Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Musuh. Show all posts
Showing posts with label Musuh. Show all posts

Benarkah Syiah Bukan Islam?



Anda cukup mengucap syahadat untuk menjadi Muslim. Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya, adalah langkah awal untuk masuk Islam. Begitu mengucap syahadat, harta benda, kehormatan, darah dan nyawa anda dilindungi oleh agama Islam.


Download Disini:
https://drive.google.com/?usp=folder&authuser=0#folders/0B_l0We7EQa4JV185eEdqc0pYcjg


Namun disayangkan, kini sebagian umat Islam di Indonesia menjadi korban kekerasan atas nama agama Islam sendiri.

Mereka adalah komunitas Muslim Syiah yang diisukan sesat, dengan tuduhan "Syiah bukan Islam".
Iran, sebuah negara Islam dengan Syiah sebagai madzhab resminya, terdapat 59 juta Muslim bermadzhab Syiah hidup di negeri itu. Tak satupun dari lima rukun Islam yang mereka tinggalkan sehingga Syiah bisa disebut bukan Islam. Mereka mengucap syahadat, melakukan shalat, berpuasa, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji.

Indonesia, negeri kita yang kaya ragam suku, ras dan agama, kini dihebohkan dengan isu keberadaan komunitas Syiah yang dianggap sesat.

Dikarenakan sedikit perbedaan faham dan praktek ibadah yang ada pada Syiah, meskipun mereka mengamalkan lima rukun Islam, mereka tetap dianggap sesat dan keluar dari ajaran Islam.
Berbagai tindakan anarki dilakukan atas nama Islam terhadap komunitas Syiah di Indonesia. Mulai dari unjuk rasa hingga pembunuhan.

Dalam tindak kriminal yang dilakukan atas nama agama itu, mereka menyalahgunakan kepolosan masyarakat awam dan juga para santri dengan loyalitas "harga mati" mereka terhadap kiyai sebagai senjata menyerang Syiah. Mereka dikerahkan dengan orasi-orasi provokatif untuk melakukan penyerangan fisik terhadap komunitas Syiah.

Segala cara pun mereka lakukan untuk membubarkan komunitas ini. Padahal Syiah adalah madzhab yang diakui oleh dunia secara resmi dan termasuk bagian dari umat Islam.

Faktanya Syiah meyakini satu Tuhan, satu nabi dan satu kitab suci sebagaimana umat Islam lainnya.
Tak hanya bersaksi terhadap keesaan Tuhan dan kenabian terakhir Muhammad, tak satupun dari rukun-rukun Islam yang ditinggalkan para penganut madzhab Syiah.

Berbagai upaya telah dilakukan pihak komunitas Syiah di Indonesia untuk berdialog dan menjelaskan siapa Syiah sebenarnya dan seperti apa pemikirannya. Namun upaya itu selalu digagalkan dengan cara memprovokasi masyarakat awam agar menutup mata dan telinga dari pendekatan yang dilakukan oleh komunitas Syiah.

Tak hanya di Indonesia, komunitas Syiah di berbagai belahan dunia menjadi target kejahatan musuh yang mengatas namakan diri mereka sebagai Muslim. Dengan cara tersebut mereka menghancurkan Islam melalui tubuh umat Islam sendiri.

Nasib Musuh Imam Husein as


Abu Harb Sabi'i.
Ia merupakan pasukan penunggang kuda laskar Umar bin Saad. Dalam sejumlah buku maqtal namanya disebut Abdullah bin Syahr, Abdullah bin Samir, Ubaidullah bin Syamir, dan Abdullah bin Sakhir. Tapi ia dikenal sebagai orang yang fasik, asal ngomong, suka bercanda dan pemberani.

 Saad bin Abi Qais memenjarakannya akibat kejahatan yang beberapa kali dilakukannya. Peran Abu Harb Sabi'i di Karbala, tepatnya di malam Asyura sebagai penjaga laskar musuh yang kerjanya mengintai sekitar tenda-tenda Imam Husein as dan sahabatnya. Ia bersama pasukan yang lain bertugas memperhatikan situasi baik jauh maupun dekat. 

Dhahhak bin Abdullah Masyriqi meriwayatkan: 
"Di malam Asyura, Imam Husein as dan para sahabatnya melaksanakan shalat dan berdoa kepada Allah. Sekelompok penunggang kuda dari pasukan Umar bin Saad menjaga dan memperhatikan apa yang dilakukan rombongan Imam Husein as. Mereka berpatroli di sekeliling tenda-tenda dan mengamati dengan seksama rombongan Imam Husein as. 

Ketika itu Imam Husein as membaca al-Quran surat Ali Imran ayat 178 "Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.", dan ayat selanjutnya 179 "Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin) ..." 

Seorang dari penunggang kuda pasukan musuh yang bertugas berjaga-jaga mendengar ayat ini dan berkata, "Aku bersumpah demi Tuhan Kabah! Yang dimaksud dengan orang-orang baik (mukmin) dalam ayat itu adalah kita yang memisahkan diri dari kalian." 

Dhahhak mengatakan, "Saya mengenal orang yang berbicara itu." 
Kepada Burair bin Khudhair saya bertanya, "Apakah engkau mengenal orang itu?" 
Burair menjawab, "Tidak." 
Saya berkata, "Dia Abu Harb Sabi'i Abdullah bin Syahr. Orang yang asal omong tapi juga pemberani." 
Burair berkata kepadanya, "Hai orang fasik! Apakah engkau beranggapan Allah meletakkan dirimu termasuk orang-orang baik (mukmin)?" 
Abu Harb bertanya, "Siapa kau?" 
Burair berkata, "Burair bin Khudhair." 
Abu Harb berkata, "Wahai Burair! Sulit bagiku menemukanmu binasa. Demi Allah! Engkau akan binasa." 
Burair berkata, "Wahai Abu Harb! Apakah engkau dapat bertaubat dari dosa-dosa besar yang engkau lakukan dan kembali kepada Allah? Demi Allah! Kamilah orang-orang baik itu dan kalian semua adalah manusia kotor. 
Abu Harb menjawabnya, "Saya bersumpah apa yang engkau ucapkan itu benar." 
Kemudian saya (Dhahhak) berkata, "Apa yang engkau ketahui itu tidak bermanfaat bagimu." 
Abu Harb berkata, "Lalu siapa yang akan melayani Yazid bin Adzrah al-Anzi lebih baik dari Anz bin Wail? Ia sekarang bersama saya?" 
Burair berkata kepadanya, "Allah telah menjadikan pandanganmu jelek. Engkau adalah pria bodoh dan tidak tahu apa-apa." 
Kemudian ia kembali dan Abu Harb pergi dari sana. 
Penjaga tenda kami di malam itu adalah Urwah bin Qais Ahmasi dan para penunggang kuda menjadikannya sebagai penjaga.

Sumber: 1. Mausah al-Imam Husein, mengutip dari Tarikh Thabari, Nafas al-Mahmum, terjemahan al-Irsyad oleh Rasouli Mahallati, Nasikh at-Tawarikh dan Maqtal al-Husein Muqrim.

 Abu Murhim Azdi.  
Abu Murhim Azdi adalah bagian dari pasukan Umar bin Saad dan pembunuh Muhammad putra Muslim bin Aqil. 
Ibu Muhammad adalah seorang budak dan ayahnya Muslim bin Aqil. Muslim diutus Imam Husein as ke Kufah sebelum kebangkitan Karbala. Ia menyakiskan ketidaksetiaan orang-orang Kufah kemudian tertangkap dan mencapai syahadah.  

Pada tanggal 10 Muharram tahun 61 Hq, Imam Husein as berperang melawan tentara Yazid. setelah sejumlah sahabatnya mencapai syahadah, Bani Hasyim maju ke medan pertempuran. 

Imam Baqir as dan sebagian ahli sejarah mengatakan, "Pasca syahadah Abdullah bin Muslim, putra-putra Abu Thalib maju menyerang pasukan musuh. Begitu Imam Husein as menyaksikan hal ini, beliau berkata, "Shabran ‘Alal Maut Ya Banii Amuumatii...Hai putra-putra pamanku, bersabarlah menghadapi kematian...!" 

Saat itu mereka belum kembali dari medan pertempuran. Ternyata dalam pertempuran itu Muhammad bin Muslim telah gugur mencapai syahadah. Ia dibunuh oleh Abu Murhim Azdi dan Laqith bin Ayyas Jahni. Ibnu Syahr Asyub menyebut Abu Murhim dengan nama Abu Maryam al-Azdi sementara Majlisi dalam buku Jala' al-‘Uyun menyebutnya Abu Jurhim Asadi.

Sumber: 
1. Muntahal Amal 
2. Abshar al-‘Ain 
3. Mausu'ah al-Imam Husein dinukil dari Maqatil at-Thalibin 
4. Asrar Syahadah
5. Bihar al-Anwar.

Abul Janub Kufi.
Abul Janub Kufi satu di antara anasir hina dan busuk Umar bin Saad yang menyerang Imam Husein as di Karbala. Namanya Abdurrahman Ju'fi dan bergelar Abul Janub, Abul Khanuq dan Abul Hatuf. Ia termasuk orang yang kuat dan kekar dan bertempat tinggal di Kufah.  

Pada hari Asyura tahun 61 Hq, Abul Janub bagian dari pasukan pejalan kaki Umar bin Saad. Ia berada di samping Syimr bin Dziljausyan, Saleh bin Wahab Yazni dan Khauli serta sejumlah orang lainnya. Dengan dorongan dan bujukan satu sama lainnya mereka mengepung Imam Husein as. 

Ketika Imam Husein as maju ke medan pertempuran, dengan segala kekuatannya Abul Janub menyerang Imam Husein as. Syimr bin Dziljausyan kepada Abul Janub yang memiliki persenjataan lengkap berkata, "Maju dan seranglah!" 
Dengan kasar Abul Janub berkata, "Kenapa bukan kau sendiri yang maju?" 
Syimr berkata, "Mengapa kau bicara seperti itu kepadaku? Kau kurang ajar terhadapku?" 
Abul Janub menjawab, "Kau yang kurang ajar terhadapku?" 
Kemudian keduanya satu sama lainnya saling mencaci maki. 
Abul Janub berkata, "Demi Allah! Sekarang juga aku ingin menancapkan tombak ini ke matamu." 
Syimr kembali dan berkata, "Demi Allah! Kalau saja bisa, akan aku binasakan kau!" 
Abul Janub bersama pasukan pejalan kaki lainnya menyerang dan mengepung Imam Husein as kemudian membunuh beliau.  

Sumber: 
1. Nafas al-Mahmum
2. Mausu'ah al-Imam al-Husein menukil dari Tarikh Thabari, Ansab al-Asyraf, al-‘Abarat, Mahmudi. 

Akhnas bin Murtsad Hadhrami.
Ia termasuk orang paling kejam dari laskar Umar bin Saad di Karbala. Di hari Asyura, Akhnas mengambil ammamah (sorban) Imam Husein as. Ia juga banyak melakukan kejahatan lainnya. 

Sekaitan dengan namanya, ada yang menyebutnya Akbasy bin Murtsad bin Alqamah Hadhrami, Ahbasy bin Yazid dan Akhnas bin Murid. 

Pada hari Asyura 61 Hq, setelah gugur syahidnya Imam Husein as, laskar Kufah mengerumuni jasad suci Imam Husein as untuk mengambil baju beliau. Akhnas yang terlaknat mengambil ammamah(sorban) beliau dan memakainya. Akhnas di kemudian hari terkena penyakit lepra. 

Sekalipun dalam sebuah riwayat ada yang menyebut pencuri ammamah Imam Husein as adalah Jabir bin Yazid Azdi, tapi mayoritas ahli sejarah menyebut Akhnas sebagai pencurinya. 

Selain itu, Akhnas juga melakukan kejahatan lain. Ketika Imam Husein as gugur syahid, Umar bin Saad di tengah-tengah pasukannya berteriak, "Siapa yang ingin menjadi relawan menginjak-injak badan Husein dengan kudanya?" 

Akhnas terlaknat ini dan beberapa orang lainnya menyatakan kesanggupannya untuk melakukan kejahatan keji ini. 

Akhnas bersama 9 orang lain dengan kudanya menginjak-injak badan suci Imam Husein as, sehingga tulang dada, belakang dan pinggang beliau patah. Setelah itu mereka menghadap Ubaidullah bin Ziyad dan ternyata mereka hanya mendapat sedikit hadiah. 

Abu Amr Zahid berkata, "Ketika kami meneliti keturunan mereka, ternyata semuanya berasal dari anak haram." 

Nasib Buruk Akhnas. 
Menurut buku Nafas al-Mahmum dan Nasikh at-Tawarikh, Mukhtar Tsaqafi ketika bangkit menuntut darah syuhada Karbala, maka yang pertama dibalas adalah orang-orang yang menginjak-injak badan Imam Husein as. Mukhtar memerintahkan pasukannya agar mereka ditidurkan sementara tangan dan kaki mereka dipaku di atas tanah. Setelah itu beberapa orang dengan menunggang kuda menginjak-injak badan mereka, sehingga daging, kulit dan tulang-tulang mereka hancur dan merekapun binasa. 

Dalam Tarikh Thabari diriwayatkan bahwa Akhnas setelah melakukan kejahatannya di Karbala, ia ikut dalam sebuah perang dan sebuah panah mengenai dadanya dan berhasil mengoyak jantungnya dan tewas.  

Sumber: 
1. Nafas al-Mahmum. 
2. Tarikh Thabari. 
3. Mausu'ah al-Imam Husein, mengutip dari Luhuf, ad-Dam'ah as-Sakibah, A'yan as-Syiah dan Manaqib Ibnu Syahrasyub.
4. Bihar al-Anwar. 

Arzaq bin Harits. 
Arzaq bin Harits merupakan seorang komandan dan pendukung Umar bin Saad di Karbala. Ada yang menyebut namanya adalah Arzaq bin Harb al-Shaidawi. Ia adalah orang yang mencegah kabilah Bani Asad membantu Imam Husein as. 

Beberapa hari sebelum hari Asyura 61 Hq, waktu itu Ubaidillah bin Ziyad mengirimkan pasukan secara berkelompok-kelompok untuk memerangi Imam Husein as. Mengetahui hal itu, Habib bin Mazhahir, dari kabilah Bani Asad dan sahabat dekat Imam Husein as meminta izin dari beliau untuk mengajak orang-orang dari kabilah Bani Asad yang tinggal dekat Karbala. Imam Husein as menyetujui permintaan Habib bin Mazhahir. 

Habib bin Mazhahir  tengah malam pergi ke kabilah Bani Asad. Ketika sampai di tempat kabilah Bani Asad, Habib berkata, "Saya datang untuk mengajak kalian membantu anak dari putri Rasulullah Saw. Kalian jangan membiarkannya seorang diri dan bantulah dia. Umar bin Saad dengan pasukan yang berjumlah besar telah memblokadenya." 

Kabilah Bani Asad mengenal Habib bin Mazhahir. Oleh karenanya, mereka mempercayai ucapannya. Pria Bani Asad berlomba-lomba mengikuti ajakan Habib. Ada sekitar 90 pria dewasa yang siap berperang. Mereka bersama Habib bin Mazhahir berjalan menuju perkemahan Imam Husein as untuk membantunya. Ketika mereka berada di tengah perjalanan, seorang mata-mata mengabarkan apa yang terjadi ke Umar bin Saad. Tanpa menunggu lebih lama, Umar bin Saad mengirim Arzaq bin Harits bersama 400 pasukan penunggang kuda untuk menghadapi kabilah Bani Asad. 

Arzaq bersama pasukannya dengan cepat sampai ke dekat sungai Furat dan menghalangi jalan yang akan ditempuh oleh kabilah Bani Asad, sementara jaraknya dengan tempat Imam Husein as tidak seberapa jauh dari situ. Ketika orang-orang Bani Asad tiba di sana, perang terjadi dengan hebatnya. 

Pada waktu itu Habib bin Mazhahir berteriak, "Wahai Arzaq! Celakalah engkau! Apa yang terjadi ini tidak layak bagi kami dan juga bagimu. Biarkan orang lain yang melakukan kebiadaban ini." 

Tapi Arzaq tidak peduli dengan ucapan Habib dan tetap memerintahkan pasukannya menyerang orang-orang dari kabilah Bani Asad. Dengan demikian, pasukan Arzaq berhasil menghalangi orang-orang kabilah Bani Asad membantu Imam Husein as. Karena jumlahnya kalah banyak, orang-orang Bani Asad tidak mampu bertahan melawan pasukan Arzaq dan akhirnya kalah lalu kembali ke kabilahnya. Sesampainya mereka di tempat kabilahnya, pada malam itu juga mereka pergi ke tempat lain agar jangan sampai Umar bin Saad menyerang mereka di malam hari. 

Habib bin Mazhahir dengan keberaniannya dan kesulitan yang dihadapi akhirnya berhasil kembali ke Imam Husein as dan menceritakan apa yang terjadi. 

Mendengar kisah yang dituturkan Habib, Imam Husein as berkata, "Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah."  

Sumber: 
1. Bihar al-Anwar, 44/386. 
2. Nafas al-Mahmum.
3. Mausu'ah al-Imam Husein as mengutip dari Asarr as-Syahadah, Darbandi, Maqtal al-Husein, Khawarazmi dan Bahr al-Ulum. 

Asad bin Malik.
Asad bin Malik adalah manusia bejat dan pembunuh di Karbala. Ia termasuk orang-orang yang loyal Bani Umayah. Ada perbedaan dalam penukilan namanya. Ada yang menyebutnya Asid bin Malik dan ada juga yang menulis Asid bin Malik Hadhrami. Sebagian sejarawan seperti Ibnu Syahrasyub dalam al-Manaqib dan Sayid Mohsen Amin dalam A'yan al-Syiahberserta Qadhi an-Nu'man menyebut Asad bin Malik sebagai pembunuh Abdullah anak Muslim bin Aqil dengan dibantu oleh Amr bin Shabih Shaidawi. Dalam Ziarah Nahiyah Muqaddas Imam Mahdi af disebutkan:  
"Assalamu Ala al-Qatiil Ibnu al-Qatil (Abdullah bin Muslim bin Aqil) wa La'ana Allah Qatilahu Amir bin Sha'sha'ah wa Qila Asad bin Malik." 

Asad termasuk dari orang-orang yang menginjak-injak badan Imam Husein as pasca syahadahnya dengan kuda yang membuat tulang dada beliau remuk. Mereka kemudian mendatangi Ibnu Ziyad untuk menyatakan telah melakukan ini dan itu guna mendapat hadiah. Ketika berada di hadapan Ibnu Ziyad mereka membaca syair dengan makna seperti ini, "Kami telah menghancurkan dada Husein. Kami telah menginjak-injak kulitnya dengan kuda yang kuat dan perkasa!!" 

Mendengar itu, Ibnu Ziyad berkata, "Siapa kalian?" 
Mereka menjawab, "Wahai Amir! Kami orang-orang yang telah berbuat baik." 
Mendengar itu Ibnu Ziyad tidak menunggu lama dan memerintahkan agar mereka diberi sedikit hadiah. 
Ketika dikaji lebih jauh, ditemukan bahwa mereka semua keturunan anak zina. 

Nasib Buruk Asad bin Malik. 
Ketika Mukhtar Tsaqafi bangkit untuk menuntut balas darah Imam Husein as pada 66 Hq, ia mengeluarkan perintah untuk memaku tangan dan kaki mereka di atas tanah, lalu para penunggang kuda menginjak-injak badan mereka sehingga mati. (Malhuf, hal 182, Bihar al-Anwar, 45/59).

Ada yang menyebut bahwa Asad bin Malik ini adalah Asid Hadhrami, suami Tau'ah, seseorang yang berasal dari Kufah dan menyembunyikan Muslim bin Aqil. Ia, ada yang menyebut anaknya, kemudian mengabarkan kepada Dar al-Imarah dan pemerintah Kufah bahwa ada Muslim bin Aqil di rumahnya, sehingga dengan mudah Muslim bin Aqil ditangkap. Tapi mungkin saja ini hanya kemiripan nama. Sementara tidak ada sumber terpercaya yang dapat menguatkan pendapat ini. Namun pastinya, Asad bin Malik ini adalah termasuk salah satu pembunuh Karbala dan darahnya telah terpolusi dengan darah-darah suci. 

Sumber: 
1. Mausu'ah al-Imam Husein as, mengutip dari Hadaiq al-Wardiyah, al-Abarat dan lain-lain. 
2. Nafas al-Mahmum. 
3. Ziarah Nahiyah Muqaddas.
4. Tarjamah Abshar al-‘Ain. 

Asma Kharijah. 
Asma Kharijah merupakan bangsawan dan orang kaya Kufah serta tokoh dari kabilah Qais. 

Sumber-sumber sejarah menyebutnya sebagai pribadi yang punya pengaruh dan pendukung Bani Umayah. Begitu getolnya ia mendukung Bani Umayah sehingga secara terang-terangan banyak orang yang menyebutnya Umawi al-Hawa, penyembah Umayah. Asma Kharijah memiliki posisi khusus di istana para khalifah yang sezaman dengannya. Bahkan ia termasuk orang dekat istana, pemberani dan orang Arab yang dermawan. Biasanya ia menjadi pelaksana wali kota dan sering mengintervensi peristiwa yang terjadi.  

Ayahnya Kharijah bin Hishn dari kabilah Bani Fazarah. Ia bersama sejumlah tokoh kabilahnya memilih Islam dan mendatangi Rasulullah Saw pasca Perang Tabuk. Pamannya Ainiyah bin Hishn merupakan tokoh dan seorang pemberani Arab yang terkenal permusuhannya dengan Nabi Muhammad Saw, tapi di peristiwa Fathu Makkah, ia menemui Rasulullah Saw dan memeluk Islam. Sementara anaknya Hindun, suami Ubaidillah bin Ziyad yang kemudian menikah dengan Basyar bin Marwan dan setelah itu dengan Yusuf Tsaqafi. Tiga kali kawin membuatnya terkenal. 

Asma Kharijah sendiri dari keluarga ibu Hasan al-Mutsanna, anak Imam Hasan Mujtaba dan menantu Imam Husein as. Berdasarkan bukti-bukti yang ada ia lahir sekitar tahun kedua Hijrah, tapi peristiwa kehidupannya hingga tahun 51 Hq tidak tercatat dalam sejarah. 

Di tahun 51 Hq di masa Muawiyah, lewat perintah Ziyad bersama beberapa orang pembesar Kufah memfitnah Hijr bin Adi, sahabat dekat Imam Ali as. Mereka bersaksi akan kafirnya Hijr bin Ad di hadapan Muawiyah yang membuat Muawiyah membunuh Hijr bin Adi bersama anak dan sahabatnya. 

Ketika Hindun, anaknya menikah dengan Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Irak, Asma berkuasa di Basrah. Jabatannya di Basrah dengan sendirinya menunjukkan posisinya dan keluarganya di Kufah. Dalam penjelasan peristiwa Irak, ketika Imam Husein as bangkit, nama Asma tidak terlihat, sekalipun ia sendiri Syiah, tapi ia termasuk sahabat dekat Ubaidillah bin Ziyad dan termasuk pelaku kejahatan di Karbala. Ia menjadi penyebab terbunuhnya Hani bin Urwah dan Muslim bin Aqil. Hanya sedikit sumber-sumber sejarah yang menulis namanya sebagai seorang yang mengundang Imam Husein as ke Kufah. Kebanyakan sumber sejarah justru tidak mencatat kehadirannya di Karbala. 

Menurut penukilan seluruh sejarawan, tahun 60 Hq dalam peristiwa penangkapan Hani bin Urwah Muradi, Asma bersama Muhammad bin Asy'ats ditugaskan untuk melakukan pekerjaan ini tapi setelah itu ia memrotes perilaku Ibnu Ziyad terhadap Hani. Akibat protesnya itu ia dihukum. Peristiwa ini terjadi mendekati peristiwa Karbala. 

Beberapa waktu sebelum terjadinya peristiwa Karbala, Asma Kharijah telah memperingatkan Mukhtar at-Tsaqafi soal penentangannya terhadap Ibnu Ziyad, tapi Mukhtar melontarkan kata-kata buruk kepada Ibnu Ziyad, sehingga ia ditangkap dan dipenjarakan atas perintah Ibnu Ziyad. 

Pasca syahadah Imam Husein as di hari Asyura dan keluarganya ditawan, Hasan al-Mutsanna juga ikut tertawan. Asma Kharijah yang masih punya hubungan keluarga lewat ibu dengan Hasan al-Mutsanna membawanya keluar dari rombongan tawasanan dan berkata, "Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan anak Khulah, ibu Hasan al-Mutsanna dan masih dari kabilah yang sama dengan Asma, mengalami kesulitan." Ia lalu memerintah Umar bin Saad untuk menyerahkan Hasan kepadanya. 

Berdasarkan penukilan sebagian sumber, Hasan al-Mutsanna menderita luka di sekujur badannya dan Asma mengobatinya selama di Kufah. Setelah sembuh, ia mengirimkan Hasan ke kota Madinah kepada keluarnya. 

Pada tahun 67 Hq, ketika Mukhtar at-Tsaqafi bangkit menuntut balas pembantaian Imam Husein as dan syuhada Karbala, ia berhasil menguasai Kubah. Mukhtar mengepung Abdullah bin Muthi' di Dar al-Imarah. Pada waktu itu, Asma bersamanya. Asma mendorong Abdullah bin Muthi' meminta surat perlindungan bagi dirinya dan tokoh-tokoh Kufah. Dalam serangan yang dimulai dari Arqah ke kota Kufah, Asma dan Syabat bin Rabi' mencegah Ibrahim bin Asytar memerangi Khawarij atas dasar dengki. 

Dengan mencermati masalah ini dan hubungan akrab antara Asma dan Ubaidillah bin Ziyad, Mukhtar mengeluarkan perintah untuk merusak rumah Asma. Akibatnya ia lari ke gurun pasir dan bergabung dengan keluarganya. Di sebagian penukilan disebutkan, Asma pergi ke Syam dan rumahnya dirusakkan atas perintah Mukhtar. 

Setelah Abdul Malik bin Marwan, pasca meninggalnya Yazid, ia menjadi penguasa kota Syam, menang melawan Mush'ab bin Zubair, saudara Abdullah bin Zubair, penguasa Basrah dan setelah ia memasuki kota Kufah, Asma Kharijah beranggapan Hamid bin Harits Kalbi ingin memrotes kekayaan Bani Fazarah. Masalah ini menyebabkan terjadinya perang antara Bani Qais dan Bani Kalb yang dikenal dengan perang Yaum Nabat Qain. Seorang anak laki-lakinya bernama Ainiyah ikut dalam perang ini. 

Sebagian sumber mengutip sejumlah pertemuan yang dilakukan Asma dengan Abdul Malik bin Marwan. Di tempat lain disebutkan ia ikut hadir dalam pertemuan-pertemuan Hajjaj bin Yusuf Tsaqafi. 
Nama Asma terkadang disebut dalam golongan Tabi'in yang menukil hadis dari Ali bin Abi Thalib as dan Abdullah Masud. 

Sebagian sejarawan bahkan menisbatkan sejumlah ucapan hikmah kepadanya. Ibnu Nadim menukil adanya buku bernama "Asma bin Kharijah al-Fazari" tapi sudah musnah. Sebagian penyair seperti Farazdaq menganggapnya sebagai seorang tokoh dan dermawan. Kedermawanannya dikenal di Kufah. Farazdaq mengingatnya sebagai orang baik, pasca kematian Hajjaj bin Yusuf. 

Asma Kharijah memiliki anak bernama Malik bin Asma yang menjadi tokoh di kabilahnya. Ia sempat menjadi penguasa kota Isfahan di masa Hajjaj bin Yusuf, tapi ia akhirnya dipenjara akibat pengkhianatan dalam masalah harta. Hassan bin Asma, anak lain Asma Kharijah yang menurut kutipan Thabari disebutkan ia ikut dalam penangkapan Hani bin Urwah. Sementara Ainiah, anak Asma yang lain di masa kebangkitan Mukhtar merupakan anggota pasukan Ubaidillah bin ziyad. Hindun merupakan putrinya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebagian sumber menyebut Aflah bin Malik sebagai cucunya yang menjadi tokoh Khorasan dan berteman dengan Abu Muslim Khorasani. 

Dalam sejarah tidak disebutkan tanggal kematian Asma Kharijah. 
Ada perbedaan mengenai tahun kematian Asma. Dan perbedaan itu dimulai dari tahun 66 Hq (685) hingga tahun 82 Hq (701). Hal penting yang patut diperhatikan, bersamaan dengan masa kehidupannya, Asma bin Haritsah Salami merupakan sahabat Nabi Muhammad Saw meninggal tahun 66 Hq. Ada pribadi lain bernama Asma bin Hakam Fazari yang meninggal di Perang Shiffin dan merupakan sahabat Imam Ali as. Ia disebutkan juga meriwayatkan dari Imam Ali as. Oleh karenanya, tidak jauh bila disebutkan bahwa nama Asma ini terkadang tercampur aduk dengan dua nama lain dalam sumber-sumber sejarah, baik yang sebelum atau sesudahnya.

Sumber: 
1. Dairah al-Maarif Bozourg-e Eslami dengan mengutip dari Thavari, Abu al-Faraj Isfahani, Ibnu Asakir, Ibnu Abi Hatim, Jahizh dan sumber-sumber lainnya. 
2. Farhang Ashoura. 
3. Nafas al-Mahmum.
4. Maarif wa Maariif. 

Ibnu Hauzah. 
Abdullah bin Hauzah Tamimi, anggota pasukan Umar bin Saat di Karbala yang suka menghina. Ia salah satu orang yang dikutuk langsung oleh Imam Husein as dalam peristiwa ini. Ia berasal dari kabilah Tamim. Sebagian buku sejarah menyebutnya Ibnu Hauzah dan yang lain menulis namanya Taimi. 

Di hari Asyura, ketika pasukan Bani Umayah akan menyerang pasukan Imam Husein as, Ibnu Hauzah pergi ke depan pasukan Imam Husein as. Ia memanggil Imam Husein as dengan bahasa yang kasar dan kurang ajar. Berkali-kali ia melakukan itu. Di akhir ucapannya, Imam Husein as bergerak ke depan berhadap-hadapan dengannya. 

Imam Husein as bertanya, "Apa yang engkau inginkan?" 
Ibnu Hauzah menjawab, "Ubassyiru bin Naar. Kabar gembira! Engkau akan dimasukkan ke neraka Jahannam!" 
Imam Husein as membalikkan badannya kepada para sahabatnya dan bertanya, "Siapa dia?" 
Mereka menjawab, "Ibnu Hauzah Tamimi." 
Imam Husein as berkata kepadanya, "Engkau pembohong. Aku akan pergi menghadap Allah dengan penuh kasih sayang dan mendapat syafaat-Nya." 
Setelah mengucapkan itu, Imam Husein as mengutuknya dan berkata, "Ya Allah! Bawa dia ke api neraka!" 
 
Ibnu Hauzah sangat marah mendengar ucapan Imam Husein as. Ia kemudian berusaha menggerakkan  kudanya ke arah Imam Husein as, tapi yang terjadi kudanya seakan-akan liar dan tidak menuruti keinginannya. Kudanya bergerak semakin liar dan akhirnya Ibnu Hauzah terjatuh, sementara satu kakinya tetap tersangkut ke badan kuda dan yang satunya lagi terlepas. 

Muslim bin Ausajah, sahabat Imam Husein as yang melihat kondisi Ibnu Hauzah seperti itu dengan cepat bergerak ke arahnya lalu mengayunkan pedangnya ke arah kakinya dengan kuat, sehingga kakinya putus. 

Kuda masih bergerak liar dan berlari dengan cepat sehingga kepalanya membentur batu, tanah dan apa saja yang ada di depannya, sehingga akhirnya ia tewas seketika. Tapi kuda miliknya berhenti dan mulai menginjak-injak jasad Ibnu Hauzah, sehingga badanya benar-benar hancur dan yang tertinggal hanya dua kakinya.

Sumber: 
1. Muntahal Amal. 
2. Nafas al-Mahmum. 
3. Farhang Asyura.

Ishaq bin Hayah Hadhrami. 
Ishaq merupakan seorang anggota pasukan Umar bin Saad. Di Karbala ia merampas baju Imam Husein as. Nama ayahnya kadang disebut Harbah, Yahya dan terkadang disebut Hawiyah. 

Pada hari Asyura, pasca syahadah Imam Husein as, pasukan Umar bin Saad menyerbu jasad suci Imam untuk merampas pakaian beliau. Ishaq bin Hayah merampas pakaian Imam Husein as dari badannya dan langsung memakainya. Padahal pakaian itu memiliki 110 lubang akibat terkena panah, tombak dan pedang, sekalipun mengenai berapa jumlah lubang di baju Imam Husein as masih ada perbedaan pendapat. 

Setelah peristiwa Karbala, Ishaq menderita penyakit aneh dimana rambut dan bulu di wajahnya rontok. 
Ketika Imam Husein as gugur syahid, Ishaq melakukan kejahatan lain. Pada waktu itu Umar bin Saad yang berada di tengah-tengah pasukannya berteriak, "Siapa yang ingin menjadi relawan menginjak-injak badan Husein dengan kudanya?" 
Ishaq Hadhrami dengan beberapa orang maju dan bersedia untuk melakukan perbuatan keji itu. Ia maju dan dengan kudanya ia menginjak-injak badan suci Imam Husein as, sehingga dada beliau patah. Setelah itu ia pergi menghadap Umar bin Saad dan mendapat sedikit hadiah darinya.

Abu Amr Zahid berkata, "Ketika kami meneliti keturunan mereka, ternyata semuanya berasal dari anak haram." 

Nasib Buruk Ishaq. 
Menurut buku Nafas al-Mahmum dan Nasikh at-Tawarikh, Mukhtar Tsaqafi ketika bangkit menuntut darah syuhada Karbala, maka yang pertama dibalas adalah orang-orang yang menginjak-injak badan Imam Husein as. Mukhtar memerintahkan pasukannya agar mereka ditidurkan sementara tangan dan kaki mereka dipaku di atas tanah. Setelah itu beberapa orang dengan menunggang kuda menginjak-injak badan mereka, sehingga daging, kulit dan tulang-tulang mereka hancur dan merekapun binasa.

Sumber: 
1. Nafas al-Mahmum. 
2. Tarikh Thabari. 
3. Luhuf. 
4. Ad-Dum'ah as-Sakibah (Bahbahani). 
5. A'yan as-Syiah. 
6. Mausu'ah al-Imam al-Husein. 
7. Muntahal Amal.
8. Farhang Asyura.

Terkait Berita: