REPUBLIKA.CO.ID, Hari Ahad di akhir Maret lalu menjadi spesial
bagi Muslimin Belanda. Mereka berkumpul mengadakan petemuan untuk
menyambut saudara yang baru saja mendapat hidayah. Mereka menyebutnya
sebagai hari perayaan untuk para mualaf.
Acara bertajuk “National Converts Day of Dutch Muslim” tersebut dihadiri banyak Muslim. Ruang pertemuan di Blue Mosque Amsterdam pun dalam sekejap menjadi sangat ramai. Dengan wajah berseri, Muslimin Belanda saling bersalaman dan menyapa.
Acara ini bukan ajang perekrutan para mualaf. Namun, hari itu memang spesial karena terdapat sembilan orang yang memutuskan untuk bersyahadat. Muslimin pun berdatangan untuk mengenal siapa sembilan saudara baru mereka.
Seorang pria tua, Hans (72 tahun), tampak girang. Ia merupakan satu dari sembilan mualaf yang baru saja memeluk Islam. Warga asli Belanda ini mengucapkan syahadat saat acara berlangsung. Ia pun merasa sangat tersambut dan diterima dengan baik. Ia merasa memiliki banyak saudara baru seiman. “Hari ini saya sangat senang,” ujarnya dengan senyum berkembang dan mata berseri, seperti dikutip kantor berita KUNA.
Hans mengatakan ia jatuh hati pada Islam setelah melihat kehidupan keluarga anaknya. Anaknya menikah dengan seorang wanita Tunisia delapan tahun lalu, kemudian memeluk Islam setelah mengenal indahnya agama sang istri. Ia bersama istrinya hidup damai dalam keluarga Muslim. Hans pun begitu terpesona dengannya. “Saya sangat terkesan ketika saya melihat bagaimana anak saya dan istrinya begitu damai dan berdoa kepada Allah meminta solusi dan bantuan kepada Tuhan,” katanya.
Terinspirasi dari kehidupan sang anak, Hans bersyahadat. Ia sangat gembira ikut serta dalam perayaan para mualaf tersebut. Ia pun bertekad akan terus mempelajari agama Islam dengan bantuan saudara barunya. Meski usianya telah lanjut, ia tetap bersemangat mempelajari agama. “Saya akan terus mencoba untuk memahami Islam lebih dan lebih, saya akan mempelajari Alquran dan menghadiri kuliah,” ujar Hans.
Acara mualaf nasional ini merupakan yang keenam kalinya dihelat Muslimin Belanda. Bergabung di sebuah Discover Islam Foundation, mereka menjalin kerja sama dengan platform nasional untuk mualaf Belanda. Lebih dari seribu orang menghadiri acara tersebut. Seorang tokoh Muslim Amerika, Yusuf Estes, menjadi pembicara. Seorang mualaf Yunani, Hamza Tzortzis, serta warga Saudi pendaki Gunung Everest pertama, Farouk Al Zouman, juga ikut mengisi kemeriahan acara.
Juru bicara acara Jacob von der Blom mengatakan, jumlah mualaf warga asli Belanda memang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2012 terdapat 15 ribu mualaf, tahun sebelumnya sekitar 12 ribu mualaf.
Belanda menjadi rumah bagi 946 ribu Muslimin. Jumlah tersebut mencapai 5,7 persen dari total populasi Negara Kincir Angin tersebut. Meski minoritas, Muslimin hidup nyaman di sana. Jumlah Muslimin Belanda pun termasuk 10 besar Muslim terbesar di Eropa.
Reporter : Afriza HanifaAcara bertajuk “National Converts Day of Dutch Muslim” tersebut dihadiri banyak Muslim. Ruang pertemuan di Blue Mosque Amsterdam pun dalam sekejap menjadi sangat ramai. Dengan wajah berseri, Muslimin Belanda saling bersalaman dan menyapa.
Acara ini bukan ajang perekrutan para mualaf. Namun, hari itu memang spesial karena terdapat sembilan orang yang memutuskan untuk bersyahadat. Muslimin pun berdatangan untuk mengenal siapa sembilan saudara baru mereka.
Seorang pria tua, Hans (72 tahun), tampak girang. Ia merupakan satu dari sembilan mualaf yang baru saja memeluk Islam. Warga asli Belanda ini mengucapkan syahadat saat acara berlangsung. Ia pun merasa sangat tersambut dan diterima dengan baik. Ia merasa memiliki banyak saudara baru seiman. “Hari ini saya sangat senang,” ujarnya dengan senyum berkembang dan mata berseri, seperti dikutip kantor berita KUNA.
Hans mengatakan ia jatuh hati pada Islam setelah melihat kehidupan keluarga anaknya. Anaknya menikah dengan seorang wanita Tunisia delapan tahun lalu, kemudian memeluk Islam setelah mengenal indahnya agama sang istri. Ia bersama istrinya hidup damai dalam keluarga Muslim. Hans pun begitu terpesona dengannya. “Saya sangat terkesan ketika saya melihat bagaimana anak saya dan istrinya begitu damai dan berdoa kepada Allah meminta solusi dan bantuan kepada Tuhan,” katanya.
Terinspirasi dari kehidupan sang anak, Hans bersyahadat. Ia sangat gembira ikut serta dalam perayaan para mualaf tersebut. Ia pun bertekad akan terus mempelajari agama Islam dengan bantuan saudara barunya. Meski usianya telah lanjut, ia tetap bersemangat mempelajari agama. “Saya akan terus mencoba untuk memahami Islam lebih dan lebih, saya akan mempelajari Alquran dan menghadiri kuliah,” ujar Hans.
Acara mualaf nasional ini merupakan yang keenam kalinya dihelat Muslimin Belanda. Bergabung di sebuah Discover Islam Foundation, mereka menjalin kerja sama dengan platform nasional untuk mualaf Belanda. Lebih dari seribu orang menghadiri acara tersebut. Seorang tokoh Muslim Amerika, Yusuf Estes, menjadi pembicara. Seorang mualaf Yunani, Hamza Tzortzis, serta warga Saudi pendaki Gunung Everest pertama, Farouk Al Zouman, juga ikut mengisi kemeriahan acara.
Juru bicara acara Jacob von der Blom mengatakan, jumlah mualaf warga asli Belanda memang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2012 terdapat 15 ribu mualaf, tahun sebelumnya sekitar 12 ribu mualaf.
Belanda menjadi rumah bagi 946 ribu Muslimin. Jumlah tersebut mencapai 5,7 persen dari total populasi Negara Kincir Angin tersebut. Meski minoritas, Muslimin hidup nyaman di sana. Jumlah Muslimin Belanda pun termasuk 10 besar Muslim terbesar di Eropa.
Redaktur : Heri Ruslan
Post a Comment
mohon gunakan email