Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Mualaf. Show all posts
Showing posts with label Mualaf. Show all posts

Ilmuwan Yang Menjadi Seorang Muslim Setelah Melakukan Riset Penelitian

1. Maurice Bucaille, masuk Islam karena jasad Fir’aun.


Prof Dr Maurice Bucaille adalah adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Kisah di balik keputusannya masuk Islam diawali pada tahun 1975.
Pada saat itu, pemerintah Prancis menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian.

Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut?

Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul ‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les Momies des Pharaons et la Midecine’.

Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata: “Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”.

Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut.

Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.

Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: “Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini”.

2. Jacques Yves Costeau, di lautan terdalam menemukan Islam





Mr Jacques Yves Costeau adalah seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang lahir pada 11 Juni 1910. Sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu dengan menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia melalui stasiun tv Discovery Channel.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya. Profesor tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.

Ayat itu berbunyi: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”.

Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 : “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Terpesonalah Mr Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Tak lama, Mr Costeau memeluk Islam.

3. Demitri Bolykov, meyakini matahari akan terbit dari Barat


Sebagai seorang ahli fisika asal Ukraina, Demitri Bolykov mengatakan bahwa pintu masuk ke Islam baginya adalah fisika. Demitri tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, yang juga merupakan pakar fisika.

Teori yang dikemukan oleh Prof Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sampel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.

Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya.

Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya intensitas daya matahari.

Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun.

Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat.

Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian.

Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima taubatnya.”

4. Dr.Fidelma O’Leary, menemukan rahasia sujud dalam salat



Dr Fidelma, ahli neurologi asal Amerika Serikat mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Ketika melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi secara normal.
Penasaran dengan penemuannya, ia mencoba mengkaji lebih serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun tidak sia-sia. Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang tersebut melakukan sujud dalam salat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan ibadah shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal.

Rupanya memang urat saraf dalam otak tersebut hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu salat.
Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena posisi sujud akan mengalirkan darah yang kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.

Setelah penelitian mengejutkan tersebut, Fidelma mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku Islam dan diskusi dengan rekan-rekan muslimnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikannya, ia malah merasa bahwa ajaran Islam sangat logis. Hatinya begitu tenang ketika mengkaji dan menyelami agama samawi ini.
 
5. Profesor William, menemukan tumbuhan yang bertasbih

Sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan sebuah tim ilmuwan Amerika Serikat tentang suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa (ulstrasonik), yang keluar dari tumbuhan. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam menggunakan alat perekam canggih.
Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik kemudian diubah menjadi menjadi gelombang elektrik optik yang dapat ditampilkan ke layar monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik tersebut dapat dibaca dan dipahami, karena suara yang terekam menjadi terlihat pada layar monitor dalam bentuk rangkaian garis.
Para ilmuwan ini lalu membawa hasil penemuan mereka ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim.

Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum dengan apa yang mereka saksikan.

Peniliti muslim ini lalu mengatakan jika temuan tersebut sesuai dengan keyakinan kaum muslimin sejak 1400 tahun yang lalu. Para ilmuwan AS dan tim peneliti Inggris yang mendengar ucapan itu lalu memintanya untuk menjelaskan lebih dalam maksud yang dikatakannya.

Sang peneliti muslim kemudian membaca ayat dalam Alquran yang berbunyi:
“Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,” (QS Isra: 44).

Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.

Selang beberapa hari setelah peristwa itu, Profesor William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan:
“Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain,” demikian ungkapan William.

Kisah Musisi Inggris, Abdullah Rolle, yang Kini Fokus Menjadi Artis Nasyid

Abdullah Rolle 

Abdullah Rolle lahir di Inggris dan memeluk Islam sekitar tujuh tahun lalu. Sejak muda ia sudah terlibat banyak dengan kegiatan musik, produksi, sebagai penyanyi dan pemain musik. Pada 2008 lalu, ia meluncurkan CD Nasyid pertamanya, "Peace" di Global Peace and Unity Conference yang diselenggarakan di London. Perjalanannya menuju Islam sangat terkait erat dengan karirnya sebagai musisi.

Suatu hari ia berjalan di pasar dan seorang lelaki Muslim datang mendekat padanya minta izin untuk berbicara sesaat. Si lelaki bertanya apakah Rolle tahu tentang Islam dan Rasul Muhammad.

Kala itu Role menjawab ia selalu tahu Tuhan adalah pencipta segalanya, tapi ia menekankan hanya diajari tentang Yesus, bukan Muhammad. Rolle tak ingin terlibat lebih jauh dalam diskusi itu.

"Saya bukan orang yang tertarik dengan agama saat itu. Beberapa tahun kemudian saya juga terlibat obrolan dengan seorang Muslim mengenai Keesaan Allah, tapi saya tetap tidak siap berpikir apa pun tentang Islam, atau menjadi Muslim," tutur Rolle.

"Saya tak dekat dengan orang-orang agamis. Orang-orang didekat saya yang bersentuhan dengan bisnis musik memiliki gaya hidup tersendiri. Jadi saat itu saya sama sekali tak tertarik Islam dan tak ada yang menarik saya." Waktu yang tepat bagi Rolle belum tiba.

Sebuah Toko Buku yang Mengubah Hidup


Rolle pindah ke London Timur dan kerap mengunjungi toko buku bernama Dar Assalam di kawasan West End.

Ia mengenang, "Saya selalu suka membaca tentang kisah dunia dan konspirasi serta apa yang terjadi di dunia. Beberapa hal yang saya baca benar dan sebagian lagi tidak. Namun itu tak membuat saya dekat pula dengan Pencipta. Jiwa saya selalu mencari meski saya tak seratus persen sadar tentang itu."

Para pengunjung dan pengelola toko buku itu sering memberi Rolle brosur atau buku kecil yang ia bawa pulang dan disimpan dalam lemari. Tak lama setelah Irak diinvasi dan setelah membaca seluruh brosur, mulai tumbuh simpati dalam diri Rolle terhadap Muslim
"Saya bertanya pada diri sendiri mengapa dunia selallu menyerang Islam dan Muslim." Rolle juga kian menyadari bahwa media menggambarkan Muslim sebagai teroris. Ia menyadari itu karena paham media kerap tak mengungkapkan fakta sesungguhnya.

Rolle pun tertarik mengapa orang-orang sering menyerang Muslim. Kadang ketika ia mulai bingung, ia pergi ke kamar tidurnya, meletakkan kepala ke lantai, bersujud dan berdoa.
Tak lama kemudian, kepada putranya ia berkata, "Saya butuh sesuatu untuk makanan rohani. Buku-buku ini tak bisa berbuat banyak." Anaknya menunjuk sebuah DVD berjudul 'Whati is The Purpose of Life? oleh Khaled Yaseen.

Ia membawa satu dan membawanya pulang untuk ditonton, dan ia terinspirasi. "Semua yang saya lihat di DVD seperti sudah saya kenal lama. Saya tahu itulah kebenaran sesungguhnya," kenang Rolle.

Saat itu ia mengetahui bahwa Muslim shalat lima kali dalam sehari. Ia sempat memandang tentu sulit bagi dirinya yang berbisnis di musik untuk bisa-bisa melaksanakan. Tapi hati kecil Rolle berkata itulah yang seharusnya. Pemilik toko buku memberi ia banyak buku, namun tak satu pun yang memuat pembolehan seseorang boleh meninggalkan shalat.

Dibimbing oleh Muslim

Rolle masih ingat bagaimana komunitas Muslim membimbingnya. Ia selalu dikelilingi oleh saudara-saudara yang benar-benar menunjukkan perhatian tulus. "Saya menghabiskan banyak waktu bersama mereka selama dua tahun. Mereka mengajari saya, membenarkan saya dan mengingatkan saya. Ini terutama saudara-saudara dari toko buku. Setelah itu saya selalu bersama mereka."

"Saya selalu menemukan bahwa sebagian Muslim sangat sopan, dermawan dan baik hati. Bahkan ketika mereka memiliki masalah terkait umat di dunia, secara individu mereka selalu baik terhadap saya. Saya terdorong untuk menjadi saleh dan saya selalu mencoba. Saya ingin seperti mereka." tutur Rolle.

Saat itu, Rolle telah meyakini Islam dan memperoleh pengetahuan mendasar tentang agama itu serta dalam tahap kian ingin mendalami lebih lanjut. Kala itu pula, teman-teman Muslimnya berkata bahwa ia sudah seharusnya mendeklarasikan dua pernyataan syahadat dan mengingatkan bahwa kematian siap menjemput kapan saya. Namun, ia masih merasa belum sepenuhnya siap.

DVD lain

Ia pun bercerita pada istrinya tentang DVD yang pernah ia lihat dan bagaimana ia tersentuh sesudah itu. Kemudian ia menonton DVD lain, oleh Sheikh Fiez asal Australia berjudul One Islam yang berisi tentang Hari Perhitungan dan Pembalasan. Tiba-tiba ia merasa dilahirkan kembali.

Perasaan takut kepada Allah yang Esa mulai merasuk ke dalam kalbu "Jika saat itu saya bisa mengucapkan syahadat pasti saya lakukan segera," tutur Rolle. Keesokan hari ia tak menunda lagi. Ia menyatakan siap dan dua hari kemudian ia resmi menjadi Muslim. Setelah itu ia tak pernah menengok ke belakang.

Saat menjadi Muslim, ia mengamati para ulama dan timbul perasaan iri. "Saya berharap saya mengenal Islam ketika jauh lebih muda," tuturnya. Namun Allah tahu yang terbaik.
Saudara sesama Muslim, tutur Role selalu menggunakan pendekatan halus ketika hendak menyampaikan sesuatu, termasuk tentang Muslim. "Mereka tidak mengatakan musik haram, bila ya, tentu saya tak akan menjadi Muslim karena itulah pekerjaan dan dunia saya." tuturnya.

Salah satu tantangan terbesar Rolle setelah memeluk Islam adalah belajar Bahasa Arab dan shalat dalam Bahasa Arab. "Saya merasa seperti kembali ke sekolah. Saya beruntung karena mampu menghafal beberapa juz Al Qur'an dan saya bisa membaca tulisan Arab sehingga saya dapat shalat dan berdoa lebih banyak." ungkapnya.

Musik atau tanpa Musik?

Awal menjadi Muslim, Rolle bekerja sebagai guru musik untuk anak-anak di sekolah serta menciptakan lagu bagi pusat belajar kota. Ia bekerja dengan anak-anak yang pergi meninggalkan rumah.

Pekerjaannya membuat ia mengetahui banyak cerita sedih dari anak-anak muda. Rolle tergerak untuk menolong.

Perlahan timbul pemahaman dalam benaknya, apakah benar tak ada berkah di dalam pekerjaannya. "Haruskah saya melepas semuanya, sekolah, pusat komunitas dan yang lain? Beberapa orang menghormati apa yang saya lakukan dan yang lain mengatakan saya salah mengambil keputusan."

Rolle awalnya tak memiliki niat menyentuk nasyid setelah memeluk Islam, namun ia memiliki studio rekaman yang bisa dimanfaatkan. Kini Rolle fokus mengembangkan karir sebagai penyanyi nasyid internasional. Setahun setelah album pertamanya 'Peace' dirilis ia melakukan tur ke Afrika Selatan.(IRIB)

Perjalanan Domenyk Eades: Terpesona Gerakan Sujud


Lewat sebuah strategi gerak cepat, pada 2 Agustus 1990, pasukan tentara Irak berhasil mencaplok Kuwait. Lima hari setelah invasi itu, Arab Saudi meminta bantuan kepada Amerika Serikat (AS). Invasi Irak ke negeri petrodolar itu pun melahirkan Perang Teluk ketika pasukan Paman Sam menggelar Operasi Badai Gurun pada 17 Januari 1991. Perang Teluk telah membetot perhatian masyarakat dunia ketika itu. Tak terkecuali seorang remaja yang ketika itu berusia 17 tahun, Domenyk Eades. Pria yang tumbuh besar di Australia itu kerap menyaksikan dan membaca berita-berita tentang Perang Teluk dari media massa.

Ketika mengikuti isu Timur Tengah itulah, ia tertarik untuk mempelajari Islam.
Islam Telah Membuatnya Menjadi Seseorang yang Lebih Baik dan Membimbingnya untuk Membuat Lingkungan Sebagai Tempat yang Lebih Baik.

Hidayah Allah SWT mulai menerangi hatinya. Domenyk pun mulai tertarik untuk mempelajari Islam. "Saya ingin melihat sendiri bagaimana sebenarnya Islam itu dan mengapa Islam sangat penting bagi banyak orang di dunia," ujarnya kepada Republika. Untuk mengenal Islam, ia pun pergi ke toko buku dan membeli Alquran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Selama tiga hari, Domenyk membaca kitab suci umat Islam itu dengan hati-hati. "Itu merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa," ungkapnya. Ia pun mulai membandingkan isi Alquran dengan Injil. Menurutnya, banyak karakter dan cerita di dalam Alquran yang juga terdapat di dalam Injil.

Namun, menurut Domenyk, ada sederet hal yang tercantum dalam Injil yang tidak bisa dimengerti. Ia pun mencoba untuk mempelajari Islam lebih dalam lagi. Ketika itu, ia mengaku belum serius untuk menjadi seorang Muslim. "Saya memercayai keberadaan Tuhan dan saya rasa itu cukup," kenangnya.

Domenyk Eades terlahir sebagai seorang Kristiani. Ia mengaku baru mengenal Islam setelah remaja. Ketika masih belia, ia sedikit mengetahui Islam dari beberapa Muslim yang ditemuinya. Namun, mereka pun memiliki pengertian yang sederhana tentang Islam. Ia menyadari banyak kesamaan yang ditemukan antara Kristen dan Islam.

"Keduanya sama-sama mempercayai Tuhan dan adanya surga dan neraka," tuturnya. Meski begitu, ia lebih banyak mengetahui hal-hal negatif tentang Islam dari tayangan televisi yang ditonton dan koran yang dibacanya. Meski tumbuh besar sebagai Kristiani yang cukup taat, Domenyk selalu menghormati orang-orang yang berbeda keyakinan dengannya.

Ia selalu merasa yakin, sangatlah penting bagi seseorang untuk mengikuti sebuah prinsip yang memandu mereka dalam kehidupan. Karena itulah, ia juga sangat meyakini akan keberadaan Tuhan. Domenyk mengetahui bahwa seorang Muslim harus menjalankan perintah agama dan menjalankan ibadah wajib lima kali sehari.

Awalnya, menurut dia, hal itu tampak sangat mengikat dan membatasi. "Seseorang yang berusia 18 tahun tidak suka dibatasi dan diatur," ucapnya. Meski begitu, ia terus membaca dan mempelajari Islam. Domenyk mulai menyadari bahwa Islam tidaklah bermaksud mempersulit hidup umatnya, tetapi justru sebaliknya.

Perlahan tapi pasti, ia mempelajari Islam dan cara membangun hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Ia juga mempelajari shalat lima waktu dan berpuasa yang mengubah seseorang dari dalam dan membuatnya menjadi orang yang lebih baik. Ia mengaku, membutuhkan banyak waktu untuk mengerti dengan benar mengenai pelajaran itu.

Hidayah kian menerangi kalbunya. Domenyk mulai melihat pesan positif yang disampaikan Islam sehingga agama yang disebarkan Nabi Muhammad SAW tersebut tak lagi menjadi agama yang asing baginya. Ia mengaku sangat tertarik dengan Islam karena pesan yang dibawa Alquran sangat jelas dan logis.

Ia sangat menyukai bagaimana Alquran memberikan petunjuk untuk hidup yang baik dan bagaimana Islam memberikan pesan yang sangat jelas tentang kesetaraan di antara seluruh umat manusia. "Saya rasa apabila orang-orang benarbenar mengerti tentang Islam, mereka akan melihat bahwa setiap manusia merupakan ciptaan Tuhan dan itu sangatlah berharga," paparnya.

Apabila seseorang memiliki sebuah keyakinan, kata Domenyk, mereka akan memperlakukan orang lain dengan hormat, tidak peduli dari mana mereka berasal dan bagaimana mereka terlihat. Ketika mempelajari Alquran dan Islam, Domenyk mengaku, tidak benar-benar berniat ingin menjadi seorang Muslim.

Hingga akhirnya, ia menemukan pesan di dalam Alquran yang merupakan kelanjutan dari pesan yang diajarkan Yesus. "Saya mulai menyadari apabila saya memercayai Allah dan Muhammad sebagai utusan-Nya, itu berarti saya haruslah menjadi seorang Muslim."
Awalnya, ia merasa ragu dapat mengikuti aturan yang terdapat dalam ajaran Islam. Ia memercayai pesan yang dibawa oleh Islam, tetapi sangat sulit baginya untuk dapat menjalankan shalat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadhan. Untuk dapat shalat tepat waktu pun sangat sulit baginya.

Domenyk juga mengkhawatirkan reaksi yang akan muncul dari teman-teman dan keluarganya apabila ia menjadi seorang Muslim. Karena alasan itulah, ia memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang Muslim, meski di dalam hatinya ia sudah memercayai satu Tuhan dan Muhammad sebagai utusan-Nya.

Namun, ia belum merasa siap menghadapi hidup baru sebagai Muslim. Hingga pada suatu hari, Domenyk memutuskan untuk menemui beberapa orang Muslim. Ia pergi ke sebuah masjid di dekat tempatnya tinggal. Pengalamannya saat berada di masjid itu telah membuka hatinya.

Kaum Muslim di masjid itu tahu bahwa dia bukanlah seorang Muslim. Namun, mereka menyambutnya dengan sikap ramah dan mengobrol hingga waktu shalat tiba. Saya seorang Anglo-Australia dan saya memberanikan diri ke sana, tuturnya.

Hatinya tergerak ketika melihat gerakan sujud yang dilakukan jamaah dalam shalat. Pemandangan itu meninggalkan kesan yang mendalam baginya. Hati kecilnya mulai berkata, hidup sebagai Muslim bukanlah hal yang mustahil lagi. Saat kuliah, ia bertemu dengan Bukhari Daud, bupati Aceh Besar, yang tengah studi di Australia.

Ia berteman baik dengan Bukhari. Keduanya sering berdiskusi tentang Islam. Bukhari lalu mengundang Domenyk ke rumahnya. Pertemuan itu adalah pengalaman yang menarik. Mereka memperkenalkan saya pada budaya Muslim Indonesia. Di sanalah saya pertama kali mengetahui tentang keramahan Muslim, tuturnya.

Tekadnya untuk memeluk Islam sudah semakin bulat. Di depan Bukhari dan sekelompok Muslim lainnya, Domenyk mengucapkan dua kalimah syahadat dan mengukuhkannya menjadi seorang Muslim di kediaman Bukhari saat studi di Australia.

Islam telah membuat saya menjadi seseorang yang lebih baik dan membimbing saya untuk membuat lingkungan sebagai tempat yang lebih baik, paparnya. Ia pun berhasil meyakinkan keluarganya. Keluarga saya melihat bagaimana Islam memberikan efek positif kepada saya. Hal itu tidak memberikan dampak negatif terhadap hubungan saya dengan keluarga.

Ramadhan Pertama di Indonesia

Ramadhan pertama sebagai Muslim merupakan kenangan yang sangat luar biasa bagi Domenyk Eades. Ia merasa beruntung memiliki banyak sahabat Muslim yang berada di dekatnya. Mereka menghabiskan Ramadhan dengan berbuka puasa bersama dan melaksanakan shalat Tarawih setelahnya.

Ramadhan pertama Domenyk berlangsung di Indonesia pada 1997. Hari itu merupakan pengalaman yang sangat luar biasa, kenang Domenyk. Ia mengaku tidak terlalu sulit untuk membiasakan diri dalam menjalankan ibadah. Domenyk sudah mempelajari bagaimana melaksanakan shalat dan puasa sebelum menjadi seorang Muslim.
Ia menghafal beberapa ayat pendek. Setelah mengucapkan syahadat, tidak terlalu lama baginya membiasakan diri dalam melaksanakan ibadah. Menjadi seorang Muslim membawa banyak perubahan dalam hidup Domenyk. Menurut dia, perubahan itu terjadi dari waktu ke waktu.

Domenyk menjadi seorang Muslim ketika duduk di bangku kuliah. Ia beruntung tinggal di dekat lingkungan Muslim yang kebanyakan berasal dari Indonesia. Tak cuma itu, ia juga bersyukur bisa tinggal di beberapa negara Muslim. Selama beberapa waktu, ia tinggal di Indonesia, terutama di Aceh.

Selama beberapa tahun, ia menetap di negara Arab untuk bekerja dan mempelajari bahasa Arab. Domenyk mempelajari linguistik bahasa Arab di Inggris. Ia menghabiskan bertahun-tahun mempelajari bahasa Arab. Domenyk pun telah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah pada 2007.

Saat ini ia bekerja sebagai dosen senior pada program studi bahasa Arab di Universitas Salford, Inggris. Saat ini, Domenyk mengajar bahasa Arab kepada mahasiswanya di Inggris. Risetnya seba gai dosen di bidang bahasa dan penerjemahan.

Ia juga sudah menyelesaikan penelitiannya di bidang bahasa di Indonesia. Salah satu buku yang ia terbitkan adalah buku mengenai bahasa Gayo, Aceh. Domenyk juga telah memublikasikan berbagai macam artikel, jurnal, dan buku tentang tata bahasa serta dialek bahasa Arab. Ia juga banyak menerjemahkan buku-buku dari bahasa Arab ke bahasa Inggris. heri ruslan (IRIB)

Perjalanan Domenyk Eades: Terpesona Gerakan Sujud

Tuesday, 12 July 2011, 17:05 WIB

Domenyk Eades 

 
REPUBLIKA.CO.ID, Lewat sebuah strategi gerak cepat, pada 2 Agustus 1990, pasukan tentara Irak berhasil mencaplok Kuwait. Lima hari setelah invasi itu, Arab Saudi meminta bantuan kepada Amerika Serikat (AS). Invasi Irak ke negeri petrodolar itu pun melahirkan Perang Teluk ketika pasukan Paman Sam menggelar Operasi Badai Gurun pada 17 Januari 1991.

Perang Teluk telah membetot perhatian masyarakat dunia ketika itu. Tak terkecuali seorang remaja yang ketika itu berusia 17 tahun, Domenyk Eades. Pria yang tumbuh besar di Australia itu kerap menyaksikan dan membaca berita-berita tentang Perang Teluk dari media massa. Ketika mengikuti isu Timur Tengah itulah, ia tertarik untuk mempelajari Islam.

Islam Telah Membuatnya Menjadi Seseorang yang Lebih Baik dan Membimbingnya untuk Membuat Lingkungan Sebagai Tempat yang Lebih Baik.

Hidayah Allah SWT mulai menerangi hatinya. Domenyk pun mulai tertarik untuk mempelajari Islam. "Saya ingin melihat sendiri bagaimana sebenarnya Islam itu dan mengapa Islam sangat penting bagi banyak orang di dunia," ujarnya kepada Republika. Untuk mengenal Islam, ia pun pergi ke toko buku dan membeli Alquran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Selama tiga hari, Domenyk membaca kitab suci umat Islam itu dengan hati-hati. “Itu merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa,” ungkapnya. Ia pun mulai membandingkan isi Alquran dengan Injil. Menurutnya, banyak karakter dan cerita di dalam Alquran yang juga terdapat di dalam Injil.

Namun, menurut Domenyk, ada sederet hal yang tercantum dalam Injil yang tidak bisa dimengerti. Ia pun mencoba untuk mempelajari Islam lebih dalam lagi. Ketika itu, ia mengaku belum serius untuk menjadi seorang Muslim. “Saya memercayai keberadaan Tuhan dan saya rasa itu cukup,” kenangnya.

Domenyk Eades terlahir sebagai seorang Kristiani. Ia mengaku baru mengenal Islam setelah remaja. Ketika masih belia, ia sedikit mengetahui Islam dari beberapa Muslim yang ditemuinya. Namun, mereka pun memiliki pengertian yang sederhana tentang Islam. Ia menyadari banyak kesamaan yang ditemukan antara Kristen dan Islam.

“Keduanya sama-sama memercayai Tuhan dan adanya surga dan neraka,” tuturnya. Meski begitu, ia lebih banyak mengetahui hal-hal negatif tentang Islam dari tayangan televisi yang ditonton dan koran yang dibacanya. Meski tumbuh besar sebagai Kristiani yang cukup taat, Domenyk selalu menghormati orang-orang yang berbeda keyakinan dengannya.

Ia selalu merasa yakin, sangatlah penting bagi seseorang untuk mengikuti sebuah prinsip yang memandu mereka dalam kehidupan. Karena itulah, ia juga sangat meyakini akan keberadaan Tuhan. Domenyk mengetahui bahwa seorang Muslim harus menjalankan perintah agama dan menjalankan ibadah wajib lima kali sehari.


Awalnya, menurut dia, hal itu tampak sangat mengikat dan membatasi. “Seseorang yang berusia 18 tahun tidak suka dibatasi dan diatur,” ucapnya. Meski begitu, ia terus membaca dan mempelajari Islam. Domenyk mulai menyadari bahwa Islam tidaklah bermaksud mempersulit hidup umatnya, tetapi justru sebaliknya.

Perlahan tapi pasti, ia mempelajari Islam dan cara membangun hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Ia juga mempelajari shalat lima waktu dan berpuasa yang mengubah seseorang dari dalam dan membuatnya menjadi orang yang lebih baik. Ia mengaku, membutuhkan banyak waktu untuk mengerti dengan benar mengenai pelajaran itu.

Hidayah kian menerangi kalbunya. Domenyk mulai melihat pesan positif yang disampaikan Islam sehingga agama yang disebarkan Nabi Muhammad SAW tersebut tak lagi menjadi agama yang asing baginya. Ia mengaku sangat tertarik dengan Islam karena pesan yang dibawa Alquran sangat jelas dan logis.

Ia sangat menyukai bagaimana Alquran memberikan petunjuk untuk hidup yang baik dan bagaimana Islam memberikan pesan yang sangat jelas tentang kesetaraan di antara seluruh umat manusia. "Saya rasa apabila orang-orang benarbenar mengerti tentang Islam, mereka akan melihat bahwa setiap manusia merupakan ciptaan Tuhan dan itu sangatlah berharga,” paparnya.

Apabila seseorang memiliki sebuah keyakinan, kata Domenyk, mereka akan memperlakukan orang lain dengan hormat, tidak peduli dari mana mereka berasal dan bagaimana mereka terlihat. Ketika mempelajari Alquran dan Islam, Domenyk mengaku, tidak benar-benar berniat ingin menjadi seorang Muslim.

Hingga akhirnya, ia menemukan pesan di dalam Alquran yang merupakan kelanjutan dari pesan yang diajarkan Yesus. “Saya mulai menyadari apabila saya memercayai Allah dan Muhammad sebagai utusan-Nya, itu berarti saya haruslah menjadi seorang Muslim.”

Awalnya, ia merasa ragu dapat mengikuti aturan yang terdapat dalam ajaran Islam. Ia memercayai pesan yang dibawa oleh Islam, tetapi sangat sulit baginya untuk dapat menjalankan shalat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadhan. Untuk dapat shalat tepat waktu pun sangat sulit baginya.

Domenyk juga mengkhawatirkan reaksi yang akan muncul dari teman-teman dan keluarganya apabila ia menjadi seorang Muslim. Karena alasan itulah, ia memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang Muslim, meski di dalam hatinya ia sudah memercayai satu Tuhan dan Muhammad sebagai utusan-Nya.

Namun, ia belum merasa siap menghadapi hidup baru sebagai Muslim. Hingga pada suatu hari, Domenyk memutuskan untuk menemui beberapa orang Muslim. Ia pergi ke sebuah masjid di dekat tempatnya tinggal. Pengalamannya saat berada di masjid itu telah membuka hatinya.

Kaum Muslim di masjid itu tahu bahwa dia bukanlah seorang Muslim. Namun, mereka menyambutnya dengan sikap ramah dan mengobrol hingga waktu shalat tiba. Saya seorang Anglo-Australia dan saya memberanikan diri ke sana, tuturnya.

Hatinya tergerak ketika melihat gerakan sujud yang dilakukan jamaah dalam shalat. Pemandangan itu meninggalkan kesan yang mendalam baginya. Hati kecilnya mulai berkata, hidup sebagai Muslim bukanlah hal yang mustahil lagi. Saat kuliah, ia bertemu dengan Bukhari Daud, bupati Aceh Besar, yang tengah studi di Australia.

Ia berteman baik dengan Bukhari. Keduanya sering berdiskusi tentang Islam. Bukhari lalu mengundang Domenyk ke rumahnya. Pertemuan itu adalah pengalaman yang menarik. Mereka memperkenalkan saya pada budaya Muslim Indonesia. Di sanalah saya pertama kali mengetahui tentang keramahan Muslim, tuturnya.

Tekadnya untuk memeluk Islam sudah semakin bulat. Di depan Bukhari dan sekelompok Muslim lainnya, Domenyk mengucapkan dua kalimah syahadat dan mengukuhkannya menjadi seorang Muslim di kediaman Bukhari saat studi di Australia.

Islam telah membuat saya menjadi seseorang yang lebih baik dan membimbing saya untuk membuat lingkungan sebagai tempat yang lebih baik, paparnya. Ia pun berhasil meyakinkan keluarganya. Keluarga saya melihat bagaimana Islam memberikan efek positif kepada saya. Hal itu tidak memberikan dampak negatif terhadap hubungan saya dengan keluarga.

Ramadhan Pertama di Indonesia

Ramadhan pertama sebagai Muslim merupakan kenangan yang sangat luar biasa bagi Domenyk Eades. Ia merasa beruntung memiliki banyak sahabat Muslim yang berada di dekatnya. Mereka menghabiskan Ramadhan dengan berbuka puasa bersama dan melaksanakan shalat Tarawih setelahnya.

Ramadhan pertama Domenyk berlangsung di Indonesia pada 1997. Hari itu merupakan pengalaman yang sangat luar biasa, kenang Domenyk. Ia mengaku tidak terlalu sulit untuk membiasakan diri dalam menjalankan ibadah. Domenyk sudah mempelajari bagaimana melaksanakan shalat dan puasa sebelum menjadi seorang Muslim.

Ia menghafal beberapa ayat pendek. Setelah mengucapkan syahadat, tidak terlalu lama baginya membiasakan diri dalam melaksanakan ibadah. Menjadi seorang Muslim membawa banyak perubahan dalam hidup Domenyk. Menurut dia, perubahan itu terjadi dari waktu ke waktu.

Domenyk menjadi seorang Muslim ketika duduk di bangku kuliah. Ia beruntung tinggal di dekat lingkungan Muslim yang kebanyakan berasal dari Indonesia. Tak cuma itu, ia juga bersyukur bisa tinggal di beberapa negara Muslim. Selama beberapa waktu, ia tinggal di Indonesia, terutama di Aceh.

Selama beberapa tahun, ia menetap di negara Arab untuk bekerja dan mempelajari bahasa Arab. Domenyk mempelajari linguistik bahasa Arab di Inggris. Ia menghabiskan bertahun-tahun mempelajari bahasa Arab. Domenyk pun telah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah pada 2007.

Saat ini ia bekerja sebagai dosen senior pada program studi bahasa Arab di Universitas Salford, Inggris. Saat ini, Domenyk mengajar bahasa Arab kepada mahasiswanya di Inggris. Risetnya seba gai dosen di bidang bahasa dan penerjemahan.

Ia juga sudah menyelesaikan penelitiannya di bidang bahasa di Indonesia. Salah satu buku yang ia terbitkan adalah buku mengenai bahasa Gayo, Aceh. Domenyk juga telah memublikasikan berbagai macam artikel, jurnal, dan buku tentang tata bahasa serta dialek bahasa Arab. Ia juga banyak menerjemahkan buku-buku dari bahasa Arab ke bahasa Inggris. (heri ruslan )

Yahya Hayder, Perjalanan Spiritual dari Wahabi ke Syiah


Nama saya Yahya Hayder Seymour. Saya dilahirkan di Filipina pada tahun 1987 dengan nama Sean Andrew Seymour. Ayah saya warga Skotlandia dan ibu saya seorang Filipina. Itu berari seorang berdarah campuran atau dengan istilah half cast seperti yang disebut oleh rekan-rekan saya. Kedua orang tua saya bercerai ketika saya masih muda. Ibu saya terpaksa membesarkan kakak saya yang waktu itu berusia 3 tahun, sementara saya baru berusia 9 bulan. Ibu berusaha keras untuk membesarkan kami, meskipun ia berada di sebuah negara asing, Skotlandia. Sebuah Negara yang agak kasar terhadap orang asing.
Berasal dari Filipina, secara alami saya adalah seorang Katolik Romawi. Saya memang percaya akan wujudnya Tuhan, tetapi bukan dalam bentuk dogma yang tertentu. Bukan juga dari sudut pandang Panteisme. Walaupun saya punya minat dalam berbagai agama yang dilahirkan dalam sejarah, saya sering membaca agama, mitos dan legenda.
Pada usia 13-14, saya berteman dengan orang-orang yang salah. Mungkin karena saya ingin merasa punya kelompok dan mendapat perhatian. Oleh karena itu, saya menjadi salah seorang anak dari keluarga yang berlatarbelakang kelas menengah yang dihormati, yang berlagak kononnya ghetto, dan seperti itu. Saya mulai merokok pada usia 14 tahun, dan minum Binge pada usia yang sama. Sayangnya kebiasaan ini memberi dampak buruk bagi pelajaran saya. Nilai-nilai di sekolah mulai menurun  dan akhirnya saya dikeluarkan dari sana. Pada usia tersebut, guru pembimbing saya telah memberikan saran agar saya melakukan proyek pribadi sebagai hukuman. Tugas ini harus dilakukan selama 2 bulan dan tugasnya mengkaji tradisi Filipina. Proyek ini menjadi bertambah menarik karena dengan sendirinya saya mulai mengenal agama Islam. Boleh jadi Islam merupakan keyakinan besar dunia yang tidak pernah timbul dibenak saya sebelum ini.
Sejarah membuktikan bahwa leluhur saya dahulu adalah muslim sebelum kedatangan Spanyol ke Filipina. Orang-orang Spanyol inilah yang memaksakan agama Kristen di bagian Utara Negara ini dan sebagian besarnya dengan cara brutal. Bagaimanapun saya tidak melihat Islam secara mendalam pada saat itu.
Saya mula membaca sejarah dan politik dunia sebagai hobi, sesuatu yang sebelum ini tidak pernah terlintas di pikiran saya. Saya mula memutuskan bahwa kehidupan saya akan menjadi mimpi buruk bila saya tidak segera mengambil sikap. Ia akan menjadi akhir kehidupan saya tanpa meninggalkan kelayakan mendasar dan tidak juga mampu untuk maju serta gagal dalam kehidupan.
Saya berubah dan serius mengikut agama yang seharus dipatuhi oleh kedua orang tua saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menumpukan perhatian serius kepada Katolik dan melaksanakan ajarannya. Sekalipun doktrin Trinitas membuat minat saya mengkaji Katolik, di sisi lain, saya juga tidak yakin Paus menjadi wakil Tuhan di bumi.
Saat ke Mesir, saya mengunjungi ayah. Di sana saya diberikan sebuah al-Quran terjemahan bahasa Inggris. Saya mulai membacanya. Saya mendapai al-Quran sungguh menarik. Terutama di dalamnya disebutkan nabi-nabi yang saya akrab dengannya termasuklah Nabi Isa as yang mempunyai peran lebih logis dalam agama ini. Saya juga merasakan bahwa buku ini, meletakkan Tuhan di posisi yang tinggi selayaknya dibandingkan dengan Old Testament yang memberi penjelasan tentang Tuhan.
Dalam Old Testament atau Perjanjian Lama menyebut Tuhan adalah penerobosan dari Israiliyyat atau sekelompok hadis palsu yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad Saw, yang secara umumnya telah dipalsukan oleh yahudi dan Kristen, malah sebagian umat Islam juga meyakininya…. Semoga Allah melindungi kita dari penyimpangan tersebut.
Setahun melakukan penelitian sayapun memeluk agama Islam pada usia 15/16 tahun. Saya menjadi seorang muslim yang setia dan mulai memusatkan diri dalam mempelajari agama ini. Kononnya ketika itu saya ingin menjadi contoh yang bersinar kepada mereka yang berada dalam kegelapan(seperti yang dijelaskan oleh Malcolm X dalam biografinya). Saya melibatkan diri dalam masyarakat lokal dan pada masa itu saya menjadi pengikut Najdi (Salafi atau Wahabi) yang tidak toleran dan meremehkan status Nabi dan keluarganya serta meninggikan status mereka yang menjadi sahabat Nabi tanpa mengetahui apakah itu layak atau tidak. Bagaimanapun Salafi sangat terorganisir dan begitu memahami kehendak masyarakat serta menarik perhatian anak muda.
Dengan mendapatkan dukungan dari negara kaya minyak Teluk Persia, terutama dari Arab Saudi dan Kuwait, kelompok Salafi-Wahabi ini mendapat dana mencukupi dan terorganisir. Selain itu mereka juga lebih aktif dalam berbagai bidang dan tugas-tugas misionaris dari syiah.
Bagian final kemajuan atau perkembangan spiritual saya ketika berusia 17 tahun. Kebetulan saya mendengar ceramah Sayed Mahdi Modaressi pada tanggal 1 Muharram di London……
Sebuah kisah lelaki, wanita dan anak-anak yang telah dibunuh dengan kejam oleh ekstrim muslim………siapakah mereka ini???
Cucu baginda Rasulullah Saw Husein dan keluarganya.
Saya terperanjat.
Selama berbulan-bulan saya melakukan penelitian, kemudian saya memutuskan bahwa terdapat bukti yang sahih lewat buku hadis kita sendiri(Ahlu Sunnah) bahwa mazhab Syaih adalah yang paling akurat dan status Ahlul Bait as serta peran mereka melindungi agama. Demikian juga cinta tulus terhadap keluarga Nabi, semuanya bersumber dari hari wafatnya Rasulullah dan juga peristiwa Saqifah.
Bagaimana bisa saya tidak merasakan kesedihan Rasulullah Saw, insan teragung di atas muka bumi? Banyak buku-buku sejarah yang merekam peristiwa hitam dalam kehidupannya, bagaimana mereka yang akrab dengannya berusaha untuk menghancurkannya dan warisannya. Sebagai seorang sunni, saya tahu benar bagaimana dua khalifah yang pertama begitu diberi pujian, begitu juga Khalid ibn al-Walid dan Imam Ali as, bagaimanapun kita tidak mengetahui apa-apa berkaitan Hasan dan Husein.
Saya masih teringat bagaimana saya bertanya mengapa Aishah memerangi Ali dan kemudian peperangan Imam Ali dengan Muawiyah? Bagaimana kejadian tersebut bisa berlaku ke atas generasi yang paling benar?? Sebenarnya, terlalu sedikit kebenaran yang terdapat mengenai mereka.
Sepanjang saya sebagai sunni, saya berusaha untuk menjelaskan kepada rekan dan keluarga yang non-muslim, yang percaya bahwa Islam sebagai agama fanatik dan teroris bahwa Islam tidak sedemikian. Bagaimanapun, saya kemudian menyadari bahwa Islam tidak jauh dari hakikat….
…. Islam yang diyakini oleh sebagian mayoritas Muslim benar mewakili sedikit teror dan ekstrim. Nabi Muhammad Saw dan keluarga baginda bukanlah arsitek dan tidak juga lambing terorisme, malah merekalah yang menjadi korban terbesar dan syahid yang diambil dari kita oleh teroris.
Muhammad, Fatima, Ali, Hasan dan Husein as adalah korban semua terorisme ini.
Akhirnya, saya dapat bernafas, hijab yang menutup mata saya terangkat dan saya dapat melihat dengan jelas jalan bimbingan.
Saya menyadari bahwa sejarah sering ditulis oleh pihak tirani. Kita masih saja membiarkan Islam dikorup dan dirusak oleh sampah masyarakat. Bani Umayah yang merupakan musuh Nabi ketika baginda hidup dan tidak lama selepas kewafatan baginda, toh seluruh dinasti Umayyah dibiarkan menjadikan penjaga dan memerintah seluruh umat, bagaimana bisa perkara seperti ini masuk akal??
Syiah merupakan keadilan yang revolusioner dan pusat jantung Islam, dan saya telah menemuinya. Syiah memberi hakikat gambaran yang amat menyedihkan kepada saya. Nabi Muhammad Saw dan mereka yang loyal kepada Tuhan adalah yang paling bertakwa, paling dermawan dan paling menyayangi; merekalah yang paling menderita, mereka menderita ditangan orang yang menganiaya mereka dan seterusnya menganiaya yang lain.
Bagaimanapun sebaik saja rantai ujian dan penderitaan berakhir dan kegelapan tenggelam, keadilan pun timbul dan merebak.
Saya menerima Syiah pada tahun 2004, dan meninggalkan cinta saya pada taghut dan penganiaya keluarga Muhammad Saw. Saya memberi baiahtsaya kepada Imam al-Mahdi, semoga Allah mempercepatkan kehadirannya. Sejak itu saya meninggalkan Universitas Skotlandia dan bergabung dengan Hawza Ilmiah London, dimana saya mendapat banyak ilmu dari Sheik Mohammed Saeed Bahmanpour, Sheikh Hakimelahi, Dr. Jassim Hussain dan Ayatollah Sayyed Fadhil Milani.
Segala puji kepada Allah, selawat dan salam ke atas Nabi Muhammad dan keluarganya. Laknat Allah ke atas pembunuh mereka.
Rabu, 15 Februari 2012 14:30 WIB

Cucu Malcolm X Masuk Syi’ah


Setelah masa muda yang penuh masalah,Malcolm Shabazz berusaha untuk mengikuti jejak kakeknya, Malcolm X. Dia juga cucu dari Dr. Betty Shabazz yang meninggal pada tahun 1997 setelah menderita luka bakar di apartemennya. Malcolm yang saat itu berusia 12 tahun mengaku bersalah telah menyulut api. Ibunya yang pada saat umur empat tahun melihat ayahnya ditembak,Qubilah Shabazz, memberi tahu bahwa neneknya wafat.
Malcolm duduk di penjara dan berbicara kepada arwah neneknya, memohon tanda agar dimaafkan. “Saya hanya ingin dia tahu bahwa saya menyesal. Saya ingin tahu bahwa dia menerima permohonan maaf ini, karena saya tidak bermaksud demikian,” kenangnya. “Tapi saya tidak mendapat jawaban, meski ingin.” Enam tahun setelah kebakaran, dia kembali masuk penjara—kali ini penjara orang dewasa dengan tuduhan pencobaan perampokan. Tapi ia masih mencari kesempatan untuk melanjutkan kehidupan, dan dunia melihatnya akan melihatnya sebagai cucu dari seorang martir.
Malcolm tumbuh jauh dari kilauan ketenaran nama yang diwariskan. Selama bertahun-tahun ia berjuang memenuhi harapan untuk mengikuti jejak kakeknya, meskipun ia mendapat manfaat hubungan keluarga dan dukungan para pengagum Malcolm X. Tapi dia ingin mencapainya sendiri. “Saya punya tujuan. Saya punya rencana. Saya ingin orang tahu apa yang terjadi pada saya.”
Butuh waktu selama 22 bulan. Bahkan untuk menghadapi komentar sinis tentangnya: pembakar dengan gangguan mental. “Menurut catatan, saya didiagnosa dengan banyak hal. Saya mendengar banyak suara dan hal. Saya skizofrenia, saya depresi berat. Saya tidak akan bisa duduk tenang jika semua itu benar.” Ruth Clark, ibu baptis Malcom, berkata, “Banyak tekanan menjadi cucu Malcolm X. Setiap orang memiliki harapan tinggi.”
Sama seperti kakeknya, ia banyak menghabiskan waktu di jalanan dan penjara. Sama seperti kakeknya, di balik penjara ia menemukan kembali iman dan tenggelam ke dalam Islam. Ketika dikarantina di Attica Correctional Facility di New York, Malcolm Shabazz mengatakan bahwa dia tidak memiliki perlengkapan yang bersih dan bahan bacaan. Tapi saat itu, ia bertemua napi lainnya asal Meksiko-Iran. Menurut Shabazz, orang ini menjadi teman diskusi dengan banyak teks keagamaan.
“Saya dibesarkan sebagai suni, semua keluarga saya suni.” Perpindahannya kepadaSyiah menyebabkan reaksi yang mirip seperti ketika kakeknya meninggalkan Nation of Islam pada tahun 1964 dan menyatakan dirinya sebagai suni. Tersebarnya berita itu, membuat beberapa pemimpin suni and anggota komunitas menyatakan ketidaknyamanan mereka. Banyak orang menulis kepadanya, “Bagaimana Anda bisa menjadi Syiah?”
Shabazz menceritakan bahwa dirinya telah diberi tahu bahwa Syiah bukan muslim dan mereka adalah kelompok radikal. Semua yang dikatakan kepadanya sudah ia anggap sebagai propaganda biasa. Karena setiap informasi yang diterima Shabazz tentang mazhab ahlulbait ini berasal dari musuh-musuhnya yang telah dikemas ulang. Shabazz mengatakan, jika kita ingin tahu tentang apapun maka kita harus merujuk pada sumber aslinya dan tidak hanya cukup kepada satu orang awam Syiah, tapi harus kepada alim.
Shabazz Malcolm terkesan dengan buku-buku seperti Peshawar Nights dan Then I was Guided. Malcolm Shabazz kagum dengan perjuangan Imam Husain a.s. yang menurut beberapa alim juga diperjuangkan oleh kakeknya Malcolm X, sama seperti perjuangan Nabi Musa melawan firaun.
Setelah dibebaskan, Shabazz memutuskan untuk pindah ke Suriah dan belajar di sebuah lembaga keislaman dan menghabiskan delapan bulan berikutnya untuk mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak. “Saya keluar dari penjara dan ingin pergi sementara waktu.” Setelah kembali dari Suriah, Shabbaz kembali ke Miami dan menyiapkan sebuah memoar yang akan menyingkap kesalahpahaman agar semua menjadi jelas.
Setelah kembali ke Amerika Serikat, ia memutuskan untuk mengikuti jejak kakeknya pergi haji. Pengalaman seumur hidup Shabazz ini membuktikan kekuatan keimanan. Selain salat di tanah suci Mekah dan Madinah, Shabazz juga berkunjung ke Riyadh dan Jeddah.
Selengkapnya di blog Malcolm Shabazz: Live From Saudi Arabia
 
habazz sempat ditanya oleh seorang jendral Arab Saudi yang fasih berbahasa Inggris, “Brother, are you Shia or are you Sunni?” Pertanyaan itu membuat seluruh ruangan menjadi terdiam. Shabazz menjawab, “Brother, I’m a Muslim.” Shabazz juga mengunjungi komunitas Syiah kulit hitam di Madinah yang menurutnya sudah tinggal sejak masa awal Islam. Di sana ia menceritakan tentang siapa dirinya lalu didoakan agar ibadah hajinya di terima AllahSwt.
Puluhan tahun sebelumnya, kakeknya telah membuat perubahan pada kultur Amerika dengan mengambil pendekatan radikal untuk menuntut persamaan hak. Ketika ditanya apakah kakeknya akan mengagumi Presiden Obama jika ia masih hidup hari ini, Shabazz menjawab, “Jelas tidak. Bagi saya, dia tidak ada bedanya dengan Bush.”
Shabazz mengatakan bahwa demokrasi di negaranya palsu, sebuah ilusi yang diabadikan para elite penguasa. Meski secara khusus ia tidak mengagumi Obama, ia berharap pemilihan presiden Afrika-Amerika pertama ini bisa “meningkatkan harga diri pemuda kulit hitam”. Pesan-pesan yang disampaikan Malcolm X semakin lebih penting saatnya daripada sebelumnya.
“Kakek saya pernah mengatakan bahwa hanya ada dua kekuatan yang dihargai diAmerika Serikat—kekuatan ekonomi dan kekuata politik—dan dia menjelaskan bagaimana kekuatan sosial berasal dari keduanya. Sayangnya, mayoritas masyarakat (saat ini) buta huruf secara ekonomi dan naif secara politik. Mereka percaya dengan apa yang mereka lihat di televisi dan baca di koran. Saya katakan, percaya sebagian yang Anda lihat, dan jangan percaya apa yang Anda dengar.”
Shabazz percaya bahwa perubahan dapat dimulai dengan pendidikan dan persatuan. “Pendidikan dapat dilakukan melalui musik, puisi yang diucapkan, seni, ceramah dari mimbar, atau terlibat dalam pekerjaan fisik.” Terkait persatuan, ia mencontohkan Uni Eropa, sebagai organisasi “di mana negara-negara yang tidak saling suka satu sama lain tapi karena memiliki akal sehat untuk bersama dengan satu tujuan atau melawan musuh bersama.”
“Setelah peristiwa 11 September, banyak orang tidak tahu (tentang Islam). Tapi mereka mulai menyelidiki dan belajar lebih.” Meski reaksi pertama orang adalah berpaling dari agama jihad, Shabazz merasa banyak orang juga butuh mendidik diri mereka sendiri—dan menemukan ada banyak sisi lain Islam dari yang media gambarkan. Bagi seorang pemuda yang telah menjalani kehidupan penuh gejolak, Shabazz mencari sesuatu yang mendasar bagi keimanannya: “Saya ingin ketenangan pikiran.”

Muslim Belanda Rayakan Hari Mualaf


REPUBLIKA.CO.ID, Hari Ahad di akhir Maret lalu menjadi spesial bagi Muslimin Belanda. Mereka berkumpul mengadakan petemuan untuk menyambut saudara yang baru saja mendapat hidayah. Mereka menyebutnya sebagai hari perayaan untuk para mualaf.

Acara bertajuk “National Converts Day of Dutch Muslim” tersebut dihadiri banyak Muslim. Ruang pertemuan di Blue Mosque Amsterdam pun dalam sekejap menjadi sangat ramai. Dengan wajah berseri, Muslimin Belanda saling bersalaman dan menyapa.

Acara ini bukan ajang perekrutan para mualaf. Namun, hari itu memang spesial karena terdapat sembilan orang yang memutuskan untuk bersyahadat. Muslimin pun berdatangan untuk mengenal siapa sembilan saudara baru mereka.

Seorang pria tua, Hans (72 tahun), tampak girang. Ia merupakan satu dari sembilan mualaf yang baru saja memeluk Islam. Warga asli Belanda ini mengucapkan syahadat saat acara berlangsung. Ia pun merasa sangat tersambut dan diterima dengan baik. Ia merasa memiliki banyak saudara baru seiman. “Hari ini saya sangat senang,” ujarnya dengan senyum berkembang dan mata berseri, seperti dikutip kantor berita KUNA.

Hans mengatakan ia jatuh hati pada Islam setelah melihat kehidupan keluarga anaknya. Anaknya menikah dengan seorang wanita Tunisia delapan tahun lalu, kemudian memeluk Islam setelah mengenal indahnya agama sang istri. Ia bersama istrinya hidup damai dalam keluarga Muslim. Hans pun begitu terpesona dengannya. “Saya sangat terkesan ketika saya melihat bagaimana anak saya dan istrinya begitu damai dan berdoa kepada Allah meminta solusi dan bantuan kepada Tuhan,” katanya.

Terinspirasi dari kehidupan sang anak, Hans bersyahadat. Ia sangat gembira ikut serta dalam perayaan para mualaf tersebut. Ia pun bertekad akan terus mempelajari agama Islam dengan bantuan saudara barunya. Meski usianya telah lanjut, ia tetap bersemangat mempelajari agama. “Saya akan terus mencoba untuk memahami Islam lebih dan lebih, saya akan mempelajari Alquran dan menghadiri kuliah,” ujar Hans.

Acara mualaf nasional ini merupakan yang keenam kalinya dihelat Muslimin Belanda. Bergabung di sebuah Discover Islam Foundation, mereka menjalin kerja sama dengan platform nasional untuk mualaf Belanda. Lebih dari seribu orang menghadiri acara tersebut. Seorang tokoh Muslim Amerika, Yusuf Estes, menjadi pembicara. Seorang mualaf Yunani, Hamza Tzortzis, serta warga Saudi pendaki Gunung Everest pertama, Farouk Al Zouman, juga ikut mengisi kemeriahan acara.

Juru bicara acara Jacob von der Blom mengatakan, jumlah mualaf warga asli Belanda memang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2012 terdapat 15 ribu mualaf, tahun sebelumnya sekitar 12 ribu mualaf.

Belanda menjadi rumah bagi 946 ribu Muslimin. Jumlah tersebut mencapai 5,7 persen dari total populasi Negara Kincir Angin tersebut. Meski minoritas, Muslimin hidup nyaman di sana. Jumlah Muslimin Belanda pun termasuk 10 besar Muslim terbesar di Eropa.
Reporter : Afriza Hanifa
Redaktur :
Heri Ruslan

Terkait Berita: