IRAK - Masalah penting sekarang
ini bagi umat muslim adalah urgensitas kembali kepada Al-Quran;
pelajaran dan ajaran-ajaran Al-Quran secara praktis, ilmiah dan
mendetail harus masuk dalam kehidupan sehari-hari kaum muslimin.
“Tentunya masalah ini sering kali diulang berkali-kali, yaitu suatu umat yang mana Imam Husein (As) adalah cucunda Nabi mereka dan dalam satu hari berkali-kali dikumandangkan "Asyhadu Anna Muhammad Rasulullah", dengan Ahlulbaitnya pun mereka memperlakukannya demikian, itupun kurang dari 50 tahun sepeninggal Rasulullah. Dengan demikian, tidak cukup hanya dengan bacaan dan ucapan semata,” tambahnya.
Syaikh Nu’mani melanjutkan, Al-Quran sendiri juga mengafirmasikan hal ini dalam surah asSaff, 2, yang memuji manusia, yaitu Ya Ayuhal Ladzina Amanu lima Taquluna ma la Taf’alun, “wahai orang-orang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan”! Kenapa kita ketika mengatakan suatu hal, tidak disertai dengan tindakan?
Selanjutnya, dia dengan menegaskan jarak antara ucapan, pemahaman dan amal mengatakan, kami, bukan hanya kaum muslimin, bahkan semua masyarakat dunia, jika kita tidak teliti, maka kita akan tertimpa masalah ini. Umat Kristiani lahiriah mereka juga meyakini al-Masih (As), namun realitanya apakah kinerja mereka juga demikian. Kita menyaksikan bahwa semua pembunuhan, konspirasi dan penjarahan bangsa-bangsa lemah nan malang dilakukan oleh mereka.
Nu’mani menambahkan, apakah ini semua mengikuti ajaran-ajaran al-Masih (As)? al-Masih adalah nabi perdamaian, terpandang dan kecintaan. Sudah pasti tidaklah demikian dan tidak ada seorangpun yang menisbatkan umat al-Masih sejati kepada mereka. Namun sekarang ini dikarenakan kemaslahatan politik, kesalahan-kesalahan kaum muslimin dipikulkan di pundak Islam dan Al-Quran.
Ulama Irak ini menegaskan, mungkin menyalahi apa yang kita gambarkan, jarak kita sangatlah jauh sekali dengan Al-Quran. Sekarang ini masalah penting untuk umat muslim adalah urgensitas kembali kepada Al-Quran; pelajaran dan ajaran-ajaran Al-Quran, secara praktis, ilmiah dan mendetail harus masuk dalam kehidupan kaum muslimin sehari-hari.
Selanjutnya, dia dengan mengisyaratkan urgensitas persatuan Islam mengatakan, selain Al-Quran, akal juga mengafirmasikan persatuan. Sudah semestinya bagi kita, setiap perkumpulan bahkan satu keluarga kecil jika tidak bersatu, maka akan tercerai berai. Sudah sewajarnya bahwa umat Islam memiliki musuh dengan pelbagai dalih, jika kita tidak saling bersatu, maka selainnya akan memimpin dan menguasai kita.
Nu’mani mengintroduksikan, akal mengatakan, Al-Quran Al-Karim mengatakan, Rasulullah (Saw) mensabdakan, para wali mengatakan, para filusuf berkata, namun ironisnya, sekarang ini jarak kita masihlah jauh dengan perintah-perintah Al-Quran tentang persatuan dan solidaritas.
Selanjutnya, ulama Irak mewasiatkan, kita harus menempuh semua jalan untuk mengurangi jarak dengan Al-Quran, baik dengan film, sinema, teater, cerita, foto, dan pelbagai bentuk, kita harus menyampaikan masalah ini kepada masyarakat.
Dia menegaskan, kita memiliki ungkapan menarik dalam Al-Quran, dimana Al-Quran mengatakan Tablig, bukan I’lam. Dalam bahasa Arab, I’lam berartikan ucapan yang sampai ke telinga, namun tidak jelas, apakah bisa terlaksana ataukah tidak, dilaksanakan dengan benar ataukah tidak.
Namun Al-Quran mengatakan Tablig, Alladzina Yuballighuna Risalatillah, “Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah atau misi-misi Allah”, dan ini berarti menyampaikan pesan dan menginstitusionalisasikannya. Sekarang bagaimana dapat menyampaikannya dengan benar dan menghantarkannya pada tahap praktis, bisa jadi dengan ceramah atau bisa jadi dengan kinerja seni seperti teater dan pameran.
Di penghujung, Syaikh Muhammad Said Nu’mani mengatakan, semua metode-metode yang bermanfaat dalam perkara tablig harus digunakan, sehingga risalah suci dan penyampaian pesan Al-Quran ini, yang untuk kita adalah sebuah kehidupan dan tanpanya kita tidak ada, terlaksana dengan benar.