Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Dialog. Show all posts
Showing posts with label Dialog. Show all posts

Misi Wahabi Dibalik Tayangan “Hadits-Hadits Palsu” di RCTI Dan TRANS 7

Kitab-kitab ahlu sunnah dan sunni wahabbi yang ditulis untuk menyerang syi’ah.

Mereka (Nasibhi/wahabi) menggunting sebagian teks dari hadits dalam kitab shahih Bukhari.
Wahabi terkenal dengan doktrinya yang anti takwil, hamper semua ayat-ayat dan hadits-hadits shifat ia haramkan untuk ditakwil, menurut mereka takwil itu ta’thil yaitu meniadakan sifat-sifat Allah. Mereka tutup mata dan telinga dari kenyataan pentakwilan sebagian ulama salaf terhadap ayat-ayat shifat, entah karena mempertahankan doktrin tajsimnya atau memang sengaja menyesatkan umat muslim dari kebenaran.


Berikut salah satu redaksi hadits shahih riwayat imam Bukhari yang merupakan mutasyabih dan tak ada jalan untuk memahaminya kecuali dengan metode ulama salaf sholeh yaitu tafwidh al-ma’na bilaa kaifin walaa tasubiihin wa laa tamtsilin atau disebut takwil ijmali dan metode takwil tafsili yaitu memebrikan makna yang layak bagi sifat keagungan dan kesempurnaan Allah.

Namun hadits ini karena wahabi merasakan kebuntuan di dalam memahaminya dan dapat menyebabkan runtuhnya serta terkuaknya doktrin tajsim mereka, maka dengan sengaja mereka membuang teks tersebut.

Berikut bukti akurat yang akan saya tampilkan :
Inilah redaksi hadits aslinya :
Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :

خَلَقَ الله الْخَلْقَ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْهُ قَامَتِ الرَّحِمُ فَأَخَذَتْ بِحَقْوِ الرحمن فَقَالَ لَهَا: مَهْ. قَالَتْ: هذا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ: أَلاَ تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ. قَالَتْ: بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: فَذَاكِ لَكِ. قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: اِقْرَءُوْا إِنْ شِئْتُمْ ((: فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ))

”Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya, maka berdirilah rahim, ia berpegang kepada pinggang ar-Rahman. Allah berfirman kepadanya : “Diamlah”. Ia menjawa : “Ini adalah kesempatan berlindung kepadaMu dari pemutusan”. Allah berfirman : “Apakah kamu tidak rela Aku menyambung orang yang menyam-bungmu dan memutus orang yang memutusmu?”. Ia menjawab : “Ya, ya Rabbi”. Allah berfirman : “Itu untukmu”. Abu Hurairah berkata : “’Bacalah kalau kamu mau : “Maka apakah jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1696, dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1764).

Teks asli tersebut (belum digunting) ada pada 4 terbitan :
1. Terbitan Doktor Musthofa Dib Al-Bigha.
2. Terbitan Dar Tauqun Najah.
3. Terbitan Al-Mathba’tus salafiyyah.
4. Terbitan Dar Ibn Katisr.

Dan telah ditahrif oleh terbitan Dar As-Salam Riyadh milik wahabi:
Dan berikut scan kitab yang ditahrif wahabi:

Dalam scan kitab terbitan Dar As-Salam tsb teks “ بحقو للرحمن  “ telah digunting wahabi dan tidak akan ditemukan dalam terbitan itu.
Bandingkan dengan keempat terbitan milik sunni berikut :
1. Terbitan Doktor Musthofa Dib Al-Bigha:



Dalam terbitan ini teks ” “ بحقو للرحمن  “ ditetapkan (tidak dibuang).

2. Terbitan Dar Tauqun Najah :



Dalam terbitan ini pun teks ” “ بحقو للرحمن  “ ditetapkan (tidak dibuang).
3. Terbitan Al-Mathba’tus salafiyyah :



Dalam terbitan ini pun teks ” “ بحقو للرحمن  “ ditetapkan (tidak dibuang).
4. Terbitan Dar Ibn Katsir :



Dalam terbitan Dar Ibn Katsir juga teks “ بحقو للرحمن  “ juga ditetapkan (tidak dibuang).
Inilah bukti pengkhianatan ilmiyyah dan kejahatan yang sudah biasa dilakukan wahabi-salafi demi melancarkan doktrin-doktrin sesat mereka.

Tentang Kitab Suni yang Suni.
Membaca buku suni yang suni,   yang  judul aslinya adalah  al Bayyinat fi a Radd ‘ala Abatil al Muraja’at akan ditemukan fakta yang menarik. Dalam buku yang ditulis oleh Mahmud az Zabi’ untuk di dedikasikan sebagai bantahan buku al Muraja’at tersebut pada halaman paling awal ditemukan tulisan yang membongkar jati diri kelompok ahlu sunnah serta konspirasinya dengan kelompok khawarij.
Kitab al Bayyinat fi a Radd ‘ala Abatil al Muraja’at Sudah pula di tanggapi oleh Syeikh Husen al Radhi, dalam buku berjudul  “Sabil an Najaf Fi Tatimmah al Murtaja’at.

Konspirasi Ahlu Sunnah dan Khawarij.
Di awal buku suni yang sunni  pada bab V (edisi cetak halaman 26-28)  disitu dituliskan pendapat Dr Mustafa siba’I dan Ibnu Taimiyah, tetang mereka lebih memilih Khawarij, bahkan memuji khawarij,  Maka kami wajarkan saja jika kemudian dalam hadis sahih mereka  tidak membertikan ruang bagi keluarga Rasulullah saw,  Berapa hadis yang diriwayatkan oleh Ali (total di seluruh kitab ahlu sunnah hanya 50 !!! bayangkan 50 saja dan di bukhori pun hanya 20 saja), Fatimah (hanya 18 hadis yang sahih hanya 2 hadis !!!) , hasan (hanya 18 hadis) dan Husain (hanya 8 hadis) , belum jika ahlu sunna ditanya berapa hadis yang diriwayatkan Imam Ahlul Ba’it ? padahal para penulis hadis  seperti Imam Bukhori dan Muslim ada yang hidup sejaman dengan para Imam, mengapa mereka lebih memilih riwayat khawarij ketimbang riwayat keluarga Rasulullah jawabnya ada di halaman 26-28.

Kitab-kitab dialog sunni syi’ah.
Sebelum  melihat lebih jauh fakta tersebut saya ingin mengajak membaca kitab-kitab apa saja yang ditulis ahlu sunnah untuk  menyerang syi’ah, dan kitab-kitab yang  menanggapi  serangan tersebut.

Berikut kitab-kitab ahlu sunnah dan sunni wahabbi yang ditulis untuk menyerang syi’ah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Karya al Khudhari, Mudharat fi Tarikh al Umam al islamiyah diterbitkan dengan judul Ceramah-ceramah tentang sejarah umat islam).
2.Karya Rasyid Ridha,  As sunnah wa Asy Syi’ah  diterbitkan dengan judul Sunnah dan syi’ah.
3. Karya al Qashimi, Ash Shira’ Baina watsaniyyah wa al Islam diterbitkan dengan judul Pertarungan antara paganisme dan Islam.
4.Ahmad Amin, Fajr wa Islam wa Dhuha al islam  diterbitkan dengan judul Fajar islam (Belakangan penulisnya Ahmad Amin melakukan pertobatan dan permohonan maaf kepada Muslim Syi’ah, Ahmad Amin  karena merasa bersalah telah menulis distorsi atas syi’ah akhirnya pada tahun 1349 Hujriah  dia mendatangi najaf dan disana menyatakan permohonan maaf, diantara Ulama syi’ah yang menerimanya adalah Syeikh Muhammad Husain Kasyif al Gita.
5. Karya Musa Jarullah, Al Wasyi’ah fi Naqqd asy syi’ah diterbitkan dengan judul kumpulan kritik terhadap syi’ah.
6. Karya Muhibbudin Khatab, al Khuthuth al ‘aridhah  diterbitkan dengan judl jaringan luas.
7. Karya Ihsan Illaihi zahir, Asy syi’ah wa sunnah.
8. Karya Ihsan Illaihi zahir, Asy syi’ah wa al qur’an.
9. Karya Ihsan Illaihi Zahir asy syi’ah wa ahlul ba’it.
10. Karya Ihsan Illaihi Zahir asy syi’ah wa at tasyayyu’.
11. Karya Ibnu Taimiyah, Minhaj as sunnah.
12. Karya Nshir al Ghifari, Ushul Madzhab as syi’ah.
13. Karya Abdullah Muhammad al Gharib, Wa ja’a Dawr al Majus.
14 Karya ad Dahlawi. At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah.
15. Karya Muhaddits Tsabit al Mishri, Jawlah fi Rubu’ asy syarq al Adna.

Dan kitab-kitab di atas ditanggapi oleh:
1. Syarif Murthadha dalam kitab asy syafi fi al Imammah (belum diterjemahkan).
2. Alamah al Hilli, Nahj al Haq wa kasyf ash shidsiq (kitab ini dikritik kelompok sunnah oleh Fadhl bin Ruzbahab, al asy’ari, Ibthal al Bathil wa ihmal kasyf al ‘athil).
3. Sayyid Nurullah al Husaini al Tusturi, Ihaqaq al Hal, kitab ini ditujukan untuk menanggapi kitab Ibthal al Bathil wa ihmal kasyf al ‘athil yang sebelumnya kitab karya Fadhl bin Ruzbahab ini di koreksi  oleh Ayatullah syihabuddin al Mar’asyi an Najafi.
4. Alamah al Mudzaffar, menulis Dalail ash shiddiq, untuk menanggapi kitab Minhaj as sunnah, dan banyak menyoroti kebencian Ibnu Taimiyah pada keluarga Rasulullah saw.
5. Allamah Abdul Husain al Amini, menulis al Ghadir  kitab ini di dedikasikaan untuk mengkoreksi dan membantah kitab : al ‘aqad al farid, al farq bainal fariq, al milal wa an nihal, al bidayah wa an nihayah, al mashsar, as sunnah wa asy syi’ah, ash shira’, fajr  al Islam, dhuha al isalm, ‘aqidah asy syi’ah , al wasyi’ah, minhaj as sunnah.
6. Sayyid Hamid Husain Ibnu sayyid Muhammad Qili al Hindi, ‘Abaqat al Anwar fi Imamamh al Aimamah al Athhar. kitab ini untuk menjawab  ath tuhfah al Itsna ‘asyariyyah,  Menarik untuk di catat disini kitab ini adalah kitab pungkasan yang sampai saat ini  ahlu sunnah belum ada yang mampu memberi sanggahan terhadap kitab ini.
7. Murthadha al ‘askari,  Ma’alim al madrasatain.
8. Abu Ahmad bin abdun Nabi an Naisabhuri, as saif al Maslul ‘ala Mukhribi din ar Rasul.
9. Muhammad Qili,  an Nazhah al Itsna ‘Asyariyyah.
10. Syeikh subhan Ali Khan al Hindi, al wafiz fi al Ushul.
11. Sayyid Muhammad sayyid  al Immamah  dan al Bawariq al Illahiyyah.

Al Dahlawi  semula menyerang syiah lewat kitab  At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah  dan langsung ditanggapi kitab ash shawarim allahiyyah karya sayyid Deldor Ali  dan Kitab sharim al Islam, kemudian kitab ini di tanggapi oleh murid al Dahlawi  yang bernama Rasyidudin al Dahlawi lewat kitabnya asy syawakah al “umariyyah, kemudian kitab ini ditanggapi lagi oleh ulama ahlul ba’it Bqir Ali lewat karyanya al Hamlah al Haidariyyah dan al Mirza  dengan karyanya  an Niazhah al Itsna “asyariyyah dan kitab ini ditanggapi oleh ahlu sunnah lewat kitab  Rujum asy syayathin.  Dan kitab inipun di jawab oleh ulama syi’ah Sayyid Ja’far Musawi dalam kitabnya Mu’in as shadiqin fi Radd Rujum asy syayathin.

Kitab ad Dahlawi. At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah dtanggapi pula oleh Muhammad Qili lewat al ajnad al Itsna “asyariyyah al Muhammadiyyah,  kemudian kitab ini ditanggapi  oleh Muhammad Rasyid ad Dahlawi, dan ditanggi lagi oleh Sayyid Muhammad Qili dalam kitab al ajwibbah al Fakhirah fi ar radd ‘ala al Asya’irah.  Dan seluruh polemik ini di akhiri oleh Sayyid Hamid Husain Ibnu sayyid Muhammad Qili al Hindi yang berjudul ‘Abaqat al Anwar fi Imamamh al Aimamah al Athhar. Hingga hari ini tidak kitab ahlu sunnah yang menanggapi kitab ini.

Menarik untuk dicermati beberapa sarjana-sarjana dan ulama ahlu sunnah yang mempelajari syi’ah kemudian masuk syi’ah, belakangan mereka  menulis karya-karya besar yang menunjukkan kebenaran syi’ah, beriku diantaranya :
1. Muhaddis Jalil Abu Nafar Muhammad bin Mas’ud bin “iyasy, dikenal dengan al ‘iyasy  dia yang menulis tafsir al m’atsur dan kitab al ‘iyasyi.
2. Syeikh Muhammad Mar’i al Amin al Anthaki, beliau menuliskan kitab Limadza Ikhtartu Madzhab asy syi’ah.
4. Syeikh Muhammad Abu Rayah. menuliskan adhwa’ ala as sunnah al muhammadiyyah dan kitab abu hurairah syeikh al mudhirah.
5. Ahmad Husain Yaqub. menuliskan Nadzariyyah al adalah ash shahabah dan kitab al khutuhath as siyasiyyah li tawhud al ummah al islamiyyah.
6 at Tijani as samawi, menuiliskan Tsamma Ihtadaitu.Li’akuna Ma’a  ash shadiqin , Fas’alu ahla adz dzkr, asy syi’ah hum ahlus sunnah.
7. Sayid Idris al husaini, menulis  Laqad Tasyayya’ani al husain, al Khilafah al Mughtashabah dan kitab Hakadza ‘araftu asy syi’ah.
8. Sha’ib Abdul Hamid, kItab Manhaj fi al Intima’ al Madzhabi.
9. Sa’id Ayub, ‘Aqidah al Masih ad Dajjal  dan Ma’alim Fatan.
10. Shalih al Wardani, al Khuda’ah, Rihlati min as sunnah ila asy syi’ah, Harakah ahlul Bait as, asy syi’ah fi mishr, ‘aqa’id as sunnah wa ‘aqa’id asy syi’ah.
11. Muhammad abdu; Hafidz, Limadza ana ja’fari.
12. Sayyid Abdul Mun’im Muhammad al Hasan, Bi Nur Fathimah Ihtadaitu
13. Syekh Abdul Nashir, Syi’ah wa al Qur’an, asy syi’ah wa hadits, asy syi’ah wa ash shahabah, asy syi’ah at taqiyyah  dan  asy syi’ah wa al imammah
14. al ‘Alim al Khathib al Munadzir sayyid ali al badri, ahsan al mawahib fi haqa’iq al madzahib.
15. Sayyid Yasin al Ma’yuf al Badrani, Ya Laita Qawmi Ya’ lamun.

Mossad dan CIA memalsukan Karya Imam Khomaini.
Revolusi Islam Iran telah membuat ketakutan bagi setan besar Amerika, demikian halnya Israel, tatkala rakyat Iran menumbangkan rezim Syah Pahlevi, Jendral Israel yang memenangkan perang tujuh hari atas Arab,  Moshe Dayan,  menampakan kemarahan yang luar biasa. Meski sudah pensiun Jendral bermata satu tersebut  merasa terusik dengan lahirnya Republik Isal baru tersebut, Moshe Dayan kemudian mencak-mencak di IDF atas kegagalan operasi Mossad  dan CIA  yang gagal membunuhi tokoh-tokoh revolusi Iran, sembari membanting topi ke meja moshe dayan  mengatakan “ Mulai hari ini kalian harus bekerja keras, !!! masa depan Israel sedang  menghadapi ancaman serius dari anak-anak Ali, hari ini  Israel akan menghadapi lawan tangguh [1]

Beberapa operasi  simultan kemudian digelar Amerika serikat dan Israel untuk menghancurkan Republik Islam Iran [2],  salah satunya adalah perang intelijen yang menitik beratkan pada operasi disinformasi (penyesatan informasi). Israel  memerintahkan LAP (Lahomah Pscichlogit) dengan tugas agar melakukan assassination character dan black campaign terhadap karya-karya Khomaini, operasi ini didukung pula oleh  Joint Publications and Reserch service  sebuah kompartemen milik CIA yang bertanggungjawab melakukan penerjemahan. [3] Sebagaimana disebutkan oleh Hamid Alghar, CIA dan LAP kemudian melakukan pemalsuan-pemalsuan terhadap karya-karya ulama syi’ah termasuk Imam khomaini. Semula CIA dan LAP menggunakan basis percetakanya di New York dengan memakai kedok Manor Books sebagai penerbitnya, namun belakangan mereka menggunakan percetakan yang berbasis di negara-negara sunni pro Amerika, diantaranya Arab Saudi dan Yordania. Berikut adalah sebagian kecil buku-buku yang di palsukan oleh konspirasi AS-Israel-Sunni Wahabi dan Sunni pro AS Israel [3] :

1. Kitab Hukumat- I Islami karya Imam Khomaini.
Kitab ini merupakan magnum opus imam khomaini, kitab ini berisikan catatan-catatan kuliah tentang prinsip-prinsip pemerintahan Islam yang dikumpulkan oleh murid-murid beliau dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Perancis, Arab, Turki dan Urdu. Setelah Imam Khomaini berhasil menumbangkan rezim pahlevi dan mendirikan Republik Islam Iran, kitab Hukumat I Islam ini kemudian dipalsukan oleh  CIA, buku ini di palsukan dalam dua bahasa Inggris dan Arab. Kelompok sunni wahabbi menggunakan terbitan dari CIA dan LAP ini untuk menyerang syi’ah dan melakukan asasinasion character terhadap Imam Khomaini dengan buku ini. Penerbit dari Indonesia  bernama Pustaka Zahra  telah mencetak buku aslinya dengan judul Sistem Pemerintahan Islam. Silahkan di bandingkan antara yang buku yang diterbitkan CIA dan LAP ini dengan buku aslinya.

2. Kitab Kasyful Asrar  karya Imam Khomaini.
Kitab ini ditulis untuk menanggapi buku berjudul Asrar Umruha alfu ‘Am, buku ini ditemukan telah dipalsukan oleh kelompok konspirasi (yang sudah saya sebutkan diatas)  dan buku palsu ini telah dimanfaatkan secara sempurna oleh kelompok konspirasi untuk menyerang Imam Khomaini dan Syi’ah diantaranya kemudian diterbitkan buku  berjudul Ma’al ‘Khomaini fi kasyfi Asrarihi karya Dr Ahmad Kamal ,  Sa’id Hawwa juga menulis buku berjudul Al Fitnat-ul Khumayniyah (diterbitkan pula ke bahasa Indonesia). Sa’id Hawwa juga bekerjasama dengan Dr Abdul Mun’im Namer beserta organisasi Konferensi Islam Rakyat Iraq menerbitkan buku berjudul Fadhlalh Ul Khumainiyah . Maha suci Allah, konspirasi tersebut akhirnya terbongkar dan yang membongkar justru ahlu sunnah sendiri, adalah Dr Ibrahim Ad Dasuki Syata, seorang professor dan kepala bagian bahasa dan sastra timur universitas cairo, menemukan tindakan criminal kelompok konspirasi ini. Dr Ibrahim Ad Dasuki Syata  kemudian melakukan langkah-langkah hukum untuk memperbaiki  nama baik ahlu sunnah. Temuan beliau diantaranya : Kitab  Kasyful Asrar  dipalsukan di Yordania  oleh penerbit bernama  Dar Ammar It Thaba’an wa-n ‘Nasr  buku ini diterjemahkan oleh Dr. Muhammad al Bandari yang ternyata setelah diteliti nama ini tidak ada. Kemudian tercantum pula nama Sulaim al Hilalali  (komentator) dan terakhir Prof Dr Muhammad Ammad al Khatib.  Buku ini telah dipalsukan dari aslinya dengan sedemikian kasarnya, untuk mengetahui bagaimana kelompok konspirasi ini memalsukan kitab Imam Khomaini tersebut silahkan membaca di Kasyful Asrar Bayna  if shlihi al farisy wt tarjamah al urdaniyah karya Dr Ibrahim Ad Dasuki Syata, dalam kitab itu Dr Dasuki sata menjelaskan secara detail per kata pemalsuan kelompok ahlu sunnah pro konspirasi.

Masih banyak kitab-kitab syiah yang di palsukan oleh kelompok ahlu sunnah pro konspirasi seperti sunni wahabi, seperti kitab yang ditulis alamah Hilli untuk menanggapi karya Ibnu Taimiyah,  minhajul as sunnah  pun tak luput dipalsukan, dan tempat pemalsuanya berpusat di Arab Saudi,
Fenomena Pencatutan Nama Ulama Syi’ah.

Selain memalsukan kelompok ahlu sunnah pro konspirasi tak segan-segan melakukan pencatutan nama, modusnya dengan menulis buku seolah-olah dilakukan oleh ulama syi’ah, diantaranya adalah :
1. Nama Ayatullah Ja’far Subhani dicatut seolah-olah penulis buku Qira’atun Rasyidah Fi Kitab Nahjil Balghah  yang sebetulnya karya orang sunni bernama Abdurrahman bin Abdullah  al Jami’an. Kitab ini sempat diterbitkan dalam bahasa Persia berjudul Nahjul Balaghah Ra dubareh Bekhanim. Terhadap aksi pencatutan ini Ayatullah ja’far subhani melayangkan protes ke Pemerintah Saudi.
2. Syaikh saleh darwisyi sempat menulis buku distorsi palsu tentang Nahjul Balghah yang berjudul Ta’ammulat fi Nahjul al Balghah,  dan kitab ini segera diketahui oleh ulama-ulama Syiah dan kemudian diluruskan dalam kitab berjudul Hiwar ma’a as syaik saleh Darwisyi.
3. Kelompok Pro Konspirasi mencatut nama Sayyid musa Musawi cucu Ayatullah Isfahani, yang dinyatakan seolah-olah menulis kitab  as syi’ah wa at tashih yang  sebetulnya ditulis oleh kelompok ahlu sunnah pro konspirasi. Bahkan mereka juga mengabarkan betapa para ulama-ulama syiah melakukan pertobatan dan masuk ahlu sunnah.

Bahkan Kelompok konspirasi ini bukan hanya melakukan pemalsuan kitab Syi’ah mereka bahkan secara keji memalsukan kitab-kitab mereka sendiri, diantaranya  :
1. Memalsukan kitab “Hasyiyah Al Allamah Al Showi Ala Tafsir Al Jalalain”
2. Memalsukan pernyataan Imam Syafi’i  dalam kitab Mukhtashar al ‘Uluw:176
3. Memalsukan pernyataan Imama Ahmad bin Hanbal dalam  kitab Mukhtashar ar Rawdhah. Dalam kitab yang sama memalsukan pernyataan Imam malik dan Imam Abu Hanifah.

Sampai hari ini mesin-mesin konspirasi terus bekerja,  kami memaklumi jika kemudian kalangan ahlu sunnah melazimkan pemalsuan kitab-kitab syi’ah, sedang terhadap imamnya sendiri saja mereka gemar melakukan pemalsuan.
[1]  Mossad, Penerbit Grafiti.
[2] Bagi yang berminat silahkan membaca tulisan dalam blog  peminat kemeliteran dan inteleijen yang dikelola oleh Muhammad Reza Sistani, Muhammad Ivana Lee, Ar Budi Prasetyo dan  Muhammad Alfred Sastranagara.
[3] Makalah Muhammad Ivana Lee yang disampaikan dalam  Desk diskusi Wirakartika Ekapaksi, “Seputar Dirty Intelligen Terhadap karya-Karya Khomaini”.
[4] Untuk mengetahui lebih jelas silahkan melihat daftar yang dimiliki IPO (organisasi Penerangan Islam yang sempat melakukan penertiban buku-buku yang dipalsukan tersebut).

WAHABI MENYEBARKAN HADITS PALSU

SKANDAL PENYEBARAN HADITS DHA’IF DANRIWAYAT PALSU DI KALANGAN ULAMA WAHABI

SELAMA INI AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH SELALU DIPOJOKKANOLEH KAUM WAHABI, KARENA DIANGGAP PENGAMAL HADITS DHA’IF. PADAHAL DIAM-DIAMKAUM WAHABI JUGA MENYEBARKAN RIWAYAT PALSUSELAMA MENDUKUNG AJARAN WAHABI. BERIKUT DIALOGNYA.

SUNNI: “Mengapa Anda selalu membuat fitnah,menebarkan permusuhan dan kebencian dengan mebid’ahkan ajaran kami AhlussunnahWal-Jama’ah yang sudah mengakar sejak masa-masa silam, bahkan sebagian mengakarsejak masa salaf dan ahli hadits? Dan semua ajaran kami memiliki landasan darial-Qur’an dan hadits.”

WAHABI: “Ajaran yang kalian amalkan selalumenggunakan hadits-hadits lemah dan palsu.”

SUNNI: “Ajaran yang mana yang menggunakan haditspalsu dan lemah??? Justru kaum Anda sendiri yang terjebak dalam kesalahan dalammenolak peran hadits dha’if secara total. Salah karena keluar dari manhaj ahlihadits dan salah karena menyalahi ulama Anda sendiri.”

WAHABI: “Lho, kok bisa kami dikatakan keluar darimanhaj ahli hadits dan menyalahi ulama kami sendiri? Bukankah yang berjuangmenolak hadits dha’if itu ulama kami?”

SUNNI: “Lho, itu kan Anda berarti hanya taklid butakepada ustadz-ustadz Anda. Harus Anda ketahui, bahwa yang menolak peran haditsdha’if di kalangan Anda, itu Wahabi beberapa tahun kemarin, pengikut Syaikhal-Albani dari Yordania. Sementara ulama Wahabi sebelum Anda juga banyakmenyebarkan hadits dha’if, sebagaimana yang dilakukan oleh ahli hadits.”

WAHABI: “Lho, maka buktinya bahwa sebelum Syaikhal-Albani, ulama kami yang kalian sebut Wahabi menerima dan menyebarkan haditsdha’if?”

SUNNI: “Anda ini lucu, ngakunya pengagum al-Albani,tapi tidak pernah mengerti kitab-kitab tulisan al-Albani sendiri. Coba Andalihat, Ibnu Taimiyah menulis kitab berjudul al-Kalim al-Thayyib, yang isinyamembolehkan tawasul, istighatsah dan jualan jimat. Lalu kitab tersebutdi-ikhtishar oleh al-Albani, menjadi Shahih al-Kalim al-Thayyib, denganmembuang 59 hadits dari total 252, yang dianggap dha’if oleh al-Albani. Ini kancukup membuktikan bahwa Ibnu Taimiyah tidak alergi hadits dha’if. Belum lagiMuhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi al-Qarni, menulis kitab al-Tauhid, sebagianhadits nya juga dha’if sebagaimana diakui oleh kaum Wahabi sendiri. Ini buktibahwa pendiri Wahabi juga tidak alergi hadits dha’if. Kenapa kalian alergihadits dha’if??

Kalian tahu, bahwa ulama kalian, yang sok antihadits dha’if, diam-diam juga menyebarkan akidah palsu dan riwayat dusta??”

WAHABI: “Ah, Anda keterlaluan, menuduh ulama kamisebagai penyebar akidah palsu dan riwayat dusta. Mana buktinya??? Anda janganasal ngomong. Berdosa lho, bohong itu.”

SUNNI: “Di antara riwayat palsu yang disebarluaskanoleh ulama Anda adalah akidah yang dinisbatkan kepada al-Imam al-Syafi’i.Ketika jamaah haji pulang dari Tanah Suci, mereka diberi hadiah kitab AkidahImam Empat, karya al-Khumayyis, terjemahan dari kitab I’tiqad al-Aimmahal-Arba’ah, oleh Ali Mustafa Ya’qub. Di dalamnya ada akidah yang dinisbatkankepada Imam al-Syafi’i, bahwa beliau berkata:

“Berbicara tentang Sunnah yang menjadi pegangansaya, shahib-shahib saya, begitu pula para ahli hadits yang saya lihat dan sayaambil ilmu mereka, seperti Sufyan, Malik, dan lain-lain adalah iqrar serayabersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, serta bersaksi bahwa Allah itu diatas ‘arsy di langit, dan dekat dengan mahkluk-Nya terserah kehendak Allah, danAllah itu turun ke langit terdekat kapan Allah berkehendak.” (Al-Khumayyis,Akidah Imam Empat, hal. 68.).

Akidah al-Imam al-Syafi’i tersebut telahdisebarluaskan oleh kaum Wahabi dan pendahulu-pendahulu mereka seperti IbnuTaimiyah dalam al-Washiyyah al-Kubra, Ibnu al-Qayyim dalam Ijtima’ al-Juyusyal-Islamiyyah, al-Albani dalam Mukhtashar al-‘Uluw, dan al-Khumayyis dalambukunya Akidah Imam Empat.

WAHABI: “Apa alasan Anda mengatakan akidah tersebutpalsu???”

SUNNI: “Para ulama ahli hadits telah menjelaskanbahwa akidah al-Imam al-Syafi’i yang disebarluaskan oleh kaum Wahabi adalahpalsu. Akidah tersebut diriwayatkan melalui perawi yang bermasalah, yaitu Abual-Hasan al-Hakkari, seorang perawi yang tidak dapat dipercaya dan pemalsuhadits. Al-Dzahabi berkata:

وَقَالَ ابْنُ عَسَاكِرَ: لَمْ يَكُنْ مُوَثَّقًا فِيْ رِوَايَتِهِ.

“Ibnu Asakir berkata: “Al-Hakkari tidak dapatdipercaya dalam riwayatnya.” (Ibnu al-Najjar, Dzail Tarikh Baghdad, juz 3, hal.174; Al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, juz 19 hal. 68, dan Mizan al-I’tidal,juz 3, hal. 112.)

Al-Hafizh Ibnu al-Najjar al-Baghdadi berkata:

وَكَانَ الْغَالِبُ عَلىَ حَدِيْثِهِ الْغَرَائِبَ وَالْمُنْكَرَاتِ وَلَمْيَكُنْ حَدِيْثُهُ يُشْبِهُ حَدِيْثَ أَهْلِ الصِّدْقِ، وَفِيْ حَدِيْثِهِمُتُوْنٌ مَوْضُوْعَةٌ مُرَكَّبَةٌ عَلىَ أَسَانِيْد َصَحِيْحَةٍ، وَرَأَيْتُبِخَطِّ بَعْضِ أَصْحَابِ الْحَدِيْثِ أَنَّهُ كَانَ يَضَعُ الْحَدِيْثَبِأَصْبِهَانَ، وَقَالَ أَبُوْ نَصْرٍ الْيُوْنَارْتِيُّ: لَمْ يَرْضَهُ الشَّيْخُأَبُوْ بَكْرٍ بْنُ الْخَاضِبَةِ.
“Biasanya haditsnya al-Hakkari adalah hadits-haditsyang aneh dan munkar. Haditsnya tidak menyerupai haditsnya perawi yang jujur.Dalam haditsnya terdapat matan-matan palsu yang disusun pada sanad-sanad yangshahih. Aku melihat tulisan sebagian ahli hadits, bahwa al-Hakkari telahmemalsu hadits di Ashbihan. Abu Nashr al-Yunarti berkata: “Syaikh Abu Bakar binal-Khadhibah tidak ridha terhadap al-Hakkari.” (Ibnu al-Najjar, Dzail TarikhBaghdad, juz 3, hal. 173; dan Ibnu Hajar, Lisan al-Mizan, juz 4, hal. 196.)

Sumber lain yang menjadi perawi akidah al-Imamal-Syafi’i adalah Abu Thalib al-‘Asysyari, seorang perawi yang jujur tetapilugu sehingga buku-bukunya mudah disispi riwayat-riwayat palsu oleh orang-orangyang tidak bertanggung jawab. Al-Dzahabi dan Ibnu Hajar berkata:

مُحَمَّدُ بْنِ عَلِيِّ بْنِ الْفَتْحِ أَبُوْ طَالِبٍ الْعَشَّارِيُّشَيْخٌ صَدُوْقٌ مَعْرُوْفٌ لَكِنْ اَدْخَلُوْا عَلَيْهِ أَشْيَاءَ فَحَدَّثَبِهَا بِسَلاَمَةِ بَاطِنٍ مِنْهَا حَدِيْثٌ مَوْضُوْعٌ فِيْ فَضْلِ لَيْلَةِعَاشُوْرَاءَ وَمِنْهَا عَقِيْدَةٌ لِلشَّافِعِيِّ.

“Muhammad bin Ali bin al-Fath Abu Thalibal-‘Asysyari, seorang guru yang jujur dan dikenal. Akan tetapi orang-orangmemasukkan banyak hal (riwayat-riwayat palsu) kepadanya, lalu iamenceritakannya dengan ketulusan hati, di antaranya hadits palsu tentangkeutamaan malam Asyura, dan di antaranya akidah al-Syafi’i.” (Al-Dzahabi, Mizanal-I’tidal, juz 3, hal. 656 dan Ibnu Hajar, Lizan al-Mizan, juz 5 hal. 301.).

Pernyataan di al-Dzahabi dan Ibnu Hajar di atasmenyimpulkan bahwa Abu Thalib al-‘Asysyari pada dasarnya seorang perawi yangjujur dan dikenal. Hanya saja orang-orang yang tidak bertanggungjawabmenyisipkan riwayat-riwayat palsu ke dalam buku-bukunya tanpa ia sadari, laluia menyampaikan riwayat tersebut kepada orang lain dengan ketulusan hati.
Paparan di atas menyimpulkan bahwa akidah al-Imamal-Syafi’i yang disebarluaskan oleh kaum Salafi-Wahabi dan pendahulu mereka,adalah palsu dan diriwayatkan melalui perawi yang lemah dan pemalsu hadits ataumelalui perawi jujur dan lugu yang tidak menyadari bahwa riwayatnya telahdisisipi riwayat palsu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.”

WAHABI: “Tapi walaupun palsu, akidah tersebutmendukung perjuangan ajaran Wahabi. Gak papa walaupun palsu. Yang pentingcocok. Lagi pula Cuma itu yang palsu. Yang lain shahih kok.”

SUNNI: “Anda ini lucu, sok anti dan alergi haditsdha’if, tapi riwayat palsu disebarluaskan. Tidak hanya itu riwayat palsu yangdisebarkan oleh ulama Anda. Kaum Wahabi yang mengaku pengikut madzhab ImamAhmad bin Hanbal, juga menyebarkan kitab palsu yang dinisbatkan kepada ImamAhmad bin Hanbal, antara lain kitab Risalah al-Ishthakhri dan kitab al-Radd‘ala al-Jahamiyyah. Kedua kitab ini disebarluaskan oleh Salafi-Wahabi dandiklaim sebagai karangan Ahmad bin Hanbal. Padahal kitab tersebut bukankarangan Ahmad bin Hanbal, akan tetapi karang sebagin kaum Mujassimah dan dinisbatkankepada Ahmad bin Hanbal. Al-Hafizh al-Dzahabi berkata:

لاَ كَرِسَالَةِ اْلاِصْطَخْرِيِّ، وَلاَ كَالرَّدِّ عَلىَالْجَهَمِيَّةِ الْمَوْضُوْعِ عَلىَ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ، فَإِنَّ الرَّجُلَ كَانَتَقِيًّا وَرِعًا لاَ يَتَفَوَّهُ بِمِثْلِ ذَلِكَ.

“Tidak seperti Risalah-nya al-Ishthakhri, dan tidakseperti al-Radd ‘ala al-Jahamiyyah yang dipalsukan kepada Abu Abdillah (Ahmadbin Hanbal), karena beliau seorang yang bertakwa, wara’ dan tidak berkataseperti itu.” (Al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, juz 11, hal. 286.)

Pernyataan al-Dzahabi tersebut diperkuat olehSyaikh Muhammad bin Ibrahim al-Wazir al-Yamani, yang mengutip pernyataanal-Dzahabi tersebut bahwa kitab Risalah al-Ishthakhri dan al-Radd ‘alaal-Jahamiyyah adalah kitab palsu yang dinisbarkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal.(Ibnu al-Wazir al-Yamani, al-‘Awashim wa al-Qawashim, juz 4, hal. 340-241)Kitab al-Radd ‘ala al-Jahamiyyah tersebut merupakan rujukan utama Syaikh IbnuTaimiyah dalam menulis kitabnya Bayan Talbis al-Jahamiyyah, padahal isinyaterdiri dari hadits-hadits palsu, lemah dan munkar.”.

WAHABI: “Anda hanya menyebutkan tiga kitab palsu,yang kami sebarluaskan. Kan hanya tiga kitab. Lagi pula gak papa pakai kitabpalsu, yang penting isinya mendukung perjuangan ajaran Wahabi.”

SUNNI: “Tidak hanya tiga kitab palsu yangdisebarkan oleh ulama Anda. Syaikh al-Jumaizi dan Syaikh al-Raddadi, ulamaWahabi dari Saudi juga menyebarkan kitab Syarh al-Sunnah, dan dinisbatkankepada al-Barbahari. Padahal dalam manuskrip yang menjadi satu-satunya sumberterbitnya kitab Sayrh al-Sunnah tersebut, pada bagian awal disebutkan bahwakitab Syarh al-Sunnah tersebut adalah karya Ahmad bin Muhammad bin Ghalibal-Bahili, yang populer dengan julukan Ghulam Khalil, wafat tahun 275 H. Halini juga diakui oleh ketiga ulama Salafi-Wahabi tersebut ketika melakukanautentisifikasi kitab tersebut kepada al-Barbahari. Dengan demikian, ketigaulama Salafi-Wahabi tersebut sengaja menerbitkan kitab karya Ghulam Khalil danmenisbatkannya kepada al-Barbahari, salah seorang ulama Hanabilah ekstrem yangberpaham tajsim.”

WAHABI: “Maaf, walaupun al-Jumaizi dan al-Raddadiitu ulama Wahabi, tapi mereka bukan guru kami. Dalam Wahabi, kami bergurukepada ulama Madinah, Dr. Ali bin Nashir al-Faqihi, pakar hadits kaum kami yangAnda sebut Wahabi di Universitas Islam Madinah. Kalau beliau dijamin OK, antikitab lemah dan palsu.”

SUNNI: “Guru Anda, Dr Ali bin Nashir al-Faqihi,juga terlibat skandal yang sama, penyebar kitab tidak jelas sanadnya. Al-Imamal-Daraquthni termasuk salah satu ulama ahli hadits terkemuka dan bermadzhabal-Syafi’i. Al-Daraquthni adalah yang mengarahkan al-Hafizh Abu Dzar al-Harawiuntuk mengikuti madzhab al-Asy’ari. Pada tahun 1411 Hijriah, Salafi-Wahabi diYordania menerbitkan kitab al-Ru’yah yang dinisbatkan kepada al-Daraquthni.Beberapa tahun sebelumnya Salafi-Wahabi Saudi Arabia menerbitkan kitabal-Shifat, yang dinisbatkan kepada al-Daraquthni dan di-tahqiq oleh Alial-Faqihi. Kedua naskah tersebut diriwayatkan melalui jalur Abu al-‘Izz binKadisy al-‘Ukbarawi dari Abu Thalib al-‘Asysyari.

Para ulama ahli hadits menilai Abu al-‘Izz binKadisy termasuk perawi yang tidak dapat dipercaya dan pendusta. Al-Hafizh IbnuHajar berkata:

أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ أَبُو الْعِزِّ بْنُ كَادِشٍ أَقَرَّبِوَضْعِ حَدِيْثٍ وَتَابَ وَأَنَابَ انتهى قَالَ ابْنُ النَّجَّارِ: وَكَانَمُخَلِّطًا كَذَّابًا لاَ يُحْتَجُّ بِمِثْلِهِ وَلِلأَئِمَّةِ فِيْهِ مَقَالٌوَقَالَ أَبُوْ سَعْدٍ ابْنُ السَّمْعَانِيِّ كَانَ ابْنُ نَاصِرٍ سَيِّءَالْقَوْلِ فِيْهِ وَقَالَ ابْنُ اْلأَنْمَاطِيِّ كَانَ مُخَلِّطًا وَقَالَ ابْنُ عَسَاكِرَقَالَ لِيْ أَبُو الْعِزِّ بْنُ كَادِشٍ وَسَمِعَ رَجُلاً قَدْ وَضَعَ فِيْ حَقِّعَلِيٍّ حَدِيْثًا وَوَضَعْتُ أَنَا فِيْ حَقِّ أَبِيْ بَكْرٍ حَدِيْثًا بِاللهِأَلَيْسَ فَعَلْتُ جَيِّدًا. (الحافظ ابن حجر، لسان الميزان).

“Ahmad bin Ubaidillah Abu al-‘Izz bin Kadisy,mengaku memalsu hadits dan bertaubat.
Ibnu al-Najjar berkata: “Ia perawi yangmembingungkan, pendusta, tidak dapat dijadikan hujjah, dan para imammembicarakannya.”
Abu Sa’ad bin al-Sam’ani berkata: “Ibnu Nashirberpendapat buruk tentang Ibnu Kadisy”.
Ibnu al-Anmathi berkata: “Ia perawi yangmembingungkan”.
Ibnu Asakir berkata: “Abu al-‘Izz bin Kadiysberkata kepadaku, ia mendengar seseorang yang memalsu hadits tentang keutamaanAli: “Aku juga memalsu hadits tentang keutamaan Abu Bakar. Demi Allah, apakahaku tidak berbuat baik”. (Al-Hafizh Ibn Hajar, Lisan al-Mizan (1/218).).

Demikian pandangan ulama ahli hadits tentang Abual-‘Izz bin Kadisy. Sedangkan pernyataan al-Dzahabi bahwa Abu al-‘Izz binKadiys telah bertaubat dari memalsu hadits, tidak menjadikan riwayatnyaditerima. Al-Imam al-Nawawi berkata:

تُقْبَلُ رِوَايَةُ التَّائِبِ مِنَ الْفِسْقِ إِلاَّ الْكَذِبَ فِيأَحَادِيْثِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَلاَ تُقْبَلُ رِوَايَةُالتَّائِبِ مِنْهُ أَبَدًا وَإِنْ حَسُنَتْ طَرِيْقَتُهُ كَذَا قَالَهُ أَحْمَدُبْنُ حَنْبَلٍ وَ أَبُوْ بَكْرٍ الْحُمَيْدِيُّ شَيْخُ الْبُخَارِيِّ وَ أَبُوْبَكْرٍ الصَّيْرَفِيُّ الشَّافِعِيُّ. (الحافظ السيوطي، تدريب الراوي).

“Riwayatnya perawi yang bertaubat dari kefasikandapat diterima, kecuali berdusta dalam hadits-hadits Rasulullah , maka riwayatperawi yang bertaubat dari berdusta dalam hadits tersebut tidak dapat diterima,meskipun prilakunya telah baik. Demikian apa yang dikatakan oleh Ahmad binHanbal, Abu Bakar al-Humaidi –guru al-Bukhari-, dan Abu Bakar al-Shairafial-Syafi’i”. (Al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi Syarh Taqribal-Nawawi (1/329).

Sementara Abu Thalib al-‘Asysyari juga perawi yangbermasalah, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
Paparan di atas menyimpulkan, bahwa kitab al-Ru’yahdan al-Shifat, yang dinisbatkan kepada al-Daraquthni sangat meragukan, karenariwayatnya melalui perawi yang memalsu hadits. Karena itu sebagian ulamamenilai kitab tersebut palsu, bukan karya al-Daraquthni sendiri.”

WAHABI: “Ya bagaimana lagi, untuk memperjuangkankebenaran apa tidak boleh dengan menyebarkan riwayat palsu???””

SUNNI: “Ya itu urusan Anda, yang sok anti danalergi hadits dha’if, tapi diam-diam menyebarkan kitab palsu. Ulama Anda jugamenyebarkan kitab yang dipalsu kepada al-Imam al-Juwaini, al-Imam al-Nawawi danlain-lain. Itulah bukti bahwa ajaran Anda memang rapuh dan tidak kuat.”

Wassalam
MUHAMMAD IDRUS RAMLI
Kiriman dari Hamba Allah


Sumber:  https://www.facebook.com/notes/idolaku-nabi-muhammad-saw/wahabi-menyebarkan-hadits-palsu/10151449081686082



Seharusnya seluruh tayangan di televisi harus bersifat mendidik serta memberi pencerahan kepada pemirsanya. Selain dua faktor di atas, konten tayangan pun harus bersifat objektif dan jauh dari kesan subjektif dan memojokkan salah satu kelompok/pihak. Terlebih bila itu tayangan yang berbau agama layaknya ‘Khazanah Tran7 dan khususnya Hadist-Hadist Palsu’ yang ditayangkan setiap hari selama bulan Ramadhan 1434 H di RCTI.
Selama ini hampir tak ada masalah dengan tayangan tersebut. Di tengah kekeringan umat akan tayangan agama yang bersifat mendidik dan juga menghibur, “Khazanah Tran7 atau Hadist-Hadist Palsu” datang menyapa umat dan memberikan pencerahan pada umat islam.

Namun menyimak tayangan RCTI bertajuk “Hadist-hadist palsu”, kalau tidak salah ingat pada hari ke-6 puasa kesan mendidik dan memberikan pencerahan terhadap umat menjadi hilang seketika. Alih-alih objektif tayangan “Hadist-Hadist Palsu” dengan judul tersebut justru terkesan melemahkan semangat umat islam dalam beribadah dan beramal shalih.

Hadist-hadist palsu merupakan tayangan dan program RCTI yang katanya mengungkap hadist-hadist lemah dan palsu yang tersebar dan populer di masyarakat, namun betulkah demikian realitasnya ?
Dalam judul program diatas jelas “Hadits-Hadits Palsu” (Maudhu’), tapi kenapa memasukkan di dalam tayangannya tentang hadits dho’if (Lemah). Padahal beda atara Dho’if dan Maudhu’ (lemah dan palsu).

Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits Dho’if banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya.

Hadits Maudhu’: adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu disengaja maupun tidak.
Kata Dho’if di ambil dari kata dhu’fu atau dha’fu (Lemah) yang merupakan isim sifat dhifa yang berarti lawan dari kata (quwwah)kuat. Secara terminology hadist dhoif yaitu hadist yang tidak memiliki shifat “hasan” dah jauh dari “shahih”. Secara spesifik Hadis Dhaif adalah Setiap hadis yang tidak terhimpun padanya semua syarat hadis sahhih dan tidak pula semua syarat hadis Hassan. (Al-manhal ar-Rawiy (ms/38);Muqadimatu Ibni Ash-Shalah (ms/20); Irsyad Thullab Al-Haqaiq (1/153).

Pendapat Tentang Hadist Dho’if :
1. Syeikh Al-Qasimi : Refrensi dari kitab ’Uyun al-athar dan Fathul Mughis, di dalam kitabnya beliau berkata “Diceritakan oleh Ibnu Sayyid al-Nas didalam kitab ’Uyun al-athar dari Yahya Bin Mu’in dan dinisbahkan pula didalam karya Abi Bakr Ibni Arabi “Secara zahirnya sesungguhnya mazhab al-bukhari, Muslim mengatakan : “Tidak boleh beramal dengan mengunakan hadis Dha’if’’.
2. Syeikh Ali al-Qari : kitab Al-Maraqah jilid 2 ms/381, didalam kitab Al-Maraqah jilid 2 ms/381. Beliau berkata : “Sesungguhnya hadis Dhaif ini “boleh” diamalkan didalam perkara-perkara yang tergolong dalam amalan-amalan tambahan(fadail amal),dan sesungguhnya perkara itu merupakan hasil ijmak ulama yang sebagaimana telah dikatakan oleh Imam nawawi.Namun,yang dimaksudkan itu (fadhail a’mal) disini adalah amalan-amalan yang sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Kitabullah dan Sunnah Rasulullah ’’
3. Ahmad bin hambal, Abdullah bin al Mubarak berkata: “Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal, haram dan hukum-hukum, kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya. Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan, pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya.”
4. Ibnu Hajar Al Asqalany: ” Membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadla’ilul amal dalam 3 syarat, yaitu:
a. Syarat yang pertama : Hadits dhoif itu tidak dilebih-lebihkan. Oleh karena itu, untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta, tertuduh dusta, dan banyak salah, tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadla’ilul amal.
b. Syarat yang kedua : Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut, masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan)
c. Syarat yang ketiga : Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi, tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka.
5. Pendapat Imam An-Nawawi Di-Syarah Arbain : Jumhur Ulama telah sepakat membolehkan mengamalkan Hadits Dhaif Untuk Keutamaan-Keutamaan Amal(fadhailul-A’mal).

Untuk mengkritisi kenapa tayangan “Hadits-Hadits Palsu” RCTI itu tidak obyektif salah satu buktinya adalah ketika narator menjelaskan tentang, “Beramallah untuk duniamu seolah-olah Anda akan hidup selama-lamanya! Dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah Anda akan meninggal dunia esok hari!” itu adalah sebuah maqolah dan bukan hadits.

Padahal salah satu ulama kondang WAHABI membahas tentang hadits dimaksud dengan menyatakan DHO’IF (lemah) bukan MAUDHU’ (palsu), sebagaimana penjelasan albani berikut ini:

” اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا , و اعمل لآخرتك كأنك تموت غدا ” .
قال الألباني في سلسلة الأحاديث الضعيفة ( 1 / 63 ) : لا أصل له مرفوعا . و إن اشتهر على الألسنة في الأزمنة المتأخرة حتى إن الشيخ عبد الكريم العامري الغزي لم يورده في كتابه ” الجد الحثيث في بيان ما ليس بحديث ” .
و قد وجدت له أصلا موقوفا , رواه ابن قتيبة في ” غريب الحديث ” ( 1 / 46 / 2 )
حدثني السجستاني حدثنا الأصمعي عن حماد بن سلمة عن عبيد الله بن العيزار عن عبد الله بن عمروأنه قال : فذكره موقوفا عليه إلا أنه قال : ” احرث لدنياك ” إلخ . و عبيد الله بن العيزار لم أجد من ترجمه .
ثم وقفت عليها في “تاريخ البخاري ” ( 3 / 394 ) و ” الجرح و التعديل ” ( 2 / 2
/ 330 ) بدلالة بعض أفاضل المكيين نقلا عن تعليق للعلامة الشيخ عبد الرحمن
المعلمي اليماني رحمه الله تعالى و فيها يتبين أن الرجل وثقه يحيي بن سعيد القطان و أنه يروي عن الحسن البصري و غيره من التابعين فالإسناد منقطع .
و يؤكده أنني رأيت الحديث في ” زوائد مسند الحارث ” للهيثمي ( ق 130 / 2 ) من طريق أخرى عن ابن العيزار قال : لقيت شيخا بالرمل من الأعراب كبيرا فقلت : لقيت أحدا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ? فقال : نعم , فقلت : من ? فقال : عبد الله بن عمرو بن العاص ….
ثم رأيت ابن حبان قد أورده في ” ثقات أتباع التابعين ” ( 7 / 148 ) . و رواه ابن المبارك في ” الزهد ” من طريق آخر فقال ( 218 / 2 ) : أنبأنا محمد ابن عجلان عبد الله بن عمرو بن العاص قال : فذكره موقوفا , و هذا منقطع و قد روي مرفوعا , أخرجه البيهقي في سننه ( 3 / 19 ) من طريق أبي صالح حدثنا الليث عن ابن عجلان عن مولى لعمر بن عبد العزيز عن عبد الله بن عمرو بن العاص عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : فذكره في تمام حديث أوله : ” إن هذا الدين متين فأوغل فيه برفق , و لا تبغض إلى نفسك عبادة ربك , فإن المنبت لا سفرا قطع و لا ظهرا أبقى , فاعمل عمل امريء يظن أن لن يموت أبدا , و احذر حذر ( امريء ) يخشى أن يموت غدا ” .
و هذا سند ضعيف و له علتان جهالة مولى عمر بن عبد العزيز و ضعف أبي صالح و هو عبد الله بن صالح كاتب الليث كما تقدم في الحديث ( 6 ) . ثم إن هذا السياق ليس نصا في أن العمل المذكور فيه هو العمل للدنيا , بل الظاهر منه أنه يعني العمل للآخرة , و الغرض منه الحض على الاستمرار برفق في العمل الصالح و عدم الانقطاع عنه , فهو كقوله صلى الله عليه وسلم : ” أحب الأعمال إلى الله أدومها و إن قل ” متفق عليه والله أعلم .
هذا و النصف الأول من حديث ابن عمرو رواه البزار [ 1 / 57 / 74 ـ كشف الأستار] من حديث جابر , قال الهيثمي في ” مجمع الزوائد ” ( 1 / 62 ) : و فيه يحيى بن المتوكل أبو عقيل و هو كذاب . قلت : و من طريقه رواه أبو الشيخ ابن حيان في كتابه ” الأمثال ” ( رقم 229 ) .
لكن يغني عنه قوله صلى الله عليه وسلم : ” إن هذا الدين يسر , و لن يشاد هذا الدين أحد إلا غلبه , فسددوا و قاربوا و أبشروا … ” أخرجه البخاري في صحيحه من حديث أبي هريرة مرفوعا.

http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=23897
_________________________________________

اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

“Beramallah untuk duniamu seolah-olah Anda akan hidup selama-lamanya! Dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah Anda akan meninggal dunia esok hari!”
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata dalam kitabnya “Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah” jilid pertama halaman 63-65, hadits nomor 8 :
Riwayat Hadits ini secara marfu’ tidak ada asal-usulnya, walaupun hadits ini sangat terkenal di kalangan kaum muslimin terlebih pada zaman terakhir saat ini, sampai-sampai Syaikh Abdul Karim al-Amiri al-Ghazzi tidak mencantumkan hadits ini dalam kitabnya“al-Jadd al-Hatsits fii Bayaani Maa Laisa Bihadits”.

Saya telah menemukan asal hadits ini secara mauquf. Ibnu Qutaibah meriwayatkan hadits ini dalam kitabnya “Gharibul Hadits” (1/46/2) : “as-Sijistani telah menceritakan sebuah hadits kepadaku, al-Asmu’i telah menceritakan sebuah hadits kepada kami, dari Hammad bin Salamah dari Ubaidillah bin al-‘Iizar dari Abdullah bin ‘Amru, sesungguhnya ia telah berkata : ..(kemudian ia menyebutkan hadits ini secara mauquf sampai kepada Abdullah bin ‘Amru, hanya saja lafadz hadits ini berbunyi, “Tanamlah untuk duniamu…..hingga akhir hadits.)

Adapun Ubaidillah bin al-‘Iizar, maka saya belum mendapatkan biografinya.
Kemudian saya mendapatkan biografinya dalam kitab “Tarikh al-Bukhari” (3/394) dan dalam kitab “al-Jarh wat Ta’dil” (2/330) atas petunjuk beberapa orang ahli ilmu yang tinggal di Mekkah. Mereka menukil komentar al-‘Allamah Syaikh Abdurrahman al-Mu’allimi al-Yamani rahimahullah. Ternyata orang ini (Ubaidillah bin al-‘Iizar) dianggap tsiqah oleh Yahya bin Said al-Qaththan, dan ia meriwayatkan hadits dari al-Hasan al-Bashri dan ulama lainnya dari kalangan tabi’in. Dengan demikian maka sanad hadits ini munqathi’ (terputus).

Hal ini diperkuat lagi ketika saya menemukan hadits ini dalam kitab “Zawaid Musnad al-Harits” karya al-Haitsami (Qaf 130/2) dari jalur sanad yang lain dari Ahmad Ubaidillah Zenh) bin al-‘Iizar, ia berkata, “Saya pernah bertemu dengan seorang syaikh yang sudah tua dari kalangan orang arab badui di suatu tempat yang bernama ar-Raml. Aku bertanya kepadanya, “Apakah Anda pernah bertemu dengan salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?” Ia menjawab, “Ya.” Aku bertanya lagi, “Siapa?” Ia menjawab, “Abdullah bin ‘Amru bin al-Ash…”

Kemudian saya mendapati bahwa Ibnu Hibban telah menyebutkan nama Ubaidillah bin al-‘Iizar dalam kelompok “Tsiqat Atba’ut Tabi’in” (7/148).
Ibnul Mubarak juga meriwayatkan hadits ini dalam kitab “az-Zuhd” dari jalur sanad yang lain. Beliau (Ibnul Mubarak) berkata (2/218), “Muhammad bin ‘Ajlan telah mengabarkan kepada kami bahwa Abdullah bin ‘Amru bin al-Ash berkata, “….(kemudian beliau menyebutkan hadits ini secara mauquf). Maka sanad hadits ini pun munqathi’ (terputus).

Hadits ini juga diriwayatkan secara marfu. Al-Baihaqi mentakhrij hadits ini dalam kitab “Sunan al-Baihaqi” (3/19) dari jalur sanad Abu Shalih, ia berkata, “al-Laits telah menceritakan suatu hadits kepada kami dari Ibnu ‘Ajlan dari seorang maula (budak yang telah dimerdekakan) Umar bin Abdul Aziz dari Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa sesungguhnya beliau pernah bersabda, “…” (kemudian dia menyebutkan hadits ini dengan redaksi yang lebih sempurna. Bunyi awal hadits ini :

إن هذا الدين متين فأوغل فيه برفق ، و لا تبغض إلى نفسك عبادة ربك ، فإن المنبت لا سفرا قطع و لا ظهرا أبقى ، فاعمل عمل امريء يظن أن لن يموت أبدا ، و احذر حذر ( امريء ) يخشى أن يموت غدا

“Sesungguhnya agama Islam ini adalah agama yang kokoh dan kuat, maka masuklah ke dalamnya dengan kelemahlembutan. Dan janganlah Anda menbenci untuk diri Anda ibadah kepada Allah. Karena sesungguhnya orang yang kekelahan, ia tidak dapat menempuh perjalanan dan tidak pula meninggalkan punggung hewan tunggangannya. Maka beramallah seperti amalnya seseorang yang meyakini bahwa ia tidak akan meninggal dunia untuk selamanya! Dan berhati-hatilah seperti kehati-hatiannya seseorang yang khawatir akan meninggal dunia esok hari.”

Sanad hadits ini juga dha’if (lemah) karena di dalam sanadnya terdapat dua ‘illat (sebab yang dapat melemahkan hadits). (Pertama) kemajhulan maula (budak yang telah dimerdekakan) Umar bin Abdul Aziz dan (ke dua) kelemahan Abu Shalih yang nama lengkapnya adalah Abdullah bin Shalih juru tulis al-Laits.

Kemudian, redaksi hadits di atas tidak menjadi nash yang menunjukkan bahwa amal yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah amal untuk dunia, bahkan sebaliknya, dhahir hadits ini menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah amal untuk akhirat. Tujuan dari hadits ini adalah anjuran untuk senantiasa konsisten dalam beramal shalih secara bertahap sedikit demi sedikit tanpa terputus. Makna hadits ini sesuai dengan Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang paling konsisten dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus meskipun amal itu sedikit.” Wallahu a’lam.

Bagian pertama dari hadits (Abdullah) Ibnu ‘Amru diriwayatkan oleh al-Bazzar (1/57/74 – Kasyful Astar) dari hadits Jabir. Al-Haitsami berkata dalam kitab “Majma az-Zawa’id” (1/62), “Dalam sanad hadits ini terdapat seorang rawi yang bernama Yahya bin al-Mutawakkil Abu ‘Uqail. Dia adalah seorang pendusta.”

Aku (al-Albani) berkata, “Hadits dengan sanad ini diriwayatkan pula oleh Abu asy-Syaikh dalam kitabnya “al-Amtsal” (nomor 229). Akan tetapi hadits (shahih) berikut ini telah cukup (untuk kita pegang daripada hadits di atas), yaitu sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,

إن هذا الدين يسر ، ولن يشاد هذا الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا وأبشروا ….

“Sesungguhnya agama (Islam) ini mudah. Dan tidaklah seseorang mempersulit agama ini dengan cara memaksakan dirinya untuk melakukan ibadah-ibadah yang tidak sanggup ia lakukan, melainkan agama ini akan mengembalikannya ke jalan kemudahan dan pertengahan. Maka hendaklah kalian beramal secara proporsional (pertengahan) dan berusahalah menyempurnakan amal ibadah secara optimal dan berikanlah kabar gembira…
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya dari hadits Abu Hurairah secara marfu’. (terjemahan link diatas).

Maka wajar bila publik beranggapan bahwa ada “sesuatu” yang menunggangi tayangan “Hadits-Hadits Palsu” RCTI, sehingga memberi kesan tendensius, subjektif dan memojokkan salah satu kelompok yang mengamalkan hadits dho’if untuk semangat beribadah dan amal shaleh. Dan “sesuatu itu ialah “Wahabi”.

Mengapa “wahabi”? Publik punya penilaian sendiri. Selama ini dakwah yang dilontarkan oleh para penganut aliran “wahabi”-lah yang sering melemparkan panah-panah beracun terhadap amaliyah yang sedari dahulu telah dijalankan umat islam pada umumnya “Panah-panah” semacam “syirik, kufur, bid’ah, dho’if” bertebaran di situs-situs yang mengusung paham wahabi. Dan panah itu justru tanpa rasa intoleran menacap di ulu hati para pengamal “Fadhoil al-A’mal” dan semisalnya.

Terlepas dari “sesuatu” bernama wahabi di balik tayangan “Hadits-Hadits Palsu”, maka sewajarnya suatu tayangan agama lebih berimbang dalam menyajikan suatu opini. Sehingga tayangan agama tersebut benar-benar memberi pencerahan terhadap umat, dan bukan keresahan serta pendangkalan materi. Gitu aja koq repot! Wallahu a’lam bish-Shawab dan semoga bermanfa’at. Aamiin.



SKANDAL PENYEBARAN HADITS DHA’IF DANRIWAYAT PALSU DI KALANGAN ULAMA WAHABI

SELAMA INI AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH SELALU DIPOJOKKANOLEH KAUM WAHABI, KARENA DIANGGAP PENGAMAL HADITS DHA’IF. PADAHAL DIAM-DIAMKAUM WAHABI JUGA MENYEBARKAN RIWAYAT PALSUSELAMA MENDUKUNG AJARAN WAHABI. BERIKUT DIALOGNYA.

SUNNI: “Mengapa Anda selalu membuat fitnah,menebarkan permusuhan dan kebencian dengan mebid’ahkan ajaran kami AhlussunnahWal-Jama’ah yang sudah mengakar sejak masa-masa silam, bahkan sebagian mengakarsejak masa salaf dan ahli hadits? Dan semua ajaran kami memiliki landasan darial-Qur’an dan hadits.”

WAHABI: “Ajaran yang kalian amalkan selalumenggunakan hadits-hadits lemah dan palsu.”

SUNNI: “Ajaran yang mana yang menggunakan haditspalsu dan lemah??? Justru kaum Anda sendiri yang terjebak dalam kesalahan dalammenolak peran hadits dha’if secara total. Salah karena keluar dari manhaj ahlihadits dan salah karena menyalahi ulama Anda sendiri.”

WAHABI: “Lho, kok bisa kami dikatakan keluar darimanhaj ahli hadits dan menyalahi ulama kami sendiri? Bukankah yang berjuangmenolak hadits dha’if itu ulama kami?”

SUNNI: “Lho, itu kan Anda berarti hanya taklid butakepada ustadz-ustadz Anda. Harus Anda ketahui, bahwa yang menolak peran haditsdha’if di kalangan Anda, itu Wahabi beberapa tahun kemarin, pengikut Syaikhal-Albani dari Yordania. Sementara ulama Wahabi sebelum Anda juga banyakmenyebarkan hadits dha’if, sebagaimana yang dilakukan oleh ahli hadits.”

WAHABI: “Lho, maka buktinya bahwa sebelum Syaikhal-Albani, ulama kami yang kalian sebut Wahabi menerima dan menyebarkan haditsdha’if?”

SUNNI: “Anda ini lucu, ngakunya pengagum al-Albani,tapi tidak pernah mengerti kitab-kitab tulisan al-Albani sendiri. Coba Andalihat, Ibnu Taimiyah menulis kitab berjudul al-Kalim al-Thayyib, yang isinyamembolehkan tawasul, istighatsah dan jualan jimat. Lalu kitab tersebutdi-ikhtishar oleh al-Albani, menjadi Shahih al-Kalim al-Thayyib, denganmembuang 59 hadits dari total 252, yang dianggap dha’if oleh al-Albani. Ini kancukup membuktikan bahwa Ibnu Taimiyah tidak alergi hadits dha’if. Belum lagiMuhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi al-Qarni, menulis kitab al-Tauhid, sebagianhadits nya juga dha’if sebagaimana diakui oleh kaum Wahabi sendiri. Ini buktibahwa pendiri Wahabi juga tidak alergi hadits dha’if. Kenapa kalian alergihadits dha’if??

Kalian tahu, bahwa ulama kalian, yang sok antihadits dha’if, diam-diam juga menyebarkan akidah palsu dan riwayat dusta??”

WAHABI: “Ah, Anda keterlaluan, menuduh ulama kamisebagai penyebar akidah palsu dan riwayat dusta. Mana buktinya??? Anda janganasal ngomong. Berdosa lho, bohong itu.”

SUNNI: “Di antara riwayat palsu yang disebarluaskanoleh ulama Anda adalah akidah yang dinisbatkan kepada al-Imam al-Syafi’i.Ketika jamaah haji pulang dari Tanah Suci, mereka diberi hadiah kitab AkidahImam Empat, karya al-Khumayyis, terjemahan dari kitab I’tiqad al-Aimmahal-Arba’ah, oleh Ali Mustafa Ya’qub. Di dalamnya ada akidah yang dinisbatkankepada Imam al-Syafi’i, bahwa beliau berkata:

“Berbicara tentang Sunnah yang menjadi pegangansaya, shahib-shahib saya, begitu pula para ahli hadits yang saya lihat dan sayaambil ilmu mereka, seperti Sufyan, Malik, dan lain-lain adalah iqrar serayabersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, serta bersaksi bahwa Allah itu diatas ‘arsy di langit, dan dekat dengan mahkluk-Nya terserah kehendak Allah, danAllah itu turun ke langit terdekat kapan Allah berkehendak.” (Al-Khumayyis,Akidah Imam Empat, hal. 68.).

Akidah al-Imam al-Syafi’i tersebut telahdisebarluaskan oleh kaum Wahabi dan pendahulu-pendahulu mereka seperti IbnuTaimiyah dalam al-Washiyyah al-Kubra, Ibnu al-Qayyim dalam Ijtima’ al-Juyusyal-Islamiyyah, al-Albani dalam Mukhtashar al-‘Uluw, dan al-Khumayyis dalambukunya Akidah Imam Empat.

WAHABI: “Apa alasan Anda mengatakan akidah tersebutpalsu???”

SUNNI: “Para ulama ahli hadits telah menjelaskanbahwa akidah al-Imam al-Syafi’i yang disebarluaskan oleh kaum Wahabi adalahpalsu. Akidah tersebut diriwayatkan melalui perawi yang bermasalah, yaitu Abual-Hasan al-Hakkari, seorang perawi yang tidak dapat dipercaya dan pemalsuhadits. Al-Dzahabi berkata:

وَقَالَ ابْنُ عَسَاكِرَ: لَمْ يَكُنْ مُوَثَّقًا فِيْ رِوَايَتِهِ.
“Ibnu Asakir berkata: “Al-Hakkari tidak dapatdipercaya dalam riwayatnya.” (Ibnu al-Najjar, Dzail Tarikh Baghdad, juz 3, hal.174; Al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, juz 19 hal. 68, dan Mizan al-I’tidal,juz 3, hal. 112.)

Al-Hafizh Ibnu al-Najjar al-Baghdadi berkata:
وَكَانَ الْغَالِبُ عَلىَ حَدِيْثِهِ الْغَرَائِبَ وَالْمُنْكَرَاتِ وَلَمْيَكُنْ حَدِيْثُهُ يُشْبِهُ حَدِيْثَ أَهْلِ الصِّدْقِ، وَفِيْ حَدِيْثِهِمُتُوْنٌ مَوْضُوْعَةٌ مُرَكَّبَةٌ عَلىَ أَسَانِيْد َصَحِيْحَةٍ، وَرَأَيْتُبِخَطِّ بَعْضِ أَصْحَابِ الْحَدِيْثِ أَنَّهُ كَانَ يَضَعُ الْحَدِيْثَبِأَصْبِهَانَ، وَقَالَ أَبُوْ نَصْرٍ الْيُوْنَارْتِيُّ: لَمْ يَرْضَهُ الشَّيْخُأَبُوْ بَكْرٍ بْنُ الْخَاضِبَةِ.

“Biasanya haditsnya al-Hakkari adalah hadits-haditsyang aneh dan munkar. Haditsnya tidak menyerupai haditsnya perawi yang jujur.Dalam haditsnya terdapat matan-matan palsu yang disusun pada sanad-sanad yangshahih. Aku melihat tulisan sebagian ahli hadits, bahwa al-Hakkari telahmemalsu hadits di Ashbihan. Abu Nashr al-Yunarti berkata: “Syaikh Abu Bakar binal-Khadhibah tidak ridha terhadap al-Hakkari.” (Ibnu al-Najjar, Dzail TarikhBaghdad, juz 3, hal. 173; dan Ibnu Hajar, Lisan al-Mizan, juz 4, hal. 196.)

Sumber lain yang menjadi perawi akidah al-Imamal-Syafi’i adalah Abu Thalib al-‘Asysyari, seorang perawi yang jujur tetapilugu sehingga buku-bukunya mudah disispi riwayat-riwayat palsu oleh orang-orangyang tidak bertanggung jawab. Al-Dzahabi dan Ibnu Hajar berkata:
مُحَمَّدُ بْنِ عَلِيِّ بْنِ الْفَتْحِ أَبُوْ طَالِبٍ الْعَشَّارِيُّشَيْخٌ صَدُوْقٌ مَعْرُوْفٌ لَكِنْ اَدْخَلُوْا عَلَيْهِ أَشْيَاءَ فَحَدَّثَبِهَا بِسَلاَمَةِ بَاطِنٍ مِنْهَا حَدِيْثٌ مَوْضُوْعٌ فِيْ فَضْلِ لَيْلَةِعَاشُوْرَاءَ وَمِنْهَا عَقِيْدَةٌ لِلشَّافِعِيِّ.
“Muhammad bin Ali bin al-Fath Abu Thalibal-‘Asysyari, seorang guru yang jujur dan dikenal. Akan tetapi orang-orangmemasukkan banyak hal (riwayat-riwayat palsu) kepadanya, lalu iamenceritakannya dengan ketulusan hati, di antaranya hadits palsu tentangkeutamaan malam Asyura, dan di antaranya akidah al-Syafi’i.” (Al-Dzahabi, Mizanal-I’tidal, juz 3, hal. 656 dan Ibnu Hajar, Lizan al-Mizan, juz 5 hal. 301.).

Pernyataan di al-Dzahabi dan Ibnu Hajar di atasmenyimpulkan bahwa Abu Thalib al-‘Asysyari pada dasarnya seorang perawi yangjujur dan dikenal. Hanya saja orang-orang yang tidak bertanggungjawabmenyisipkan riwayat-riwayat palsu ke dalam buku-bukunya tanpa ia sadari, laluia menyampaikan riwayat tersebut kepada orang lain dengan ketulusan hati.
Paparan di atas menyimpulkan bahwa akidah al-Imamal-Syafi’i yang disebarluaskan oleh kaum Salafi-Wahabi dan pendahulu mereka,adalah palsu dan diriwayatkan melalui perawi yang lemah dan pemalsu hadits ataumelalui perawi jujur dan lugu yang tidak menyadari bahwa riwayatnya telahdisisipi riwayat palsu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.”

WAHABI: “Tapi walaupun palsu, akidah tersebutmendukung perjuangan ajaran Wahabi. Gak papa walaupun palsu. Yang pentingcocok. Lagi pula Cuma itu yang palsu. Yang lain shahih kok.”

SUNNI: “Anda ini lucu, sok anti dan alergi haditsdha’if, tapi riwayat palsu disebarluaskan. Tidak hanya itu riwayat palsu yangdisebarkan oleh ulama Anda. Kaum Wahabi yang mengaku pengikut madzhab ImamAhmad bin Hanbal, juga menyebarkan kitab palsu yang dinisbatkan kepada ImamAhmad bin Hanbal, antara lain kitab Risalah al-Ishthakhri dan kitab al-Radd‘ala al-Jahamiyyah. Kedua kitab ini disebarluaskan oleh Salafi-Wahabi dandiklaim sebagai karangan Ahmad bin Hanbal. Padahal kitab tersebut bukankarangan Ahmad bin Hanbal, akan tetapi karang sebagin kaum Mujassimah dan dinisbatkankepada Ahmad bin Hanbal. Al-Hafizh al-Dzahabi berkata:
لاَ كَرِسَالَةِ اْلاِصْطَخْرِيِّ، وَلاَ كَالرَّدِّ عَلىَالْجَهَمِيَّةِ الْمَوْضُوْعِ عَلىَ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ، فَإِنَّ الرَّجُلَ كَانَتَقِيًّا وَرِعًا لاَ يَتَفَوَّهُ بِمِثْلِ ذَلِكَ.
“Tidak seperti Risalah-nya al-Ishthakhri, dan tidakseperti al-Radd ‘ala al-Jahamiyyah yang dipalsukan kepada Abu Abdillah (Ahmadbin Hanbal), karena beliau seorang yang bertakwa, wara’ dan tidak berkataseperti itu.” (Al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, juz 11, hal. 286.)

Pernyataan al-Dzahabi tersebut diperkuat olehSyaikh Muhammad bin Ibrahim al-Wazir al-Yamani, yang mengutip pernyataanal-Dzahabi tersebut bahwa kitab Risalah al-Ishthakhri dan al-Radd ‘alaal-Jahamiyyah adalah kitab palsu yang dinisbarkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal.(Ibnu al-Wazir al-Yamani, al-‘Awashim wa al-Qawashim, juz 4, hal. 340-241)Kitab al-Radd ‘ala al-Jahamiyyah tersebut merupakan rujukan utama Syaikh IbnuTaimiyah dalam menulis kitabnya Bayan Talbis al-Jahamiyyah, padahal isinyaterdiri dari hadits-hadits palsu, lemah dan munkar.”.

WAHABI: “Anda hanya menyebutkan tiga kitab palsu,yang kami sebarluaskan. Kan hanya tiga kitab. Lagi pula gak papa pakai kitabpalsu, yang penting isinya mendukung perjuangan ajaran Wahabi.”

SUNNI: “Tidak hanya tiga kitab palsu yangdisebarkan oleh ulama Anda. Syaikh al-Jumaizi dan Syaikh al-Raddadi, ulamaWahabi dari Saudi juga menyebarkan kitab Syarh al-Sunnah, dan dinisbatkankepada al-Barbahari. Padahal dalam manuskrip yang menjadi satu-satunya sumberterbitnya kitab Sayrh al-Sunnah tersebut, pada bagian awal disebutkan bahwakitab Syarh al-Sunnah tersebut adalah karya Ahmad bin Muhammad bin Ghalibal-Bahili, yang populer dengan julukan Ghulam Khalil, wafat tahun 275 H. Halini juga diakui oleh ketiga ulama Salafi-Wahabi tersebut ketika melakukanautentisifikasi kitab tersebut kepada al-Barbahari. Dengan demikian, ketigaulama Salafi-Wahabi tersebut sengaja menerbitkan kitab karya Ghulam Khalil danmenisbatkannya kepada al-Barbahari, salah seorang ulama Hanabilah ekstrem yangberpaham tajsim.”

WAHABI: “Maaf, walaupun al-Jumaizi dan al-Raddadiitu ulama Wahabi, tapi mereka bukan guru kami. Dalam Wahabi, kami bergurukepada ulama Madinah, Dr. Ali bin Nashir al-Faqihi, pakar hadits kaum kami yangAnda sebut Wahabi di Universitas Islam Madinah. Kalau beliau dijamin OK, antikitab lemah dan palsu.”

SUNNI: “Guru Anda, Dr Ali bin Nashir al-Faqihi,juga terlibat skandal yang sama, penyebar kitab tidak jelas sanadnya. Al-Imamal-Daraquthni termasuk salah satu ulama ahli hadits terkemuka dan bermadzhabal-Syafi’i. Al-Daraquthni adalah yang mengarahkan al-Hafizh Abu Dzar al-Harawiuntuk mengikuti madzhab al-Asy’ari. Pada tahun 1411 Hijriah, Salafi-Wahabi diYordania menerbitkan kitab al-Ru’yah yang dinisbatkan kepada al-Daraquthni.Beberapa tahun sebelumnya Salafi-Wahabi Saudi Arabia menerbitkan kitabal-Shifat, yang dinisbatkan kepada al-Daraquthni dan di-tahqiq oleh Alial-Faqihi. Kedua naskah tersebut diriwayatkan melalui jalur Abu al-‘Izz binKadisy al-‘Ukbarawi dari Abu Thalib al-‘Asysyari.

Para ulama ahli hadits menilai Abu al-‘Izz binKadisy termasuk perawi yang tidak dapat dipercaya dan pendusta. Al-Hafizh IbnuHajar berkata:
أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ أَبُو الْعِزِّ بْنُ كَادِشٍ أَقَرَّبِوَضْعِ حَدِيْثٍ وَتَابَ وَأَنَابَ انتهى قَالَ ابْنُ النَّجَّارِ: وَكَانَمُخَلِّطًا كَذَّابًا لاَ يُحْتَجُّ بِمِثْلِهِ وَلِلأَئِمَّةِ فِيْهِ مَقَالٌوَقَالَ أَبُوْ سَعْدٍ ابْنُ السَّمْعَانِيِّ كَانَ ابْنُ نَاصِرٍ سَيِّءَالْقَوْلِ فِيْهِ وَقَالَ ابْنُ اْلأَنْمَاطِيِّ كَانَ مُخَلِّطًا وَقَالَ ابْنُ عَسَاكِرَقَالَ لِيْ أَبُو الْعِزِّ بْنُ كَادِشٍ وَسَمِعَ رَجُلاً قَدْ وَضَعَ فِيْ حَقِّعَلِيٍّ حَدِيْثًا وَوَضَعْتُ أَنَا فِيْ حَقِّ أَبِيْ بَكْرٍ حَدِيْثًا بِاللهِأَلَيْسَ فَعَلْتُ جَيِّدًا. (الحافظ ابن حجر، لسان الميزان).
“Ahmad bin Ubaidillah Abu al-‘Izz bin Kadisy,mengaku memalsu hadits dan bertaubat.
Ibnu al-Najjar berkata: “Ia perawi yangmembingungkan, pendusta, tidak dapat dijadikan hujjah, dan para imammembicarakannya.”
Abu Sa’ad bin al-Sam’ani berkata: “Ibnu Nashirberpendapat buruk tentang Ibnu Kadisy”.
Ibnu al-Anmathi berkata: “Ia perawi yangmembingungkan”.
Ibnu Asakir berkata: “Abu al-‘Izz bin Kadiysberkata kepadaku, ia mendengar seseorang yang memalsu hadits tentang keutamaanAli: “Aku juga memalsu hadits tentang keutamaan Abu Bakar. Demi Allah, apakahaku tidak berbuat baik”. (Al-Hafizh Ibn Hajar, Lisan al-Mizan (1/218).).

Demikian pandangan ulama ahli hadits tentang Abual-‘Izz bin Kadisy. Sedangkan pernyataan al-Dzahabi bahwa Abu al-‘Izz binKadiys telah bertaubat dari memalsu hadits, tidak menjadikan riwayatnyaditerima. Al-Imam al-Nawawi berkata:
تُقْبَلُ رِوَايَةُ التَّائِبِ مِنَ الْفِسْقِ إِلاَّ الْكَذِبَ فِيأَحَادِيْثِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَلاَ تُقْبَلُ رِوَايَةُالتَّائِبِ مِنْهُ أَبَدًا وَإِنْ حَسُنَتْ طَرِيْقَتُهُ كَذَا قَالَهُ أَحْمَدُبْنُ حَنْبَلٍ وَ أَبُوْ بَكْرٍ الْحُمَيْدِيُّ شَيْخُ الْبُخَارِيِّ وَ أَبُوْبَكْرٍ الصَّيْرَفِيُّ الشَّافِعِيُّ. (الحافظ السيوطي، تدريب الراوي).
“Riwayatnya perawi yang bertaubat dari kefasikandapat diterima, kecuali berdusta dalam hadits-hadits Rasulullah , maka riwayatperawi yang bertaubat dari berdusta dalam hadits tersebut tidak dapat diterima,meskipun prilakunya telah baik. Demikian apa yang dikatakan oleh Ahmad binHanbal, Abu Bakar al-Humaidi –guru al-Bukhari-, dan Abu Bakar al-Shairafial-Syafi’i”. (Al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi Syarh Taqribal-Nawawi (1/329).

Sementara Abu Thalib al-‘Asysyari juga perawi yangbermasalah, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
Paparan di atas menyimpulkan, bahwa kitab al-Ru’yahdan al-Shifat, yang dinisbatkan kepada al-Daraquthni sangat meragukan, karenariwayatnya melalui perawi yang memalsu hadits. Karena itu sebagian ulamamenilai kitab tersebut palsu, bukan karya al-Daraquthni sendiri.”

WAHABI: “Ya bagaimana lagi, untuk memperjuangkankebenaran apa tidak boleh dengan menyebarkan riwayat palsu???””

SUNNI: “Ya itu urusan Anda, yang sok anti danalergi hadits dha’if, tapi diam-diam menyebarkan kitab palsu. Ulama Anda jugamenyebarkan kitab yang dipalsu kepada al-Imam al-Juwaini, al-Imam al-Nawawi danlain-lain. Itulah bukti bahwa ajaran Anda memang rapuh dan tidak kuat.”

Wassalam
MUHAMMAD IDRUS RAMLI
Kiriman dari Hamba Allah

Sumber:
1. Oleh: KH. Ibnu Mas'ud, Anggota Laskar Tim Sarkub.
2. Oleh Bukhori Supriyadi Yadi Buletin
3. Oleh Idolaku Nabi Muhamma
4. http://www.sarkub.com/2013/misi-wahabi-dibalik-tayangan-hadits-hadits-palsu-di-rcti/

22 Jawaban Muslim Kepada 22 pertanyaan Pendeta


Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar,ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampong tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Mula mula ia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk.

Di saat itu, si pendeta agak terbeliak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergerak dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya. ” Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim.” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun, pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus mengukuhkan ugamanya. Pemuda muslim itupun menerima tentangan debat tersebut.

Pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.”Si pemuda tersenyum dan berkata, “Silakan! Sang pendeta pun mulai bertanya, “

Sebutkan satu yang tiada duanya,
dua yang tiada tiganya,
tiga yang tiada empatnya,
empat yang tiada limanya,
lima yang tiada enamnya,
enam yang tiada tujuhnya,
tujuh yang tiada delapannya,
delapan yang tiada sembilannya,
sembilan yang tiada sepuluhnya,
sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
sebelas yang tiada dua belasnya,
dua belas yang tiada tiga belasnya,
tiga belas yang tiada empat belasnya.

Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
Siapakah yang tercipta dari api,
siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
Siapakah yang tercipta dari batu,
siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan kepada Allah. Setelah membaca bismillah ia berkata:
-Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
-Dua yang tiada tiganya ialah Malam dan Siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra': 12).
-Tiga yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
-Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.
-Lima yang tiada enamnya ialah Solat lima waktu.
-Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
-Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk: 3).
-Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman, “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat men-junjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).
-Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa yaitu: tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang.*
-Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah Kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).
-Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf .
-Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60).
-Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah Saudara Nabi Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
-Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Subuh. Allah SWT ber-firman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (At-Takwir: 18).
-Kuburan yang membawa isinya adalah Ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
-Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Nabi Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, ” tak ada cercaan terhadap kamu semua.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf:98).
-Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara Keledai. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
-Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.
-Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya':69).
-Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
-Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu Daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT? “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf: 28).
-Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah Hari dan Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam hari dan Dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawapan pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pun mula hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh pendeta.
Pemuda ini berkata, “Apakah kunci surga itu?” mendengar pertanyaan itu lidah pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rupa wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekuatirannya, namun tidak berhasil.

Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia cuba mengelak. Mereka berkata, “Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberi cuma satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!”
Pendeta tersebut berkata, “Sesungguh aku tahu jawapan nya, namun aku takut kalian marah.” Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.
” Pendeta pun berkata, “Jawabannya ialah: Asyhadu An La Ilaha Illallah Wa
Wa Aasyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.”

Lantas pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu terus memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.**

Jawaban Syiah Kepada Nashibi: Kedustaan Muhammad Abdurrahman Al Amiry Terhadap Syi’ah Dalam Dialog Dengan Emilia Renita

Sungguh menggelikan ketika seseorang menuduh suatu mazhab sebagai ajaran yang penuh kedustaan dan kedunguan ternyata terbukti dirinyalah yang sebenarnya dusta dan dungu. Mungkin saja sebelumnya ia tidak berniat menjadi dusta dan dungu hanya saja kebenciannya terhadap mazhab tersebut telah membutakan akal dan hatinya sehingga dirinya tampak sebagai pendusta.

Inilah yang terjadi pada Muhammad Abdurrahman Al Amiry dalam tulisannya yang memuat dialog dirinya dengan pengikut Syi’ah yaitu Emilia Renita. Dialog tersebut membicarakan tentang nikah mut’ah, dimana para pembaca dapat melihatnya disini http://www.alamiry.net/2014/03/dialog-tuntas-bersama-emila-renita-az.html
____________________________

Dialog Tuntas Bersama Emila Renita Az Mengenai Nikah Mut'ah


Alhamdulillah, dialog kami (Muhammad Abdurrahman Al Amirybersama Pembesar Syiah Indonesia (Emilia Renita Az) telah berlangsung. Dan banyak ikhwah yang menyaksikan dialog kami berdua. Dan yang menyaksikan dialog tersebut ada yang dari kalangan sunni maupun syi’i (Walaupun dialog berjalan kurang lancar karena adanya komentar lain yang bermunculan baik dari sunni maupun syiah). Akan tetapi dialog sudah di saring, yang hendak melihat dialog lengkapnya silahkan kunjungi akun facebook Al Amiry. Berikut adalah ringkasan dialog yang berlangsung antara kami dan Emilia Renita Az tadi malam.
è Kami (Al Amiry) berkata:

“Jumat malam sebagaimana yang dijanjikan Emilia Renita Az
Jikalau malam ini juga tidak ditanggapi olehnya, maka dialog dianggap selesai dan cara yang akan dilakukan oleh kami untuk membongkar kesesatan dan kekufuran syiah bukan dengan cara dialog melainkan hanya bantahan apa yang dikatakan olehnya tanpa melakukan dialog.
Tema yang belum dituntaskan adalah "Nikah Mut'ah".
Bagaimana seorang syiah terutama dedengkotnya (Emilia Renita)  tidak menerima syariat nikah mut'ah dan bahkan menyatakan mut'ah adalah amalan jorok yang mana pelakunya tidak bisa menjaga iffah.
Padahal secara nash, dalam kitab-kitab syiah banyak riwayat yang melaknat dan mengancam orang yang tidak melakukan nikah mut'ah.
Seandainya nikah mut'ah adalah ibadah kenapa harus malu untuk menyatakan "Iya"
Sebagaimana nikah syari yang dilakukan oleh sunni, mereka bangga dengan nikah syari yang mana diumumkan dengan walimatul ursy.
Kenapa dedengkot syiah malu ataukah ini taqiyyah yang dilakukan olehnya ??
Pembahasan belum selesai, kalau malam ini juga tidak ditanggapi, maka dialog dianggap selesai karena dialog yang dilakukan olehnya, kami anggap tidak fair. Karena ditunda tanpa kejelasan bahkan jauh dari hari yang ditetapkan”.
===============
Setelah beberapa waktu  muculnya undangan ini, akhirnya Emilia Renita menangapi. Akan tetapi yang lucu dan sedikit menggelitik diri saya adalah ternyata si Emilia malah menanggapi kami dengan dalil akan kebolehan nikah mut’ah dengan cara pembawaan dalil yang serampangan. Padahal yang jadi tema pokok pembahasan adalah “Mengapa Emilia menolak amalan nikah mut’ah sedangkan dia adalah pembesar syiah” sebagaimana beberapa hari yang lalu dia menyatakan bahwasanya Nikah Mut’ah adalah amalan jorok dan yang melakukan nikah mutah adalah orang yang tidak bisa menjaga iffahnya. Maka kami katakan kepadanya:
è Al Amiry:
Anda wahai Emilia telah keluar dari pembahasan.
Ingat,  anda telah mengatakan bahwasanya anda tidak mau nikah mut'ah seharusnya anda membawakan dalil akan keharaman nikah mut'ah dalam kitab-kitab syiah bukan malah memabawakan dalil yang membolehkan nikah mutah.
Bukan kah anda yang menyatakan bahwasanya mutah itu jorok ?? Kenapa sekarang anda malah membolehkannya ?? Kontradiktif
Bukankah ini kebalik??
Kalau anda membawakan dalil yang membolehkan mut'ah, maka ana bertanya kepada anda, berapa kali anda mut'ah ?? Sudah 4 kali kah ?? sehingga derajat anda seperti nabi ??
è Emilia:
Saya tidak pernah bilang mut'ah itu jorok.. Saya ini syiah yang TIDAK MUNGKIN MENGHARAMKAN NIKAH MUT'AH, karena itu ada dalil kuat untuk MENGHALALKANNYA. Tapi saya jelaskan saya tidak melakukannya karena tidak semua yang halal dalam al-qur'an harus kita lakukan. NIKAH MUT'AH adalah solusi buat para wanita menjaga iffahnya.
è Al Amiry:
Thoyyib. Perkataan anda yang pertama wahai Emilia: “Tapi saya jelaskan saya tidak melakukannya karena tidak semua yang halal dalam al-qur'an harus kita lakukan. NIKAH MUT'AH adalah solusi buat para wanita menjaga iffahnya”.

Tanggapan kami: Memang semua yang halal tidak harus dilakukan, akan tetapi nikah mut’ah dalam ajaran syiah bukan hanya sekedar halal tapi “wajib”. Karena ada riwayat syiah yang mengancam orang-orang yang tidak melakukan nikah mutah. Jadi anda pun wajib melakukannya karena mut’ah bukan hanya sekedar halal tapi wajib karena ada ancaman bagi yang meninggalkan mut’ah. Salah satu ancaman dalam kitab syiah bagi orang yang tidak melakukan nikah mut'ah:


مَنْ خَرَجَ مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَتَمَتَّعْ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُوَ أَجْدَعُ
"Barang siapa yang keluar dari dunia (wafat) dan dia tidak nikah mut'ah maka dia datang pada hari kiamat sedangkan kemaluannya terpotong" Tafsir manhaj ash shadiqin 2/489
Perkataan anda yang kedua: “NIKAH MUT'AH adalah solusi buat para wanita menjaga iffahnya”.
Tanggapan kami: Kemarin anda menyatakan yang nikah mutah adalah orang yang tidak menjaga iffah.. Sekarang anda malah menyatakan bahwasanya nikah mut’ah adalah jalan untuk menjaga iffah. Sungguh perkataan yang aneh alias “kontradiktif”
è Emilia:
Dimana dan kapan saya bilang," nikah mutah adalah orang yang tidak menjaga iffahnya" ?
Ini saya berikan lagi jawaban saya kemarin. tolong jangan dibalik-balik atau mengambil kesimpulan sendiri, Perkataan saya: "... Itu pertanyaannya vulgar Banget . Aku ga pernah mut'ah, & aku ga minat mut'ah. Apa ga ada pertanyaan yang lebih normal? Aku ini syiah, yang sangat menjaga iffaah. Aku jg ga tersentuh laki2 selain muhrimku. Jd jangan memfitnah aneh-aneh. Aku ga seburuk yang kalian tuduhkan kpdku"
Jika anda menyatakan tidak mau mut'ah berarti sama saja anda menyatakan mut'ah adalah haram ..( dan BUKAN BERARTI SAYA MENGHARAMKAN NIKAH MUT'AH )
è Al Amiry:
Thoyyib.. Lantas perkataan anda yang di atas silahkan ditafsirkan.
Silahkan ditafsirkan oleh anda, Langsung saja to the point dengan pernyataan yang jelas.
Saya tanya kepada anda “apakah dengan kalimat diatas, anda mendukung mutah atau malah mengharamkannya.. ??”
Jika anda menyatakan ada syariat mut'ah, kenapa anda malah tidak mau mut'ah ??
Sedangkan dengan jelas, ada nash riwayat akan laknat yang tidak nikah mut'ah..
è Emilia:

Makanya dibaca dong, ustad.. Kan MUT'AH ITU JENIS-JENIS PERNIKAHAN dalam Islam yang tertulis dalam al-Qur'an, sehingga syarat-syaratnya sama dengan nikah daim juga. Sebagai istri tentu saya tidak bisa nikah mut'ah dan YA, BUAT SAYA NIKAH MUT'AH ITU HARAM KARENA SAYA ISTRI ORANG. Sebagaimana DAGING KAMBING juga HARAM buat orang yang sakit darah tinggi dll, misalnya.
" Juga Jika anda menyatakan ada syariat mut'ah, kenapa anda malah tidak mau mut'ah ?? " - Ya karena secara syar'i, nikah mut'ah tidak bisa dilakukan seorang istri yang bersuami
"Sedangkan dengan jelas, ada nash riwayat akan laknat yang tidak nikah mut'ah.." _ saya tidak pernah menemukan tuh, riwayat laknat untuk yang tidak nikah mut'ah. mohon dibuktikan
è Al Amiry:
Perkataan anda wahai Emilia: “Ya, nikah mut’ah itu haram karena saya istri orang, Ya karena secara syar'i, nikah mut'ah tidak bisa dilakukan seorang istri yang bersuami”.
Maka kami tanggapi: Tadi anda, katakan bahwasanya anda tidak melakukan nikah mut’ah karena “semua yang halal tidak wajib dilakukan” sekarang anda malah beralasan “karena saya istri orang”.
Berganta-ganti alasan kah ??
Thayyib, kedua-duanya akan kami jawab.
Adapun Alasan Emilia yang pertama: “Semua yang halal tidak wajib dilakukan”.
Maka tanggapan kami: Ini sudah kami, jawab. Yang dipermasalahkan dalam tema “bukan halal atau tidak halalnya mut’ah”. Akan tetapi yang jadi masalah adalah “nikah mut’ah bukan hanya sekedar halal dalam ajaran syiah akan tetapi wajib”. Karena ada hukuman bagi orang yang tidak melakukan nikah mut’ah, seperti dilaknat dan kemaluannya akan terpotong pada hari kiamat.
Adapun alasan Emilia yang kedua: “YA, BUAT SAYA NIKAH MUT'AH ITU HARAM KARENA SAYA ISTRI ORANG, Ya karena secara syar'i, nikah mut'ah tidak bisa dilakukan seorang istri yang bersuami”
Maka tanggapan kami: “Justru, ulama anda sepakat akan kebolehan nikah mut’ah bagi seorang wanita yang sudah nikah alias sudah punya suami”. Disebutkan dalam kitab syiah:
يجوز للمتزوجة ان تتمتع من غير أذن زوجها ، وفي حال كان بأذن زوجها فأن نسبة الأجر أقل ،
شرط وجوب النية انه خالصاً لوجه الله
“Diperbolehkan bagi seorang istri untuk bermut’ah (kawin kontrak dengan lelaki lain) tanpa izin dari suaminya, dan jika mut’ah dengan izin suaminya maka pahala yang akan didapatkan akan lebih sedikit, dengan syarat wajibnya niat bahwasanya ikhlas untuk wajah Allah” Fatawa 12/432
Jadi, adanya jalaluddin atau tidak adanya jalaluddin itu bukanlah masalah bagi anda untuk nikah mutah lagi menurut ajaran syiah. Akantetapi menagapa anda malah berpegang teguh tidak mau mut’ah sedangkan ada ancamannya ??
Dan perktaan anda wahai Emilia: “Saya tidak pernah menemukan riwayat yang melaknat orang yang tidak nikah mut'ah. mohon dibuktikan”
Maka kami tanggapi: “Thoyyib, akan kami buktikan riwayat yang melaknat orang yang tidak melakukan nikah mut’ah” Disebutkan dalam salah satu kitab syiah:
أن الملائكة لا تزال تستغفر للمتمتع وتلعن من يجنب المتعة إلى يوم القيامة
"Bahwasanya malaikat akan selalu meminta ampun untuk orang yang melakukan nikah mutah dan melaknat orang yang menjauhi nikah mutah sampai hari kiamat" Jawahir Al kalam 30/151
Riwayat lainnya:
أن المتعة من ديني ودين آبائي فالذي يعمل بها يعمل بديننا والذي ينكرها ينكر ديننا بل إنه يدين بغير ديننا. وولد المتعة أفضل من ولد الزوجة الدائمة ومنكر المتعة كافر مرتد
"Nikah mutah adalah bagian dari agamku dan dagama bapak-bapakku dan orang yang melakukan nikah mutah maka dia mengamalkan agama kami, dan yang mengingkari nikah mutah dia telah mengingkari agama kami, dan anak mutah lebih utama dari anak yang nikah daim dan yang mengingkari mutah kafir murtad” Minhaj Ash Shodiqin hal. 356
Kasihan kalau pembesar syiah tidak mengetahui fatwa seperti ini.
Karena sudah ada fatwa ittifaq dari ulama-ulama syiah akan kebolehan istri bermutah tanpa izin suami, maka mengapa anda tidak melakukan mut’ah ?? Sedangkan sudah ada jelas nash riwayat yang melaknat orang yang tidak ingin mut’ah.
Kami ulangi riwayat yang sudah disebutkan paling atas akan ancaman syiah yang tidak melakukan nikah mut'ah:
مَنْ خَرَجَ مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَتَمَتَّعْ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُوَ أَجْدَعُ
"Barang siapa yang keluar dari dunia (wafat) dan dia tidak nikah mut'ah maka dia datang pada hari kiamat sedangkan kemaluannya terpotong" Tafsir manhaj ash shadiqin 2/489
===================================
Lama tidak dijawab olehnya, akhirnya Emilia lari dari tema pembahasan. (Entah apa yang membawanya lari dari tema pembahasan)

è Emilia berkata:
MANA LEBIH AFDOL ANTARA PERNYATAAN UMAR DENGAN AYAT TSB DI BAWAH INI ?
BUATAN UMAR : Aṣ-ṣhalātu khayru min an-naūm [ Solat itu lebih baik dari tidur ]
Al `Ankabuut 29:45
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
RIWAYAT UMAR MERUBAH AZAN SUBUH
dirawikan oleh Imam Malik dalam kitab Al-Muwattha', pada bab "Tentang Seruan Untuk Shalat", bahwa muazin mendatangi Umar bin Khaththab untuk memberitahu tentang tibanya waktu shalat Subuh. Ketika dijumpainya Umar masih tidur, si muazin berkata: "Ash-shalatu khayrun min an-naum". Maka Umar memerintahkan agar kalimat itu dimasukkan ke dalam azan Subuh.
Shahih Al-Bukhari (Bab "Azan") atau permulaan Bab "Shalat" (Pasal tentang sifat atau cara Azan) dari Shahih Muslim
Khalifah Umar adalah orang yang pertama yang menambahkan perkataan
"al-Solah Khairun mina n-Naum." Ianya tidak dilakukan oleh Rasulullah
SAWA.[al-Halabi, al-Sirah, hlm.110]
Al-'Allamah Az-Zarqani — ketika sampai pada hadis ini dalam Syarh Al-Muwattha' — menulis sebagai berikut: Berita tentang ini dikeluarkan oleh Ad-Daruquthni dalam Sunan-nya yang dirawikan melalui Waki' dalam kitabnya, Al-Mushannaf, dari Al-'Amri, dari Nafi', dari Ibn Umar, dari Umar bin Khaththab.
Az-Zarqani menulis selanjutnya: Ad-Daruqutni juga merawikannya dari Sufyan, dari Muhammad bin 'Ajlan, dari Nafi', dari Ibn Umar bahwa Umar berkata kepada muazin: "Jika engkau sudah menyerukan Hayya 'alal-falah di waktu azan Subuh, maka katakanlah: Ash-shalatu khayrun min an-naum (dua kali)."
è Al Amiry:
Beginilah, percumanya kalau dialog bersama syiah. Lari dari tema karena gak bisa jawab.
Adapun riwayat "AshSholatu khoirun minan naum” dalam shalat shubuh itu bukan Umar bin Khottob     yang buat melainkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Adapun kalau Umar yang buat, maka sah-sah saja.. Karena sunnah khulafa ar rasyidin harus dipegang. Rasulullah bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
"Maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnah ku dan sunnah khulafaur rasyidin yang diberi petunjuk. Dan berpegang teguhlah dan gigitlah dengan gigi graham kalian" HR Tirmidzi abu dawud dll
Adapun riwayat tadi, maka bukan Umar radhiyallahu anhu yang membuatnya. Tapi langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lihat riwayat ini:
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي مَحْذُورَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي سُنَّةَ الْأَذَانِ؟، قَالَ: فَمَسَحَ مُقَدَّمَ رَأْسِي، وَقَالَ: " تَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، تَرْفَعُ بِهَا صَوْتَكَ، ثُمَّ تَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، تَخْفِضُ بِهَا صَوْتَكَ، ثُمَّ تَرْفَعُ صَوْتَكَ بِالشَّهَادَةِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، فَإِنْ كَانَ صَلَاةُ الصُّبْحِ قُلْتَ: الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ، الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ "،
"Dari Muhammad bin abdil malik, bin Abi mahdzurah dari bapaknya dari kakenya. Dia berkata: Wahai Rasulullah ajarkan aku sunnahnya azan. Rasul bersabda: Kamu katakan: Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar Allahu akbar.. Asyhadu an laa ilaaha illallah.. (hingga lafadz azan  yang terkahir yang ada dalam riwayat) Kemudianpada akhir hadits, Rasulullah bersabda: Jika kamu dalam shalat shubuh, maka katakanlah Ash sholatu khoirun minan naum, ashhaltu khoirun minan naum, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laailaaha Illalah" HR Abu Dawud
Lihat akhir hadits diatas. Jadi sangat jelas bukan Umar yang membuat-buat, akan tetapi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Jadi anda jangan lari cerita.. Tema yang pertama saja belum anda tuntaskan sudah mau lari cerita.
===============
Lama tidak dijawab oleh Emilia, maka kami katakan:
è Al Amiry:
Ikhtitam (Penutupan) dari ana:
"Karena tidak ada tanggapan lagi dari emilia renita, dan karena jawabannya wara-wari. Gak pernah connect dan lari-lari tema karena gak bisa jawab. Yang dari awal sampai akhir, lari cerita terus bahkan bertentangan dengan fatwa ittfaq dari ulama syiah.
Bahkan, malah lari cerita ke Azan.. Sangat miris, jika dialog sama mereka yang seperti ini. Tidak pernah fokus dan selalu locat-loncat. Padahal dulu, dia sendiri yang minta dialog agar fokus pada tema dan gak loncat-loncat. Ternyata dia sendiri yang melanggar permintaannya.
Maka karena waktu sudah larut, kami hendak off. Walhasil, ternyata dialog yang kami lakukan berjam-jam tidak membuah kan hasil yang jelas dari Emilia.. Bahkan sikap Emilia sangat bertentangan dengan nash-dan ulama-ulama syiah.
Inilah bukti tidak konsekuennya dia dalam ajaran syiah, itulah sebab taqiyyah yang ada dalam syariat syiah. Jadi biasakanlah selalu jujur dan jangan selalu bohong, Karena kebohongan juga akan kecium bau busuknya dan ujung-ujungnya akan mengundang kontradiktif.
Akhir kalam, ana hendak off. Dan para penonton dan penyimak sangat bisa mengambil faidah dan bisa menilai mana yang benar dan mana yang koneskuen dan mana yang tidak.
Jazakumullah khoiran atas perhatian antum semua. Insya Allah dialog akan segera diterbitkan dan disusun dalam website "Kajian Al Amiry". Wassalam alaikum Ya ikhwaanii Al Kiraam. Baarokallahu fiikum ikhwaanii As Sunniyyin.
===============
è Emilia:
“Ma'aaf internet mati, jadi baru bisa nyambung lagi sekarang. Tapi saya sudah menjawab semua yang ditanyakan , dan TIDAK menjawab beberapa fitnah yang dituduhkan juga pertanyaan yang mengulang-ulang. Kalau saya memberikan artikel tentang azan sebetulnya untuk menyentil mereka yang juga memberikan kepada buku SD, gambar kaos dll yang sebetulnya ga related ke perbincangan kita. Masa mereka bisa, saya ga bisa? Ga nyambungnya saya, hanya supaya kalian juga introspeksi betapa ga nyamannya, diskusi dengan adab seperti itu. Terima kasih kepada kalian yang menghormati majelis ilmu ini terutama Ust yang memfasilitasi diskusi ini dan semua yang mendoakan saya.. Doa yang sama dari saya untuk semua. Terima kasih. Allahummuwaffiq..”
Selesai dialog..
Beberapa komentar dari orang lain dalam dialog:
è Beneer-bener diskusi keren,,!!! Ujung-ujungnya Ibu Syiah pusing mau jawab apa,,akhirnya mencong sana mencong sini,,kpan-kapan kita lanjut lagi,,tapi penonton hendaknya menyimak saja,,jangan banyak Comment,,yo...!!!
è “Saya saat ini ada di majelis bersama sekitar 20an orang rekan saya sedang menyimak. Dan kami bersama guru kami sependapat.. Syi'ah memang bodoh”
è Gini aja teman-teman, gimana kalau di adakan dialog di darat,  Ustad Al Amiry vs Emilia Renita Az laknatulloh, insya Alloh ana siap menangung biayanya. Gimana antum-antum semua setuju?
è “Terbukti hanya orang-orang bodoh dan Tolol saja yg mau termakan rayuan agama abal-abal syiah laknatulah ini...sekian dan terima gajih!!!”
è “Satu satu bunda selesaikan... Jangan mengalihkan tema pembahasan yg belom Kelar... Jangan kayak anak smp bu, ...”
è Alhamdulillah, saya sudah sukses melaksanakan nikah mut'ah, sekali langkah belasan tahun tak berakhir... semoga setiap muslim sukses melaksankan amaliah syar'i' yang menjadi hak dan pilihannya. Seandainya Saudara Al-Amiry membuka hatinya untuk mengimani Islam Muhammadi yang syari'atnya terbukti oetentik-valid-teruji, tentu saudara2 seiman tidak akan memaksa Sdr Al-Amiry untuk melaksanakan amaliah apapun yg tidak wajib, dan juga tidak akan pernah menghalanginya untuk melaksankan amaliah yg tidak haram..” (komentar dari syiah)
è Kalau anda ingin berdebat dengan pembesar syiah panggil dulu pembesar dari kalangan anda, kalau menanggapi saya saja anda sudah ketar ketir apalagi menanggapi pembesarnya. Ilmu itu sesuai tingkatan dan anda bahkan belum bisa membedakan halal dan wajib. (Komentar dari syiah yang kepanasan karena Al Amiry hanya menanggapi Emilia Renita adapun dia selalu dicuekin oleh Al Amiry kecuali hanya beberapa kali)
è Hahaha...!!! Alfan Arrasuli menganggap Ustad Al-Amiry ketar ketir menjawab pertanyaannya.... Padahal, justru ustadz Al-Amiry MALU dan JIJIK untuk jawab pertanyaan si Arrasuli yang HANYA SYEITHON yang bisa pahami
è “Aduh..jangan ganti topik dulu dong bunda.. Sat usatu diselesaikan dulu sampai tuntas..tas..jangan nggantung gini dunk...apa ini salah satu strategi ngeles ya?”
è “Pritt priit..! satpam lewat..! yang lain diem ajj..!! atau banned.wkwkwk”
è “Pernyataan Bu Emilia Renita Az diatas kontadiktif dengan pernyataan yang telah lalu. Yaa ikhwah, jangan memperkeruh suasana. Biarkan mereka berdua (Ustadz Al-Amiry dan Bu Emilia) berdiskusi”.
è Ibarat anak sekolah yang lagi ngerjain test essay, yang penting lembar jawaban penuh dengan tulisan..nggak penting jawabanya nyambung apa enggak, menjawab pertanyaan apa enggak, bener apa enggak tp yg penting penuh tulisan...*jangan-jangan tulisannya juga cuma copy paste lagi”
è “Yang menjaga iffahnya itu lohh.. kok di tanya sudah mut'ah berapa kali di bilang fitnah, seharusnya bangga sebagai syiah .. hhe
è Ibu Renitaa.. kok malah kemana-mana jawabannya ?? Malah anda bertanya diluar tema ??? Kan anda sebagai IBUNDA PARA PENGIKUT SYIAH.. Mohon jawab dengan JELAS dan TEGAS pertanyaan dari ustadz Al-amiry, semua orang akan menilai setiap jawaban dan argumen anda, semoga setiap orang yang membaca ini akan terbuka mata hati dan pikirannya APA dan BAGAIMANA SYIAH SEBENARNYA..
è Nyimak* Tapi pasti sudah memprediksi endingnya. Syiah pasti mbulet dan ujung2nya kabur kaya yg sudah-sudah. Dengan alasan debat tidak ada manfaatnya”
è “Baik nya semua diam,biarkan debat one by one. Ane pusing ni ol di hp. Sayang kalau dilewatkan debat ini”
è “Bantahnya yang ilmiah dong, jangan cuma bantah bilang itu fitnah, ini fitnah, tapi lihat sendiri di kitab2 syiah anda, jangan2 anda gak pernah baca kitab2 ulama anda sendiri, karen sibuk mencari2 dalil di kitab sunni, dan ditafsirkan dengan penafsiran yahudi .. hehe”
è BAIK BAGI SEMUANYA, JANGAN KOMENTAR LAGI, DAN ARRASULI JANGAN DITANGGAPI.... BIARKAN USTADZ AL-AMIRY BERBICARA KEPADA DEDENGKOT SYI'AH SI RENITA ITU, BIAR SEMAKIN JELAS KEBENARAN DAN KEBATHILAN....
è Masak yang di ajak diskusi ini betul istri jalaludin rahmat... (kok tu la lit banget...) gitu.. hehhee...
è Ini yang diajak diskusi Emilia Renita Az Ratu Syi'ah apa anak PAUD ya? Jawabanya wara wiri.
è Penutup saya untuk Emilia Az > Teruslah anda menebarkan kesesatan anda dengan menerbitkan buku-buku anda, di saat itu pula SAYA akan jauh lebih gencar memperingati MANUSIA INDONESIA akan bahaya anda dan suami anda...! Jika anda hanya bisa melalui buku. Saya, selain lewat buku, akan juga melalui dakwah langsung.
è Apa nya yg nggak menarik wahai pak Abdi Mahdi (Abdi Mahdi adalah orang syiah)? diskusinya ya? ya jelas nggak menarik lah..Lha wong jawabanya muter-muter nggak karu-karuan kayak gitu..nunggunya aja udah beberapa hari yg lalu, eh tanggapanya nggak memuaskan...tapi sebagai penonton yg smart pasti udah taulah..udah bisa menilai mana yg haq dan yang bathil...
è Padahal cemilan masih banyak nih...... Capek deh!!!! terima kasih Ustdz Muhammad Abdurrahman Al Amiry
è Yah,,, bu Emil. Ustadz Al amiry dah Off, anda baru muncul.. Telat. jazakallah Ustadz Al amiry.. atas penyampaian ilmunya. ana tunggu kelanjutannya. Barakallahufiikum.
è Harusnya kalo diskusi gini face to face ya..biar nggak ada alasan buat 'ngeles' atau ngabur..dari tadi ditungguin nggak nongol-nongol. Eh giliran dah kelar baru nongol...taqiyah oh taqiyah... *
è Persoalan nikah Mut'ah gak usah jauh jauh di FB ini dulu ada yg nikah mut'ah...nama akun nya jjihad ali dan sang cewek akun nya UUT Utami..kedua akun ini udah hilang   kenapa bisa hilang? maluuuuu!! kok bisa Malu? karena kebongkar ama gw !! kok gw bisa bongkar?? karena gw mengunakan ilmu Taqiyah ala syion juga ceritanya begini ::: UUt utami sengaja gw dekati,hingga kenalah hati nya menganggap gw sebagai teman nya,dia bercerita semua,kadang kita inbox-inboxan sampai malam... dan puncak nya adalah UUT utami dengan kepercayaan nya kpd gw bercerita bahwa dia baru saja melangsungkan nikah mut'ah via phone dengan akun JJIHAD ALI( yg org syiah disebut ustad) ...pengakuan nya gw SS dan demi Alloh gak ada rekayasa apalagi fitnah !!! uut mengakui bahwa dia menikah mut'ah via phone....semenjak SS nya gw tayangin secara jelas di publik FB uut marah super pakai bangattttt.merasa dilecehkan !! pertanyaan nya : kalau nikah mut'ah itu bernilai ibadah kok merasa dilecehkan?  . seharus nya bangga donk !! dah melakukan sebuah kebajikan ...tapi ini malah kebalik doi malu hingga menonaktifkan akun nya sendiri,Mngkin Si istri jalaludin no rahmat ini pasti taulah si UUT LOL (Kisah orang yang nikah mut’ah akan tetapi malu tatkala ketahuan oleh orang banyak)
è Dakwah sudah disampaikan oleh ustadz Muhammad Al Amiry, maka kita sebagai penuntut ilmu ,Mari kita Bantu dengan doa... Doakan ibu Emilia Renita Az ini agar diberi hidayah oleh Alloh Dan menjadi ahlus sunnah yang kelak memerangi syiah ...bukan Hal yang mustahil saudaraku..karena tidak Ada yg mustahil ketika Alloh sudah berkehendak... Doakan beliau ibu emilia renita disetiap waktu mustajab... Doakan agar hidayah menyapa nya... Dan doa ku untuk mu wahai ustadz Muhammad abdurrahman ..smoga Alloh menjaga antum Dan memberkahi ilmu antum...
===============
Walhasil, Emilia tetap terjatuh dalam salah satu dari 2 kesalahan. 
Kesalahan peratama: Menghalalkan mut'ah (walaupun perkataannya kontradiktif dengan perkataan yang kemarin)
Kesalahan kedua: Tidak mau nikah mut'ah yang mana ajaran syiah jelas mengancam penganutnya yang tidak melakukan nikah mut'ah.
Kesalahan pertama diancam oleh sunni, kesalahan kedua diancam oleh syiah. Dan sampai sekarang Emilia Renita Az tidak memiliki mauqif (sikap) yang jelas dan tegas untuk memilih salah satu dari keduanya. 
Sekian.. Anda semua dapat melihat mana yang haq dan mana yang bathil. Sehingga hatilah-hatilah wahai saudaraku akan bahaya dan kesesatan syiah. Karena kedunguan syiah adalah penyakit yang sangat memalukan. Bentengi kelurga kita semua dengan benteng keimanan yang kuat.
Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad. 

PenulisMuhammad Abdurrahman Al Amiry

Artikel
alamiry.net (Kajian Al Amiry)


Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.


Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
 
__________________________________

Jawaban:
Kedustaan Pertama
Al Amiry menanyakan kepada Emilia pernahkah ia melakukan mut’ah atau sudah berapa kali ia melakukan mut’ah. Pertanyaan ini dijawab oleh Emilia bahwa dalam mazhab Syi’ah hukum nikah mut’ah itu halal tetapi tidak semua yang halal itu wajib atau harus dilakukan.

Kemudian Al Amiry menjawab bahwa dalam Syi’ah nikah mut’ah itu bukan sekedar halal tetapi wajib karena ada riwayat Syi’ah yang mengancam orang yang tidak melakukan nikah mut’ah. Berikut riwayat yang dimaksud sebagaimana dikutip oleh Al Amiry

مَنْ خَرَجَ مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَتَمَتَّعْ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُوَ أَجْدَعُ

Barang siapa yang keluar dari dunia (wafat) dan dia tidak nikah mut’ah maka dia datang pada hari kiamat sedangkan kemaluannya terpotong” Tafsir manhaj ash shadiqin 2/489
Kami tidak memiliki kitab Tafsir Manhaj Ash Shadiqiin Al Kasyaaniy [dan kami ragu kalau si Amiry memiliki kitab tersebut] tetapi riwayat di atas dapat dilihat dari scan kitab tersebut yang dinukil oleh salah satu situs pembenci Syi’ah disini http://jaser-leonheart.blogspot.com/2012/05/sekilas-tentang-keutamaan-kawin-kontrak.html
*****

Sekilas Tentang Keutamaan Kawin Kontrak [Mut'ah] Agama Syi'ah

Disebutkan oleh dedengkot besar mereka, Al-Qummiy, dalam kitabnya Al-Muqni seperti berikut
لم يكلمها كلمة إلا كتب الله تعالى له بها حسنة، ولم يمد يده إليها إلا كتب الله له حسنة، فإذا دنا منها غفر الله تعالى له بذلك ذنبا، فإذا اغتسل غفر الله له بقدر ما مر من الماء على (شعره بعدد كل) شعره

"Tidaklah dia (orang yang melakukan mut'ah) berbicara dengannya (perempuan yang dimut'ah) satu kalimah melainkan Allah memberikan kepadanya satu kebaikan. Tidaklah dia menghulurkan tangannya kepadanya melainkan Allah menuliskan untuknya satu kebaikan. Bila dia menghampiri perempuan itu (bersetubuh), maka Allah Ta’ala mengampunkannya dengan perbuatan tersebut. Bila ia mandi, maka Allah mengampunkannya sebanyak air yang mengalir di atas bulunya (sebanyak jumlah bulunya)."

Lalu dia (Al-Qummiy) menambahkan secara dusta kembali riwayat bahwasanya Malaikat Jibril 'Alaihis Salam menjumpai Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam, kemudian berkata :

يا محمد إن اللّه تبارك وتعالى يقول:أني قد غفرت للمتمتعين من أمتك من النساء

Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah Ta'ala  berfirman: "Sesungguhnya Aku telah mengampuni orang-orang yang melakukan nikah mut'ah pada umatmu dari kalangan wanita"

Scan of Al-Muqni


Mirip dengan riwayat keji di atas, juga terdapat dalam kitab mereka yang lain yaitu Mustadrak al-Wasail, hal. 452 oleh Ath-Thibrisi. Dijelaskan tentang keutamaan dan pahala yang diperoleh orang yang melakukan mut'ah. (Riwayat no. 17257), dia menyandarkan riwayat tersebut secara dusta kepada Imam Al-Baqir seperti berikut :

 للمتمتع ثواب؟ قال: إن كان يريد بذلك الله عز وجل ، وخلافا لفلان ، لم يكلمها كلمة إلا كتب الله تعالى له بها حسنة، ولم يمد يده إليها إلا كتب الله له حسنة، فإذا دنا منها غفر الله تعالى له بذلك ذنبا، فإذا اغتسل غفر الله له بقدر ما مر من الماء على شعره، قلت: بعدد الشعر؟ قال: نعم بعدد الشعر 

"Adakah orang yang melakukan mut’ah mendapat pahala? Dia (Al-Baqir) menjawab: "Jika dia melakukannya (mut'ah) karena Allah 'Azza wa Jalla  dan menyelisihi si fulan, maka Tidaklah dia (orang yang melakukan mut'ah) berbicara dengannya (perempuan yang dimut'ah) satu kalimah melainkan Allah memberikan kepadanya satu kebaikan. Tidaklah dia menghulurkan tangannya kepadanya melainkan Allah menuliskan untuknya satu kebaikan. Bila dia menghampiri perempuan itu (bersetubuh), maka Allah Ta’ala mengampunkannya dengan perbuatan tersebut. Bila ia mandi, maka Allah mengampunkannya sebanyak air yang mengalir di atas bulunya. Aku (perawi) berkata: “Sebanyak jumlah bulu? Dia menjawab: “Ya! Sebanyak jumlah bulu"

Kemudian pada riwayat no. 17258 yang disandarkan secara dusta kepada Imam Ash-Shadiq, ia berkata:

إن الله عز وجل حرم على شيعتنا المسكر من كل شراب وعوضهم من ذلك المتعة 

"Sesungguhnya Allah 'Azza Wa Jalla mengharamkan setiap minuman yang memabukkan atas Syi'ah kami, dan menggantinya dengan mut'ah."

Kemudian riwayat no. 17259 yang disandarkan secra dusta kembali kepada Al-Baqir, ia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Ketika Aku di-Isra-kan ke langit, Jibril menemuiku, lalu berkata:

  يا محمد إن الله تبارك وتعالى يقول: أني قد غفرت للمتمتعين من أمتك من النساء 

''Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah 'Azza Wa Jalla  berfirman: "Sesungguhnya Aku telah mengampuni orang-orang yang melakukan nikah mut'ah pada umatmu dari kalangan wanita"

Scan of Mustadrak Al-Wasail



Disebutkan pula dalam Tafsir Minhajus Shadiqin oleh dedengkot Fathullah Al-Kasyani seperti berikut :

من‌ تمتع‌ مرة واحدة عتق‌ ثلاثة ‌من‌ النار و ‌من‌ تمتع‌ عتق‌ ثلثاه‌ ‌من‌ النار و ‌من‌ تمتع‌ ثلث‌ مرات‌ عتق‌ كله‌ ‌من‌ النار

"Barangsiapa melakukan mut'ah sekali dimerdekakan sepertiganya dari api neraka, barangsiapa melakukan mut'ah dua kali dimerdekakan dua pertiganya dari api neraka dan barangsiapa yang melakukan mut’ah tiga kali dimerdekakan total dirinya dari neraka."

من‌ تمتع‌ مرة امن‌ ‌من‌ سخط الجبار و ‌من‌ تمتع‌ مرتين‌ حشر ‌مع‌ الأبرار و ‌من‌ تمتع‌ ثلث‌ مرات‌ زاحمني‌ ‌في‌ الجنان

"Barangsiapa yang melakukan nikah mut'ah sekali maka dia telah selamat dari murka Allah Yang Maha Perkasa, barangsiapa melakukannya dua kali maka akan dikumpulkan bersama orang-orang yang berbakti dan barangsiapa yang melakukannya tiga kali maka akan berdesakan denganku (Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam) di Surga"

من‌ تمتع‌ مرة درجته‌ كدرجة الحسين‌ و ‌من‌ تمتع‌ مرتين‌ درجته‌ كدرجة الحسن‌ و ‌من‌ تمتع‌ ثلث‌ مراءة درجته‌ كدرجة ‌علي‌ و ‌من‌ تمتع‌ أربع‌ مرات‌ درجته‌ كدرجتي

"Barangsiapa melakukan mut'ah satu kali, maka derajatnya sama seperti derajat Al-Husain. Barangsiapa melakukan mut'ah dua kali, maka derajatnya sama seperti derajatnya Al-Hasan. Barangsiapa melakukan mut'ah tiga kali, maka derajatnya sama seperti derajat 'Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa melakukan mut'ah empat kali, maka derajatnya sama seperti derajatku (Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam)."

من‌ خرج‌ ‌من‌ الدنيا و ‌لم‌ يتمتع‌ جاء يوم القيامة و ‌هو‌ اجدع

"Barangsiapa meninggalkan dunia (mati) dan dia belum pernah melakukan mut'ah, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan hidungnya kepotong"

أن المتعة من ديني ودين آبائي، فالذي يعمل بها يعمل بديننا والذي ينكرها ينكر ديننا، بل إنه يدين بغير ديننا، وولد المتعة أفضل من ولد الزوجة الدائمة، ومنكر المتعة كافر مرتد

"Sesungguhnya mut'ah itu adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Barangsiapa mengamalkannya maka ia mengamalkan agama kami dan yang mengingkarinya maka ia mengingkari agama kami, bahkan ia memeluk agama selain agama kami. DAN ANAK HASIL MUT'AH LEBIH UTAMA DARIPADA ANAK DARI ISTRI DA'IM. Dan yang mengingkari mut’ah adalah kafir murtad"

Scan of Tafsir Minhajush Shadiqin





Welcome To Shia World !! Here you can get your toyz like women for your bed !!
Competing In The Pursuit of Reward and The Glory !
After (you) satisfied, you can throw them away As mentioned Kulaini Az-Zindiq that they are just TOYZ and RENTED!

 *****



Nampak bahwa riwayat tersebut dinukil oleh Al Kasyaaniy dalam kitabnya tanpa menyebutkan sanad. Artinya riwayat tersebut tidak bisa dijadikan hujjah sampai ditemukan sanad lengkapnya dan dibuktikan dengan kaidah ilmu mazhab Syi’ah bahwa sanad tersebut shahih.

Salah seorang ulama Syi’ah yaitu Syaikh Aliy Alu Muhsin dalam kitabnya Lillah Wa Lil Haqiiqah 1/193 pernah berkomentar mengenai salah satu riwayat lain dalam kitab Tafsir Manhaj Ash Shadiqqin:


Nukilan di atas menyebutkan bahwa hadis yang disebutkan Al Kasyaaniy tidak disebutkan dalam kitab hadis Syi’ah yang ma’ruf [dikenal] dan Al Kasyaniy menukilnya tanpa menyebutkan sanadnya dari Risalah tentang Mut’ah oleh Syaikh Aliy Al Karkiy.

Jika situasinya dibalik misalkan Emilia berhujjah dengan riwayat tanpa sanad dalam salah satu kitab tafsir ahlus sunnah maka saya yakin Al Amiry akan membantah dengan sok bahwa riwayat tersebut tidak bisa dijadikan hujjah karena tidak ada sanadnya. Maka tidak diragukan bahwa pernyataan Al Amiry kalau Syi’ah mewajibkan penganutnya melakukan mut’ah dan mengancam yang tidak melakukannya adalah kedustaan atas nama Syi’ah.

علي بن إبراهيم، عن أبيه، عن ابن أبي عمير، عن علي بن يقطين قال: سألت أبا الحسن موسى (عليه السلام) عن المتعة فقال: وما أنت وذاك فقد أغناك الله عنها، قلت: إنما أردت أن أعلمها، فقال: هي في كتاب علي (عليه السلام)، فقلت: نزيدها وتزداد؟ فقال: وهل يطيبه إلا ذاك

‘Aliy bin Ibrahim dari Ayah-nya dari Ibnu Abi ‘Umair dari ‘Aliy bin Yaqthiin yang berkata aku bertanya kepada Abul Hasan Muusa [‘alaihis salaam] tentang mut’ah. Maka Beliau berkata “ada apa kamu terhadapnya [mut’ah], sungguh Allah telah mencukupkanmu darinya [hingga tidak memerlukannya]”. Aku berkata “sesungguhnya aku hanya ingin mengetahui tentangnya”. Beliau berkata “itu [mut’ah] ada dalam kitab Aliy [‘alaihis salaam]. Maka aku berkata “apakah kami dapat menambahnya [mahar] dan wanita dapat menambah [waktunya]”. Beliau berkata “bukankah ditetapkannya [aqad mut’ah] kecuali dengan hal-hal tersebut” [Al Kafiy Al Kulainiy 5/452].

*****

7 - الحسين بن محمد، عن أحمد بن إسحاق، عن سعدان بن مسلم، عن عبيد بن زرارة، عن أبيه، عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: ذكرت له المتعة أهي من الأربع؟ فقال: تزوج منهن ألفا فإنهن مستأجرات.
(باب) * (أنه يجب ان يكف عنها من كان مستغنيا) * 1 - علي بن إبراهيم، عن أبيه، عن ابن أبي عمير، عن علي بن يقطين قال: سألت أبا الحسن موسى (عليه السلام) عن المتعة فقال: وما أنت وذاك فقد أغناك الله عنها، قلت: إنما أردت أن أعلمها، فقال: هي في كتاب علي (عليه السلام)، فقلت: نزيدها وتزداد؟ فقال: وهل يطيبه إلا ذاك. (1) 2 - علي بن إبراهيم، عن المختار بن محمد المختار، ومحمد بن الحسن، عن عبد الله ابن الحسن العلوي جميعا، عن الفتح بن يزيد قال: سألت أبا الحسن (عليه السلام) عن المتعة فقال:
هي حلال مباح مطلق لمن لم يغنه الله بالتزويج فليستعفف بالمتعة (2) فإن استغنى عنها

(١) أي هل يطيب المستغنى بالتزويج الا استغناؤه به أو يقال: معناه هل يطيب من أراد ان يعلمها الا كونها في كتاب على (عليه السلام) أي يكفيه هذا. (كذا في هامش المطبع) وفى المرآة: (وهل يطيبه) الضمير راجع إلى عقد المتعة ومراد السائل أنه يجوز لنا بعد انقضاء المدة ان نزيدها في المهر وتزداد المرأة في المدة أي تزويجها بمهر آخر مدة أخرى من غير عدة وتربص فقال (عليه السلام):
العمدة في طيب المتعة وحسنها هو ذلك فإنه ليس مثل الدائم بحيث يكون لازما له كلما عليه بل يتمتعها مدة فان وافقه يزيدها والا يتركها وعلى هذا يحتمل أن يكون ضمير يطيبه راجعا إلى الرجل أي هذا سبب لطيب نفس الرجل وسروره بهذا العقد ويحتمل أن يكون المعنى لا يحل ولا يطيب ذلك العقد الا ذكر هذا الشرط فيه كما ورد في خبر الأحول في شروطها فان بدا لي زدتك وزدتني ويكون محمولا على استحباب ذكره في ذلك العقد وفى بعض النسخ [نريدها ونزداد] أي نريد المتعة ونحبها ونزداد منها فقال (عليه السلام): طيبه والتذاذه في اكثاره.
(٢) فيه اشعار بأن المراد بالاستعفاف في قوله تعالى. (فليستعفف الذين لا يجدون نكاحا - الآية -) الاستعفاف بالمتعة. (آت)
 
(٤٥٢)

*****
Riwayat tersebut sanadnya shahih di sisi mazhab Syi’ah, para perawinya tsiqat sebagaimana berikut
  1. Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]
  2. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]
  3. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
  4. ‘Aliy bin Yaqthiin seorang yang tsiqat jalil memiliki kedudukan yang agung di sisi Abu Hasan Muusa [‘alaihis salaam] [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 154 no 388]
Matan riwayat justru mengsiyaratkan tidak ada kewajiban dalam melakukan mut’ah dan tidak ada ancaman bagi yang tidak melakukannya. Hujjahnya terletak pada lafaz “ada apa kamu terhadapnya [mut’ah], sungguh Allah telah mencukupkanmu darinya” artinya si penanya tidak perlu melakukannya karena Allah telah mencukupkan dirinya [sehingga ia tidak memerlukan mut’ah]. Maksud mencukupkannya disini adalah telah memiliki istri. Kalau memang mut’ah itu wajib bagi setiap penganut Syi’ah dan mendapat ancaman bagi yang tidak melakukannya maka bagaimana mungkin Imam Syi’ah tersebut mengatakan lafaz yang demikian.
Berdasarkan riwayat di atas maka dalam mazhab Syi’ah hukum nikah mut’ah itu halal atau mubah dan tidak ada masalah bagi mereka yang tidak melakukannya karena memang tidak memerlukannya. Tidak ada dalil shahih di sisi Syi’ah mengenai kewajiban mut’ah dan ancaman bagi yang tidak melakukannya.

Memang Al Amiry bukan orang pertama yang berdusta atas nama Syi’ah dengan riwayat Al Kasyaniy dalam Tafsir Manhaj Ash Shaadiqin tersebut, sebelumnya sudah ada ustad salafiy [yang sudah cukup dikenal] yang melakukannya yaitu Firanda Andirja dalam salah satu tulisannya disini. ( http://www.firanda.com/index.php/artikel/30-sekte-sesat/580-kemaluan-buntung-terpotong-demikian-ahlus-sunnah-dibangkitkan-pada-hari-kiamat-di-mata-kaum-syi-ah)
*****
Kategori: Sekte Sesat Diterbitkan pada 19 November 2013 Klik: 13739


Meskipun agama Syi'ah adalah agama yang tidak masuk akal, penuh dengan khurofat, kontradiktif, dan kekonyolan serta banyolan-banyolan…, akan tetapi agama syi'ah tetap saja laris, terutama dikalangan para pemuda.

Diantara perkara yang menjadikan agama ini laris manis adalah penghalalan "ritual pengumbaran syahwat sepuas-puasnya" yang ditawarkan oleh agama ini dengan nama ibadah mulia. Ritual tersebut adalah nikah "Mut'ah".

Bahkan kaum syi'ah nekat menyampaikan hadits-hadits palsu tentang keutamaan nikah mut'ah. Terlebih lagi ancaman bagi orang yang tidak melakukan nikah mut'ah. Diantara kedustaan-kedustaan tersebut adalah

Hadits palsu :
مَنْ خَرَجَ مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَتَمَتَّعْ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُوَ أَجْدَعُ

"Barang siapa yang keluar dari dunia dan belum melakukan mut'ah maka ia akan datang pada hari kiamat dalam kondisi buntung kemaluannya"
 
Riwayat palsu ini disebutkan oleh Fathullahi al-Kaasyaani dalam kitabnya (تَفْسِيْرُ مَنْهَجِ الصَّادِقِيْنَ) 2/489.

Hadits palsu yang lain :
مَنْ تَمَتَّعَ مَرَّةً أَمِنَ مِنْ سَخَطِ الْجَبَّارِ وَمَنْ تَمَتَّعَ مَرَّتَينِ حُشِرَ مَعَ الأَبْرَارِ وَمَنْ تَمَتَّعَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ زَاحَمَنِي فِي الْجِنَانِ

"Barang siapa yang bermut'ah sekali maka ia akan aman dari kemurkaan Allah (Al-Jabbaar), barang siapa yang bermut'ah dua kali maka ia akan bersama al-Abroor (kaum sholeh di surga), dan barang siapa yang bermu'tah tiga kali maka ia akan ikut merapatiku di surga" (lihat Tafsir Manhaj As-Sodiqin 2/493)

Bahkan yang lebih parah adalah hadits palsu berikut ;
مَنْ تَمَتَّعَ مَرَّةً كَانَ دَرَجَتُهُ كَدَرَجَةِ الْحُسَيِنِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَمَنْ تَمَتَّعَ مَرَّتَيْنِ كَانَ دَرَجَتُهُ كَدَرَجَةِ الْحَسَنِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَمَنْ تَمَتَّعَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ كَانَ دَرَجَتُهُ كَدَرَجَةِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَمَنْ تَمَتَّعَ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ فَدَرَجُتُهُ كَدَرَجَتِي

"Barang siapa yang bermut'ah sekali maka derajatnya seperti derajat Al-Husain (radhiallahu 'anhu), barang siapa yang bermut'ah dua kali maka derajatnya seperti derajat Al-Hasan (radhiallahu 'anhu), barang siapa yang bermut'ah tiga kali maka derajatnya seperti derajat Ali bin Abi Tholib (radhiallahu 'anhu) dan barang siapa yang bermut'ah empat kali maka derajatnya seperti derajatku (Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam)" (Tafsir Manhaj as-Sodiqin 2/493)
(silahkan baca nukilan riwayat-riwayat ini di http://www.dorar.net/enc/firq/1689 )

Kesimpulan dari riwayat-riwayat palsu di atas :
Pertama : Ahlsu Sunnah (bahkan seluruh orang Islam yang tidak beragama Syi'ah, termasuk anda sekalian para pembaca artikel ini) akan dibangkitkan dalam kondisi buntung tanpa kemaluan. Kalau sudah buntung lantas tidak bakalan masuk surga !!!. Kalaupun masuk surga maka apa faedahnya??, buat apa dapat bidadari banyak-banyak kalau buntung ??!!

Kedua : Barang siapa yang tidak bermut'ah maka tidak selamat dari kemurkaan Allah !!

Ketiga : Mut'ah merupakan ritual yang menyenangkan dan juga mendatangkan pahala yang sangat besar, bahkan sebab terbesar untuk masuk surga. Bayangkan… untuk meraih derajat Al-Husain yang terbunuh dengan tragisnya, caranya sangat mudah…, hanya tinggal melakukan mut'ah sekali. Jika mut'ah dua kali maka seperti derajat Al-Hasan, jika tiga kali maka seperti derajat Ali bin Abi Tholib.

Sungguh ini penghinaan terhadap ahlul bait…, begitu rendah dan hinanya kedudukan mereka…!!, dan begitu mudah menyamai mereka !!

Keempat : Bahkan dengan mut'ah empat kali menyamai derajat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam??. Lantas bagaimana dengan orang yang mut'ah sebanyak 5 kali??, atau 100 kali??



Diantara bukti bahwa mut'ah merupakan ritual pengumbaran syahwat sepuas-puasnya adalah :
-  Bolehnya mut'ah dengan seorang wanita yang sudah menikah, dengan syarat tidak perlu bertanya apakah ia sudah menikah atau belum,
-  Bolehnya mut'ah dengan wanita yang belum dewasa.
-  Bolehnya mut'ah dengan dua wanita sekalian,
-  Bolehnya bermut'ah melalui dubur wanita,
- Bolehnya seorang lelaki melakukan sodomi terhadap lelaki lain jika memang kondisinya tidak memungkinkan untuk mendatangi wanita karena ada suatu sebab tertentu

(silahkan lihat literatur Syi'ah tentang perkara-perkara diatas, sebagaimana dinukil di http://www.maghress.com/marayapress/2073)

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 16-01-1435 H / 19-11-2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

*****
Mungkin dengan melihat link tersebut, Al Amiriy akan merasa terhibur bahwa orang yang lebih baik darinya ternyata melakukan kedustaan yang sama.

Orang boleh saja bertitel ustad, alim ulama, berpendidikan S3 dalam ilmu agama tetapi yang namanya hawa nafsu dapat menutupi akal pikiran sehingga melahirkan kedunguan dan kedustaan. Biasanya orang-orang model begini sering dibutakan oleh bisikan syubhat bahwa mereka adalah pembela sunnah penghancur bid’ah jadi tidak perlu bersusah payah kalau ingin membantah Syi’ah, Syi’ah sudah pasti sesat maka tidak perlu tulisan ilmiah dan objektif untuk membantah kelompok sesat. Jadi jangan heran kalau para pembaca melihat dalam tulisannya yang membahas hadis mazhabnya akan nampak begitu ilmiah dan objektif tetapi ketika ia menulis tentang mazhab yang ia sesatkan maka akan nampak begitu dungu dan dusta.

Kedustaan Kedua
Dalam dialog antara Al Amiriy dan Emilia, Emilia mengatakan bahwa ia tidak melakukan mut’ah [bahkan haram baginya] karena secara syar’i nikah mut’ah tidak bisa dilakukan oleh istri yang sudah bersuami. Al Amiry kemudian menjawab dengan ucapan berikut
Maka tanggapan kami: “Justru, ulama anda sepakat akan kebolehan nikah mut’ah bagi seorang wanita yang sudah nikah alias sudah punya suami”. Disebutkan dalam kitab syiah:

يجوز للمتزوجة ان تتمتع من غير أذن زوجها ، وفي حال كان بأذن زوجها فأن نسبة الأجر أقل ،شرط وجوب النية انه خالصاً لوجه الله

“Diperbolehkan bagi seorang istri untuk bermut’ah (kawin kontrak dengan lelaki lain) tanpa izin dari suaminya, dan jika mut’ah dengan izin suaminya maka pahala yang akan didapatkan akan lebih sedikit, dengan syarat wajibnya niat bahwasanya ikhlas untuk wajah Allah” Fatawa 12/432
Ucapan Al Amiry di atas adalah kedustaan atas mazhab Syi’ah. Tidak ada kesepakatan ulama Syi’ah sebagaimana yang diklaim oleh Al Amiry. Begitu pula referensi yang ia nukil adalah dusta. Kita tanya pada Al Amiry, kitab Al Fatawa siapa yang dinukilnya di atas?. Ulama Syi’ah mana yang menyatakan demikian?. Silakan kalau ia mampu tunjukkan scan kitab tersebut atau link yang memuat kitab Syi’ah tersebut.

Saya yakin Al Amiry tidak akan mampu menjawabnya karena ucapan dusta tersebut sebenarnya sudah lama populer di media sosial dan sumbernya dari twitter atau facebook majhul yang mengatasnamakan ulama Syi’ah. Ia sendiri menukilnya dari akun twitter yang mengatasnamakan ulama Syi’ah Muhsin Alu ‘Usfur sebagaimana dapat para pembaca lihat dalam tulisan Al Amiry disini
*****

Syiah Adalah Agama Seks (Agama Mut'ah + Pinjam Kemaluan)


Tanpa kita membongkar seluk beluk agama ini, tetap akan kecium juga busuknya. Agama mereka yang dipenuhi oleh bangkai-bangkai mayat penganutnya telah menjadi santapan banyak manusia bodoh yang tak berakal. Disini kita akan memberikan kepada anda wahai para pembaca, betapa busuknya agama yang mereka anut. Syiah adalah agama SEKS.

Mari kita lihat fatwa imam syi'ah yang berkicau diakun twitter: 


1- Sh Mohsin Al Asfor[1] berkata:

يجوز للمتزوجة ان تتمتع من غير أذن زوجها ، وفي حال كان بأذن زوجها فأن نسبة الأجر أقل ،
شرط وجوب النية انه خالصاً لوجه الله
( ٤٣٢/١٢ فتاوى )
“Diperbolehkan bagi seorang istri untuk bermut’ah (kawin kontrak dengan lelaki lain) tanpa izin dari suaminya, dan jika mut’ah dengan izin suaminya maka pahala yang akan didapatkan akan lebih sedikit, dengan syarat wajibnya niat bahwasanya ikhlas untuk wajah Allah” [2]

2- Kemudian dia berkata juga di akun twitternya:

"Sebagaimana yang disebutkan oleh Hadi dalam kitabnya Manarul ilmi (4/386): "Diperbolehkan bagi seorang anak untuk menyetubuhi ibu nya yang janda, agar ibu nya tidak berpisah dengan anak-anaknya dan agar tidak meninggalkan mereka hanya untuk mencari seseorang yang melampiaskan syahwatnya".
 
 Beginilah Presiden Rakyat Syiah (Presiden Iran) "Ahmadinejad" tidak bisa menjaga syahwatnya dengan mencium presiden venezuela "Hugo Chavez"
 
3- Kemudian kita lihat fatwa lainnya dari imam syiah, mari kita lihat dialog yang menjijikkan antara imam syi'ah bersama seorang wanita.


Zainab as salman bertanya kepada imam syi'ah: "Wahai tuan dan syaikh kami, apakah boleh bagiku untuk melakukan mut'ah (kawin kontrak) tanpa sepengetahuan keluargaku maupun suamiku, dan jika tidak boleh bagaimana saya bertaubat sedangkan saya telah melakukannya 100 KALI LEBIH"

Maka imam syi'ah (Shodiq As Syaib) menjawab:
Iya wahai sayangku, boleh kamu melakukannya tanpa sepengetahuan keluarga maupun suamimu, dan bagimulah pahala yang besar karena telah memberikan kebahagiaan terhadap para pemuda, dan mungkin saja terkhusus dirimu"

Saya hanya bertanya-tanya, kemungkinan besar imam-imam syi'ah juga ingin merasakan kemaluan wanita-wanita yang meminta fatwa begitupula kemaluan seluruh wanita yang menganut agama syi'ah ini. 
Dua fatwa diatas, sudah sangat jelas yang menunjukkan bahwasanya mereka adalah penganut agama SEKS yang keji nan buruk.
 
 Anak kecil saja anti Imam Syiah, apalagi yang sudah dewasa dan dapat berpikir 

4- Khumaini berkata:

وأما سائر الاستمتاعات كاللمس بشهوة والضم والتفخيذ فلا بأس بها حتى في الرضيعة
 
“Adapun segala cara untuk mencari kenikmatan seperti menyentuh-nyentuh dengan syahwat, dan memeluk, serta menggesek-gesek kemaluan ke paha maka tidak mengapa walaupun yang menjadi objek adalah seorang bayi berkelamin wanita yang masih menyusui” (Tahrirul Wasilah 2/216).

5- Kemudian lihat fatwa imam mereka yang setengah tidak waras.

Pertanyaan :

" Apa hukum jika aku bermut'ah dengan anak mu dan kamu bermut'ah dengan anakku?
dan ketahuilah anakku baru saja berusia 6 tahun."

Jawaban Imam As-Sistani :
"Halal bagiku bermut'ah dengan siapa saja yang aku kehendaki, karena aku adalah ahlul bait dan aku memiliki hak untuk itu. Walaupun yang aku mut'ahi ini adalah anak kecil.
Kami hanya akan memberikan kepadanya gambaran seputar mut'ah.

Akan tetapi bagi mu, maka tidak boleh untuk bermut'ah dengan anakku dan ini termasuk dosa besar dan engkau dikekalkan di neraka bersama iblis dan wajib bagimu untuk membuang pemikiran setan ini dari kepalamu".Lihat gambar fatwa disini: 


6- Adegan mesra imam Syi’ah. Jijikkah anda melihat ini??

 
 7- Kemudian mari kita melihat kembali fatwa imam syiah yang menganjurkan untuk sex party (mut'ah bareng) ala syi'ah. Mari kita lihat gambar fatwanya:


Bismillahirrahmanirrahiim.

Yang mulia hujjjatul islam wal muslimin, As Sayyid Al Mujahid muqtadhas shadr (semoga Allah mengangungkan anda)
Assayyid Al Mujahid semoga Allah menjaga engkau:

Kami adalah kumpulan mu'minat zainabiyyat penolong pasukan Imam Mahdi, kami sangat ingin bertanya kepada yang mulia hujjatul islam dan muslimin As Sayyid muqtada ash shadr -semoga ALlah menjaganya-. Sesungguhnya sebuah kumpulan orang dari pasukan imam telah mengundang kami untuk acara mut'ah bersama disalah satu tempat al husainiyyat (tempat peribadatan mereka). Dan mereka telah berkata nikah mut'ah bareng-bareng lebih besar pahalanya 70 kali dari pada nikah mutah sendirian. Namun kami telah bertanya kepada salah satu perwakilan Syeikh Muhammad al-Ya'qubi tentang mut'ah berjamaah, beliau menolak segala hal yang berkaitan dengan mut'ah jenis ini dan beliau mengatakan bahwa hal itu termasuk bid'ah. Maka apakah boleh kami mut'ah secara berjamaah? Sebagai untuk diketahui bahwa mut'ah ini hanya berlangsung beberapa jam saja (kurang dari semalam). Tujuan dari acara ini adalah meredam gejolak syahwat pasukan Jaisyul Imam dimana mereka tidak sanggup menikah karena sibuknya mereka berperang dengan para nawashib (ahlus sunnah -penerj). Dan uang sewa mut'ahnya dipergunakan kembali untuk membeli perlengkapan berupa senjata untuk pasukan Jaisyul Imam. Mohon berikan jawaban Anda kepada kami. Jazakumullahu Khaira Jaza' al-Muhsinin.

Zainabiyah
Azhar Hasan al-Farthusi
Wakil Zainabiyyat
17 Syawal 1426 H

Jawaban

Bismihi Ta'ala
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa nikah mut'ah adalah halal lagi berberkah dalam ajaran kita. Para Nawashib (ahlussunnah) berusaha menanamkan keraguan dan mencegah kita untuk melakukan itu karena takutnya mereka akan bertambah banyaknya jumlah anak-anak sekte kita, yang dengannya jumlah kita bertambah dan kita menjadi kekuatan yang besar.

Karena itu, kami mengajak seluruh pengikut sekte kita agar tidak sedikitpun ragu dari segala hal yang berkaitan dengan mut'ah. Pelaksanaan acara-acara seperti ini juga termasuk perkara yang dibolehkan oleh marja' kita yang agung dengan tetap mewaspadai masuknya seorang yang bukan kaum Muslimin atau orang-orang umum ke dalam acara-acara tersebut supaya tidak melihat aurat kaum Mukminat. Mungkin inilah juga sebabnya yang membuat Sayyid al-Ya'qubi membenci mut'ah model ini.

Inilah, dan yang juga telah maklum bahwa mut'ah dengan salah seorang tentara Jaisyul Imam lebih banyak pahalanya dari selainnya karena dia telah mengorbankan darahnya demi sang Imam. Oleh karena itu, kami mengajak para Zainabiyyat agar tidak pelit (menyewakan kemaluannya) kepada mereka dimana Allah telah memberi karunia kepada Anda wahai para Mukminat berupa pemberian tubuh dan harta Anda (karena uang melacurnya dikembalikan kepada para tentara -penerj) untuk dinikmati dan dipergunakan oleh mereka.

Selain itu, kami mengharapkan saudari zainabiyyah untuk meminta izin pelaksanaan acara itu kepada salah satu perwakilan kami yang kapabel agar diawasi dan diperhatikan oleh para tentara tersebut. Wa Jazakumullahu Khaira Jaza' al-Muhsinin.

(Cap Fatwa Muqtada Ash-Shadr)
Ttd Muqtada Ash-Shadr
23 Syawal 1426 H

Syi'ah bukan hanya membolehkan nikah mut'ah tapi imam-imam mereka membolehkan untuk pinjam meminjam alat kemaluan mereka untuk penganut syi'ah lainnya. 100% PINJAM KEMALUAN. Karena kalau mut'ah masih ada akad, mahar dll. Akan tetapi kalau ini benar-benar pinjam kemaluan.


Kita lihat fatwa imam mereka:

Dinukil oleh At-Thusi dari Muhammad bin Muslim dari Imam Abu Ja’far ‘alahis salam, bahwa Muhamad bin Muslim bertanya kepada Abu Ja’far:
الرجل يحل لأخيه فرج جاريته؟
“Ada seorang laki-laki yang meng-halalkan kemaluan budaknya untuk temannya, bolehkah?”

Imam Abu Ja’far menjawab:
نعم لا بأس به له ما أحل له منها
“Ya, boleh dia manfaatkan. Selama pemiliknya mengizinkan temannya untuk memanfaatkan budak wanitanya.” (Al-Istibshar, jilid 3, hlm. 136, karya Muhamad bin Hasan At-Thusi)

Jangan heran dengan kelakuan pendeta syiah yang memut'ah gadis belia, karena hal itu di bolehkan dalam ajaran agama syi'ah

Imam Khomeini berpendapat bolehnya melakukan mut'ah sekalipun dengan anak yang masih disusui. Dia berkata, "Tidak mengapa melakukan mut'ah dengan anak yang masih disusui dengan pelukan, himpitan paha (maksudnya meletakkan kemaluannya di antara dua pahak si anak), dan ciuman." (Lihat buku karang Khomeini dengan judul, Tahrir Al-Wasilah 2/241, no.12).

Sehingga sangat bisa dikatakan, bahwasanya agama syiah rofidhah adalah diin syahwat (Agama hawa nafsu). Pantesan banyak anak muda yang minat. Apalagi yang otaknya bergelimang seks dengan wanita.

Laa haula walaa quwwata illaa billaah..

PenulisMuhammad Abdurrahman Al Amiry

Artikel
alamiry.net (Kajian Al Amiry)


Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.


Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry


[1] Seorang Ulama (syiah) dan peneliti Islam, kepala penelitian ilmiah di Bahrain dan seorang profesor di kompleks seminari (hauzah) dan anggota asosiasi dari kelompok Ahl al-Bayt, bahrain
[2] Fatwa 12/432

*****


Dan sudah pernah saya sampaikan bantahan mengenai kepalsuan twitter tersebut atas nama ulama Syi’ah dalam tulisan disini. Petunjuk lain akan kepalsuannya adalah jika para pembaca mengklik link tersebut yang dahulu mengatasnamakan ulama Syi’ah Muhsin Alu ‘Usfur maka sekarang sudah berganti menjadi Kazim Musawiy.


Dan di tempat yang lain para pembaca akan melihat seseorang mengaku Ayatullah Khumainiy yang juga menukil ucapan dusta tersebut
*****
يجوز للمتزوجة ان تتمتع من غير أذن زوجها ، وفي حال كان بأذن زوجها فأن نسبة الأجر أقل ،
شرط وجوب النية انه خالصاً لوجه الله
( ٤٣٢/١٢ فتاوى )
 
Menikah dapat menikmati izin suami, dan jika suami untuk membayar lebih sedikit, asalkan maksud adalah semata-mata demi Allah (432/12 pendapat)Diterjemahkan oleh Bing
Suka · ·
 ****
Mungkin kalau Al Amiriy melihatnya ia akan menyangka kalau akun facebook tersebut memang milik ulama Syi’ah Ayatullah Khumainiy.


Alangkah dungunya jika seorang alim menuduh mazhab Syi’ah begini begitu hanya berdasarkan akun akun media sosial yang tidak bisa dipastikan kebenarannya, dimana siapapun bisa seenaknya berdusta atas nama orang lain atau memakai nama orang lain.

Kedustaan Ketiga
Ketika Al Amiry membantah Emilia dengan menyebutkan riwayat yang melaknat orang yang tidak nikah mut’ah, Al Amiry menukilnya dari kitab Jawahir Al Kalam
Maka kami tanggapi: “Thoyyib, akan kami buktikan riwayat yang melaknat orang yang tidak melakukan nikah mut’ah” Disebutkan dalam salah satu kitab syiah:

أن الملائكة لا تزال تستغفر للمتمتع وتلعن من يجنب المتعة إلى يوم القيامة

“Bahwasanya malaikat akan selalu meminta ampun untuk orang yang melakukan nikah mutah dan melaknat orang yang menjauhi nikah mutah sampai hari kiamat” Jawahir Al kalam 30/151
Riwayat yang sebenarnya dalam Jawahir Al Kalam lafaznya tidaklah seperti yang ia sebutkan, melainkan sebagai berikut [dapat dilihat disini] 

ما من رجل تمتع ثم اغتسل إلا خلق الله من كل قطرة تقطر منه سبعين ملكا يستغفرون له إلى يوم القيامة، ويلعنون مجتنبها إلى أن تقوم الساعة

Setiap orang yang melakukan nikah mut’ah, kemudian ia mandi junub maka Allah akan menciptakan dari setiap tetesan air mandinya sebanyak tujuh puluh malaikat yang akan memohonkan ampunan baginya sampai hari kiamat. Dan para malaikat itu akan melaknat orang yang menjauhinya [mut’ah] sampai hari kiamat [Jawahir Al Kalam 30/151, Syaikh Al Jawaahiriy]

Jadi sisi kedustaannya adalah lafaz riwayat yang ia nukil tidak sama dengan apa yang tertulis dalam kitab Jawahir Al Kalam. Kedustaan ini masih tergolong ringan dan masih bisa untuk diberikan uzur misalnya Al Amiry menukil riwayat dengan maknanya walaupun lafaznya tidak sama persis [biasanya kalau orang menukil bil ma’na (dengan makna) maka ia tidak akan repot menuliskan lafaz dalam bahasa arab] atau Al Amiry tidak membaca langsung kitab Jawahir Al Kalam dan ia menukil dari kitab lain yang tidak ia sebutkan tetapi seolah disini ia mengesankan bahwa ia mengambilnya langsung dari kitab Jawahir Al Kalam.

Sesuai dengan kaidah ilmu mazhab Syi’ah, riwayat tersebut dhaif. Sanad lengkapnya dapat dilihat dalam kitab Wasa’il Syi’ah sebagaimana berikut [dapat dilihat disini]

وعن ابن عيسى، عن محمد بن علي الهمداني، عن رجل سماه عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: ما من رجل تمتع ثم اغتسل إلا خلق الله من كل قطرة تقطر منه سبعين ملكا يستغفرون له إلى يوم القيامة ويلعنون متجنبها إلى أن تقوم الساعة

Dan dari Ibnu Iisa dari Muhammad bin ‘Aliy Al Hamdaaniy dari seorang laki-laki yang ia sebutkan dari Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam] yang berkata Barang siapa yang melakukan nikah mut’ah, kemudian ia mandi junub maka Allah akan menciptakan dari setiap tetesan air mandinya sebanyak tujuh puluh malaikat yang akan memohonkan ampunan baginya sampai hari kiamat. Dan para malaikat itu akan melaknat orang yang menjauhinya [mut’ah] sampai hari kiamat [Wasa’il Syi’ah 21/16, Al Hurr Al Aamiliy].

Sanad di atas dhaif karena terdapat perawi yang majhul dalam sanadnya yaitu pada lafaz sanad “seorang laki-laki yang ia sebutkan”. Adapun riwayat lainnya yang dinukil Al Amiry dari Tafsir Manhaj Ash Shaadiqin

أن المتعة من ديني ودين آبائي فالذي يعمل بها يعمل بديننا والذي ينكرها ينكر ديننا بل إنه يدين بغير ديننا. وولد المتعة أفضل من ولد الزوجة الدائمة ومنكر المتعة كافر مرتد

“Nikah mutah adalah bagian dari agamku dan dagama bapak-bapakku dan orang yang melakukan nikah mutah maka dia mengamalkan agama kami, dan yang mengingkari nikah mutah dia telah mengingkari agama kami, dan anak mutah lebih utama dari anak yang nikah daim dan yang mengingkari mutah kafir murtad” Minhaj Ash Shodiqin hal. 356.”
Maka riwayat di atas sama seperti riwayat sebelumnya yang dinukil Al Kasyaaniy tanpa sanad dalam kitabnya sehingga tidak bisa dijadikan hujjah.

Penutup:
Secara pribadi saya menilai dialog antara Al Amiry dan Emilia tersebut tidak banyak bermanfaat bagi orang-orang yang berniat mencari kebenaran. Keduanya baik Al Amiry dan Emilia nampak kurang memahami dengan baik hujjah-hujjah yang mereka diskusikan. Apalagi telah kami buktikan di atas bahwa Al Amiry telah berdusta atas mazhab Syi’ah. Saya tidak berniat secara khusus membela saudari Emilia, saya sudah lama membaca dialog tersebut hanya saja baru sekarang saya menuliskan kedustaan Al ‘Amiry karena saya lihat semakin banyak orang-orang awam [baca : situs- situs] yang disesatkan oleh tulisan dialog Al ‘Amiry tersebut.

(Source

Terkait Berita: