Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Muslim. Show all posts
Showing posts with label Muslim. Show all posts

Mufti Agung Palestina Mengecam Serangan ke Masjidul Aqsha


Syaikh Muhammad Husain Mufti Agung Palestina mengecam keras serangan rezim Zionis ke Masjidul Aqsha.

Menurutnya, tindakan Israel ini adalah sebuah tindakan yang sangat berbahaya dan mengganggu warga muslim.

Menurut khatib Masjidul Aqsha ini, dengan merubah Bab al-Hadid menjadi tempat turis, Israel ingin melakukan Yahudisasi terhadap peninggalan-peninggalan Islam. Akhirnya, mereka akan membasmi seluruh jati diri Islami.

Syaikh Muhammad Husain meminta seluruh bangsa muslim untuk andil aktif dalam mencegah serangan-serangan Israel ini.

Muslim Rusia Dilarang Memasuki Masjid Ussuriysk


Para petinggi kota Ussuriysk melarang warga muslim setempat untuk memasuki masjid mereka.

Hal ini terjadi padahal warga muslim telah membangun masjid secara legal dan dengan izin resmi dari pihak Pemerintah Daerah Ussuriysk.

Para petinggi Ussuriysk juga telah melayangkan pengaduan ke pengadilan setempat supaya tanah masjid diambil alih kembali. Dan pengadilan menyetujui pengaduan ini.

Lembaga Islam Ussuriysk sangat menyayangkan sikap dan tindakan ini. Tindakan para petinggi Ussuriysk ini bertentangan dengan hak-hak kewarganegaraan.

Pemerintah Daerah Ussuriysk telah mengeluarkan izin pembangunan masjid pada tahun 2004 lalu, dan masjid pun rampung dibangun pada tahun 2008.

Para pejabat kota hingga kini juga belum melakukan klarifikasi atas pelarangan itu.

Sekretaris Politik Majelis Persatuan Mulsim: Urgensitas Tindakan Serius Pemerintah Untuk Merepresi Kelompok Takfiri Pakistan


PAKISTAN - Hari ini, Pakistan dalam kondisi kritis antara mati dan hidup dan jika pemerintah tidak bersikap tegas dengan kelompok pendukung takfiri dan masalah ini tidak terselesaikan untuk selamanya, maka negara tidak akan pernah terbebas dari anarki ini. 

Menurut laporan IQNA, Nasir Abbas Shirazi, Sekretaris Politik Majelis Persatuan Muslim Pakistan dengan mengafirmasikan urgensitas persatuan antara Syiah dan Ahlus Sunnah menambahkan, kami menegaskan persatuan sedari awal dan kami sangat mengecam negosiasi dengan kelompok takfiri dan para pengayomnya, sekarang ini pelbagai partai sampai pada keyakinan bahwa tidak dapat bernegoisasi lagi dengan kelompok takfiri dan ini menjelaskan intelek kami.

Dia dalam pertemuan persnya di Quetta-Pakistan menegaskan, majelis persatuan muslim memiliki pelbagai progam untuk solidaritas antar mazhab Islam dan secepatnya kami akan saling bertukar pendapat dengan partai-partai lainnya dalam ranah ini.

Sekretaris Politik Majelis Persatuan Muslim dengan dukungan pasti kelompok ini atas tindakan anti kelompok ekstrem dan mengatakan, sekarang ini negara dalam kondisi kritis antara mati dan hidup dan jika pemerintah tidak bersikap tegas dengan kelompok para pengayom takfiri dan masalah ini tidak terselesaikan untuk selamanya, maka negara tidak akan pernah terbebas dari anarki ini.

Ulama Terkemuka Irak: Kembali ke Al-Quran, Masalah Penting Umat Muslim


IRAK - Masalah penting sekarang ini bagi umat muslim adalah urgensitas kembali kepada Al-Quran; pelajaran dan ajaran-ajaran Al-Quran secara praktis, ilmiah dan mendetail harus masuk dalam kehidupan sehari-hari kaum muslimin. 

Syaikh Muhammad Said Nu’mani, ulama terkemuka Irak dan Mantan Anggota Lembaga Taqrib Mazahib Islam saat wawancara dengan IQNA, dengan menjelaskan hal ini mengatakan, Al-Quran Al-Karim sangat mengafirmasi pokok persatuan dan nilai-nilai kecintaan, persaudaraan dan perdamaian. Namun, ironisnya salah satu masalah yang sangat mengherankan adalah kaum muslimin  memiliki harta karun seperti Al-Quran, mereka membacanya, namun tidak mengimplementasikannya.

“Tentunya masalah ini sering kali diulang berkali-kali, yaitu suatu umat yang mana Imam Husein (As) adalah cucunda Nabi mereka dan dalam satu hari berkali-kali dikumandangkan "Asyhadu Anna Muhammad Rasulullah", dengan Ahlulbaitnya pun mereka memperlakukannya demikian, itupun kurang dari 50 tahun sepeninggal Rasulullah. Dengan demikian, tidak cukup hanya dengan bacaan dan ucapan semata,” tambahnya.

Syaikh Nu’mani melanjutkan, Al-Quran sendiri juga mengafirmasikan hal ini dalam surah asSaff, 2, yang memuji manusia, yaitu Ya Ayuhal Ladzina Amanu lima Taquluna ma la Taf’alun, “wahai orang-orang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan”! Kenapa kita ketika mengatakan suatu hal, tidak disertai dengan tindakan?

Selanjutnya, dia dengan menegaskan jarak antara ucapan, pemahaman dan amal mengatakan, kami, bukan hanya kaum muslimin, bahkan semua masyarakat dunia, jika kita tidak teliti, maka kita akan tertimpa masalah ini. Umat Kristiani lahiriah mereka juga meyakini al-Masih (As), namun realitanya apakah kinerja mereka juga demikian. Kita menyaksikan bahwa semua pembunuhan, konspirasi dan penjarahan bangsa-bangsa lemah nan malang dilakukan oleh mereka.

Nu’mani menambahkan, apakah ini semua mengikuti ajaran-ajaran al-Masih (As)? al-Masih adalah nabi perdamaian, terpandang dan kecintaan. Sudah pasti tidaklah demikian dan tidak ada seorangpun yang menisbatkan umat al-Masih sejati kepada mereka. Namun sekarang ini dikarenakan kemaslahatan politik, kesalahan-kesalahan kaum muslimin dipikulkan di pundak Islam dan Al-Quran.

Ulama Irak ini menegaskan, mungkin menyalahi apa yang kita gambarkan, jarak kita sangatlah jauh sekali dengan Al-Quran. Sekarang ini masalah penting untuk umat muslim adalah urgensitas kembali kepada Al-Quran; pelajaran dan ajaran-ajaran Al-Quran, secara praktis, ilmiah dan mendetail harus masuk dalam kehidupan  kaum muslimin sehari-hari.

Selanjutnya, dia dengan mengisyaratkan urgensitas persatuan Islam mengatakan,  selain Al-Quran, akal juga mengafirmasikan persatuan. Sudah semestinya bagi kita, setiap perkumpulan bahkan satu keluarga kecil jika tidak bersatu, maka akan tercerai berai. Sudah sewajarnya bahwa umat Islam memiliki musuh dengan pelbagai dalih, jika kita tidak saling bersatu, maka selainnya akan memimpin dan menguasai kita.
Nu’mani mengintroduksikan, akal mengatakan, Al-Quran Al-Karim mengatakan, Rasulullah (Saw) mensabdakan, para wali mengatakan, para filusuf berkata, namun ironisnya, sekarang ini jarak kita masihlah jauh dengan perintah-perintah Al-Quran tentang persatuan dan solidaritas.

Selanjutnya, ulama Irak mewasiatkan, kita harus menempuh semua jalan untuk mengurangi jarak dengan Al-Quran, baik dengan film, sinema, teater, cerita, foto, dan pelbagai bentuk, kita harus menyampaikan masalah ini kepada masyarakat.

Dia menegaskan, kita memiliki ungkapan menarik dalam Al-Quran, dimana Al-Quran mengatakan Tablig, bukan I’lam. Dalam bahasa Arab, I’lam berartikan ucapan yang sampai ke telinga, namun tidak jelas, apakah bisa terlaksana ataukah tidak, dilaksanakan dengan benar ataukah tidak.

Namun Al-Quran mengatakan Tablig, Alladzina Yuballighuna Risalatillah, “Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah atau misi-misi Allah”, dan ini berarti menyampaikan pesan dan menginstitusionalisasikannya. Sekarang bagaimana dapat menyampaikannya dengan benar dan menghantarkannya pada tahap praktis, bisa jadi dengan ceramah atau bisa jadi dengan kinerja seni seperti teater dan pameran.

Di penghujung, Syaikh Muhammad Said Nu’mani mengatakan, semua metode-metode yang bermanfaat dalam perkara tablig harus digunakan, sehingga risalah suci dan penyampaian pesan Al-Quran ini, yang untuk kita adalah sebuah kehidupan dan tanpanya kita tidak ada, terlaksana dengan benar.

Benarkah Syiah Bukan Islam?



Anda cukup mengucap syahadat untuk menjadi Muslim. Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya, adalah langkah awal untuk masuk Islam. Begitu mengucap syahadat, harta benda, kehormatan, darah dan nyawa anda dilindungi oleh agama Islam.


Download Disini:
https://drive.google.com/?usp=folder&authuser=0#folders/0B_l0We7EQa4JV185eEdqc0pYcjg


Namun disayangkan, kini sebagian umat Islam di Indonesia menjadi korban kekerasan atas nama agama Islam sendiri.

Mereka adalah komunitas Muslim Syiah yang diisukan sesat, dengan tuduhan "Syiah bukan Islam".
Iran, sebuah negara Islam dengan Syiah sebagai madzhab resminya, terdapat 59 juta Muslim bermadzhab Syiah hidup di negeri itu. Tak satupun dari lima rukun Islam yang mereka tinggalkan sehingga Syiah bisa disebut bukan Islam. Mereka mengucap syahadat, melakukan shalat, berpuasa, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji.

Indonesia, negeri kita yang kaya ragam suku, ras dan agama, kini dihebohkan dengan isu keberadaan komunitas Syiah yang dianggap sesat.

Dikarenakan sedikit perbedaan faham dan praktek ibadah yang ada pada Syiah, meskipun mereka mengamalkan lima rukun Islam, mereka tetap dianggap sesat dan keluar dari ajaran Islam.
Berbagai tindakan anarki dilakukan atas nama Islam terhadap komunitas Syiah di Indonesia. Mulai dari unjuk rasa hingga pembunuhan.

Dalam tindak kriminal yang dilakukan atas nama agama itu, mereka menyalahgunakan kepolosan masyarakat awam dan juga para santri dengan loyalitas "harga mati" mereka terhadap kiyai sebagai senjata menyerang Syiah. Mereka dikerahkan dengan orasi-orasi provokatif untuk melakukan penyerangan fisik terhadap komunitas Syiah.

Segala cara pun mereka lakukan untuk membubarkan komunitas ini. Padahal Syiah adalah madzhab yang diakui oleh dunia secara resmi dan termasuk bagian dari umat Islam.

Faktanya Syiah meyakini satu Tuhan, satu nabi dan satu kitab suci sebagaimana umat Islam lainnya.
Tak hanya bersaksi terhadap keesaan Tuhan dan kenabian terakhir Muhammad, tak satupun dari rukun-rukun Islam yang ditinggalkan para penganut madzhab Syiah.

Berbagai upaya telah dilakukan pihak komunitas Syiah di Indonesia untuk berdialog dan menjelaskan siapa Syiah sebenarnya dan seperti apa pemikirannya. Namun upaya itu selalu digagalkan dengan cara memprovokasi masyarakat awam agar menutup mata dan telinga dari pendekatan yang dilakukan oleh komunitas Syiah.

Tak hanya di Indonesia, komunitas Syiah di berbagai belahan dunia menjadi target kejahatan musuh yang mengatas namakan diri mereka sebagai Muslim. Dengan cara tersebut mereka menghancurkan Islam melalui tubuh umat Islam sendiri.

Atas Nama Jihad – Sebuah film pendek

Film ini mengisahkan seorang Muslim yang mengharapkan keridhaan Allah dengan berjihad di jalan-Nya. Namun nyatanya jihad yang dijalaninya bukanlah apa yang diinginkan hati nuraninya sebagai seorang Muslim.


Download Videonya Disini:
https://drive.google.com/?usp=folder&authuser=0#folders/0B_l0We7EQa4JV185eEdqc0pYcjg

Cendikiawan Muslim India Mengatakan ISIS Produk CIA Untuk Menyerap Ekstrimis Muslim Sedunia


NewDelhi – Cendikiawan Muslim India Muzaffar Ul Islam menyebut ISIS sebagai produk dinas rahasia AS, CIA, yang sengaja diorbitkan untuk menebar wabah sektarianisme dan menyokong Zionisme.
“ISIS dibuat bukan satu malam, melainkan diciptakan dengan sangat terprogram rapih oleh organisasi intelijen pusat AS, CIA,” ungkap Ketua Majelis Permusyawaratan Muslim se-India itu kepada IRNA, Selasa (16/9).

“Sesuai rancangannya, AS menginginkan adanya pasukan ilegal atau paramiliter yang menyerap semua orang ‘berkepala panas’ (radikalis), terutama dari negara-negara Teluk Persia dan negara-negara setempat yang pemerintahnya bermasalah dengan mereka,” lanjutnya.

Dia menjelaskan bahwa para ekstrimis itu ditarik ke Irak dan Suriah. Di Suriah mereka digunakan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, tapi sekarang mereka gagal dan kemudian harus dibasmi oleh AS karena ternyata juga mengancam kepentingan strategis Washington di Timur Tengah.
Menurutnya, CIA memang selalu memiliki dua strategi yang satu di antaranya ialah membuat kendala bagi kemajuan Iran.

Dia mengatakan, “CIA memilih orang-orang yang paling radikal dan ekstrim dari berbagai penjuru dunia. Mereka kemudian dilatih di Jordania oleh AS dan Israel untuk mengganggu Iran.”

Sementara itu, Ketua Fraksi Pertemuan Demokrasi di Parlemen Lebanon Walid Jumblatt mengingatkan resiko tak terkendalinya situasi regional akibat rencana aliansi Barat-Arab anti ISIS di bawah komando AS.
“Gambaran program Barat-Arab kontra ISIS cacat, ambigu, pelik dan beberapa rahasia yang ada di dalamnya sampai sekarang belum terungkap,” ujarnya, sembari menyebutkan bahwa peranan Iran dan Rusia tidak dapat diabaikan dalam masalah ini.

Ketua Partai Sosialis Progresiv dari komunitas Druze ini menambahkan, “Belum cukup apa yang kini dinyatakan bahwa yang dituju adalah menciptakan peluang keberhasilan dalam perang melawan kelompok teroris takfiri ISIS.”

Menurutnya, agenda AS bisa menjurus kepada ledakan situasi yang tak terkendalikan.
“Rencana-rencana AS membangkitkan kerisauan terhadap kemungkinan terciptanya situasi lapangan yang tak terkendalikan lagi,” ujarnya.

Ucapan Yang Tidak Layak Kepada Saudara Sesama Muslim


Tulisan ini dibuat sebagai penjelasan terhadap tulisan sebelumnya yang ternyata mengundang keributan yang makin lama menjadi semakin aneh. Inti dari tulisan ini adalah soal akhlak seorang muslim dalam ucapannya yang ditujukan kepada saudaranya sesama Muslim. Terdapat beberapa jenis ucapan yang harus dijaga dengan hati-hati oleh seorang Muslim agar mereka tidak sembarangan melontarkannya kepada saudaranya sesama Muslim karena ucapan tersebut memiliki konsekuensi yang berat.

حدثني زهير بن حرب حدثنا عبدالصمد بن عبدالوارث حدثنا أبي حدثنا حسين المعلم عن ابن بريدة عن يحيى بن يعمر أن أبا الأسود حدثه عن أبي ذر أنه سمع رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ليس من رجل ادعي لغير أبيه وهو يعلمه إلا كفر ومن ادعى ما ليس له فليس منا وليتبوأ مقعده من النار ومن دعا رجلا بالكفر أو قال عدو الله وليس كذلك إلا حار عليه

Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdus Shamad bin ‘Abdul Waarits yang berkata telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain Al Mu’allimi dari Ibnu Buraidah dari Yahya bin Ya’mar bahwa Abul Aswad menceritakan kepadanya dari Abi Dzar yang mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Tidaklah seseorang mengakui orang lain sebagai ayahnya padahal ia mengetahui [bahwa ia bukan ayahnya] kecuali ia kafir. Barang siapa mengaku sesuatu yang bukan miliknya maka ia bukan dari golongan kami dan hendaknya ia menyiapkan tempat duduknya di neraka. Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ الْحُسَيْنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ يَعْمَرَ أَنَّ أَبَا الْأَسْوَدِ الدِّيلِيَّ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Waarits dari Al Husain dari ‘Abdullah bin Buraidah yang berkata telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ya’mar bahwa Abul Aswad Ad Diyaliy telah menceritakan kepadanya dari Abu Dzar radiallahu ‘anhu yang mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan “Tidaklah seseorang melempar [ucapan] kepada orang lain Fasiq dan tidaklah ia melempar [ucapan] kafir kecuali perkataan itu kembali kepadanya jika ternyata sahabatnya itu bukan demikian” [Shahih Bukhari 8/15 no 6045].

Hadis Abu Dzar radiallahu ‘anhu di atas menyebutkan bahwa seorang muslim harus berhati-hati dalam melontarkan ucapan “kafir” ucapan “fasik” atau ucapan “musuh Allah” kepada saudaranya sesama Muslim. Karena konsekuensi dari ucapan ini adalah berat yaitu jika ternyata orang tersebut bukanlah demikian maka ucapan itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya.

Disini yang ditekankan adalah akhlak seorang muslim dalam menjaga lisannya. Tidak boleh karena ia merasa seseorang melakukan dosa besar atau bermaksiat atau melanggar syariat maka ia melontarkan ucapan “kafir” atau ucapan “fasik” atau ucapan “musuh Allah”. Dikhawatirkan ternyata orang tersebut tidak demikian, bisa jadi berita yang sampai kepada kita tentangnya adalah fitnah atau bisa jadi ia telah bertaubat atas hal itu sehingga Allah SWT mengampuni dosanya maka perkataan seperti itu akan berbalik kepada diri kita sendiri.

Tidak benar jika dikatakan bahwa hadis Abu Dzar radiallahu ‘anhu di atas itu hanya terkait dengan kekafiran. Sehingga ada yang mengatakan kalau lafaz “musuh Allah” disana maksudnya “musuh Allah” dalam hal kekafiran saja. Ini namanya membuat batasan sendiri. Jika kita memperhatikan kedua hadis Bukhari dan Muslim di atas maka kita dapat melihat kedua hadis itu memiliki sanad yang sama dan matannya saling menjelaskan. Di hadis Muslim disebutkan ucapan “kafir” dan ucapan “musuh Allah” sedangkan di hadis Bukhari disebutkan ucapan “kafir” dan ucapan “fasik”. Maka disini dapat dilihat bahwa perkataan “musuh Allah” disana juga termasuk musuh Allah dalam hal kefasiqan tidak hanya kekafiran. Sebagaimana telah ma’ruf kalau fasiq itu berbeda dengan kafir.

Jadi jika ada orang yang menuduh orang lain melakukan suatu pelanggaran syariat atau dosa besar kemudian ia berucap pada orang tersebut “wahai Musuh Allah” maka ia sudah terkena ke dalam hadis Abu Dzar radiallahu ‘anhu di atas. Lantas bagaimana jika hal seperti itu terjadi, bukankah salah seorang dari kedua orang tersebut adalah musuh Allah?. Tentu kalau kita mengandalkan silogisme [penarikan kesimpulan dua premis] maka pertanyaan seperti itu adalah hal yang wajar. Tetapi patut diingat bahwa bukanlah tugas atau hak seorang muslim untuk menetapkan seseorang itu sebagai Musuh Allah atau bukan. Jadi kami pribadi menganggap bahwa penetapan seperti itu adalah mutlak milik Allah SWT.

حدثنا سويد بن سعيد عن معتمر بن سليمان عن أبيه حدثنا أبو عمران الجوني عن جندب أن رسول الله صلى الله عليه و سلم حدث أن رجلا قال والله لا يغفر الله لفلان وإن الله تعالى قال من ذا الذي يتألى علي أن أغفر لفلان فإني قد غفرت لفلان وأحبطت عملك أو كما قال

Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa’id dari Mu’tamar bin Sulaiman dari Ayahnya yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Imran Al Jawniy dari Jundab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam] menceritakan bahwa ada seorang laki-laki berkata “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni fulan” dan Allah SWT berfirman “Siapakah yang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak mengampuni fulan, sungguh Aku telah mengampuni fulan dan menghapuskan amalmu” atau seperti yang dikatakan [Shahih Muslim 4/2023 no 2621].

Larangan dalam berucap yang lain, adalah mengatasnamakan Allah SWT atau bersumpah dengan nama Allah SWT untuk perkara yang sebenarnya mutlak milik Allah SWT. Perkara Allah SWT mengampuni atau tidak adalah mutlak milik Allah SWT maka tidak boleh seseorang muslim mengeluarkan ucapan seperti itu kepada seorang muslim lainnya. Kalau ada orang yang berkata atau berdalih bisa saja sebenarnya orang tersebut cuma keceplosan bicara dan ia sendiri tidak bermaksud demikian. Bisa jadi ucapan itu karena ia kesal atau marah dengan saudaranya yang suka berlaku maksiat atau dosa besar sehingga dalam kontkes ini bisa dimaklumi. Intinya akan ada saja orang yang mengatakan harus dilihat konteksnya. Mari perhatikan hadis berikut

حدثنا محمد بن الصباح بن سفيان ثنا علي بن ثابت عن عكرمة بن عمار قال حدثني ضمضم بن جوس قال قال أبو هريرة سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ” كان رجلان في بني إسرائيل متواخيين فكان أحدهما يذنب والآخر مجتهد في العبادة فكان لا يزال المجتهد يرى الآخر على الذنب فيقول أقصر فوجده يوما على ذنب فقال له أقصر فقال خلني وربي أبعثت علي رقيبا ؟ فقال والله لا يغفر الله لك أو لا يدخلك الله الجنة فقبض أرواحهما فاجتمعا عند رب العالمين فقال لهذا المجتهد أكنت بي عالما ؟ أو كنت على ما في يدي قادرا ؟ وقال للمذنب اذهب فادخل الجنة برحمتي وقال للآخر اذهبوا به إلى النار قال أبو هريرة والذي نفسي بيده لتكلم بكلمة أوبقت ( أهلكت ) دنياه وآخرته

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Shabbaah bin Sufyaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ali bin Tsabit dari Ikrimah bin ‘Ammar yang berkata telah menceritakan kepadaku Dhamdham bin Jaus yang berkata Abu Hurairah berkata aku mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “ada dua laki-laki dari bani Israil yang bersaudara, salah satu dari keduanya suka berbuat dosa dan yang satunya suka beribadah [ahli ibadah]. Suatu ketika ahli ibadah itu melihat saudaranya berbuat dosa maka ia mengatakan kepadanya “berhentilah” kemudian di saat lain ahli ibadah itu mendapati saudaranya berbuat dosa, maka ia berkata “berhentilah”. Saudaranya berkata “biarkanlah ini antara aku dan Rabb-ku, apakah engkau diutus sebagai penjaga?”. Ahli ibadah itu berkata “demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau Allah tidak akan memasukkanmu kedalam surga. Kemudian keduanya meninggal dan berkumpul di sisi Rabb semesta Alam. Allah SWT berfirman kepada ahli ibadah “Apakah kamu mengetahui tentang Aku? Atau apakah kamu berkuasa atas apa yang ada di TanganKu?. Allah SWT berfirman kepada saudaranya yang berbuat dosa “masuklah ke dalam surga dengan RahmatKu” dan Allah SWT berfirman kepada saudaranya”masuklah ke dalam neraka”. Abu Hurairah berkata “demi yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sungguh dia telah mengucapkan kalimat [ucapan] yang membinasakan dunia dan akhiratnya [Sunan Abu Dawud 2/693 no 4901 dishahihkan oleh Syaikh Al Albani].

Tentu seorang hamba yang menyembah Allah SWT dan mengabdi kepada Allah SWT seperti ahli ibadah itu mungkin tidak bermaksud menganggap dirinya lebih mengetahui dari Allah SWT dan mungkin tidak pula ia bermaksud atau menganggap dirinya memiliki kuasa atas ketetapan Allah SWT. Tetapi ucapan atau kalimat yang keluar dari lisannya itu membuatnya jatuh dalam kebinasaan yaitu masuk ke dalam neraka. Mungkin saja si ahli ibadah itu tidak tahu atau tidak menyangka bahwa ucapannya itu dapat membuatnya jatuh ke dalam neraka, jika ia tahu pasti ia tidak akan mengucapkannya. Terlepas dalam konteks apa ia mengucapkannya, ucapan atau kalimat itu adalah kalimat bathil yang dapat menjerumuskan ke dalam neraka.

حدثنا محمد بن بشار حدثنا ابن أبي عدي عن محمد بن إسحق حدثني محمد بن إبراهيم عن عيسى بن طلحة عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن الرجل ليتكلم بالكلمة لا يرى لها بأسا يهوي بها سبعين خريفا في النار

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi ‘Adiy dari Muhammad bin Ishaq yang berkata telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ibrahim dari Isa bin Thalhah dari Abu Hurairah yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “bahwa seorang laki-laki mengatakan kalimat [ucapan] yang ia anggap tidak apa-apa tetapi dengan sebab ucapan itu ia terjerumus kedalam neraka selama tujuh puluh tahun [Sunan Tirmidzi 4/557 no 2314 dishahihkan oleh Syaikh Al Albaniy].

وحدثناه محمد بن أبي عمر المكي حدثنا عبدالعزيز الدراوردي عن يزيد بن الهاد عن محمد بن إبراهيم عن عيسى بن طلحة عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال إن العبد ليتكلم بالكلمة ما يتبين ما فيها يهوي بها في النار أبعد ما بين المشرق والمغرب

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abi Umar Al Makkiy yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz Ad Darawardiy dari Yazid bin Al Haad dari Muhammad bin Ibrahim dari Isa bin Thalhah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “bahwa seorang hamba mengucapkan kalimat [ucapan] dimana ia tidak mengetahui dengan jelas apa yang ada dalam kalimat itu dan karena kalimat itu ia terjerumus ke dalam neraka lebih jauh antara timur dan barat” [Shahih Muslim 4/2290 no 2988].

Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa seorang muslim harus benar-benar menjaga lisannya terhadap saudaranya sesama Muslim dan jangan menetapkan sesuatu yang sebenarnya adalah mutlak milik Allah SWT. Terlepas apapun konteksnya dan terkadang ia tidak mengetahui kalau kalimat itu bathil yang ia pikir tidak apa-apa [mungkin karena tidak tahu atau bercanda] ternyata kalimat itu dapat menjerumuskannya kedalam neraka.

Bagaimana kalau orang tersebut hanya sekedar bercanda atau main-main terhadap saudaranya sesama muslim?. Tetap tidak boleh, tidak ada penjelasan atau pembatasan dalam hadis di atas apakah ucapan itu bersifat serius atau main-main. Terdapat dalil yang menunjukkan kalau terkadang perkataan yang dianggap bercanda atau tidak serius bisa berakibat fatal. Diantaranya dalil yang jelas telah melarang untuk bermain-main tentang Allah dan Rasul-Nya atau tentang ayat-ayat Allah SWT.

حدثني يونس قال أخبرنا ابن وهب قال حدثني هشام بن سعد عن زيد بن أسلم عن عبد الله بن عمر قال : قال رجل في غزوة تبوك في مجلس : ما رأينا مثل قرائنا هؤلاء ، أرغبَ بطونًا ، ولا أكذبَ ألسنًا ، ولا أجبن عند اللقاء! فقال رجل في المجلس : كذبتَ ، ولكنك منافق ! لأخبرن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فبلغ ذلك النبي صلى الله عليه وسلم ونزل القرآن. قال عبد الله بن عمر : فأنا رأيته متعلقًا بحَقَب ناقة رسول الله صلى الله عليه وسلم تَنْكُبه الحجارة ، وهو يقول : ” يا رسول الله ، إنما كنا نخوض ونلعب! ” ، ورسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : (أبالله وآياته ورسوله كنتم تستهزؤن لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم)

Telah menceritakan kepada kami Yunus yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah menceritakan kepadaku Hisyaam bin Sa’ad dari Zaid bin Aslam dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata “seorang laki-laki berkata dalam suatu majelis saat perang Tabuk “aku belum pernah melihat orang yang seperti para qari [pembaca Al Qur’an] kami, mereka suka makan suka berdusta dan pengecut saat bertemu musuh”. Salah seorang dalam majelis berkata “engkau berdusta akan tetapi engkau seorang munafik, sungguh aku akan memberitahukan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]”. Maka hal itu sampai kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan turunlah Al Qur’an. ‘Abdullah bin Umar berkata “aku melihat orang itu bergantung pada sabuk unta Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hingga tersandung batu dan berdarah, sedangkan ia berkata “wahai Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Dan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “Apakah terhadap Allah dan ayat-ayatNya serta kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] kalian berolok-olok? Tidak usah meminta maaf, sungguh kalian telah kafir sesudah kalian beriman” [Tafsir Ath Thabari 14/333-334 no 16912 tahqiq Syaikh Ahmad Syakir dan ia menshahihkannya]

ذَكَرَهُ أَبِي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ الْكُوفِيِّ، ثنا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ الْعَنْقَرِيُّ، ثنا خَلادٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ”وَأَمَرَ بِالْغَزْوِ إِلَى تَبُوكَ، قَالَ: وَنَزَلَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَانِبٍ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: وَاللَّهِ إِنَّ أَرْغَبَنَا بُطُونًا، وَأَجَبْنَا عِنْدَ اللِّقَاءِ وَأَضْعَفَنَا، لَقُرَّاؤُنَا، فَدَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمَّارًا، فَقَالَ: اذْهَبْ إِلَى هَؤُلاءِ الرَّهْطِ فَقُلْ لَهُمْ: مَا قُلْتُمْ ؟” ” وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ “

Ayahku menyebutkan dari ‘Abdullah bin Umar bin Aban Al Kufiy yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Muhammad Al ‘Anqaariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Khalid dari ‘Abdullah bin Isaa dari Abdul Hamid bin Ka’ab bin Malik dari ayahnya yang berkata “Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] keluar pada apanas yang terik menuju perang Tabuk. [Ka’ab] berkata “ikut dalam rombongan itu sekelompok sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain “demi Allah, para qari [pembaca Qur’an] kami orang yang sangat suka makan, lemah dan pengecut saat perang”. Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memanggil ‘Ammar dan berkata “pergilah kepada orang-orang itu dan katakan kepada mereka “apa yang kalian katakan? Dan jika kamu tanyakan kepada mereka tentu mereka akan menjawab sesungguhnya kami hanya bersendagurau dan bermain-main saja. Katakanlah apakah dengan Allah, ayat-ayatnya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok [Tafsir Ibnu Abi Hatim 6/1829 no 10046].

Riwayat Ibnu Abi Hatim di atas berasal dari ayahnya [Abu Hatim] dimana keduanya telah dikenal sebagai ulama yang terpercaya sedangkan sisa perawi lainnya adalah tsiqat.
  • ‘Abdullah bin Umar bin Aban adalah perawi Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i dlam Khasa’is. Telah meriwayatkan darinya Muslim, Abu Zur’ah dan Abu Hatim [dimana mereka hanya meriwayatkan dari perawi yang tsiqat]. Abu Hatim berkata “shaduq”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 5 no 568]. Ibnu Hajar berkata “shaduq ddan tasyayyu’ [At Taqrib 1/516]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat [Al Kasyf no 2874]
  • ‘Amru bin Muhammad Al Anqariy adalah perawi Bukhari dalam At Ta’liq, Muslim dan Ashabus Sunan. Ahmad dan Nasa’i menyatakan tsiqat. Ibnu Ma’in berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 158]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat [At Taqrib 1/745]
  • Khalid bin Isa Ash Shaffaar adalah perawi Tirmidzi dan Ibnu Majah. Ibnu Ma’in terkadang menyatakan ia tsiqat terkadang menyatakan “tidak ada masalah padanya”. Abu Hatim berkata “hadisnya mendekati”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 330]. Ibnu Hajar berkata “tidak ada masalah padanya” [At Taqrib 1/276]
  • ‘Abdullah bin Isa bin Abdurrahman adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan tsiqat. Al Hakim berkata “ia lebih terpercaya dari Abu Laila”. [At Tahdzib juz 5 no 604]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat dan bertasyayyu’ [At Taqrib 1/521]
  • Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik adalah tabiian perawi kutubus sittah. Ibnu Hibban memasukkanya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 6 no 515]. Ibnu Hajar menyatakan ia tabiin yang tsiqat [At Taqrib 1/588]
Riwayat Ibnu Abi Hatim di atas jelas shahih dan dikuatkan oleh riwayat Ath Thabari sebelumnya. Kedua riwayat ini menyebutkan bahwa ada sebagian sahabat Nabi yang mengucapkan kalimat bathil dengan tujuan bersenda gurau atau bermain-main. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan kepada mereka firman Allah SWT yang turun berkenaan soal ini bahwa tidak boleh bersenda gurau tentang Allah dan ayat-ayat Allah dan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Sahabat Nabi di atas dinyatakan sebagai “orang yang kafir setelah mereka beriman”. Ini adalah konsekeuensi yang sangat berat.

Mungkin akan ada yang berdalih kalau orang yang dimaksud dalam kedua riwayat di atas adalah kaum munafik. Pernyataan ini tidak tepat dengan alasan riwayat Ibnu Abi Hatim jelas menyebutkan itu sahabat. Kemudian Allah SWT dan Rasulnya menyatakan kepada mereka yang dimaksud dengan kalimat “kalian telah kafir sesudah kalian beriman”. Apakah orang munafik itu dikatakan sebagai orang yang beriman?. Jelas tidak mereka kaum munafik tidak pernah mengimani Allah dan Rasul-Nya. Mereka selalu menunjukkan pengingkaran [kekafiran] dalam hatinya tetapi menampakkan keislaman di hadapan kaum muslimin lainnya.

Bukankah sudah jelas terdapat hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang menunjukkan larangan ucapan “kafir” atau ucapan “musuh Allah” atau ucapan “fasik” kepada saudara sesama muslim. Maka tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk mengeluarkan ucapan tersebut walaupun dengan tujuan bersenda-gurau atau olok-olok. Jangan jadikan syariat baik Al Qur’an atau Hadis sebagai bahan permainan atau candaan atau senda-gurau, konsekuensinya sangat berat.

Konsekuensi yang berat untuk berbagai ucapan di atas hendaknya jangan dijadikan ajang untuk memvonis tetapi dijadikan tameng bagi seorang muslim untuk senantiasa berhati-hati dalam ucapannya kepada sesama Muslim. Soal konsekuensi kita serahkan semuanya kepada Allah SWT. Kami mengajak diri kami sendiri dan pembaca sekalian untuk senantiasa menjaga lisan terhadap saudara kita sesama muslim. Semoga Allah SWT mengampuni dosa kami dan menjaga kami agar selalu berada di atas jalan yang lurus.  

Salam Damai

Jack Sparrow Diakhir Hayatnya Menjadi Seorang Muslim ?


Captain Jack Sparrow, siapa tak kenal dirinya? Tingkah bajak laut kocak, cuek, dan gegabah yang muncul dalam tetralogi “Pirates of the Carribean” ini menarik minat banyak orang.
Namun sedikit yang tahu jika Jack Sparrow adalah seorang muslim bernama Yusuf Rais!
Di Wikipedia Indonesia bahasa Indonesia, tokoh Jack Sparrow ditulis sebagai bajak laut “fiksi”.
Identitas Jack Sparrow terungkap dalam film terbaru “Pirates of the Carribean: Stranger Tides” yang tayang beberapa bulan yang lalu.
Mari lihat poster film ini.


Poster memperlihatkan keping aksesoris yang menggantung memiliki simbol bulan-bintang yang tak lain adalah simbol Islam yang dipopulerkan Kesultanan Turki Ottoman. Ini tidak kebetulan. John Ward alias Birdy alias Jack Ward adalah bajak laut kenamaan asal Inggris, hidup pada tahun 1553-1622. Seorang pelaut Inggris mendeskripsikan ciri-ciri fisik Jack sebagai bertubuh pendek dengan rambut tipis agak putih dan botak di bagian depan; wajah agak hitam dan berjanggut. Ia irit bicara dan acap mengutuk. Sering mabuk dari pagi hingga malam. Kelakuannya tidak mengenakkan. Bodoh dan idiot dalam berniaga.

Ia menjadi bajak laut sekitar tahun 1603. Ketika itu, bersama 30 orang rekannya, Jack merampas kapal layar ukuran kecil berbobot 25 ton dari Pelabuhan Portsmouth. Rekan-rekan kemudian mendaulat Jack sebagai kapten kapal. Proses mendaulat kapten ini tercatat sebagai sejarah pertama pembajak memilih sendiri pemimpinnya.

Berbekal sebuah kapal layar kecil, Jack menangkap kapal layar bernama “Violet” saat bergerak ke Isle of Wight. Dengan armada lebih besar, ia terus melakukan aksi pembajakannya sampai menangkap lagi kapal berbendera Perancis berukuran besar.

Armada Jack melanjutkan perjalanan menuju Laut Tengah yang berada di antara Eropa dan Afrika. Di sana mereka merampas kapal perang yang kemudian dinamai “The Gift”. Dengan kapal perang ini, Jack dan anak buahnya menyerang pedagang yang melintasi Laut Tengah selama dua tahun berikutnya.


Tahun 1605, The Gift merapat di Sale, Maroko. Dua orang pelaut, masing-masing, asal Inggris dan Belanda bergabung dengan komplotan Jack. Setahun kemudian Jack membuat perjanjian dengan Sultan Tunisia, Usman Dei, untuk menjadikan kota Tunis sebagai markas. Dari sini kegiatan pembajakan Jack semakin mencorong.

Sebuah kapal tua berbobot 60 ton bernama “Reniera e Soderina” berhasil dirampas Jack. Kapal ini kemudian karam saat berlayar di sekitar Yunani, menewaskan 400 awak di mana 250 orang di antaranya adalah muslim dan 150 lainnya adalah orang Inggris. Kematian ratusan muslim ini membuat rakyat Tunisia murka kepada Jack. Upaya Jack mendapatkan pengampunan dari Raja James I asal Inggris kandas. Namun Sultan Tunisia menepati janji dengan memberikan perlindungan buat Jack.

Kemurahhatian Sultan membuat Jack terpanggil menjadi orang Tunisia (ketika itu Tunisia di bawah kekuasaan Turki Ottoman). Jack lantas berganti nama menjadi Yusuf Rais, menikahi perempuan Italia sembari terus mengirim uang kepada istri tuanya di Inggris. Kisah pindah kewarganegaraan ini menginspirasi Robert Daborne dan menulis naskah berjudul “A Christian Turn’d Turk” pada tahun 1622.

Beberapa tahun selanjutnya, Jack meneruskan kegiatan pembajakan hingga mencapai kemakmuran. Sebelum pensiun dan menghabiskan usianya dengan hidup bahagia di Tunis, namanya harum karena menyelamatkan ribuan muslim dan yahudi Spanyol dalam sebuah pelayaran.

Tahun 1622, saat berusia 70 tahun, ia meninggal akibat wabah. Beberapa waktu menjelang kematian, ia beralih menjadi muslim.Atas alasan sejarah itulah, pembuat film “Pirates of the Carribean: Stranger Tides” menyisakan sedikit ikon muslim pada diri Jack Sparrow alias Yusuf Rais. Jack memakai aksesoris dengan simbol bulan-bintang, sorban merah (tren pakaian muslim masa lalu), dan janggut. Tingkah slenge’an Yusuf Rais juga ditiru habis-habisan oleh Johny Depp saat berperan sebagai Jack Sparrow.

Atas alasan sejarah itulah, pembuat film “Pirates of the Carribean: Stranger Tides” menyisakan sedikit ikon muslim pada diri Jack Sparrow alias Yusuf Rais. Jack memakai aksesoris dengan simbol bulan-bintang, sorban merah (tren pakaian muslim masa lalu), dan janggut. Tingkah slenge’an Yusuf Rais juga ditiru habis-habisan oleh Johny Depp saat berperan sebagai Jack Sparrow.

sumber: suhaibwebb.com

Ilmuwan Yang Menjadi Seorang Muslim Setelah Melakukan Riset Penelitian

1. Maurice Bucaille, masuk Islam karena jasad Fir’aun.


Prof Dr Maurice Bucaille adalah adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Kisah di balik keputusannya masuk Islam diawali pada tahun 1975.
Pada saat itu, pemerintah Prancis menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian.

Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut?

Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul ‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les Momies des Pharaons et la Midecine’.

Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata: “Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”.

Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut.

Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.

Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: “Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini”.

2. Jacques Yves Costeau, di lautan terdalam menemukan Islam





Mr Jacques Yves Costeau adalah seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang lahir pada 11 Juni 1910. Sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu dengan menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia melalui stasiun tv Discovery Channel.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya. Profesor tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.

Ayat itu berbunyi: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”.

Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 : “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Terpesonalah Mr Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Tak lama, Mr Costeau memeluk Islam.

3. Demitri Bolykov, meyakini matahari akan terbit dari Barat


Sebagai seorang ahli fisika asal Ukraina, Demitri Bolykov mengatakan bahwa pintu masuk ke Islam baginya adalah fisika. Demitri tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, yang juga merupakan pakar fisika.

Teori yang dikemukan oleh Prof Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sampel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.

Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya.

Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya intensitas daya matahari.

Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun.

Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat.

Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian.

Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima taubatnya.”

4. Dr.Fidelma O’Leary, menemukan rahasia sujud dalam salat



Dr Fidelma, ahli neurologi asal Amerika Serikat mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Ketika melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi secara normal.
Penasaran dengan penemuannya, ia mencoba mengkaji lebih serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun tidak sia-sia. Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang tersebut melakukan sujud dalam salat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan ibadah shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal.

Rupanya memang urat saraf dalam otak tersebut hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu salat.
Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena posisi sujud akan mengalirkan darah yang kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.

Setelah penelitian mengejutkan tersebut, Fidelma mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku Islam dan diskusi dengan rekan-rekan muslimnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikannya, ia malah merasa bahwa ajaran Islam sangat logis. Hatinya begitu tenang ketika mengkaji dan menyelami agama samawi ini.
 
5. Profesor William, menemukan tumbuhan yang bertasbih

Sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan sebuah tim ilmuwan Amerika Serikat tentang suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa (ulstrasonik), yang keluar dari tumbuhan. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam menggunakan alat perekam canggih.
Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik kemudian diubah menjadi menjadi gelombang elektrik optik yang dapat ditampilkan ke layar monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik tersebut dapat dibaca dan dipahami, karena suara yang terekam menjadi terlihat pada layar monitor dalam bentuk rangkaian garis.
Para ilmuwan ini lalu membawa hasil penemuan mereka ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim.

Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum dengan apa yang mereka saksikan.

Peniliti muslim ini lalu mengatakan jika temuan tersebut sesuai dengan keyakinan kaum muslimin sejak 1400 tahun yang lalu. Para ilmuwan AS dan tim peneliti Inggris yang mendengar ucapan itu lalu memintanya untuk menjelaskan lebih dalam maksud yang dikatakannya.

Sang peneliti muslim kemudian membaca ayat dalam Alquran yang berbunyi:
“Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,” (QS Isra: 44).

Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.

Selang beberapa hari setelah peristwa itu, Profesor William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan:
“Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain,” demikian ungkapan William.

Dua Ribu Muslim India Masuk Hindu


Agra – Sekitar dua ribu umat Islam di India dilaporkan oleh Al Jazeera Rabu 10 Desember 2014 masuk agama Hindu. Akibat perpindahan itu, partai oposisi terkuat di India, Partai Bharatiya Janata memprotes dibiarkannya praktik perpindahan agama itu.

Ritual pembaptisan itu terjadi di Kota Agra dan dilakukan melalui iming-iming oleh kelompok partai sayap kanan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS).
“Ini masalah serius, menarik kaum miskin pindah agama dengan cara memberi kartu subsidi makanan,” kata Mayawati, pemimpin Partai Dalit di Parlemen.

Partai oposisi itu mendesak pemeritah menjamin kebebasan beragama bagi kaum minoritas India. “Parlemen dan negara perlu memberi jaminan, tidak ada pelanggaran Konstitusi,” kata Anand Sharma, pemimpin Kongres India.

Sehari setelah tentang perpindahan agama secara massal itu yang ramai di beritakan media massa setempat, sejumlah keluarga Muslim mengaku, mereka pindah agama tanpa kekerasan dan paksaan.
“Kami diberitahu akan mendapat kartu subsidi makanan bernama Aadhar, sehingga polisi tidak mampu mencegah kami,” tutur salah seorang warga setempat. “Kami adalah warga miskin, kita harus bagaimana?” sambungnya.

Jaringan televisi NDTV melaporkan, seorang petugas polisi mengadukan kasus ini. Pengaduan itu dilakukan setelah seorang warga Muslim di kawasan kumuh Agra, mengaku diajak pindah agama. Kota Agra dikenal sebagai pusat warga Muslim dan menjadi lokasi Taj Mahal.

Haidar Bagir : Diponegoro Ternyata Menganut Paham Wahdatul Wujud


Jakarta – Intelektual Muslim dan pendiri Mizan Group, Haidar Bagir menilai pahlawan nasional Pangeran Diponegoro sebagai seorang penganut paham Wahdatul Wujud.

Hal itu diungkapkan Haidar saat memberikan materi dalam seminar bartajuk ‘Agama, Politik, dan Keserasian Sosial dalam Perspektif Perbandingan’ yang digelar Akademi Jakarta di Hotel Gren Alia Cikini, Rabu 10 Desember 2014.

Haidar beralasan, penilaianya atas paham fakta Wahdatul Wujud yang dianut Pangeran Diponegoro didasarkan rekam jejak sang Pangeran yang diungkap oleh sejarawan Peter Carey dalam bukunya ‘Destiny: The Life of Prince Diponegoro of Yogyakarta, 1785-1855′.

“Di situ Carey menjelaskan, Diponegoro ternyata menganut paham sufisme wahdatul wujud,” kata Haidar.
Semasa hidupnya, lanjut Haidar, Pangeran Diponegoro sering membaca kitab ‘Al Tuhfah Al Mursalah ila Ruhin Nabiy’ yang merupakan karangan tokoh sufi asal India, Muhammad Ibn Fadhilah al Burhanpuri.
Kitab tersebut, menurut Haidar, menjadi salah satu sumber ajaran wahdatul wujud yang banyak dianut umat Islam di Indonesia pada masa lalu. Saat itu umat Islam Indonesia menempuh spiritualisme dan mistisisme sebagai sebuah upaya mencapai kesempurnaan.

“Kitab itu dulu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Jawa. Kandungan dari kitab itu memengaruhi pemikiran Pangeran Diponegoro dalam melakukan gerakan politiknya,” ujar Haidar.
Wahdatul wujud adalah paham yang menempuh kesadaran eksistensi. Paham ini melihat eksistensi atau wujud secara bergradasi. Bahkan, beberapa kalangan sufi meyakini bahwa orang yang menguasai kesadaran tersebut mampu menyerap kemuliaan dari Tuhan.

Dalam kamus Bahasa Jawa, konsep pemahaman semacam ini dikenal dengan istilah ‘manunggaling kawula Gusti’. Ajaran ini berkembang pesat di Indonesia terutama di tanah Jawa. Beberapa tokoh sufi yang dipengaruhi oleh ajaran ini antara lain Ibnu Arabi, Syekh Siti Jenar, dan Hamzah Fansuri.
“Selain Pangeran Diponegoro, Ayatollah Khomeini juga seorang pengikut tasawuf Wahdatul Wujud,” kata Haidar lagi.

22 Jawaban Muslim Kepada 22 pertanyaan Pendeta


Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar,ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampong tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Mula mula ia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk.

Di saat itu, si pendeta agak terbeliak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergerak dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya. ” Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim.” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun, pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus mengukuhkan ugamanya. Pemuda muslim itupun menerima tentangan debat tersebut.

Pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.”Si pemuda tersenyum dan berkata, “Silakan! Sang pendeta pun mulai bertanya, “

Sebutkan satu yang tiada duanya,
dua yang tiada tiganya,
tiga yang tiada empatnya,
empat yang tiada limanya,
lima yang tiada enamnya,
enam yang tiada tujuhnya,
tujuh yang tiada delapannya,
delapan yang tiada sembilannya,
sembilan yang tiada sepuluhnya,
sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
sebelas yang tiada dua belasnya,
dua belas yang tiada tiga belasnya,
tiga belas yang tiada empat belasnya.

Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
Siapakah yang tercipta dari api,
siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
Siapakah yang tercipta dari batu,
siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan kepada Allah. Setelah membaca bismillah ia berkata:
-Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
-Dua yang tiada tiganya ialah Malam dan Siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra': 12).
-Tiga yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
-Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.
-Lima yang tiada enamnya ialah Solat lima waktu.
-Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
-Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk: 3).
-Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman, “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat men-junjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).
-Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa yaitu: tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang.*
-Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah Kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).
-Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf .
-Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60).
-Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah Saudara Nabi Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
-Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Subuh. Allah SWT ber-firman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (At-Takwir: 18).
-Kuburan yang membawa isinya adalah Ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
-Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Nabi Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, ” tak ada cercaan terhadap kamu semua.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf:98).
-Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara Keledai. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
-Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.
-Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya':69).
-Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
-Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu Daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT? “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf: 28).
-Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah Hari dan Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam hari dan Dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawapan pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pun mula hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh pendeta.
Pemuda ini berkata, “Apakah kunci surga itu?” mendengar pertanyaan itu lidah pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rupa wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekuatirannya, namun tidak berhasil.

Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia cuba mengelak. Mereka berkata, “Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberi cuma satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!”
Pendeta tersebut berkata, “Sesungguh aku tahu jawapan nya, namun aku takut kalian marah.” Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.
” Pendeta pun berkata, “Jawabannya ialah: Asyhadu An La Ilaha Illallah Wa
Wa Aasyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.”

Lantas pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu terus memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.**

MUSLIM SYIAH VS MUSLIM SUNNI MANA YANG BENAR..? Sunni- syiah siapa yang benar ??


MUSLIM SYIAH VS MUSLIM SUNNI MANA YANG BENAR..?
Kawan, Keyakinan hanya bisa dikalahkan dengan argumen bukan militer. Jepang dihancurkan dengan bom nuklir, tapi kejepangan kan nggak hilang. Keyakinankan tidak hanya di Iran, kalau dibom nuklir, tidak akan menghilangkan keyakinan, dan keyakinan itu ada di mana-mana.

ISLAM  SUNNI  GAGAL  DIBIDANG  FILSAFAT  ISLAM

Filsafat bagi saya pergulatan hidup bukan sekedar tempelan.
Anda termasuk orang yang konsisten memperhatikan bidang Sains dan Filsafat, juga logika, Epistemologi, Agama dan Sains, Kosmologi, Filsafat Lingkungan, Filsafat Agama, perbandingan Filsafat Islam dan Barat, apa kaitan antara satu dengan lainya, dan apa benang merahnya?
“Penguasaan sains menjadi elemen niscaya bagi bangsa yang mandiri. Tuntutan agama Islam itu kan menjadi bangsa yang mandiri, tidak hanya semangat jihad khilafah, tapi tidak ada jihad ilmu dan Sains”

Fukuyama yakin dengan bukunya, “The End of History and The Last Man” bahwa demokrasi liberal adalah akhir evolusi sosial budaya manusia dan bentuk final pemerintahan. Ternyata Iran menganut sistem Republik Islam Iran. Politik, sosial dan hukum di Iran tunduk pada prinsip Islam dan yang mengejutkan terjadi lompatan saintifik. Islam ternyata mampu berevolusi dengan masyarakat Iran.

telah terjadi Revolusi Saintifik di Iran. Artinya, pertama, terjadi lompatan besar perkembangan sains dan teknologi di Iran selama hanya 30 tahun dari posisi yang tidak diperhitungkan. Kedua, terjadi lompatan kemajuan sains di tengah sanksi AS dan Eropa, kemajuan sains menjadi kedaulatan dan kebanggaan nasional.

Revolusi Saintifik Iran adalah antitesa Sekulerisme, menggugurkan klaim bahwa agama dan sains tidak mungkin bekerjasama.

logika diajarkan di S1 semua Fakultas  UIN / IAIN , tapi karena keterbatasan pengajar jadi gagal.
Kemudian Filsafat Sains, dulu saya banyak memperhatikan program Islamisasi Sains mazhab Sunni, tokohnya Ismail Faruqi, problemnya adalah agenda Islamisasi Sains saya lihat kekurangan basis Filsafat, lebih banyak tambal sulam. Kalau ada sains lalu ditambah Al-Quran, lalu sunni bilang itu Islami.

Indonesia saya lihat kekurangan nalar diskursif, kalau saya tinggal di Amerika, mungkin saya kembangkan tasawuf Mulla Sadra. Tabatabai dan Taqi Misbah lebih menekankan Filsafat Mula Sadra dibandingkan tasawufnya. Nah di Indonesia, butuh nalar diskursifnya. Seperti ACCROS kan kita menjadikan Ibu Sina, sebagai wakil Saintis, Filsafat di dunia muslim. Bangsa Indonesia butuh budaya Sains. Seperti kata George Sarton, perkembangan sains tidak pernah kosong dari budaya, di Indonesia banyak orang mengembangkan Sains tanpa budaya Ilmiah. Salah satu budaya ilmiah, suka logika, tetapi masyarakat lebih suka budaya konsumtif.

Relasi agama dan sains itu bahasa Filsafat. Bagaimana membangun Agama dan Sains dalam satu tarikan nafas, bukan dua digabung jadi satu. Konteksnya bagaimana maju secara sains dan agama dalam sebuah negara. Yang punya kepentingan tentunya para saintis dan ulama. Signifikansinya sangat penting relasi itu. Tidak ada ulama di Iran reaksioner terhadap sains. Isu Agama dan Sains itu konteknya dalam kehidupan modern. Integrasi agama dan sains itu efek konsisten dari pandangan tauhid Islam. Maka jika dibicarakan zaman Ibnu Sina, tidak relevan karena dia pelaku integrasi. Dunia itu satu (Tauhid) bukan ada dunia; dunia agama dan dunia sains. Isu Agama dan Sains tidak hanya terjadi  di Iran, tapi ada di Malaysia, Turki, Arab Saudi, Indonesia tapi hanya wacana dan harapan, kalau di Iran minimal treknya sudah ke sana.

Kita harus mendefinisikan maju itu apa, maju itu Independen, dengan kepala, otak kita sendiri. Qatar, Uni Emirat Arab tidak bisa dikatakan negara maju. Negara kaya iya, tapi hanya beli, jangankan produksi, mengoperasionalkan alat teknologi canggih saja tidak bisa, harus orang Amerika. Maju itu keberhasilan melawan hegemoni dunia yang ingin menguras kekayaan alam. Maju itu kemampuan  mengambil jarak dan indepen sebagai bangsa. Dalam konteks Iran, Iran itu maju dalam mengambil jarak dan independen dari jebakan Amerika, dan perjuangan itu mempunyai nilai kemanusiaan.  Maju itu menurut saya menciptakan barang-barang sendiri bukan membeli. Etos ilmiah dan petualangan imiah itu penting buat kemanusiaan. Ada masa Sains sebagai proses, dan sains pada lini terakhir sebagai produk. Kita harus mencetak ilmuan bukan membeli hasil sains.

Banyak negara-negara Timur tengah suka membeli produk teknologi, tetapi pertanyaanya, apa dengan bisa membeli produk canggih otomatis menjadi negara maju secara teknologi, apalagi maju secara kemanusiaan dan peradaban. Justru sebaliknya saya melihat malah uangnya buat membiayai terorisme.

Tidak ada negara maju dengan syariat Islam
Islam Sunni  Bingung  Soal  Politik  Islam
Negara-negara Islam Sunni melawan kodrat manusia, jadi tidak akan bisa maju.

Islam Sunni  Gagal  Islamisasi  IPTEK
Dalam 30 tahun paska Revolusi Iran tahun 1979, menurut laporan Royal Society Report tahun 2011,  Thomas Reuters, Social Sciences Citation Index (SCI), Science-Metrix, dan MoSRT, perkembangan Sains di Iran tercepat di dunia dan menempati  peringkat 16 di level negara maju. Iran mengalahkan negara-negara maju seperti Swiss, Rusia, Austria, Denmark.  Iran berada pada posisi kelima setelah China, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Iran juga  mengungguli semua negara regional termasuk Turki dan teratas di dunia Islam dalam capaian Ilmiah.

Islamkan berpandangan tauhid, Sains tidak bisa lepas dari pandangan tauhid termasuk etika. Akan terjadi split personality pada seorang muslim Saintis jika masih melihat konflik relasi agama dengan sains, agama menjadi sekuler, seakan harus memilih Sains atau agama. Nah.. dibutuhkan bingkai cara berpikir bahwa mengembangkan sains bagian dari tugas agama. Ibnu Khaitam, Arrazi memandang tugas Sains itu tugas agama. Mengkaji alam, membaca kemauan Tuhan. Kita lihat di Iran, setidaknya ada indikasinya kuat mengarah ke sana. Sains berkembang di Iran. Biasanya kita hanya mendapat informasi tentang  Iran dari sisi Revolusi dan Teologi, kita jarang melihat dari sisi Sainsnya.

Kita melihat dari sisi holistik, pengembangan sains itu menjadi bagian dari perjuangan mandiri sebagai bangsa. Penguasaan Sains menjadi elemen niscaya menjadi bangsa yang mandiri. Tuntutan agama Islam itu kan menjadi bangsa yang mandiri, tidak hanya semangat jihad khilafah, tapi tidak ada jihad ilmu dan sains. Sains menjadi elemen penting. Penguasaan sains itu tuntutan agama. Islam secara fitrah menuntut mengembangkan semua potensi termasuk Sains. Cara berpikir monokausal itu melihat, hanya karena faktor kejepit Iran maju, atau hanya karena faktor Revolusi, Sains berkembang pesat, atau hanya melihat faktor Iran punya modal budaya sejarah Sains.

Harusnya kita pakai berpikir both and, menerima banyak faktor kondisional, contohnya: kertas, udara, api itu elemen-elemen penyebab kertas kebakar. Sains maju di Iran, karena kombinasi, faktor Revolusi, faktor “kejepit”, faktor modal sejarah Sains, faktor tersedianya infrastruktur budaya dan sosio religi.  Pesan jihad ilmu oleh Rahbar itu penting. Fatwa ulama Iran tentang kloning, menjadikan ilmu kloning berkembang pesat di Iran. Kalau teologinya tidak rasional itu nanti jadi penghambat kemajuan Sains.

Islam  Syi’ah  Solid  Dibidang  Kepemimpinan
Sulit membayangkan pengembangan sains di Iran tanpa stabilitas politik. Terciptanya stabilitas dalam suasana ditekan itu karena peran kepemimpinan Rahbar (pemimpi tertinggi).
Umat itukan ada kesatuan tradisi, ada kesadaran bersama, pandangan ulama itu di dengar baik di dunia Sunni dan Syiah. Nah di Iran, pandangan itu diinstitusionalkan dalam negara. Ulama tidak sekedar jabatan, ulama juga mengemban tugas ilmiah, Wilayatul Faqih itu institusionalisasi peran ulama dalam membimbing dan memajukan umat dan bangsanya, baik dalam kontek politik, budaya dan Sains, dan itu sebenarnya ciri khas Islam.

Bahkan Rahbarpun mencanangkan jihad ilmiah dan ekonomi. Perhatianya sampai detil, jangan sampai jual bahan-bahan mentah yang murah yang belum diolah secara teknologi, itukan ekonomi berbasis Sains. Turunan itu berupa kebijakan eksekutif, ada Wakil Presiden khusus menangani sains. Zaman Ahmadinejad dipimpin seorang wanita, Dr. Nasrin Soltankhah.  Ada juga menteri  kordinator yang terkait dengan semua kementrian yang terkait dengan Sains. Etos cinta ilmu (jihad Ilmu) dilembagakan dalam banyak institusi penelitian di Iran. Cinta ilmiah tidak sekedar diceramahkan. Banyak berdiri Research Center ilmu apa saja di Iran dan itu di dukung negara.

Iran diperintah oleh ulama dan Filsuf. Pemimpin itu kan ada 3 model menurut Plato,  negara dipimpin manusia kepala (filsuf), negara dipimpin manusia dada (prajurit), ini berbahaya, karena  maunya perang saja, negara juga dipimpin manusia kaki (pedagang) nah ini juga bahaya, negara bisa dijual. Idealnya negara dipimpin manusia kepala. Kalau masyarakat dipimpin hawa nafsu maka hancur. Dalam konteks ini, negara dipimpin oleh filsuf (ulama) itu real dan aktual di Iran sehingga Iran masuk dalam perputaran sejarah membalikan tesis Fukuyama bahwa demokrasi liberal adalah evolusi akhir manusia. Negara dipimpin wali itu mungkin dan sedang terjadi.

Kita lihat, negara dipimpin Taliban sudah, dan gagal di Afganistan, menyebabkan citra Islam malah jadi jelek. Ikhwanul Muslimin gagal di Mesir, jangankan rakyat muslim lain, sebagian besar rakyat di Mesir sendiri tidak mendukung Ikhwanul Muslimin termasuk Al-Azhar. Di saat negara-negara Islam lain sedang mencari kestabilan, setiap saat di Iran sudah mencanangkan kemajuan Iptek. Salah satu contoh, perkembangan nanoteknologi (medis, pangan, informatika, komunikasi, lingkungan pertanian, rekayasa materi, industri manufaktur)  tahun 2013 menempati urutan ke-8, padahal tahun 2011, saat saya meneliti baru urutan ke 10, .. cepet sekali kan.

Artinya apa, jadi kesuksesan dalam mengembangkan sains dan teknologi di Iran memperkuat justifikasi eksistensi negara Republik Islam Iran. Premisnya, kemajuan sains penting bagi kemajuan bangsa dan martabat kemanusiaan, sedang pengembangan martabat kemanusiaan adalah tuntutan Islam. Republik Islam Iran telah terbukti mendorong kemajuan sains, berarti eksistensi Republik Islam Iran selaras dengan martabat kemanusiaan. Kemajuan sains memperkuat legitimasi eksistensi berdirinya Republik Islam Iran.

Orang-orang yang mengaku sebagai pecinta Ahlul Bait ini mengklaim bahwa Ali bin Abi Thalib lebih berhak menjadi khalifah dibanding Abu Bakr Ash-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang Syi’ah. Uraian berikut mencoba membongkar berbagai kebenaran yang menjadi pijakan sikap mereka.

Pertanyaan dari  http://asysyariah.com  ke web ini :
Imam Ali membai’at Abubakar, Imam Hasan berdamai dengan Mu’awiyah, makaitu artinya Nabi tidak mewasiatkan kekhalifahan kepada mereka !

Jawaban kami :
Rasulullah n menyatakan bahwa  khalifah itu seluruhnya dari kaum Quraisy, sebagaimana dalam hadits: “Dari Jabir bin Samurah z, ia berkata: Aku masuk bersama ayahku menemui Rasulullah n, maka aku mendengar beliau berkata: “Sesungguhnya urusan ini tidak akan lenyap hingga berakhir di antara mereka dua belas khalifah”. Kemudian beliau berbicara dengan ucapan yang tersamar atasku. Maka aku bertanya kepada ayahku: “Apa yang dikatakan oleh beliau?” Ia menjawab: “Seluruhnya dari kalangan Quraisy.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

sunni sangat mengagungkan Muawiyah yang Bani Umayah yang notabene membenci bani Hasyim (lucu juga ya).
Andaikan ada seorang perampok masuk ke rumah mas. Kemudian ia mengancam akan menyakiti keluarga mas jika mas tidak bersedia menyerahkan harta-harta mas.

Maka, apa tindakan yang akan mas ambil?

Saya percaya, karena ingin melindungi keluarga mas, maka mas dengan terpaksa mengikuti permintaan si perampok untuk menyerahkan harta kekayaan mas. Begitu kan?

Pertanyaannya:
(1) Benarkah tindakan mas melindungi keluarga mas dengan menyerahkan harta kekayaan mas?
(2) Hak milik siapakah sesungguhnya harta yang sekarang di tangan si Perampok yang telah dirampas dengan zalim? Punya mas kah atau si perampok kah?
(3) Dipebolehkankah orang-orang yang cinta kepada mas untuk membela mas dan menyalahkan si perampok serta mengatakan bahwa harta kekayaan itu sesungguhnya adalah milik mas?


Ada ayat2 Alqur’an dan Hadis dimana Allah menunjuk pemimpin utk melanjutkan misi Rasul. Dibawa ini saya tunjukkan 2 ayat saja dimana Allah menunjuk pimpinan utk melanjukan misi Rasul :

1. AL ANBIYAA’ ayat 73 tentang kepemimpinan


[21:73] Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,

2. surah / surat : As-Sajdah Ayat : 24
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar [1196]. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.
[1196] yang dimaksud dengan “sabar” ialah sabar dalam menegakkan kebenaran.

Imam atau Khalifah adalah berdasarkan penunjukan atau nash dari Nabi SAW, jadi walaupun Imam Ali secara terpaksa membai’at Abubakar dan Imam Hasan terpaksa berdamai dengan Mu’awiyah, maka hal tsb tidak menggugurkan nash !

“Jumlah Khalifah Setelah Rasulullah saw”.

Ashabiyah atau fanatisme kesukuan muncul kembali menjelang dan pasca Nabi wafat !
khalifah yang 12 artinya wakil (pengganti) Nabi Muhammad saw  setelah Nabi wafat (dl urusan negara dan agama) yg melaksanakan syariat (hukum) Islam dl kehidupan negara;
Kaum Muslimin, di dalam kitab shahih mereka, telah sepakat (ijma’) bahwa Rasulullah saw. telah menyebutkan bahwa jumlah khalifah sesudahnya sebanyak 12 orang, sebagaimana disebutkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Bukhari di dalam shahihnya, pada awal Kitab Al-Ahkam, bab Al-Umara min Quraisy (Para Pemimpin dari Quraisy), juz IV, halaman 144; dan di akhir Kitab Al-Ahkam, halaman 153, sedangkan dalam Shahih Muslim disebutkan di awal Kitab Ad-Imarah, juz II, halaman 79. Hal itu juga disepakati oleh Ashhab Al-Shahhahdan Ashhab Al-Sunan, bahwasanya diriwayatkan dari Rasulullah saw:
Agama masih tetap akan tegak sampai datangnya hari kiamat dan mereka dipimpin oleh 12 orang khalifah, semuanya dari Quraisy.
Diriwayatkan dasi jabir bin Samrah, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Setelahku akan datang 12 Amir.’ Lalu Rasulullah mengatakan sesuatu yang tidak pernah aku dengar. Beliau bersabda: ‘Ayahku semuanya dari Quraisy’. “.
Ringkasnya, seluruh umat Islam sepakat bahwa Rasulullah saw. membatasi jumlah para Imam setelah beliau sebanyak 12 Imam; jumlah mereka sama dengan jumlah Nuqaba bani lsrail; jumlah mereka juga sama dengan jumlah Hawari Isa a.s
Argumen wahabi :
Pihak majalah asysyariah melontarkan dalil dalil palsu sbb:
a. Aisyah berkata dalam riwayat Muslim: “Rasulullah n  tidak meninggalkan dirham; tidak pula dinar, tidak seekor kambing, tidak pula seekor unta dan tidak mewasiatkan dengan apa pun.” (HR. Muslim, dalam Kitabul Washiyyah, juz 3, hal. 256, hadits ke 18).
b. dari Aswad bin Yazid, dia berkata: “Mereka menyebutkan di sisi ‘Aisyah bahwa Ali adalah seorang yang mendapatkan wasiat. Maka beliau (Aisyah) berkata: “Kapan Rasulullah n berwasiat kepadanya, padahal aku adalah sandaran beliau ketika beliau bersandar di dadaku -atau ia berkata:  pangkuanku- kemudian beliau meminta segelas air, tiba-tiba beliau terkulai di pangkuanku, dan aku tidak merasa ternyata beliau sudah meninggal, maka kapan dia berwasiat kepadanya?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
c. “Dari ‘Aisyah x, ia berkata; Rasulullah n berkata kepadaku: “Panggillah Abu Bakr, ayahmu dan saudaramu, sehingga aku tulis satu tulisan (wasiat). Sungguh aku khawatir akan ada seseorang yang menginginkan (kepemimpinan, -pent.), kemudian seseorang berkata: “Aku lebih utama.” Kemudian beliau bersabda: “Allah dan orang-orang beriman tidak meridhai kecuali Abu Bakr.” (HR. Muslim 7/110 dan Ahmad (6/144); Lihat Ash-Shahihah, juz 2, hal. 304, hadits no. 690).

jawaban kami :
dalil dali diatas hanyalah dalil dalil yang diakui pihak Sunni namun ditolak pihak Syi’ah !
Hadis yang disepakati sunni – syi’ah MUTLAK BENAR, namun hadis yang hanya diakui pihak sunni sendirian maka MUTLAK SALAH !

Diriwayatkan  bahwa di antara keluarga Rasulullah n yaitu Ibnu Abbas c menyatakan pula kekecewaannya, karena Rasulullah n tidak sempat berwasiat disebabkan ulah keji Umar, hingga datanglah ajal beliau dalam keadaan belum sempat memberikan wasiat.

Maka Ibnu Abbas c berkata: “Sesungguhnya kerugian dari segala kerugian adalah terhalangnya Rasulullah n untuk menulis wasiat kepada mereka, karena perselisihan dan silang pendapat mereka.” (HR. Al-Bukhari dalam Kitabul Maghazi, bab Maradhun Nabi; Fathul Bari, juz 8, hal. 132 no. hadits 4432; Muslim dalam Kitabul Washiyyah, bab Tarkul Wasiat Liman Laisa Lahu Syai`un Yuushi bihi, juz 3 hal. 1259, no. 22).

Tidak ada negara maju dengan syariat Islam
WAFATNYA Rasulullah saw membuat sebagian umat Islam goyah iman dan pudar ketaatan. Meskipun sudah disebutkan di Ghadir Khum bahwa yang berhak menjadi pemimpin Islam setelah Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib, tetap menyelenggarakan pemilihan khalifah di Saqifah.
Mereka lupa bahwa Rasulullah saw sendiri dalam hadis-hadis telah menyebutkan dua belas khalifah yang berhak memimpin dan membimbing umat Islam. Misalnya riwayat Said bin Jubair dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah sawbersabda,“Sesungguhnya khalifah-khalifahku dan wasi-wasiku, hujah-hujah Allah di atas makhluk-Nya selepasku ialah dua belas orang; yang pertama Ali dan yang akhirnya cicitku Al-Mahdi; maka itulah Isa putra Maryam shalat di belakang Al-Mahdi.”

Bahkan, dalam hadis yang dikeluarkan Abu Al-Mu’ayyid Ibn Ahmad Al-Khawarizmi dengan sanad dari Abu Sulaiman secara rinci disebutkan nama-namanya: Ali, Fathimah, Hasan, Husain, Ali bin Husain, Muhammad bin Ali, Ja’far bin Muhammad, Musa bin Ja’far, Ali bin Musa, Muhammad bin Ali, Ali bin Muhammad, Hasan bin Ali, dan Muhammad Al-Mahdi bin Hasan.

Muslim dalam kitab Shahih Muslimmeriwayatkan dari Jabir bin Samurah bahwa, “Aku bersama bapakku berjumpa Nabi Muhammad saw. Maka aku mendengar Nabi saw bersabda, “Urusan ini tidak akan selesai sehingga berlaku pada mereka dua belas khalifah.” Dia berkata: kemudian beliau berbicara dengan perlahan kepadaku. Akupun bertanya kepada ayahku, apakah yang diucapkan oleh beliau? Dia menjawab, “Semuanya dari Quraisy.”

Dalam bagian kitab fadhl ahlulbait, Muslim menyebut dua belas orang dari kalangan Bani Hasyim. Juga Bukhari dalam Shahih Bukhari bagian kitab al-ahkam meriwayatkandari Jabir bin Samurah bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Selepasku adalah dua belas amir (pemimpin).”Bukhari menyebutkannya dengan tiga riwayat dan Muslim sembilan riwayat serta Abu Daud tiga riwayat. Sedangkan Al-Turmudzi satu riwayat dan Al-Humaidi tiga riwayat.

Al-Qunduzi al-Hanafi dalam Yanabi’ al-Mawaddah bab 95meriwayatkan bahwa Jabir bin ‘Abdullah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Jabir! Sesungguhnya para wasiku dan para imam selepasku pertamanya Ali kemudian Hasan kemudian Husain kemudian Ali bin Husain kemudian Muhammad bin Ali Al-Baqir. Anda akan menemuinya wahai Jabir sekiranya Anda mendapatinya; maka sampailah salamku kepadanya. Kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali. Kemudian Al-Qa’im, namanya sama dengan namaku dan kunyahnya sama dengan kunyahku, anak Hasan bin Ali. Dengan beliaulah Allah akan ‘membuka’ seluruh pelosok bumi di Timur dan di Barat, dialah yang ghaib dari penglihatan. Tidak akan percaya kepada imamahnya melainkan orang yang telah diuji hatinya oleh Allah Swt.” Kemudian Jabir berkata,“Wahai Rasulullah.apakah orang-orang bisa mengambil manfaat darinya ketika ghaibnya?” Beliau menjawab,“Ya! Demi yang mengutuskan aku dengan kenabian sesungguhnya mereka mengambil cahaya daripada wilayahnya ketika ghaibnya, seperti orang mengambil faedah dari matahari sekalipun ianya ditutupi awan.”

Para muhadis dan perawi yang disebutkan tersebut orang-orang ternama dan banyak dirujuk oleh ulama-ulama. Karena itu, kebenarannya layak untuk dipegang sebelum benar-benar dipastikan terdapat kekeliruan. Sudah banyak kajian hadis dan sejarah yang membuktikan kebenaran dari riwayat-riwayat tentang adanya khalifah-khalifah Islam setelah Rasulullah saw. Namun, untuk umat Islam Indonesia kajian berkaitan dengan hadis atau riwayat tersebut belum banyak diketahui sehingga tidak jarang ada orang yang berani menolaknya.

 Tidak ada negara maju dengan syariat Islam
Dalam Al-Quran ada jumlah yang mendukung jumlah 12 di atas. Kata Imam dan berbagai bentuk turunannya disebutkan sebanyak 12 kali, sama dengan jumlah Imam kaum Muslimin yang dibatasi Rasulullah saw. Kata tersebut terdapat pada ayat-ayat berikut:
  1. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai Imam bagi seluruh manusia.”Ibrahim berkata: “Dan saya memohon juga dari keturunanku.” Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak bagi mereka yang zalim.” (Al-Baqarah: 124)
  2. ….. Dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum AI-Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman (imama ) dan rahmat ….. (Hud: 17)
  3. ….. Dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)
  4. Dan sebelum Al-Quran itu telah ada Kitab Musa sebagai pedoman (imam) dan rahmat …..Al-Ahqaf: 12)
  5. ….. Maka Kami binasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua
    kota itu benar-benar terletak di jalan umum (bi imam) yang terang. (Al-Hijr: 79)
  6. ….. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk (Imam) yang nyata. (Yasin: 12)
  7. (Ingatlah) suatu hari yang (di hari itu) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya (imamihim). (AI-Isra: 17)
  8. ….. Maka perangilah pemimpin-pemimpin (aimmah) kaum kafir, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar mereka berhenti. (At-Taubah: 12).
  9. Kami telah menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin (aimmah) yang memberi petunjuk dengan perintah Kami …… (AI-Anbia: 73)
  10. …… Dan Kami hendak menjadikan mereka sebagai pemimpin pemimpin (aimmah) dan menjadikan mereka sebagai para pewaris (bumi). (Al-Qashash: 5)
  11. Dan Kami jadikan mereka pemimpln-pemimpin (aimmah) yang menyeru (manusia) ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41).
  12. Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin (aimmah) yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ….. (Al-Sajdah: 24)
     Tidak ada negara maju dengan syariat Islam
    Ayat Keduabelas
    Saya berpendapat bahwa jumlah para Imam itu sama dengan jumlah para Nuqaba Bani Israil, yaitu sebanyak 12 orangnaqib. Di antara yang menarik perhatian ialah ketika Nuqaba itu ber jumlah 12, ia pun disebutkan pada ayat keduabelas dari surat Al-Maidah, yaitu ketika Allah berfirman:
    Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani lsrail dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin (naqib) ….. (AI-Maidah: 12)
     Tidak ada negara maju dengan syariat Islam
    Duabelas Khalifah Rasul saw.
    Kata khalifah dan turunan kata isim-nya, yang digunakan untuk memuji, disebutkan sebanyak 12 kali. Di dalamnya dijelas kan mengenai khilafah dari Allah SWT, yaitu pada ayat-ayat berikut ini:
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi ….. ” (Al-Baqarah: 30)
  1. Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu ….. (Shad: 26)
  2. Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (khalaif) di bumi ….. (Al-An’am: 165)
  3. Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti mereka (khalaif) sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat ….. (Yunus: 73).
  4. ….. Dan Kami jadikan mereka pemegang kekuasaan (khalaif) dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat ayat kami ….. (Yunus: 73)
  5. Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri ….. (Fathir: 39)
  6. Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (khulafa) yan,q berkuasa setelah lenyapnya Nuh ….. (Al-A’raf: 69)
  7. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (khulafa) setelah lenyapnya kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi ….. (AIA’raf; 74)
  8. Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah-khalifah (khulafa) di muka burni …..” (Al-Nur: 55)
  9. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa (layastakhlifannahum) di muka bumi ….. (Al-Nur: 55)
  10. ….. Sebagaimana Dia telah menjadikan berkuasa (istakhlafa) orang-orang sebelum mereka ….. (Al-Nur: 55)
  11. ….. Musa menjawab: “Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi  ….. ” (AI­A’raf: 129)
     Tidak ada negara maju dengan syariat Islam
    Duabelas Washi
    Termasuk yang ditegaskan oleh jumlah ini (12) ialah wasiat Rasulullah saw. bahwasanya Imam sesudah beliau itu berjumlah 12 Imam, sama dengan jumlah wasiat Allah kepada para makhluk, yaitu sebanyak kata wasiat dan bentuk turunannya dari Allah kepada makhluknya sebagaimana terdapat pada ayat-ayat berikut:
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan yang telah diwahyukan kepadamu ….. (Al-Syura: 13)
  1. …..  Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan (washsha) ini bagimu  …… (Al-An’am: 144)
  2. ….. Demikian itu yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu (washshakum) supaya kamu memahami(nya) ….. (Al-An’am: 151)
  3. …. Yang demikian itu diperintahkan Allah (washshakum) kepadamu supaya kamu ingat ….. (AI-An’am: 152)
  4. Yang demikian itu diperintahkan Allah (washshakum) kepadamu agar kamu bertakwa ….. (Al-An’am: 153)
  5. ….. Dan sesungguhnya      Kami telah memerintahkan         (wash shaina) kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu, dan (juga) kepadamu: “Bertakwalah kepada Allah.” (An-Nisa: 131)
  6. Dan Kami wajibkan (washshaina) manusia untuk (berbuat) kebaikan kepada kedua ibu-bapaknya … (Al-Ankabut: 8)
  7. Dan Kami perintahkan (washshaina) kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah ….. (Luqman: 14)
  8. …..  Dan apa yang telah Kami wasiatkan (washshaina) kepada Ibrahim, Musa dan lsa, yaitu: “Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya …..  (Al-Syura: 13)
  9. Kami perintahkan (washshaina) kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya …..  (Al-Ahqaf: 15)
  10. …… Dan Dia memerintahkan (ausha) kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup ….. (Maryam: 31)
  11. ….. Syariat (washiyyatan) dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 12)
Masalah Kekhalifahan adalah masalah yang sangat penting dalam Islam. Masalah ini adalah dasar penting dalam penerapan kehidupan keislaman, setidaknya begitu yang saya tahu :mrgreen: . Kata Khalifah sendiri menyiratkan makna yang beragam, bisa sesuatu dimana yang lain tunduk kepadanya, sesuatu yang menjadi panutan, sesuatu yang layak diikuti, sesuatu yang menjadi pemimpin, sesuatu yang memiliki kekuasaan dan mungkin masih ada banyak lagi ;)

Saat Sang Rasulullah SAW yang mulia masih hidup maka tidak ada alasan untuk Pribadi Selain Beliau SAW untuk menjadi khalifah bagi umat Islam. Hal ini cukup jelas kiranya karena sebagai sang Utusan Tuhan maka Sang Rasul SAW lebih layak menjadi seorang Khalifah. Sang Rasul SAW adalah Pribadi yang Mulia, Pribadi yang selalu dalam kebenaran, dan Pribadi yang selalu dalam keadilan. Semua ini sudah jelas merupakan konsekuensi dasar yang logis bahwa Sang Rasulullah SAW adalah Khalifah bagi umat Islam.

Lantas bagaimana kiranya jika Sang Rasul SAW wafat? siapakah Sang Khalifah pengganti Beliau SAW? Atau justru kekhalifahan itu sendiri menjadi tidak penting. Pembicaraan ini bisa sangat panjang dan bagi sebagian orang akan sangat menjemukan. Dengan asumsi bahwa kekhalifahan akan terus ada maka Sang khalifah setelah Rasulullah SAW bisa berupa
  • Khalifah yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW
  • Khalifah yang diangkat oleh Umat Islam
Kedua Premis di atas masih mungkin terjadi dan tulisan ini belum akan membahas secara rasional premis mana yang benar atau lebih benar. Tulisan kali ini hanya akan menunjukkan adanya suatu riwayat dimana Sang Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa Ahlul Bait adalah Khalifah bagi Umat Islam. Bagaimana sikap orang terhadap riwayat ini maka itu jelas bukan urusan penulis :mrgreen:
Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh. (Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga disebutkan oleh As Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau menyatakan hadis tersebut Shahih.).

Hadis di atas adalah Hadis Tsaqalain dengan matan yang khusus menggunakan kata Khalifah. Hadis ini adalah hadis yang Shahih sanadnya dan dengan jelas menyatakan bahwa Al Ithrah Ahlul Bait Nabi SAW adalah Khalifah bagi Umat islam. Oleh karena itu Premis bahwa Sang Khalifah setelah Rasulullah SAW itu ditunjuk dan diangkat oleh Rasulullah SAW adalah sangat beralasan :mrgreen:

Terkait Berita: