati wa radhitu lakum al-Islama Dina."[8] "Innama yuriduLlah liyudzhiba 'ankum al-rijs Ahlalbait,"[9] dan sebagainya.
Nabi Saw juga sesuai
dengan bukti-bukti tegas sejarah dan riwayat senantiasa menyebut Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib As sebagai washi dan khalifahnya.
Sebagaimana Thabar dalam Tarikh-nya menukil bahwa tatkala ayat "wa andzir asyiratakal aqrabin"
turun, Nabi Saw berkata kepada kaumnya: Allah Swt menitahkan kepadaku
supaya Aku mengajak kalian kepada-Nya. Barang siapa di antara kalian
yang membantuku dalam hal ini maka ia akan menjadi saudara, washi dan
khalifahku. Ali berkata: "Saya wahai Rasulullah Saw akan membantumu di
jalan ini. Rasulullah Saw menaruh tangannya di pundak Ali As dan
bersabda: "Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudara, washi dan khalifaku di
antara kalian. Dengarkan dan patuhilah ia. Kerabat Rasulullah Saw
berdiri sembari mencemooh kepada Abu Thalib: "Dia memerintahmu untuk
mentaati anakmu dan melaksanakan perintahnya."[10]
Rasulullah Saw pada akhir-akhir masa hidupnya, sekembalinya dari haji yang dikenal sebagai hajjatul wada',
di tempat yang bernama Ghadir Khum mengangkat dan memperkenalkan Ali
bin Abi Thalib secara resmi sebagai imam dan khalifah kaum Muslimin. Di
tempat itu, Rasulullah Saw memerintahkan kepada orang-orang yang hadir
untuk memberikan baiat kepada Ali sebagai Amirul Mukminin. Rasulullah
Saw menyampaikan sebuah sabda yang terkenal pada hari itu, "Man kuntu Mawlahu fahadza 'Aliyun Mawla."
(Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali adalah
pemimpinnya). Hadis ini merupakan salah satu hadis yang terkenal dan
mutawatir dalam kitab-kitab standar Islam.
Hal ini merupakan
dalil-dalil keunggulan dan kebenaran Syiah secara global atas
mazhab-mazhab lain menurut pandangan internal (sesama mazhab Islam)
agama dengan bersandar pada ayat-ayat dan riwayat. Akan tetapi hal ini
juga dapat ditinjau dari sudut pandang eksternal (luar) agama dan
membandingkan antara ajaran-ajaran Syiah dan non-Syiah yang menandaskan
keunggulan mazhab Syiah. Akan tetapi pembahasan ini akan kami
ketengahkan pada kesempatan mendatang.
Akan tetapi terkait dengan Wahabi kami mencukupkan diri dengan menukil tulisan Sayid Mustafa Radhawi dalam kitab "Ittila'ât-e Siyâsi wa Mazhabi Pâkistan"
dimana orang-orang Wahabi memandang seluruh firqah dalam Islam dari
kalangan Syiah dan Sunni sebagai orang-orang musyrik, kafir dan
penyembah berhala.
Menyampaikan hajat, berziarah, menghormati (ihtirâm) dan mengagungkan (ta'zhim) pusara Nabi Saw dan para Imam Maksum sebagai bentuk bid'ah (heresy)
dan menyembah berhala kemudian menghukuminya sebagai perbuatan haram.
Mereka memandang haram menyampaikan salam, memuliakan dan menghormati
Nabi Saw di luar shalat. Seiring dengan wafatnya Nabi Saw maka berakhir
pula penghormatan dan pemuliaan kepada Nabi Saw. Segala jenis bentuk,
kubah, pusara atas kuburan para imam dan pembesar agama sebagai bid'ah.
Mereka meyakini bahwa Rasulullah Saw adalah seorang manusia biasa
dengan segala ketidakmampuan dan kelemahan yang merasakan kematian.
Setelah wafatnya maka sekali-kali beliau tidak memiliki berita tentang
kita dan dunia hari ini karena itu ziarah kubur Nabi Saw adalah haram
hukumnya.[11]
Kami serahkan kepada
akal sehat Anda untuk menilai dan menghukumi apakah ajaran-ajaran ini
sejalan dengan fitrah dan al-Qur'an. Inikah kecintaan terhadap Ahlulbait
yang dipandang sebagai upah risalah?[12] Bukankah al-Qur'an menegaskan bahwa para syahid itu hidup dan mendapatkan rezeki di sisi Tuhan.[13] Dan apakah kedudukan Nabi Saw lebih rendah dari para syahid? Dan seterusnya.
Sekiranya Anda
tertarik untuk melanjutkan pembahasan ini secara detil dan jeluk kami
persilahkan Anda untuk melayangkan surat kepada redaksi. Kami tunggu. []
[1]. Al-Ibânat al-Kubrâ, Ibnu Battah, jil. 1, hal. 3; al-Khisâl, Ibnu Babewai hal. 585.
[2]. Kanz al-'Ummâl, Muttaqi Hindi, jil.1, hal. 44, Bab al-I'tisham bil Kitab wa al-Sunnah.
[3]. Al-Mustadrak 'ala al-Shahîhaîn, Hakim Naisaburi, jil. 3, hal. 151.
[4]. Khisâl, Ibnu Babewai, hal. 467.
[5]. "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (Qs. Al-Syuara [24]:214)
[6]. "Sesungguhnya
pemimpinmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman,
yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, sedang mereka dalam kondisi
rukuk." (Qs. Ali Imran [3]:55)
[7]. "Hai
rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan
jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu
tidak menyampaikan risalah-Nya." (Qs. Al-Maidah [5]:67)
[8]. "Pada
hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu menjadi agama bagimu." (Qs. Al-Maidah [5]:3)
[9]. "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan menyucikan kamu sesuci-sucinya." (Qs. Al-Ahzab [33]:33)
[10]. Târikh Thabari, jil. 2, hal. 320, cetakan Mesir; Kamil Ibn Atsir, jil. 2, hal. 41, cetakan Beirut.
[11]. Sayid Mustafa Radhawi, Ittilâ'at-e Siyâsi wa Madzhâbi Pâkistan, hal. 63-64.
[12]. "Qul laa As'alukum 'alaih ajran Illa al-Mawaddah fii al-Qurbâ." (Qs. Al-Syura [42]:23)
[13]. Qs. Ali Imran (3):169
Post a Comment
mohon gunakan email