Bukti
Fitnah Wahabi (syaikh muqbil wahabi) kepada Imam ahlusunnah Imam Hanafi
attabi’in – Muqbil katakan Imam hanafi berbahaya bagi umat islam.
Seorang
imam panutan kaum muslimin, seorang imam besar madzhab dari 4 madzhab,
seorang ulama salaf yang sangat agung, tidak luput menjadi sorotan,
hujatan dan cacian oleh wahabi-salafi si manhaj salaf palsu atas nama
jarh wa ta’dil.
Imam Abu Hanifah adalah seorang jahmi, penyembah
berhala, paling bahanya manusia bagi umat Islam (Di tulis oleh syaikh
Muqbil bin Hadi al-Wadi’i).
Dalam salah satu karya Muqbil bin Hadi
yang berjudul Nasyru ash-Shahifah fi dzikri ash-Shahih min aqwal
aimmatil jarh wat ta’dil fi Abi Hanifah (artinya : Membeberkan lembaran
tentang menyebutkan ucapan-ucapan sahih dari para imam jarh wa ta’dil
terkait Abu Hanifah).
Sampul kitab :
Di kitab itu Muqbil bin Hadi menampilkan riwayat para imam yang mencaci imam Abu Hanifah, di antaranya:
Makna yang saya garis bawahi :
” Imam Abu Hanifah berkata : ”
Seandainya seseorang menyembah sandal ini untuk mendekatkan diri kepada
Allah, maka aku berpendapat tidak apa-apa “,
” Apakah Abu Hanifah seorang jahmi ? Abu Yusuf menjawab : iya, dia seorang jahmi “.
Dalam
pandangan syaikh Muqbil, imam Abu Hanifah telah membolehkan menyembah
sandal untuk bertaqarrub kepada Allah, naudzu billahi min dzaalikal
kidzb…
Dan dalam pandangannya, imam Abu Hanifah seorang jahmi.
Dalam halaman lainnya, syaikh Muqbil menukil :
” Tidak ada seorang anak yang dilahirkan di Kufah yang lebih berbahaya bagi umat selain Abu Hanifah “.
Di halaman lain, Muqbil menukil :
” Abu Hanifah diminta bertaubat berulang-ulang karena ucapan zindiqnya”.
===============
Hebat,
Muqbil lebih memilih riwayat-riwayat palsu yang menjelaskan cacian para
imam kepada imam Abu Hanifah ketimbang riwayat sahih dan jelas yang
memuji kepribadian imam Abu Hanifah.
al-Hafidz Abu Nu’aim berkata :
حدثنا
محمد بن إبراهيم بن علي ، قال: سمعت حمزة بن علي البصري يقول: سمعت الربيع
يقول: سمعت الشافعي يقول:«الناس عيال على أبي حنيفة في الفقه». وقال حرملة
بن يحيى: سمعت محمد بن إدريسالشافعي يقول: «من أراد أن يتبحر في الفقه،
فهو عيال على أبي حنيفة». قال: و سمعته-يعني الشافعي- يقول: «كان أبو حنيفة
ممن وفق له الفقه
” Telah menceritakan padaku, Muhamamd
bin Ibrahim bin Ali (Abu Bakar al-Aththar, tsiqah), berkata : Aku
mendengar Hamzah bin Ali al-Bashri berkata : ” Aku telah mendengar Rabi’
berkata : Aku telah mendengar imam Syafi’i berkata : ” Manusia butuh
terhadap fiqih imam Abu Hanifah “. Harmalah bin Yahya berkata : ” Aku
mendengar imam Syafi’i berkata : Barangsiapa yang ingin mendalami ilmu
fiqih, maka ia butuh kepada imam Abu Hanifah “. Ia berkata : ” Aku
mendengar imam Syafi’i berkata : ” Imam Abu Hanifah adalah orang yang
termasuk diistimewakan dalam fiqih “.
Ad-Dzahabi berkata :
كلامأبي حنيفة في الفقه أدق من الشعر، لا يعيبه إلا جاهل
”
Ucapan imam Abu Hanifah tentang fiqih lebih lembut dari gandum, tidak
mencelanya kecuali orang bodoh “. (Siyar a’laam an-Nubala : 6/404).
Al-Hafidz Ibnu Katsir :
الإمامأبو
حنيفة… فقيه العراق، وأحد أئمة الإسلام، والسادة الأعلام، وأحد
أركانالعلماء، وأحد الأئمة الأربعة أصحاب المذاهب المتبوعة، وهو أقدمهم
وفاة
” Imam ABu Hanifah, seorang ahli fiqih Iraq, salah
satu imam Islam, pemimpin yang alim, salah satu rukun ulama, salahs atu
imam madzhab yang dikuti, dan paling dahulu wafatnya ” (Al-Bidayah :
10/110).
Sufyan Ats-Tsauri mengatakan :
كانأبو حنيفة أفقه أهل الأرض في زمانه
” Imam ABu Hanifah, seorang yang paling mengerti ilmu fiqih di muka bumi ini pada zamannya “. (al-Faqih wal mutfaqqih : 2/73).
Muhammad bin Muzahim berkata :
ابن المبارك أيضاً: «لولاأن الله أعانني بأبي حنيفة وسفيان، كنت كسائر الناس
”
Ibnu Mubarak juga mengatakan :” Seandainya Allah tidak membantuku
dengan perantara Abu Hanifah dan Sufyan, maka aku sama seperti manusia
lainnya “.
Sumber: dari berbagai sumber Sunni.
*****
Penjelasan kami sebagai berikut:
“Imam Bukhari tidak meriwayatkan satu hadits pun dari Ja’far ash-Shadiq”...
Pertanyaan :
“Bukankah pemimpin Syi’ah, Imam Jafar Shadiq (148 H), adalah guru dua orang Imam besar Sunni?
Mereka adalah Abu Hanifah Nu’man (150 H), dan Malik bin Anas (179 H) ? “.
Persembahan Untuk Mereka yang Suka Mengaku-ngaku!
Seperti
yang selama ini kita kenal bahwa kemunitas Muslim Sunni (ASWAJA) adalah
mencintai dan menghormati Ahlulbait, keluarga dan keturunan Nabi saw.
bahkan lebih dari itu mereka mengklaim sebagai pewaris sejati ajaran
Ahlulbait as. (dan bukan Syi’ah)… Ketika kaum Syi’ah menegaskan bahwa
mereka adalah pengikut Ahlulbait as. dan mazhab mereka dinamakan mazhab
Ja’fari karena Imam Ja’far-lah yang terbuka kesempatan di masa beliau
untuk mewariskan ajaran leluhur beliau para imam suci Ahlulbait as. yang
mereka warisi dsari Nabi mulia Muhammad saw…. ketika kaum Syi’ah
menyatakan itu… segera teman-teman Ahlusunnah berteriak mengatakan:
Bohooong! Syi’ah bukan pengikut Imam Ja’far… bukanpengikut Ahlulbait!
Kamilah Ahlusunnah pengikut sejati Imam Ja’far!
Mungkin
klain itu benar! Tetapi setiap klaim harus dibuktikan! Dan apabila
ternyata tidak mampu dibuktikan, berarti paling tidak perlu diragukan
atau bahkan ditolak!
Di bawah ini… dalam kesempatan singkat ini,
saya akan menyajikan beberapa bukti bagaimana sebenarnya sikap dan
perlakuan ulama Ahlusunnah terhadap Imam Ja’far as.; seorang imam agung
dari keturunan Rasulullah saw.
Benarkan mereka berantosias dan
bersemangat serta berbangga diri ketika menerima riwayat dari Imam
Ja’far as. atau justru mereka menyepelekan, mencemooah dan menghinakan
Imam Ja’far dan meragukan keilmuan dan kehandalannya dalam duni
periwayatan hadis-hadis kakek beliau Rasulullah saw.?!
Saya tidak
ingin mendahului kesimpullan Anda yang cerdas lagi teliti.. saya hanya
akan menyajikan data yang dapat menjadi bahan renungan bagi para pencari
fakta dan kebanaran!
Silahkan ikuti laporan para ulama Syi’ah sendiri!
Adz Dzahabi dalam kitab Siyar A’lâm an Nubalâ’,6/91:
النسائي
حدثنا احمد بن يحيى بن وزير حدثنا الشافعي حدثنا سفيان كنا اذا رأينا
طالبا للحديث يغشى ثلاثة ضحكنا منه ربيعة ومحمد بن ابي بكر بن حزم وجعفر بن
محمد ، لانهم كانوا لا يتقنون الحديث.
“An Nasa’i
menyampaikan berita dari Ahmad bin Yahya bin Wazîr, ia berkata,
Syafi’i, ia berkata, Sufyan: Kami, apabila menyaksikan seorang penuntut
hadis mengerumuni tiga orang maka kami menertawakannya, mereka yaitu
Rabi’ah, Muhammad bin Abi Bakar bin Hazm dan ja’far bin Muhammad, sebab
meerka itu tidak mumpuni dalam ilmu hadis.”.
Dan data ini diriwayatkan dengan jalur yang shahih!
Sufyan bin ‘Uyainah Membongkar Sikap Ulama Ahlusunnah!
Seperti
telah baca langsung, bagaimana Sufyan membongkar kenyataan sikap para
ulama Ahlusunnah terhadap Imam Ja’far ash Shadiq as…. mereka mencemooh
dan mengolok-olok seorang ulama hadis yang belajar hadis Nabi saw dari
cucu Nabi saw. dan tentunya sikap mengejek-ejek dan menertawakan
siapapun yang berrani belajar menimba hadis Nabi saw. dari penghulu
dzurriyah/Ahlulbait Nabi saw. di masanya akan membuat para pelajar dan
ulama penuntut hadis menjadi ketahukan… mereka akan miki dua kali jika
mau belajar dari Imam Ja’far as. sebab akan menjadi bahan tertawaan para
ulama Ahlusunnah lainnya!
Dan ini tentunya adalah cara
keji para pembenci Ahlulbait Nabi saw. atau yang dikenal dengan
sebutkan kaum Nawâshib yang banyak tersebar dan menyelinap mengaku
sebagai Ahlusunnah dan karena kelihaian dalam menyembunyikan
kenashibian, mereka melebir bersama Ahlusunnah lainhya dan akhirnya
sulit dikenali jati diri mereka… kaum Sunni pun menganggapnya sebagai
bagian dari jajaran ulama Ahlusunnah…
Apa yang bisa
kita banyangkan dari dampak buruk sikap dan politik kotor para ulama
Ahlusunnah itu sudah dapat kita bayangkan… Ahlulbait as akan segera
terkucilkan dari dunia Ahlusunnah dan Ahlusunnah pun menjadi buta dan
tidak kenal Sunnah Nabi dari Ahlulbait Nabi… akhirnya Sunnah Nabi saw.
yang mereka terima justru dari musuh-musuh keluarga Nabi saw…. atau
paling tidak itu yang dikahawatirkan banyak pihak!
Kenyataan
itu semakin menjadi gamblang di mata pencari kebenaran setelah
mengetahui bahwa Bukhari (imam Ahli Hadis nomer wahid Ahlusunnah) tidak
sudi meriwayatkan barang satu hadis pun dari Imam Ja’far ash Shadiq as.
Adapun
tuduhan si Sufyan binn ‘Uyainah bahwa Imam Ja’far ash Shadiq as tidak
mumpuni dalam ilmun dan periwayatan hadis Nabi saw. maka saya tidak akan
tanggapi apapun tentangnya.. saya hanya sarankan Pak Sufyan untuk
belajar beristinjak sebab kenyataannya dalam sejarahnya ia tidak pandai
bercebok!
Di sini, dari forum terhormat ini saya
umumkan, apabila ada teman-teman Sunni apalagi Sunni yang plus Salafi
mampu menemukan satu hadis dalam Shahih Bukhari dari riwayat Imam Ja’far
ash Shadiq maka saya segera pensiaun jadi Ibnu Jakfari… dan bloq ini
saya tutup… saya akan siap menjadi sopir angkot jurusan Bagor-Puncak
untuk mengantar para wisatawan Arab Saudi yang bermazhab Wahhabi mau
berzina di Puncak!
Benar sekali! Tidak ada yang sanggup menimba
ilmu dari Imam Ja’far as. dan menanggung semua hinaan dan ejekan itu
melainkan kaum Syi’ah yang telah menjual diri dan harta mereka hanya
untuk Allah dan rasulu-Nya dan demi kecintaan mereka kepada keluarga
suci Nabi saw, … bukan kepada kaumm munafik!
Petunjuk Umat.
Islam
hanya dapat ditawarkan sebagai agama yang sempurna, yang dapat memenuhi
segala kebutuhan manusia jika di dalam agama itu sendiri tidak terdapat
perselisihan dan perpecahan. Karenanya, hikmah Ilahi meniscayakan
adanya orang-orang yang memiliki kriteria seperti yang dimiliki Nabi
Muhammad SAW untuk memberikan bimbingan kepada umat manusia di setiap
masa tentunya selain syariat.
Ilmu yang mereka miliki
tidak terbatas dengan apa yang pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW
(sebagaimana maklum Nabi tidak sempat menjelaskan semua tentang syariat
Islam) namun juga memiliki potensi mendapatkan ilmu langsung dari Allah
SWT ataupun melalui perantara sebagaimana ilham yang diterima Siti
Maryam dan ibu nabi Musa as (Lihat Qs. Ali-Imran : 42, Thaha:38).
Mereka
menguasai ilmu Al Quran sebagaimana penguasaan nabi Muhammad SAW
sehingga ucapan-ucapan merekapun merupakan hujjah dan sumber autentik
ajaran Islam. Masalah ini berkaitan dengan Al Quran sebagai mukjizat,
berkaitan dengan kedalaman dan ketinggian Al Quran, sehingga hukumnya
membutuhkan penafsir dan pengulas.
Al Quran adalah
petunjuk untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman karenanya akan
selalu berlaku dan akan selalu ada yang akan menjelaskannya sesuai
dengan pengetahuan Ilahi. “Sungguh, Kami telah mendatangkan kitab (Al
Quran) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-A’raf :52).
Pada
ayat lain, Allah SWT berfirman, “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu
al-Kitab ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa
yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman. ” (Qs. An-Nahl : 64).
Dengan pemahaman seperti
ini maka jelaslah maksud dari penggalan hadits Rasulullah, Kutinggalkan
bagi kalian dua hal yang berharga, Al Quran dan Ahlul Baitku. (HR
Muslim). Bahwa keduanya Al Quran dan Ahlul Bait adalah dua hal yang tak
terpisahkan hingga hari kiamat, memisahkan satu sama lain akibatnya
adalah kesesatan dan di luar dari koridor ajaran Islam itu sendiri.
Pemerintahan para penjahat melancarkan propaganda hingga ajaran itrah ahlul bait menjadi asing ditengah tengah umat.
Pendapat yang pernah dikemukakan oleh Mahmud Abu Rayyah dalam “
Adhwa’ ‘Ala al-Sunnah al-Muhammadiyyah”
(Telaah Atas Sunnah Muhammad) patut dipertimbangkan di sini. Dia
mengatakan dalam buku itu yang membuat saya terkesima saat membacanya
pertama kali dan selalu saya ingat hingga sekarang: menurut informasi
dari Imam Bukhari sendiri, dia menyeleksi dari sekitar 300 ribu hadis
untuk menyusun kitab koleksi hadisnya yang dianggap sebagai paling
otoritatif oleh umat Islam itu. Sebagaimana kita tahu, Sahih Bukhari
hanya memuat sekitar 2600an hadis.
Kata Abu Rayyah:
bayangkan, Imam Bukhari menyuling 2600an hadis yang dianggap valid dari
300 ribuan hadis. Apa yang bisa disimpulkan dari fakta ini? Kata Abu
Rayyah: dengan rasio 300.000:2600an, kita bisa mengatakan bahwa hadis
pada umumnya adalah palsu atau lemah. Yang valid hanyalah perkecualian
saja. Tentu, kita berbicara mengenai era Imam Bukhari. Dengan kata lain,
pada zaman itu, betapa pervasif dan luas sekali persebaran hadis-hadis
palsu atau minimal lemah. Begitu luasnya persebaran hadis palsu sehingga
Abu Rayyah membuat semacam hukum: hadis yang palsu adalah “
norm“, sementara hadis yang shahih adalah “
exception“.
MENiNGGAL KAN iTRAH AHLUL BAiT = MENiNGGALKAN ALQURAN.. Itrah ahlul bait dan Al Quran adalah satu dan tak terpisahkan.
Hadis
hadis TENTANG SEMUA SAHABAT ADiL, hadis hadis jaminan surga kepada 3
khalifah, hadis hadis pujian kepada Mu’awiyah dan sejenisnya
hanyalah hadis hadis politik REKAYASA PENGUASA dan ulama
penjilatnya. Yang menarik, hadis-hadis politik itu muncul dan beredar di
masyarakat jauh setelah khalifah empat (
al-khulafa’ al-rashidun)
berlalu. Hadis-hadis ini muncul setelah sarjana Islam mulai menulis
literatur yang sering disebut sebagai “fiqh al-Siyasah” atau fikih
politik.
masalah hadis-hadis politik, tinggal
bagaimana kearifan kita dalam memahaminya. iya to! alias tak seluruhnya
dari turats klasik kita itu BAIK. jangan hanya “taken for granted”.
Selamanya kaum munafik tidak akan pernah mencintai Imam Ali as…. semua
upaya mereka hanya akan tercurah pada bagaimana mereka dapat
melampiaskan kedengkian dan kebencian mereka kepada Imam Ali as. dengan
berbagai cara:
1. Melaknati dan memerintah kaum Muslim untuk
mentradisikan pelaknatan Imam Ali as., seperti apa yang ditradisikan
oleh Mu’awiyah dan para raja bani Umayyah tekutuk!
2.
Mengejar-ngejar dan membantai para pecinta Imam Ali as. seperti apa yang
ditradisikan oleh Mu’awiyah dan para raja bani Umayyah tekutuk serta
sebagian raja bani Abbas!
3. Mengintimidasi dan menghukum siapa saja yang dituduh mencintai Imam Ali dan Ahlulbait as.
4. Menuduh siapa saja yang mencintai Imam Ali dan Ahlulbait dengan berbagai tuduhan kejam, seperti Syi’ah atau Rafidhah!
5.
Mencacat siapa saja yang meriwayatkan hadis-hadis Nabi saw. tentang
keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait dengan berbagai pencacatan tidak
berdasar dan palsudan sekaligus menuduhnya sebagai Syi’ah atau Rafidhah!
6.
Memusnahkan atau merahasiakan sebisa mungkin hadis-hadis Nabi saw.
tentang keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait as. agar tidak menyebar dan
mengguga kesadaran umat Islam akan kemuliaan keistimewaan Ahlulbait as.
7.
Menyebarkan hadis-hadis palsu keutamaan musuh-musuh Imam Ali dan
Ahlulbait as. sebagai usaha menandingi keistimewaan Imam Ali dan
Ahlulbait as.
Situasi politik dan keamanan pada
saat pengumpulan hadis hadis sunni tidak kondusif bagi suasana ilmiah
yang netral, buktinya antara lain:
- Imam Al Nasa’i, pengarang
sunan Al Nasa’i dipukul dan dianiaya hingga sekarat didalam Masjid
karena menyatakan : “saya tidak mengetahui keutamaan apapun dari
Mu’awiyah kecuali Allah tidak pernah mengenyangkan perutnya”.
-
Pemakaman Ibnu Jarir Al Thabary dipekuburan Islam dihalangi dan dicegah
karena beliau menshahihkan hadis hadis Ghadir Kum dan menghimpun
riwayat riwayat nya hingga mencapai tingkat mutawatir.. Beliau akhirnya
dikubur dipekuburan Kristen dan hartanya dirampas
- Al ‘Amary
yang meriwayatkan hadis burung panggang (yang menunjukkan keutamaan Imam
Ali) di usir dari tempat duduk nya dicuci karena dianggap najis.
- Imam Syafi’i dianiya karena mengucapkan syair syair yang memuji ahlulbait, bahkan beliau nyaris dihukum mati.
Sebagian hadis hadis sunni berlabel shahih ternyata PALSU dan PENUH REKAYASA POLiTiK, fakta sejarah :
1.
Pihak kerajaan Umayyah (kecuali Umar bin Abdul Aziz) selalu menghina
dan mengutuk Ali dan keturunannya.. Bahkan Yazid membantai Imam
Husain beserta pendukungnya… Tetapi mereka memuliakan Abubakar, Umar,
Usman dan sahabat sahabat lainnya melalui pembuatan hadis hadis politik
jaminan surga dan lain-lainnya.
2. Pihak kerajaan Umayyah
(kecuali Umar bin Abdul Aziz) sangat membenci Imam Ali dan menuduh nya
sebagai pendukung pembunuh USMAN
3. Imam Ahmad bin Hambal pada masa kerajaan Abbasiyah yang pertama kali mengusulkan Ali sebagai bagian dari Khulafaurrasyidin
4.Imam
Ahmad bin Hambal mendha’ifkan hadis hadis shahih karena perawinya yang
pro ahlulbait mengkritik Abubakar Umar USman dan loyalisnya, mereka
diberi label “rafidhah”… Ulama ulama hadis sunni yang lain jauh lebih
radikal dari Ahmad bin Hambal.
5. Sepeninggal Nabi SAW pihak
penguasa bersikap keras dan kejam kepada Imam Ahlulbait dan para
pengikutnya, misalnya : Al Mutawakkil yang digelari “Khalifah Pembela
Sunnah Nabi” melakukan:
- Membongkar kuburan imam Husain.
- Melarang ziarah kubur ke makam Imam Ali dan Husain.
- Memberikan hadiah kepada setiap orang yang mencaci maki Imam Ali.
- Membunuh setiap bayi yang diberi nama Ali.
- Berupaya membela kelompok Nawasib.
Para
peneliti juga mengetahui bahwa Mu’awiyah, politikus penipu yang ulung
itu, telah memerintahkan untuk mengumpul ‘para Sahabat’, agar
menyampaikan hadis hadis yang mengutamakan para Sahabat Abu Bakar, Umar
dan Utsman untuk mengimbangi keutamaan Abu Turab (Ali bin Abi Thalib).
Untuk itu, Mu’awiyah memberikan imbalan berupa uang dan kedudukan kepada
mereka.
Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Abi Saif alMada’ini, dalam bukunya,
alAhdats,
Mengutip sepucuk surat Mu’awiyah kepada bawahannya: ‘Segera setelah
menerima surat ini, kamu harus memanggil orang orang, agar menyediakan
hadis hadis tentang para Sahabat dan khalifah; perhatikanlah, apabila
seseorang Muslim menyampaikan hadis tentang Abu Turab (Ali), maka kamu
pun harus menyediakan hadis yang sama tentang Sahabat lain untuk
mengimbanginya. Hal ini sangat menyenangkan saya, dan mendinginkan hati
saya dan akan melemahkan kedudukan Abu Turab dan
Syi’ahnya’.
Ia juga memerintahkan untuk mengkhotbahkannya di semua desa dan mimbar
(fi kulli kuratin wa’ala kulli minbarin).
Keutamaan para Sahabat ini menjadi topik terpenting di kalangan para
Sahabat, beberapa jam setelah Rasul wafat, sebelum lagi beliau
dimakamkan. Keutamaan ini juga menjadi alat untuk menuntut kekuasaan dan
setelah peristiwa Saqifah topik ini masih terus berkelanjutan. Para
penguasa dan para pendukungnya membawa hadis hadis tentang keutamaan
sahabat untuk ‘membungkam’ kaum oposisi, dan demikian pula sebaliknya.
Dalam
menulis buku sejarah, seperti tentang peristiwa Saqifah, yang hanya
berlangsung beberapa jam setelah wafatnya Rasul Allah saw, harus pula
diadakan penelitian terhadap para pelapor, prasangka prasangkanya,
keterlibatannya dalam kemelut politik, derajat intelektualitas, latar
belakang kebudayaannya, sifat sifat pribadinya, dengan melihat bahan
bahan sejarah tradisional yang telah dicatat para penulis Muslim sebelum
dan setelah peristiwa itu terjadi. Tulisan sejarah menjadi tidak
bermutu apabila penulisnya terseret pada satu pihak, dan memilih laporan
laporan tertentu untuk membenarkan keyakinannya.
Imam
Bukhari takut pada tekanan, sehingga sedikit bergaul dengan alawiyyin
pada masa Abbasiyah…Bergaul dengan alawiyyin akan membahayakan
keselamatannya, masa itu mengaku sebagai orang kafir jauh lebih selamat
nyawa daripada mengaku sebagai syi’ah.
Penguasa
Bani Umayyah ( kecuali Umar bin Abdul Aziz ) dan Separuh Penguasa Bani
Abbasiyah KEKEJAMAN NYA melebihi Firaun, mereka dengan mudah membunuh
orang orang yang tidak bersalah hanya karena ia syi’ah…Inilah yang
membuat Bukhari menjauhi syi’ah.
Jumlah hadis-hadis
yang bersumber dari Imam Kelima dan Keenam lebih banyak dibandingkan
dengan hadis-hadis yang bersumber dari Nabi Saw dan para Imam yang lain.
Akan tetapi, pada akhir hayatnya, Imam Ja’far Shadiq ( Imam Keenam)
dikenai pencekalan secara ketat oleh Khalifah Abbasiyah, Mansur, yang
memerintahkan seperti penyiksaan dan pembunuhan berdarah dingin terhadap
keturunan Nabi Saw yang merupakan kekejaman terhadap penganut Syiah
sehingga perbuatannya melebihi kekejaman dan kebiadaban Bani Umayyah.
Atas
perintah Mansur, mereka ditangkap secara berkelompok, beberapa
dilemparkan ke penjara gelap dan pengap kemudian disiksa hingga mati,
sementara yang lainnya dipancung atau dikubur hidup-hidup di bawah tanah
atau di antara dinding-dinding bangunan, dan dinding dibangun di atas
mereka. Hisyam, Khalifah Umayyah, memerintahkan agar Ja’far Shadiq Imam
Keenam ditangkap dan dibawa ke Damaskus. Kemudian, Imam Ja’far Shadiq
ditangkap oleh Saffah, Khalifah Abbasiyah, dan dibawa ke Irak. Akhirnya,
Mansur menangkap Imam Ja’far Shadiq dan membawanya ke Samarra di mana
Imam disekap, diperlakukan secara kasar dan beberapa kali berusaha untuk
membunuh Imam.
Kemudian, Imam Ja’far Shadiq
diperbolehkan untuk kembali ke Madinah di mana Imam Ja’far Shadiq
menghabiskan sisa-sisa umurnya dalam persembunyian, hingga ia diracun
dan syahid melalui intrik licik Mansur.
Bisakah
anda menulis sesuatu dengan sempurna jika nyawa anda taruhannya ?
Kodifikasi hadis seperti kitab Bukhari Muslim dan lain-lain terjadi pada
masa Abbasiyah bukan ? Wajarlah ilmu itrah ahlul bait dalam kitab hadis
Aswaja Sangat sedikit …Menangislah … menangislah...
Para pembaca…
Pada
masa khalifah Mutawakkil sedang memuncak periwayatan hadis, tetapi
sangat sulit dikenali mana yang asli dan mana yang palsu…
Pada
masa khalifah Mutawakkil negara berakidah ahlul hadis. Paham ini
didukung negara sehingga hadis hadis sunni menjadi mudah di intervensi
dengan penambahan penambahan yang di lakukan ULAMA ULAMA BUDAK kerajaan.
Ahlul hadis sunni hanya memakai hadis tanpa rasio, padahal hadis hadis yang ada tidak ada jaminan 100% akurat dari Nabi SAW.
Karena
fanatisme mazhab, orang orang pada masa tersebut mengarang ngarang
hadis agar mazhab nya tetap tegak. Dulu kita tidak tahu, tetapi kini di
era informasi semakin mudah didapat bukti-bukti.
Di Al
Kafi, Al Kulaini menuliskan riwayat apa saja yang dia dapatkan dari
orang yang mengaku mengikuti para Imam Ahlul Bait as. Jadi Al Kulaini
hanyalah sebagai pengumpul hadis-hadis dari Ahlul Bait as. Tidak ada
sedikitpun pernyataan Al Kulaini bahwa semua hadis yang dia kumpulkan
adalah otentik. Beliau hanya melakukan koleksi, maka beliau tentunya
tidak melakukan penelitian baik sanad ataupun matan dari hadits
tersebut.
Kalau ente menemukan Imam Ja’far
bersabda…. begini dan begitu.. artinya dia hanya mengutip apa yang
disabdakan oleh nabi saw melalui jalur moyangnya seperti Ali bin Abi
Talib, Hasan, Husein, Ali bin Husein dan Muhammad bin Ali. Maka ucapan
para Imam = ucapan Nabi saw. Adapun hadis hadis dha’if dalam kitab
syi’ah bukanlah hadis Nabi SAW tapi ucapan ucapan yang dinisbatkan pada
Imam imam… Dalam kitab syi’ah tidak ada hadis Nabi SAW yang dha’if
apalagi pemalsuan atas nama Nabi SAW.
Hadis Nabi
SAW, Imam Ali disampaikan oleh Imam Ja’far secara bersambung seperti
:[..dari Abu Abdillah (ja’far) dari Ayahnya (Al Baqir) dari kakeknya
(zainal) dari Husain atau dari Hasan dari Amirul Mu’minin (Imam Ali)
yang mendengar Nabi SAW bersabda…] ada lebih dari 5.000 hadis.
Adanya
pertentangan dan kontradiksi diinternal hadis sunni MEMBUKTiKAN bahwa
sebagian hadis sunni yang ditolak (syi’ah imamiyah) adalah hadis BUATAN
rezim penjahat…
Menghujat sahabat adalah kafir
rafidhah ? bagaimana dengan muawiyah yang memerintahkan untuk
menghujat Imam Ali Di mimbar masjid yang diikuti mayoritas khalifah
bani umayyah ? Apa muawiah kafir?
Syi’ah Imamiyah
Menerima Hadis Hadis Mazhab Sunni Jika : “Tidak menyelisihi riwayat yang
dituliskan oleh para ulama syi’ah dan Tidak menyelisihi amalan yang
selama ini ada di kalangan syi’ah”.
Lalu bagaimana
sikap mereka terhadap riwayat yang berasal dari Ahl al-Sunnah ? Ulama
Syiah membolehkan hal ini dengan beberapa ketentuan:
- Hadits itu diriwayatkan dari para imam yang ma’shum.
- Tidak menyelisihi riwayat yang dituliskan oleh para ulama Syiah.
- Tidak menyelisihi amalan yang selama ini ada di kalangan mereka.
.Salah satu yang melandasi pandangan ini adalah apa yang diriwayatkan Ja’far al-Shadiq bahwa ia mengatakan,
“Jika
kalian mengalami suatu perkara yang tidak kalian temukan hukumnya dalam
apa yang diriwayatkan dari kami, maka lihatlah dalam apa yang mereka
(sunni) riwayatkan dari Ali a.s, lalu amalkanlah ia.”.
Oleh
sebab itu, sebagian kelompok Syiah juga mengamalkan apa yang
diriwayatkan oleh beberapa perawi Ahl al-Sunnah,-seperti Hafsh ibn
Ghiyats, Ghiyats ibn Kallub dan Nuh ibn Darraj- dari para imam madzhab
Imamiyah sesuai dengan syarat tersebut di atas.
Bisakah
rawi rawi sunni diterima riwayatnya ? ya bisa asal riwayatnya benar dan
orangnya jujur (hanya saja riwayatnya paling tinggi statusnya HASAN).
Di dalam Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariah (mazhab resmi Iran), ada 4 kitab hadis:
a.
Kitab hadis Al–Kafi, dikumpulkan oleh Syaikh Kulaini, terdapat sekitar
16000 hadis.. Dengan perincian sbb: 5.072 hadis shahih, 144 hasan, 1128
hadis Muwatstsaq (hadis yang di riwayatkan perawi bukan syi’ah tetapi
dipercayai oleh syiah), 302 hadis Qawiy (kuat) dan 9.480 hadis dhaif.
Sangat-sangat
banyak hadis dhaif dalam Kitab Al Kafi (lebih separuh kitab ini
hadisnya dha’if ). Ulama Syiah lain, Syekh Muhammad Baqir al-Majlisy
(wafat 1111H) telah men
dha’ifkan sebagian besar hadits-hadits yang ada dalam kitab
al-Kafy dalam kitabnya,
Mir’at al-‘Uqul.
Menurut
pengakuan Fakhruddin At Tharihi ada 9845 hadits yang dhaif dalam kitab
Al Kafi, dari jumlah 16119 hadits Al Kafi. Kitab ini disusun dalam
jangka waktu yang cukup panjang, selama 20 tahun yang tidak ada
bandingannya. Al-Kulaini meriwayatkan hadis yang sangat banyak jumlahnya
dari berbagai ulama ahl al-bait. Hadis-hadis yang termuat dalam al-Kafi
berjumlah 16.199 buah hadis, yang mencapai tingkat sahih, berjumlah
5.702 buah hadis, tingkat hasan 144 buah hadis, tingkat muwassaq 1.128
buah hadis, tingkat qawiy 302 buah hadis, dan tingkat dha’if 9.485 buah
hadis. [sumber: Ayatullah Ja’far Subhani, “Menimbang Hadis-hadis Mazhab
Syi’ah; Studi atas Kitab al-Kafi” dalam al-Huda: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu
Islam, diterbitkan oleh Islamic Center, Jakarta, vol II, no. 5. 2001,
hlm. 36].
Hadis-hadis dalam al-Kafi al-Kulaini,
khususnya al-Furu’ memang memuat beragam kualitas, dari sahih, hasan,
muwassaq, qawiy, bahkan dha’if. Jadi isi keseluruhan al-Furu’ al-Kafi
berjumlah 10.474 hadis, dengan perincian jilid III berisi 2049 hadis,
jilid IV berisi 2424 hadis, jilid V berisi 2200 hadis, jilid VI berisi
2727 hadis, dan jilid VII berisi 1074 hadis.
Dalam
kitab Masadir Al Hadits Inda As Syi’ah Al Imamiyah yang ditulis oleh
Allamah Muhaqqiq Sayid Muhammad Husain Jalali.. Beliau
mengklasifikasikan hadis dalam kitab Al Kafi Kulaini dengan perincian
sebagai berikut:
Jumlah hadis secara keseluruhan: 1621 (termasuk riwayat dan cerita).
1. Hadis lemah / dha’if: 9485.
2. Hadis yang benar / hasan: 114.
3. Hadis yang dapat dipercaya / mawtsuq: 118 Hadis yang kuat / Qawi: 302.
4. Hadis shahih : 5702.
Dari
hadis-hadis dalam Al Kafi, Sayyid Ali Al Milani menyatakan bahwa 5.072
hadis shahih, 144 hasan, 1128 hadis Muwatstsaq(hadis yang diriwayatkan
perawi bukan syiah tetapi dipercayai oleh syiah), 302 hadis Qawiy(kuat)
dan 9.480 hadis dhaif. (lihat Al Riwayat Li Al Hadits Al Tahrif oleh
Sayyid Ali Al Milani dalam Majalah Turuthuna Bil 2 Ramadhan 1407 H hal
257). Jadi dari keterangan ini saja dapat dinyatakan kira-kira lebih
dari 50% hadis dalam Al Kafi itu dhaif. Walaupun begitu jumlah hadis
yang dapat dijadikan hujjah(yaitu selain hadis yang dhaif) jumlahnya
cukup banyak, kira-kira hampir sama dengan jumlah hadis dalam Shahih
Bukhari.
al-Kulaini hidup di zaman sufara’
al-arba’ah (empat wakil Imam al Mahdi). Selain itu tahun wafatnya adalah
328 H / 329 H (939/940). Beliau dikebumikan di pintu masuk Kufah.
b.
Kitab hadis Man la yahdarul fiqh Ditulis oleh Syaikh Abu Ja’far
Muhammad bin Ali bin Husein Lahir tahun 305 Hijriah dan wafat tahun 381
Hijriah. Terdapat sekitar 6000 hadits tentang Syariah
.
c.
Kitab hadis Tazhibul Ahkam Ditulis oleh Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin
Hasan al-Tusi Lahir di Khurasan tahun 385 Hijriah, dan wafat pada tahun
460 Hijriah Terdapat sekitar 13590 Hadits dalam kitab ini.
d. Kitab
hadis Al-Istibshar fima Ikhtilaf minal Akhbar Ditulis oleh Syakih Abu
Ja’far Muhammad bin Hasan al-Tusi. Lahir di Khurasan tahun 385 Hijriah,
dan wafat pada tahun 460 Hijriah. Terkumpul sekitar 5511 hadits dalam
kitab ini.
Di bawah derajat ke empat kitab ini, terdapat beberapa kitab Jami’ yang besar. Antara lain:
1.
Kitab Bihârul Anwâr. Disusun oleh Baqir al Majlisi. Terdiri dalam 26
jilid.Kitab al Wafie fi ‘Ilmi al Hadis. Disusun oleh Muhsin al Kasyani.
Terdiri dalam 14 juz. Ia merupakan kumpulan dari empat kitab hadis.
2.
Kitab Tafshil Wasail Syi’ah Ila Tahsil Ahadis Syari’ah. Disusun oleh al
Hus asy-Syâmi’ al ‘Amili. Disusun berdasarkan urutan tertib kitab-kitab
fiqh dan
3. kitab Jami’ Kabir yang dinamakan Asy-Syifa’ fi Ahadis al Mushthafa. Susunan Muhammad Ridla at-Tabrizi.
4.
Kitab Jami’ al Ahkam. Disusun oleh Muhammad ar-Ridla ats-Tsairi al
Kâdzimi (w.1242 H). Terdiri dalam 25 jilid. Dan terdapat pula
kitab-kitab lainnya yang mempunyai derajat di bawah kitab-kitab yang
disebutkan di atas. Kitab-kitab tersebut antara lain: Kitab at-Tauhid,
kitab ‘Uyun Akhbâr Ridla dan kitab al ‘Amali.
Kaum
Syi’ah, juga mengarang kitab-kitab tentang rijal periwayat hadis. Di
antara kitab-kitab tersebut, yang telah dicetak antara lain: Kitab
ar-Rijal, karya Ahmad bin ‘Ali an-Najasyi (w.450 H.), Kitab Rijal karya
Syaikh al Thusi, kita Ma’alim ‘Ulama karya Muhammad bin ‘Ali bin Syahr
Asyub (w.588 H.), kitab Minhâj al Maqâl karya Mirza Muhammad al
Astrabady (w.1.020 H.), kitab Itqan al Maqal karya Syaikh Muhammad Thaha
Najaf (w.1.323 H.), kitab Rijal al Kabir karya Syaikh Abdullah al
Mumaqmiqani, seorang ulama abad ini, dan kitab lainnya.
Kulaini
tidak mensyaratkan membuat kitab yang 100% shahih ia hanya mengumpulkan
hadis. Di sisi Syiah tidak ada kitab hadis 100% shahih. Jadi masalah
akurat dan tidak akurat harus melihat dulu apa maksudnya Al Kulaini
menulis kitab hadis. Ulama-ulama syiah telah banyak membuat kitab
penjelasan Al Kafi dan sanad-sanadnya seperti Al Majlisi dalam Miratul
Uqul Syarh Al Kafi, dalam kitab ini Majlisi menyebutkan mana yang shahih
dan mana yang tidak.
Satu yang perlu dicatat:
Mayoritas hadis Syi’ah merupakan kumpulan periwayatan dari Abi Abdillah
Ja’far ash-Shadiq. Diriwayatkan bahwa sebanyak 4.000 orang, baik orang
biasa ataupun kalangan khawas, telah meriwayatkan hadis dari beliau.
Oleh karena itu, Imamiah dinamakan pula sebagai Ja’ fariyyah. Mereka
berkata bahwa apa yang diriwayatkan dari masa ‘Ali k.w. hingga masa Abi
Muhammad al Hasan al ‘Askari mencapai 6.000 kitab, 600 dari kitab-kitab
tersebut adalah dalam hadis.
Para imam memandang
bahwa hadis-hadis Rasulullah saw itu didengar dari beliau baik tanpa
perantara maupun dengan perantaraan leluhur mereka. Oleh karena itu,
dalam banyak pe- riwayatan tampak bahwa Imam ash-shadiq as berkata,
“Menyampaikan kepadaku bapakku dari Zain Al-’Abidin dari bapaknya Al-
Husain bin’ Ali dari ‘ Ali Amirul Mukminin dari Rasulullah saw.
Periwayatan semacam ini banyak terdapat dalam hadis-hadis mereka.
Diriwayatkan
dari Imam ash-Shidiq bahwa ia berkata, “Hadisku adalah hadis bapakku.
Hadis bapakku adalah hadis kakekku.” Melalui cara ini mereka menerima
banyak hadis dari Nabi saw dan menyampaikannya tanpa bersandar kepada
para rahib dan pendeta, orang-orang bodoh, atau pribadi-pribadi yang
menyembunyikan kemunafikan.
Sebagian hadis lain
mereka ambil dari kitab Imam Amirul Mukminin yang didiktekan oleh
Rasulullah saw dan dicatat oleh ‘Ali as. Para penulis kitab-kitab
Shahih dan
Musnad telah menunjukkan beberapa kitab ini.
‘Ali
as memiliki buku khusus untuk mencatat apa yang didiktekan oleh
Rasulullah saw. Para anggota Keluarga Suci telah menghapalnya, merujuk
padanya tentang banyak topik, dan me- nukil teks-teksnya tentang
ber.bagai pennasAlahan. Al-Hurr Al-’Amili dalam kitabnya
Al-Mawsu’ah Al-Haditsiyyah telah menyebarluaskan hadis-hadis dari kitab tersebut menurut urutan kitab-kitab fiqih dari bab bersuci
(thaharah) hingga bab diyat (denda). Barang- siapa yang mau menelaahnya, silakan merujuk pada kitab
Al- Mawsu’ah Al-Haditsiyyah.
Imam
ash-Shidiq as, ketika ditanya tentang buku catatan itu, berkata, “Di
dalamnya terdapat seluruh apa yang dibutuhkan manusia. Tidak ada satu
permasAlahan pun melainkan tertulis di dalamnya hingga diyat cakaran.”.
Kitab
‘ Ali as merupakan sumber bagi hadis-hadis Keluarga Suci itu yang
mereka warisi satu persatu, mereka kutip, dan mereka jadikan dAlil
kepada para penanya.Abu Ja’far Al-Baqir as berkata kepada sAlah seorang
sahabatnya-yakni Hamrin bin A’yan-sambil menunjuk pada sebuah rumah
besar, “Hai Hamran, di rumah itu terdapat lembaran (
shahifah) yang
panjangnya tujuh puluh hasta berisi catatan ‘Ali as dan segAla hAl yang
didiktekan oleh Rasulullah saw. KAlau orang-orang mengangkat kami
sebagai pemimpin, niscaya kami menetapkan hukum berdasarkan apa yang
Allah turunkan. Kami tidak akan berpAling dari apa yang terdapat dalam
lembaran ini.
Imam ash-Shadiq as memperkenalkan
kitab ‘ Ali as itu dengan mengatakan, “la adalah kitab yang panjangnya
tujuh puluh hasta berisi hAl-hAl yang didiktekan oleh Rasulullah saw
dan’ Ali bin Abi ThAlib mencatat dengan tangannya sendiri. Demi Allah,
di dalamnya terdapat semua hAl yang diperlukan manusia hingga hari
kiamat, bahkan diyat cakaran, cambukan, dan setengah cambukan.”.
Sulaiman
bin KhAlid berkata: Saya pernah mendengar Ibn ‘Abdillah berkata, “Kami
memiliki sebuah lembaran yang panjangnya tujuh puluh hasta berisi
hAl-hAl yang didiktekan oleh Rasulullah saw dan dicatat oleh ‘Ali as
dengan tangannya sendiri. Tidak ada yang halal dan haram melainkan
termuat di dalamnya hingga diyat cakaran.”.
Abu
Ja.far Al-Baqir as berkata kepada seorang sahabatnya, “Hai Jabir, kAlau
kami berbicara kepada kalian menurut pendapat dan hawa nafsu kami,
niscaya kami termasuk orang-orang yang celaka. Melainkan kami berbicara
kepada kalian dengan hadis- hadis yang kami warisi dari Rasulullah
saw.”.
Imam al-Shadiq dan Imam al-Ridha –dua diantara imam mereka- seringkali mengatakan,
“Sesungguhnya
kami tidak pernah berfatwa kepada manusia berdasarkan pendapat kami
sendiri. Sesungguhnya jika kami berfatwa kepada manusia dengan pendapat
kami sendiri, niscaya kami akan termasuk orang yang binasa. Namun (kami
memberi fatwa kepada mereka) berdasarkan atsar-atsar dari Rasulullah
saw, yang kami wariskan dari generasi ke generasi. Kami menyimpannya
seperti manusia menyimpan emas dan perak mereka.” (Miqyas al-Hidayah fi
‘Ilm al-Dirayah: ‘Abdullah al-Mamqany (1351 H). Tahqiq: Muhammad Ridha al-Mamqany. Mu’assasah Alu al-Bait, Beirut. Cetakan pertama 1991 M
).
Bersambung dan Terputusnya Sanad Menurut Syiah Imamiyah.
Syiah
Imamiyah juga menekankan tentang keharusan adanya persambungan sanad kepada imam yang
ma’shum. Meski sanad itu kemudian tidak bersambung kepada Nabi saw, sebab perkataan imam itu sendiri adalah
hujjah dan sunnah sehingga tidak perlu dipertanyakan dari mana ia mengambilnya.
hadis
hadis syi’ah biasanya dengan redaksi misalnya : Dalam Al KAfi ada hadis
: Zurarah mendengar Abu Abdillah ( Ja’far Ash Shadiq ) bersabda :
Amirul Mu’minin ( Imam Ali ) bersabda “hiburlah hatimu agar ia tidak
menjadi keras”.
Hadis seperti tadi banyak dalam
kitab syi’ah… Yang diteliti adalah sanad dan matannya dari Zurarah
sampai dengan Kulayni, sementara dari Imam Ja’far sampai dengan Imam Ali
tidak diperiksa lagi karena dari Ja’far sampai dengan Imam Ali sanad
nya pasti bersambung oleh tali kekeluargaan dan tidak mungkin Imam
Ja’far mendustai ayahnya, kakek, buyut hingga Imam Ali.
Syiah
Imamiyah juga meyakini bahwa sanad-sanad hadits mereka semuanya bersambung kepada para imam melalui perantara kitab-kitab
al-Ushul yang ada pada mereka.
Dr.
Muhammad At-Tîjâni as-Samâwie –seorang Sunni yang kemudian membelot ke
Syi’ah, ketika melakukan kajian komparatif antara Sunnah dan Syi’ah,
memberikan judul bukunya tersebut: Asy-Syî’ah Hum Ahlu Sunnah.
Peringatan:
Semua
keterangan diatas sudah cukup membuktikan perbedaan besar di antara
Shahih Bukhari dan Al Kafi. Suatu Hadis jika terdapat dalam Shahih
Bukhari maka itu sudah cukup untuk membuktikan keshahihannya. Sedangkan
suatu hadis jika terdapat dalam Al Kafi maka tidak bisa langsung
dikatakan shahih, hadis itu harus diteliti sanad dan matannya
berdasarkan kitab Rijal Syiah atau merujuk kepada Ulama Syiah tentang
kedudukan hadis tersebut.
Al Kafi adalah kitab
hadis Syiah yang ditulis oleh Syaikh Abu Ja’far Al Kulaini pada abad ke 4
H. Kitab ini ditulis selama 20 tahun yang memuat 16.199 hadis. Al
Kulaini tidak seperti Al Bukhari yang menseleksi hadis yang ia tulis. Di
Al Kafi, Al Kulaini menuliskan riwayat apa saja yang dia dapatkan dari
orang yang mengaku mengikuti para Imam Ahlul Bait as. Jadi Al Kulaini
hanyalah sebagai pengumpul hadis-hadis dari Ahlul Bait as.
Tidak
ada sedikitpun pernyataan Al Kulaini bahwa semua hadis yang dia
kumpulkan adalah otentik. Oleh karena Itulah ulama-ulama sesudah Beliau
telah menseleksi hadis ini dan menentukan kedududkan setiap hadisnya.
Oleh
karena cukup banyaknya hadis yang dhaif dalam Al Kafi maka seyogyanya
orang harus berhati-hati dalam membaca buku-buku yang menyudutkan syiah
dengan menggunakan riwayat-riwayat Hadis Syiah seperti dalam Al Kafi.
Dalam hal ini bersikap skeptis adalah perlu sampai diketahui dengan
pasti kedudukan hadisnya baik dengan menganalisis sendiri berdasarkan
Kitab Rijal Syiah atau merujuk langsung ke Ulama Syiah.
Dan
Anda bisa lihat di antara buku-buku yang menyudutkan syiah dengan
memuat riwayat syiah sendiri seperti dari Al Kafi tidak ada satupun
penulisnya yang bersusah payah untuk menganalisis sanad riwayat tersebut
atau menunjukkan bukti bahwa riwayat itu dishahihkan oleh ulama syiah.
Satu-satunya yang mereka jadikan dalil adalah Fallacy bahwa Al Kafi itu
di sisi Syiah sama seperti Shahih Bukhari di Sisi Sunni. Padahal
sebenarnya tidak demikian, sungguh dengan fallacy seperti itu mereka
telah menyatakan bahwa Syiah itu kafir dan sesat. Sungguh Sayang sekali.
Peringatan
ini jelas ditujukan kepada mereka yang akan membaca buku-buku tersebut
agar tidak langsung percaya begitu saja. Pikirkan dan analisis riwayat
tersebut dengan Kitab Rijal Syiah(Rijal An Najasy atau Rijal Al Thusi).
Atau jika terlalu sulit dengarkan pendapat Ulama Syiah perihal riwayat
tersebut. Karena pada dasarnya mereka Ulama Syiah lebih mengetahui hadis
Syiah ketimbang para penulis buku-buku tersebut.
Jika
ada hadis yang bertentangan dengan Al Quran maka kami menilainya tidak
shahih maka masalahnya selesai ! Kalau ada hadis hadis aneh dalam kitab
kitab mu’tabar syi’ah maka setelah meneliti sanad dan matannya maka
ulama syi’ah langsung memvonisnya dha’if dan hadis tersebut tidak
dipakai !.
Yang dimaksud dengan berpedoman pada tsaqalain adalah mengikuti petunjuk Al Quran dan orang orang terpilih dari ahlul bait.
SEMENTARA
EMPAT KiTAB HADiS TERSEBUT ADALAH CATATAN CATATAN REKAMAN UCAPAN,
PERBUATAN, DAN AKHLAK AHLUL BAiT.. YANG NAMANYA CATATAN MEREKA TENTU ADA
YANG AKURAT DAN ADA YANG TiDAK AKURAT… YANG AKURAT DiNiLAi SHAHiH DAN
YANG TiDAK AKURAT DiNiLAi DHA’iF.
Jika
seseorang membawa sebuah hadis yang lemah dari USHUL AL KAFi dan
kemudian mengarti kan hadis tersebut secara salah sebagai alat
propaganda kesesatan syi’ah, maka hal itu tidak menggambarkan keyakinan
syi’ah!
Kenapa banyak sekali hadis dha’if ?
Apa kulaini lemah dalam keilmuan ?
Jawab: Syi’ah imamiyah itsna asyariah sangat ketat dalam ilmu hadis, sehingga ribuan hadis berani kami dha’if kan ..
Tindakan
pendha’ifan ribuan hadis ini menunjukkan bahwa kami SANGAT SANGAT
SERiUS DALAM menilai keshahihan sesuatu yang dinisbatkan pada agama….
Tidak ada kompromi dalam hal seleksi hadis… Pertanyaannya adalah Sunnah mana yang asli dan mana yang bukan…
Adapun hadis hadis dha’if dalam kitab syi’ah bukanlah hadis Nabi SAW tapi ucapan ucapan yang dinisbatkan pada Imam imam…
Dalam kitab syi’ah tidak ada hadis Nabi SAW yang dha’if apalagi pemalsuan atas nama Nabi SAW.
Jadi
50 % hadis lemah itu bukanlah masalah bagi Syiah, karena mereka
memiliki para ulama yang menyaring hadis-hadis tersebut. Saya rasa
itulah tugas para ulama setelahnya, mereka memberi penjelasan atas kitab
Al Kafi, baik menjelaskan sanad hadis Al Kafi.
Saya
lebih suka menganalogikan Al Kafi itu dengan kitab Musnad Ahmad atau
bisa juga dengan Ashabus Sunan yaitu Sunan Tirmidzi, Nasai Abu dawud dan
Ibnu Majah. Tidak ada mereka secara eksplisit menyatakan semua isinya
shahih, tetapi kitab mereka menjadi rujukan.
Apa
yang dimaksud dengan hadis lemah/dha’if ? Jawab : Jika salah satu
seorang dari rantai penulis hadis itu tidak ada, maka hadis itu lemah
dalam isnad tanpa melihat isinya… Ada hadis dalam Al Kafi yang salah
satu atau beberapa unsur dari rangkaian periwayatnya tidak ada, oleh
sebab itu hadis hadis demikian isnad nya dianggap lemah.
Dalam
Rasa’il fi Dirayat Al Hadits jilid 1 hal 395 disebutkan mengenai syarat
hadis dinyatakan shahih di sisi Syiah yaitu apa saja yang diriwayatkan
secara bersambung oleh para perawi yang adil dan dhabit dari kalangan
Imamiyah dari awal sanad sampai para Imam maksum dan riwayat tersebut
tidak memiliki syadz dan illat atau cacat!.
Memang
bukan kitab shahih tetapi bukan berarti seluruhnya dhaif. Jumlah hadis
yang menurut Syaikh Ali Al Milani shahih dalam Al Kafi jumlahnya hampir
sama dengan jumlah seluruh hadis dalam shahih Bukhari. Dengan cara
berpikir anda hal yang sama bisa juga dikatakan pada kitab hadis sunni
semisal Musnad Ahmad, Sunan Daruquthni, Musnad Al Bazzar, Mu’jam
Thabrani Shaghir dan Kabir, Al Awsath Thabrani dan lain-lain yang banyak
berisi hadis dhaif. Anehnya kutub as sittah sendiri terdapat
hadis-hadis dhaif dan palsu seperti yang ada pada Ashabus Sunan.
Kulaini
tidak mensyaratkan membuat kitab yang 100% shahih ia hanya mengumpulkan
hadis. Di sisi Syiah tidak ada kitab hadis 100% shahih. Jadi masalah
akurat dan tidak akurat harus melihat dulu apa maksudnya Al Kulaini
menulis kitab hadis.
Ulama-ulama syiah telah banyak membuat
kitab penjelasan Al Kafi dan sanad-sanadnya seperti Al Majlisi dalam
Miratul Uqul Syarh Al Kafi, dalam kitab ini Majlisi menyebutkan mana
yang shahih dan mana yang tidak.
Saya rasa itulah
tugas para ulama setelahnya, mereka memberi penjelasan atas kitab Al
Kafi, baik menjelaskan sanad hadis Al Kafi . Artinya bagi saya adalah
bahwa secara implisit mereka sudah mengklaim bhw hadits2 mereka tulis
bukan sekedar koleksi tapi melewati filtrasi dg menggunakan metode yang
mereka yakini.
Jadi 50 % hadis lemah itu bukanlah masalah bagi Syiah, karena mereka memiliki para ulama yang menyaring hadis-hadis tersebut.
Perkembangan
zaman selalu menuntut adanya perkembangan pemikiran sehingga Syiah
selalu memiliki marja’ disetiap zaman untuk memutuskan suatu hal yang
boleh jadi berbeda di setiap zaman, dan kitab rujukan utama Syiah adalah
Alquran, Yang penting esensi ajarannya, seperti para Imam Ahlul Bayt
yang konsisten mengawasi dan meluruskan terhadap penyimpangan para
penguasa yang zalim.
Penyimpangan:
Rasul
menyebut keduanya (Al Quran dan Ahlul Baitnya) sebagai Tsaqalain yakni
sesuatu yang sangat berharga. Keduanya saling melengkapi dan tidak dapat
dipisahkan. Penerus nabi adalah orang-orang yang tahu interpretasi
ayat-ayat Al Quran sesuai dengan makna sejatinya, sesuai dengan karakter
esensial Islam, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.
Rasulullah
menjamin bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dan berpegang pada
kedua tsaqal ini, maka tidak akan pernah mengalami kesesatan. Kemunduran
dan penyimpangan kaum Muslimin terjadi ketika mencoba memisahkan kedua
tsaqal ini.
Islam adalah keduanya (Al Quran dan
Ahlul Bait) yang tidak akan terpisah hingga akhir zaman, hingga
kehadiran Ahlul Bait Rasulullah yang terakhir, Imam Mahdi afs yang
dinanti-natikan. Ahlul Bait adalah madrasah yang paling komplit yang
mengandung berbagai khazanah ke- Islaman. Madrasah ini telah terbukti
menghasilkan kader-kader yang mumpuni dan telah mempersembahkan
karya-karya cemerlang bagi kehidupan umat manusia.
Imam
Ja’far Shadiq (fiqh), Jalaluddin Rumi (tasawuf), Ibnu Sina
(kedokteran), Mullah Sadra (Filsafat), Allamah Taba’tabai (tafsir) dan
Imam Khomeini (politik), sebagian kecil orang-orang besar yang terlahir
dari madrasah ini.
*****
Malik bin Anas berkata:
“Fitnah Abu Hanifah lebih berbahaya bagi umat dari pada Fitnah
Iblis”…
Malik berkata: Tidak seorangpun lahir dalam islam yang lebih
berbahaya dari Abu Hanifah”.
Imam Syafi’i berkata: “Saya
tidak tahu siapa yang menulis sebuah kitab yang membuktikan kesalahannya
sendiri kecuali Abu Hanifah.
“Aku telah melihat kitab Abu Hanifah dan
mereka mengklaim bahwa apapun yang mereka katakan ada dalam Kitabullah
dan sunnah Nabi-Nya, dan sebenarnya mereka menentangnya. (bertentangan
dengan Kitabullah dan Sunnah)”…
Berkata Muhammad bin Idris As-Syafi’i:
“Aku melihat kitab sahabat-sahabat Abu Hanifah dan itu terdiri dari 130
halaman, aku menemukan di dalamnya 80 halaman yang bertentangan dengan
Al Kitab (al Qur’an) dan Sunnah”…
” Syafi’i mengatakan kepada mereka
kejahatan Abu Hanifah”…
Ahmad bin Hanbal berkata:
“Menurutku pendapat Abu Hanifah sama dengan kotoran kambing”… Ahmad bin
Hanbal ditanya mengenai Imam Malik. Jawabannya: ‘Hadisnya Shahih tapi
pendapatnya Lemah (dhaif).
Tidak ada kewajiban bagi
siapapun untuk mengikuti salah satu dari empat Mazhab Sunni, karena jika
kebenaran ada pada keempat mazhab tersebut, mengapa salah satu Imam
Mazhab dari empat mazhab tersebut dikritik pedas oleh Imam Mazhab
lainnya?
Lalu pandangan yang mana yang harus diikuti?
toh kedua
Imam Mazhab Sunni tersebut jelas-jelas mengatakan bahwa Abu Hanifah yg
merupakan salah satu dari Imam Mazhab sunni tersebut merupakan seorang
Imam kesesatan, pendapatnya tidak ada artinya, fitnahnya lebih berbahaya
daripada fitnah iblis, dll (sebagaimana yang tercantum dalam Tarikh
Baghdad diatas)?
Pada intinya silahkan bagi anda untuk mengikuti
mazhab manapun yang anda yakini, tidak ada monopoli dalam bermazhab,
yang jelas kewajibannya adalah mengikuti Tsaqalain:
Kitabullah dan
Ahlul Bait.Imam Syafi’i: “Aku telah melihat kitab Abu
Hanifah dan mereka mengklaim bahwa apapun yang mereka katakan ada dalam
Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya, dan sebenarnya mereka menentangnya.
(bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah)…. “Syafi’i mengatakan kepada
mereka kejahatan Abu Hanifah”.Imam Malik bin Anas
berkata: “Fitnah Abu Hanifah lebih berbahaya bagi umat dari pada Fitnah
Iblis”…. Malik berkata: Tidak seorangpun lahir dalam islam yang lebih
berbahaya dari Abu Hanifah”.
Ahmad bin Hanbal berkata:
“Menurutku pendapat Abu Hanifah sama dengan kotoran kambing”…. Tentang
Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hambal menjawab: ‘Tidak Hadis dan tidak
Pendapatnya (tidak ada nilainya).Abu Hanifah dikenal
sebagai ulama dari salah satu empat Mazhab Sunni yang sempat belajar
kepada Imam Ja’far Shadiq (as). Salah satu ucapannya yang terkenal
adalah :
أبا حنيفة ومالك كانا تلميذين للإمام الصادق وكان أبو حنيفة كثيرا ما يقول لولا السنتان لهلك النعمان
Abu Hanifah dan Malik adalah murid dari Imam Shadiq dan Abu Hanifah biasa mengatakan : “Tanpa dua tahun al-Nu’man akan binasa” (
Nazarat fi al Kutub al Khalidah halaman 182).
Dalam Minhaj al-Syariah al-Islamiah juz 3 h.114:
وأخذ عنه أيضا الإٌمام أبو حنيفة في الكوفة ، وقال ما رأبت أفقه من جعفر بن محمد الصادق
“Begitu
juga Imam Abu Hanifah dibawah pengajaran (Imam Shadiq) di Kufah, dan ia
(Abu Hanifah) berakata :’Aku tidak pernah melihat sorang yang lebih
faqih dari Ja’far bin Muhammad al Shadiq”.
Ulama Sunni Syaikh Ibn Talha As-Syafi’i dalam
Matalib al Sual halaman 218:
واستفاد من الإمام الصادق جماعة من أعيان الأئمة وأعلامهم مثل مالك بن أنس وأبو حنيفة
“Banyak ulama yang mengambil manfaat dari Imam Ash-Shadiq seperti Malik bin Anas dan Abu Hanifah”.
Pada
masa itu, pengetahuan Islam menyebar dan pelajar mengambil manfaat dari
ajaran ulama dengan perbedaan pandangan yang jauh dan luas. Abu Hanifah
termasuk yang mengambil pelajaran dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (as)
walaupun sekitar dua tahun sebagaimana yang di ucapkannya. Jika kita
belajar fiqih atau ilmu agama lainnya dibawah guru dengan keyakinan yang
berbeda untuk diri sendiri maka itu TIDAK secara otomatis berarti kita
harus merubah keyakinan kita. Oleh sebab itu jika ada krtitik terhadap
Abu Hanifah, terkait tentang pandangan-pandangannya tidaklah berpengaruh
terhadap Imam Ja’far (as) yang mana Imam Abu Hanifah sempat dua tahun
belajar kepadanya.
Oknum Ulama sering mengatakan bahwa
mazhab Islam yang benar adalah empat mazhab ahlu sunnah, selain dari
mazhab tersebut sesat, tidak boleh di ikuti, dan lain-lain. Jika kita
perhatikan beberapa Imam Mazhab tersebut sering kali mengkritik pedas
ulama mazhab lainnya. Abu Hanifah adalah salah satu Imam Mazhab Sunni
yang sering di kritik pedas oleh Imam Mazhab Sunni lainnya.
Abu Hanifah Dalam Pandangan Imam Ahmad Bin Hanbal.
Tarikh Baghdad (13/454) :
أخبرنا
الحسن بن الحسن بن المنذر القاضي والحسن بن أبي بكر البزاز قالا أخبرنا
محمد بن عبد الله الشافعي سمعت إبراهيم بن إسحاق الحربي قال سمعت احمد بن
حنبل وسئل عن مالك فقال حديث صحيح ورأي ضعيف وسئل عن الأوزاعي فقال حديث
ضعيف ورأي ضعيف وسئل عن أبي حنيفة فقال لا رأي ولا حديث وسئل عن الشافعي
فقال حديث صحيح وراي صحيح
Ishaq bin Harby berkata : “Aku
mendengar, Ahmad bin Hanbal ditanya mengenai Imam Malik. Jawabannya;
‘Hadisnya Shahih tapi pendapatnya Lemah (dhaif). Lalu ia ditanya
mengenai Awzai, ia menjawab; ‘Hadis dan pendapatnya keduanya Dhaif, lalu
ia ditanya tentang Abu Hanifah, ia menjawab; ‘Tdk Hadis dan tidak
Pendapatanya (tidak ada nilainya), lalu ia ditanya tentang Imam Syafi’i,
jawabannya; “Hadis dan pendapatnya shahih”.
Tarikh Baghdad (15/ 569) :
أخبرنا
بن رزق حدثنا احمد بن سلمان الفقيه المعروف بالنجاد حدثنا عبد الله بن
احمد بن حنبل حدثنا مهنى بن يحيى قال سمعت احمد بن حنبل يقول ما قول أبي
حنيفة والبعر عندي إلا سواء
Ahmad bin Hanbal berkata : “Menurutku pendapat Abu Hanifah sama dengan kotoran kambing”
Keterangan :
SANADNYA
KEPADA MUHANNA ADALAH SHAHIH,MUHANNA ADALAH SEORANG TSIQOH DAN SANGAT
TEGUH BERPEGANG PADA SUNNAH,TAMPAKNYA ABDULLAH (PUTRA AHMAD BIN HAMBAL)
TIDAK MENDENGAR DARI AYANYA DAN IA MENGAMBIL DARI MUHANNA. (catatn kaki
Tarikh Baghdad juz 15/569).
Ulama kontemporer Sunni, Hasan As-Saqqaf mencatat dalam
Al Salafya al Wahabiah, hal. 73 :
فالحنابلة يرون أن الإمام أبو حنيفة من أئمة الضلال
“Hanbaliyah menyakini bahwa Imam Abu Hanifah adalah Imam kesesatan.”.
Tarikh Baghdad (13/416) :
http://islamport.com/d/1/trj/1/108/1614.html
أخبرنا
بن رزق أخبرنا بن سلم حدثنا الأبار حدثنا أبو الأزهري النيسابوري حدثنا
حبيب كاتب مالك بن أنس عن مالك بن أنس قال كانت فتنة أبي حنيفة أضر على هذه
الأمة من فتنة إبليس
Malik bin Anas berkata : “Fitnah Abu Hanifah lebih berbahaya bagi umat dari pada Fitnah Iblis”.
Tarikh Baghdad (13/415) :
http://islamport.com/d/1/trj/1/108/1614.html
أخبرنا
بن الفضل أخبرنا عبيد الله بن جعفر بن درستويه حدثنا يعقوب بن سفيان حدثني
الحسن بن الصباح حدثنا إسحاق بن إبراهيم الحنيني قال قال مالك ما ولد في
الإسلام مولود أضر على أهل الإسلام من أبي حنيفة
“Malik berkata : Tidak seorangpun lahir dalam islam yang lebih berbahaya dari Abu Hanifah”.
Abu Hanifah Dalam Pandangan Imam Syafi’i.
Tarikh Baghdad (15/ 567) :
وقال أيضا حدثنا أبي حدثنا هارون بن سعيد الأيلي قال سمعت الشافعي يقول ما أعلم أحدا وضع الكتاب أدل على عوار قوله من أبي حنيفة
Syafi’i berkata : “Saya tidak tahu siapa yang menulis sebuah kitab yang membuktikan kesalahannya sendiri kecuali Abu Hanifah”.
Halaman yang sama :
أخبرنا
احمد بن محمد العتيقي والحسن بن جعفر السلماسي والحسن بن علي الجوهري
قالوا أخبرنا علي بن عبد العزيز البرذعي أخبرنا أبو محمد عبد الرحمن بن أبي
حاتم أخبرنا محمد بن عبد الله بن عبد الحكم قال قال لي محمد بن إدريس
الشافعي نظرت في كتب لأصحاب أبي حنيفة فإذا فيها مائة وثلاثون ورقة فعددت
منها ثمانين ورقة خلاف الكتاب والسنة
Berkata Muhammad
bin Idris As-Syafi’i : “Aku melihat kitab sahabat-sahabat Abu Hanifah
dan itu terdiri dari 130 halaman, aku menemukan di dalamnya 80 halaman
yang bertentangan dengan Al Kitab (al Qur’an) dan Sunnah”.
Tarikh Baghdad (15/549) :
وقال الشافعي شر عليهم من أبي حنيفة
“Syafi’i mengatakan kepada mereka kejahatan Abu Hanifah”.
Imam Subki mencatat pernyataan Imam Syafi’i dalam
Tabaqat al-Shafi’iyah al-Kubra, juz 2 h.94 :
وكذلك وجدت كتاب أبى حنيفة إنما يقولون كتاب الله وسنة نبيه وإنما هم مخالفون له
“Aku
telah melihat kitab Abu Hanifah dan mereka mengklaim bahwa apapun yang
mereka katakan ada dalam Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya, dan sebenarnya
mereka menentangnya. (bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah).
Dari
semua itu maka terlihat jelas bahwa tidak ada kewajiban bagi siapapun
untuk mengikuti salah satu dari empat Mazhab Sunni, karena jika
kebenaran ada pada keempat mazhab tersebut, mengapa salah satu Imam
Mazhab dari empat mazhab tersebut dikritik pedas oleh Imam Mazhab
lainnya..? Lalu pandangan yang mana yang harus diikuti.? toh kedua Imam
Mazhab Sunni tersebut jelas-jelas mengatakan bahwa Abu Hanifah yg
merupakan salah satu dari Imam Mazhab sunni tersebut merupakan seorang
Imam kesesatan, pendapatnya tidak ada artinya, fitnahnya lebih berbahaya
daripada fitnah iblis, dll (sebagaimana yang tercantum dalam Tarikh
Baghdad diatas) ?
Pada intinya silahkan bagi anda untuk
mengikuti mazhab manapun yang anda yakini, tidak ada monopoli dalam
bermazhab, yang jelas kewajibannya adalah mengikuti
Tsaqalain :
Kitabullah dan Ahlul Bait.
Imam
Ja’far Shadiq adalah cendikiawan lebih dari 200 disiplin ilmu dari
matematik hinggalah sains politik, dan menubuhkan universiti pertama di
dunia Islam.. Saitis moden bersetuju dengan banyak teori Imam berkenaan
asal usul alam semesta, fizik, tenaga haba dan hidrogen.. Antara pelajar
beliau ialah Jabir Ibn Hayyan (bapak ilmu kimia), Abu Hanifah dan Malik
ibn Anas.ar.
Salam
dan solawat. Takziah diucapkan kepada semua pencinta dan pengikut
Ahlulbait, kerana pada hari ini, ialah ulangtahun perginya Imam kita
yang keenam, Imam Jaafar As Sadiq. Sempena kesyahidan beliau, adalah
baik kiranya jika kita mengambil sedikit masa untuk mengingati
personaliti besar ini. Tiada kata yang dapat memperincikan dengan
sebenarnya tokoh ini. Allahumma Solli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad.
Ahli
agama, saintis, ahli falsafah, hakim, guru, dan pemimpin agama, ini
adalah beberapa terma yang sedikit sekali mengambarkan personaliti
sebenar Imam Jaafar As Sadiq. Beliau ialah salah seorang dari
orang-orang yang paling dihormati dan dikagumi di kalangan para
cendiakawan di dalam sejarah Islam, dan dikenali kerana kezuhudan beliau
kepada Allah swt dan ilmu beliau yang tinggi.
Pada 17
Rabi Awala, 83H, Imam kelima, Muhammad Al Baqir(as), telah dikurniakan
dengan kelahiran pewaris beliau dalam Imamah, Imam as Sadiq lebih
menyerlah jika dibandingkan dengan saudara-saudara beliau dengan
perlantikan beliau sebagai Imam ke 6 dari ketika beliau masih bayi, dan
walaupun orang-orang kafir mengiktiraf beliau sebagai Imam pewaris
ayahanda beliau. Muhammad Amin al Baghdadi, seorang yang berasal dari
keluarga bangsawan, meriwayatkan beberapa kemuliaan beliau, “Hanya
beliau dari saudara-saudara beliau adalah khalifah selepas bapanya,
banyak ilmu diriwayatkan dari beliau. Kebaikan beliau tersangat
banyak.”.
Imam ke 5 mengisytiharkan Imam as Sadiq
sebagai Imam selepasnya dan mengambil alih pemerintahan Ummah setelah
kematiaan bapanya ditangan Khalifah Hisyam ibn Abdul Malik pada 114H. Di
dalam satu majlis, Imam al Baqir melihat Imam as Sadiq lalu berkata
kepada pengikutnya, “Adakah kamu melihat orang itu? Beliau ialah orang
yang mana Tuhan berfirman:”Dan Kami hendak berihsan dengan memberikan
pertolongan kepada kaum yang tertindas di negeri itu, dan hendak
menjadikan mereka pemimpin-pemimpin, serta hendak menjadikan mereka
orang-orang yang mewarisi.”(28:5).
Ilmu dan ajaran Imam As Sadiq
tiada celaan dan membuatkan beliau dilawati oleh pencari ilmu dari
serata dunia demi mengambil manfaat dari beliau. Imam ke lima dan keenam
mengetahui bahawa di zaman mereka menjadi wakil Allah di muka bumi,
akan terjadi banyaknya kemasukan buku-buku dari tamadun Yunani dan Mesir
Kuno ke dunia Islam, dan kerisauan mula timbul apabila ramai Muslim
mula menerima buku-buku itu sebagai kebenaran. Gerakan intelektual di
dalam dunia Islam pada abad ke dua Hijrah bukanlah kerana pengaruh barat
seperti yang digambarkan oleh orientalis-orientalis barat dalm
buku-buku mereka. Tetapi ia disebabkan oleh gerakan yang dipimpin oleh
Imam Baqir dan Imam Sadiq.
Para Imam ini telah berusaha
agar kaum Muslimin tidak terjerat di dalam ilmu yang salah yang akan
memenjarakan akal mereka selama berabad-abad dengan informasi yang
batil. Para pelajar Ahlulbait diajar ilmu sains, ilmu falak dan
matematik sebagai tambahan kepada ilmu agama agar mereka boleh
menyebarkannya kepada kaum Muslimin. Usaha keras Ahlulbait ini berjaya
menunjukkan hasilnya apabila dunia Islam berjaya mencapai satu tahap
pemikiran dan ilmu yang tinggi.
Jasa Imam sadiq dalam
bidang intelektual adalah banyak dalam displin masing-masing. Beliau
ialah orang yang pertama dalam sejarah yang mengasingkan sains dari
falsafah, dengan hujah bahawa keduanya adalah dua bidang yang berbeza.
Sebelum saat itu, ahli falsafah juga dianggap sebagai saintis. Pada umur
11 tahun, Imam telah berjaya menafikan Sistem Ptomelaic dan orang yang
pertama memberi hujah bahawa bumi bukanlah pusat alam semesta, dan
matahari tidak mengelilingi bumi, malah beliau menambah bumi berputar
pada paksinya. Malangnya pencapaian ini diberi kepada Copernicus dan
Galileo.
Imam Sadiq adalah cendikiawan lebih dari 200
disiplin ilmu dari matematik hinggalah sains politik, dan menubuhkan
universiti pertama di dunia Islam. Saitis moden bersetuju dengan banyak
teori Imam berkenaan asal usul alam semesta, fizik, tenaga haba dan
hidrogen. Antara pelajar beliau ialah Jabir Ibn Hayyan(bapa ilmu kimia),
Abu Hanifah dan Malik ibn Anas.
Pencapaian Imam Sadiq
hanya boleh dikalahkan oleh sifat mulia beliau dalam kezuhudan, ibadah,
kebajikan dan khidmat beliau terhadap Islam. Keturunan Nabi(sawa) ini
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan Nabi Ibrahim(as) dan jarang sekali
beliau makan kecuali dengan para fakir dan miskin menjadi tetamu beliau.
Para tetamu beliau dijamu dengan berbagai jenis makanan, sementara
beliau hanya menjamah roti dan cuka.
Majoriti hidup beliau yang
dirahmati, beliau jalani di Madinah, dan di malam hari beliau akan
membawa seguni roti, daging dan dirham, yang mana beliau akan
mengagihkannya secara rahsia kepada mereka yang miskin. Para penerimanya
tidak mengetahui bahawa Imamlah yang memberi, dan mereka hanya
mengetahuinya apabila beliau meninggal dunia, apabila tiada lagi
pemberian yang diterima.
Amal ibadah yang dilakukan
oleh Imam akan menakjubkan kepada sesiapa sahaja yang melihatya. Telah
diriwayatkan pada satu hari, Abu Hanifah melihat beliau bersolat dan
kebingungan akibat darinya. Setelah Imam menyempurnakan solatnya, Abu
Hanifah berkata: “Ya Aba Abdillah, sangat menyakitkan sekali solat
kamu!” Imam Sadiq membalas. “Tidakkah kamu mengetahui dari semua ibadah,
solat ialah penyebab paling utama kedekatan kepada Tuhan?”
Solat
beliau dipanjangkan dan doa beliau tidak pernah ditolak oleh Allah swt.
Seorang wanita datang kepada Imam dan berkata kepada beliau, “Semoga aku
menjadi tebusan mu, wahai anakanda Rasulullah(sawa), aku menjadi
penyakit kusta di bahagian atas tangan ku. Doakanlah kepada Allah swt
agar menyembuhkan aku.” Imam lantas berdoa dan berkata, “Ya Allah, Kau
menyembuhkan yang buta dan yang berpenyakit kusta serta memberikan nyawa
kepada tulang yang mereput. Ampunilah dosa wanita ini dan sembuhkanlah
beliau untuk melihat penerimaan doaku ini.” Penyakit wanita itu
disembuhkan serta merta kerana kemuliaan Imam Sadiq di hadapan Allah
swt.
Kewafatan Imam Sadiq.
Khalifah Mansur
Dawaniqi Mal’un sangat risau dan takut akan pergerakan-pergerakan Imam
Sadiq as., maka dengan itu dia sentiasa menyakiti dan menyeksa imam as.
dengan menggunakan kuasa pemerintahan yang dimiliki.
Dia telah
memerintahkan gabenor Madinah dan Makkah Hasan Bin Ziyad supaya membakar
rumah Imam Sadiq as. Dia telah mematuhi perintah tersebut dan membakar
rumah Imam as. yang mana api tersebut telah merebak sehingga pertengahan
rumah, Imam Sodiq as. keluar dan berjalan diantara api yang membara dan
berkata:
Aku merupakan putera Ismail as. di mana anak-anaknya
seperti urat nadi dan akar yang tersebar ke seluruh kawasan bumi dan aku
juga merupakan putera Ibrahim Khalil as. (dimana api Namrud telah sejuk
baginya dan diselamatkan).
Pada satu malam, dengan
arahan Mansur, Imam Sadiq as. pada pertengahan malam dengan kepala tanpa
amamah dan pakaian luar telah dibawa menemuinya, Mansur dengan penuh
kemarahan dan tidak sopan berkata kepada beliau as. :
Wahai Aba
Jaafar, adakah kamu tidak malu dengan umur sebegini ingin merampas
pemerintahanku dan mencetuskan fitnah dan permusuhan antara kaum
muslimin?
Kemudian dia mengeluarkan pedang dan menghalakannya ke
arah Imam as. untuk menghentak leher Imam as., namun tiba-tiba dia
melihat Rasulullah saww. berdiri dihadapannya, maka dia menyimpan semula
pedang kedalam sarungnya, dan ini telah berulang sebanyak 3 kali, oleh
itu, Mansur membatalkan hasratnya untuk membunuh Imam as dan akhirnya
Mansur menggunakan anggur beracun untuk membunuh Imam as.
Terdapat
banyak riwayat berkenaan bulan kesyahidan Imam Sadiq as. Sebahagian
mengatakan 25 Syawal dan sebahagian yang lain mengatakan pertengahan
bulan Rejab, namun riwayat 25 Syawal lebih masyhur. Namun berkenaan
tahun wafat Imam as., para ahli sejarah Syiah dan Sunni bersepakat
mengatakan pada tahun 148 Hijrah. Masa keimamahannya adalah selama 34
tahun. Masa kesyahidannya juga bersamaan tahun ke 12 pemerintahan
Mansur.
Begitu juga, para penulis dan ahli sejarah
Syiah mempercayai bahawa gabenor Madinah atas arahan Mansur Abbasi telah
meracuni Imam as. dengan racun dan mensyahidkannya. Kaf’ami didalam
kitab Mishbah meriwayatkan bahawa Imam as. diracuni dan syahid dengan
anggur baracun, begitu juga sebahagian daripada para penyelidik Ahli
Sunnah juga meriwayatkan bahawa kesyahidan Imam disebabkan oleh racun
seperti penulis-penulis kitab Is’af Ar-Raghibin, Nur Al-Abshar, Tazkirah
Al-Khawash, As-Showa’iq Al-Muhriqah.
Telah diriwayatkan daripada beliau ketika dalam keadaan telah hampir dengan kewafatannya yang berkata :
Aku beriman kepada Allah, dan aku kufur kepada Thagut, Ya Allah ya Tuhanku peliharalah aku didalam tidur dan jaga (kiamat).
Upacara
pengebumian jenazah Imam as. sangat luar biasa yang mana di dalam
sejarah para Imam as. yang lain tidak pernah berlaku. Umat Islam, kafir,
syiah dan sunni semua turut hadir dalam upacara duka tersebut.
Telah
diriwayatkan daripada kitab Mishkah Al-Anwar bahawa seorang lelaki yang
merupakan salah seorang sahabat Imam as. telah pergi menemui Imam as.
ketika Imam as. dalam keadaan sakit (yang menyebabkan
kewafatannya),lelaki tersebut menangis pilu apabila melihat keadaan Imam
as. yang tersangat kurus dan lemah yang mana boleh dikatakan Imam as.
tidak lagi memiliki apa-apa daripada tubuh badannya kecuali kepala.
Imam
as. berkata : kenapa kamu menangis? Dia berkata : adakah aku tidak
patut menagis apabila melihat keadaan Tuan begini. Berkata as. :
Janganlah menangis, sesungguhnya seorang mukmin itu apabila setiap
perkara yang menimpanya baginya adalah kebaikan, jika anggota badannya
terpotong, baginya kebaikan dan jika dia memiliki kekayaan utara dan
barat juga baginya kebaikan.
Syeikh Thusi daripada
Salamah, hamba Imam Sadiq as meriwayatkan bahawa berkata : Aku berada
disisi Imam Sodiq as. ketika Imam as pengsan dan ketika beliau as
kembali sedar, berkata:
“Berikan kepada Hasan Bin Ali Bin Ali Bin
Husain Bin Ali Bin Abi Thalib as yang terkenal dengan Afthas, 70 syiling
emas, berikan kepada fulan dan fulan sebanyak fulan ini, aku berkata :
kamu ingin berikan kepada seorang lelaki yang menentang kamu dengan
parang dan ingin membunuhmu?
Berkata as: Adakah kamu berkehendak aku
tidak menjadi salah seorang daripada mereka-mereka yang Allah puji
disebabkan silaturrahim yang mereka lakukan, yang mana Allah swt.
berfirman tentang sifat-sifat mereka:
Dan mereka yang melakukan
apa yang diperintah oleh Allah (menjaga silaturrahim) , takut akan
Tuhannya dan gerun atas hari perhitungan yang buruk.
Kemudian
berkata as. : Wahai Salamah, sesungguhnya Allah swt. telah menciptakan
syurga dan menjadikannya harum mewangi di mana bau wangi tersebut dapat
dihidu walau sejauh dua ribu tahun. Bau tersebut tidak akan dapat dihidu
dan ditemui oleh mereka yang derhaka kepada ibu bapa dan mereka yang
memutuskan hubungan silaturrahim dengan keluarga.
Syeikh Kulaini telah meriwayatkan daripada Imam Musa Kazhim as. bahawa berkata as.:
Aku
telah mengafankan ayahku dengan dua kain putih buatan mesir dimana kain
tersebut telah digunakan sebagai ihram, sepasang baju dan amamah yang
telah diwarisi daripada Imam Zainul Abidin as. serta sehelai kain buatan
Yamani yang telah dibeli dengan 40 dinar emas.
Syeikh Saduq telah meriwayatkan daripada Abu Bashir yang berkata:
Aku
telah pergi menemui Ummu Hamidah, isteri Imam Sadiq as. bagi
mengucapkan takziah, kemudian beliau menangis dan aku juga turut
menangis dikeranakan tangisannya. Selepas itu beliau berkata: Wahai Abu
Muhammad, jika kamu melihat Imam Sadiq as. ketika waktu
kewafatannya,sesungguhnya kamu akan melihat perintah yang ajaib. Beliau
as. telah membuka matanya dan berkata : bawakan aku mereka-mereka yang
ada hubungan kerabat dan kekeluargaan denganku.
Maka kami semua yang merupakan keluarganya hadir disisinya, Imam as. melihat ke arah kami semua dan berkata:
Syafaat kami tidak akan sampai kepada mereka yang meringankan sembahyang.
Imam
Sadiq as. telah dikebumikan di perkuburan Baqi’ bersebelahan Imam Hasan
Mujtaba as., datuknya Imam Ali Zainul Abidin as., ayahnya Imam Muhammad
Baqir as. dan Imam Sadiq as. merupakan Imam terakhir yang dikebumikan
di Baqi’. Selepas beliau as. semua Imam as. dikebumikan di bumi Iraq
kecuali Imam Ali Ar-Ridha as yang telah dikebumikan di bumi Khurasan,
Iran.
Antara riwayat Imam Sadiq.
Di bawah ialah serangkap dari arahan Imam Sadiq (as) kepada anaknya Imam Musa al Kazim(as) sebagai berikut:
“Anakku,
terimalah perintah ku dan hafallah kata-kata ku ini, kerana jika kamu
menghafalnya, kamu akan menjalani kehidupan yang menggembirakan dan mati
dalam keadaan yang terpuji.
Anakku,
barangsiapa berpuas hati, akan menjadi kaya.
barangsiapa yang hanya melihat apa yang ada di tangan orang lain, mati dalam keadaan miskin.
barangsiapa yang tidak berpuas hati dengan apa yang ditentukan oleh Allah swt, bermakna menentang keputusan Allah
barangsiapa yang menganggap hasilnya sedikit, menganggap hasil orang lain sebagi besar.
Anakku...
Barangsiapa yang membuka pekung orang lain, pekung sendiri akan terbuka.
barangsiapa yang menghunus pedang keingkaran, akan terbunuh oleh pedang itu.
barangsiapa yang menggali lubang untuk saudaranya(agar dia jatuh), akan terjatuh di dalam lubang yang digalinya.
barangsiapa yang berkawan dengan orang bodoh, akan merendahkan kedudukannya.
barangsiapa yang berkawan dengan yang berilmu akan dihormati.
barangsiapa yang memasuki tempat kejahatan akan dituduh.
Anakku...
katakanlah kebenaran samada selari dengan kamu atau berlawanan dengan kamu.
dan berjagalah dengan memburukkan orang lain, kerana ia menanam perasaan permusuhan di dalam hati manusia.
Anakku,
jika kamu mencari kemurahan hati, maka carilah di tempatnya(manusia
mulia), kerana kemurahan hati ada tempatnya, tempat itu ada asalnya,
asal itu ada cabangnya, cabang itu ada buahnya, dan buah tidak akan
didapati melainkan bersama cabangnya dan tiadalah asal yang baik
melainkan dari tempatnya.
Anakku, ziarahlah orang-orang yang baik,
tetapi janganlah orang-orang yang licik, kerana orang-orang ini
diibaratkan seperti batu yang tumpat, di mana airnya tidak keluar,
pokok yang daunnya tidak pernah hijau dan tanah yang gersang, di mana
tiada pokok yang tumbuh.
Murid murid iMAM JA’FAR
SHADiQ adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Sufyan Ats Tsauri, Syu’bah
bin Al Hajjaj dan Sufyan bin Uyainah.
Imam iMAM JA’FAR SHADiQ telah
memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan berbagai pengetahuan
keagamaan sampai saat terakhir dari keimamannya yang bersamaan dengan
akhir Bani Umayyah dan awal dari kekhalifahan Bani Abbasiyah.
Beliau
mendidik banyak sarjana dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan aqliah
(intelektual) dan naqliah (agama) seperti:
Abu Musa Jabir Ibn Hayyan,
ahli kimia. (di Eropa dikenal dengan nama Geber).
Imam Mazhab SUNNi adalah murid AHLUL BAiT.
Hadits
dalam Syi’ah: adalah perkataan dan tindakan dari al-Ma’shum (Nabi
Muhammad, ahlul bait dan Imam).
Hadits ini akan diteliti dengan shahih
atau dengan interview dengan sang perawi. Hadits ini akan melewati
banyak perawi yang diantaranya adalah sahabat dari al-Ma’shum (Nabi
Muhammad, ahlul bait dan Imam) dan sampai akhirnya akan tiba di
al-Ma’shum tersebut (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam).
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Sufyan Ats Tsauri, Syu’bah bin Al Hajjaj dan Sufyan bin Uyainah adalah murid
iMAM JA’FAR SHADiQ.
Imam Ja’far Shadiq lahir tahun 80 H dan wafat tahun 148 H di Madinah.
Ibunda
beliau adalah Ummu farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash
Shiddiq. Dan nenek dari ibunya adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu
Bakar Ash Shiddiq (Syiar A’lam An Nubala: 259).
Imam Ja’far bin Muhammad
bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Ja’far
ash-Shadiq mampu menyebarkan dakwah Islam dengan lebih leluasa. Dakwah
yang dilakukannya meluas ke segenap penjuru, sehingga digambarkan
muridnya berjumlah empat ribu orang, yang terdiri dari para ulama, para
ahli hukum dan bidang lainnya seperti, Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, di
Eropa dikenal dengan nama Geber, seorang ahli matematika dan kimia,
Hisyam bin al-Hakam, Mu’min Thaq seorang ulama yang disegani, serta
berbagai ulama Sunni seperti Sofyan ats-Tsauri, Abu Hanifah (pendiri
Mazhab Hanafi), al-Qodi As-Sukuni, Malik bin Anas (pendiri Mazhab
Maliki) dan lain-lain.
Murid-murid Ja’far ash-Shadiq.Imam
telah memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan berbagai
pengetahuan keagamaan sampai saat terakhir dari keimamannya yang
bersamaan dengan akhir Bani Umayyah dan awal dari kekhalifahan Bani
Abbasiyah. Beliau mendidik banyak sarjana dalam berbagai lapangan ilmu
pengetahuan aqliah (intelektual) dan naqliah (agama) seperti: Abu Musa
Jabir Ibn Hayyan, ahli kimia. (di Eropa dikenal dengan nama Geber).
Bahkan beberapa sarjana terkemuka Sunni seperti:
1. Sofyan ats-Tsauri,
2. Abu Hanifah (pendiri Madzhab Hanafi),
3. Malik bin Anas (pendiri Madzhab Maliki).
Mereka
beroleh kehormatan menjadi murid-muridnya. Disebutkan bahwa kelas-kelas
dan majelis-majelis pengajaranya menghasilkan empat ribu sarjana hadist
dan ilmu pengetahuan lain. Jumlah hadist yang terkumpul dari Imam ke-5
dan ke-6, lebih banyak dari seluruh hadits yang pernah dicatat dari Imam
lainnya.
Saya pernah baca buku dialog Syi’ah Sunni
oleh Syarifuddin Al Musawi, disitu ia mengatakan bahwa iMAM MAZHAB SUNNi
adalah murid AHLUL BAiT.
Imam Abu Hanifah Dikecam Habis Tokoh-tokoh Ahlusunnah!
Permusuhan
dan perseteruan hingga batas menfasikkan, menyesatkan bahkan
mengafirkan di antara para imam mazhab dan pembesar ulama Ahlusunnah
adalah sebuah kenyataan pahit memalukan yang tak dapat ditutup-tutupi
oleh sikap curang dan merahasiakan. Imam Malik ibn Anas mengecam habis
Abu Imam Hanifah, para ulama pendukung Imam juga mengecam habis Imam
Malik…
Imam Syafi’I dihujat habis dan diragukan keimanannya bahkan
dikatakan lebih jehat dari Iblis… Imam Ahmad mengecam dan juga dikecam
oleh para ulama lainnya…
al hasil, yang akan ditemukan dalam cacatan
sejarah mereka hanya mengecam dan dikecam…. Mungkin itu penjelmaan sabda
nabi saw. bahwa perselisihan umaatkku adalah rahmat!!!
Agar Anda
tidak menuduh saya sedang mengada-ngada kepalsuan dan memojokkan para
imam besar Ahlusunnah, maka ikuti liputan di bawah ini.
Imam Malik mengecam Abu Hanifah sebagai perusak agama!
Imam Malik berkata:
إنّ أبا حنيفة كاد الدين، ومن كاد الدين فليس له دين .
“Abu Hanifah bermakar atas agama. Dan siapa yang bermakar atas agama ia tidak beragama.”[1]
Abu Hanifah dan Abu Yusuf Adalah Orang Fasik Lagi Sesat Menyesatkan!
Mereka
juga mengecam Abu hanifah dan murid kesayangannya yang memperjuangkan
dan menyebar luaskan mazhabnya; Abu Yusuf sebagai dua orang fasik.
Al
‘Uqaili menyebutkan bahwa Abdullah ibn Idirs –seorang hafidz dan tokoh
ulama besar Ahlusunnah mengecam Abu Hanifah dengan kata-katanya:
كـان أبو حنيفـة ضالاً مضلاً، وأبو يوسف فاسقاً من الفاسقين .
“Adalah Abu Hanifah seorang yang sesat lagi menyesatkan. Abu Yusuf adalah adalah orang fasik.”[2]
Abdullah
ibn Idris yang mengecam Abu Hanifah dan Abu Yusuf di atas bukan
sembarang alim dan imam Ahlusunnah.. ia seorang hafidz, faqîh (ahli
fikih), imam besar Ahlusunnah, hujjah lagi jujur terpercaya. Adz
Dzahabi mensifatinya dengan:
الإمام، القدوة، الحجة
“Seorang imam, qudwah (panutan) dan hujjah.”
Ibnu Hajar menyebutnya sebagai:
ثقة، فقيه عابد
“Tsiqah. Ahli fikih dan abid/jujur terpercaya dan rajib berimadah.”.
Sedangkan Abu hatim mensifatinya dengan:
هو إمام من ائمة المسلمين حجة
“Dia seorang imam dari para imam (pemimpin) kaum Muslimin, ia hujjah.”.
Ucapan
Imam Abdullah ibn Idirs tentang Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf
adalah benar dan diriwayatkan dengan sanad terpercaya. Anda dapat
membuktikannya langsung dengan meneliti sanad riwayat itu dalam kitab
adh Dhu’afâ’nya al ‘Uqaili.
Sepertinya kecaman atas Abu Hanifah itu sudah diijma’kan ooleh para tokoh brsar ulama Ahlusunnah.
Al Hafidz Ibnu Adiy al Jurjâni berkata:
إبن
عدي الجرجاني: سمعت ابن أبي داود يقول: الوقيعة في أبي حنيفة إجماعة من
العلماء، لأن إمام البصرة أيوب السختياني وقد تكلم فيه، وإمام الكوفة سفيان
الثوري وقد تكلم فيه، وإمام الحجاز مالك وقد تكلم فيه، وإمام مصر الليث بن
سعد وقد تكلم فيـه، وإمام الشام الأوزاعي وقد تكلم فيه، وإمام خراسان عبد
الله بن المبارك وقد تكلم فيه، فالوقيعة فيه إجماع من العلماء في جميع
الآفاق
“Aku mendengar Ibnu Adi Daud berkata,
“Kecaman atas Abu Hanifah adalah telah dijima’kan oleh para ulama. Sebab
Imam penduduk kota Bashrah; Abu Ayyub as Sakhtiyâni mengecamnya. Imam
penduduk kota Kufah; Sufyan ats Tsawri mengecamnya. Imam penduduk negeri
Hijaz; Imam Malik mengecamnya. Imam penduduk wilayah Mesir; laits ibn
Sa’ad mengecamnya. Imam penduduk kota Syam; al Awza’i mengecamnya. Imam
penduduk kota wilayah Khurasân; Abdullah ibn Mubarak mengecamnya. Jadi
kecaman atasnya addalah ijma’ (kesepakatan) para ulama di berbagai
penjuru.”[3]
Kecaman
atas Abu hanifah itu disebabkan beberapa alasan, di antaranya mungkin
karena apa yang dinukil darinya bahwa ia melecehhkan kehormatan Nabi
Muhammad saw.
Ibnu Hibbân menukil sebuah riwayat yang memuat sikap Abu Hanifah tersebut. Ia menukil bahwa Abu Hanifah berkata:
لو أدركني رسول الله (ص) لأخذ بكثير من قولي، وهل الـدين إلا القول الحسن
“Andai Rasulullah saw. hidup bersamaku pastilah ia mengambil banyak pendapatku. Bukankah agama itu pendapat,
ra’yu yang bagus.”[4]
Tidak
diragukan bahwa penukilan omongan itu dari Abu Hanifah dapat dipercaya
sebab ia dinukil dari parawi yang terpercaya! Baca langsung sanad
nukilan itu dalam kitab al Majrûjîn.
Imam Bukhari jugaa tidak ketinggalam mengecamnya. Bahkan Bukhari adalah musuh bebuyutan Abu Hanifah dan mazhabnya.
Imam Bukhari berkata:
أبو
حنيفة النعمان بن ثابت قال نعيم بن حماد حدثنا يحيى بن سعيد ومعاذ بن
معاذ، سمعا سفيان الثوري يقول: أبو حنيفة استتيب من الكفر مرتين، وقال نعيم
عن الفزاري: كنت عند سفيان بن عيينة فجاء نعي أبي حنيفة، فقال: الحمد لله،
كـان يهـدم الإسلام عروة عروة، وما ولد في الإسلام أشر منه .
“Abu
Hanifah; Nu’man ibn Tsabit. Nu’aim ibn Hammâd berkata, ‘Yahya ibn Sa’id
dan Mu’adz ibn Mu’adz brrkata, ‘Kami mendengar Sufyan ats taswri
berkata, ‘Abu Hanifah telah diminta bertaubat dari kekafiran sebanyak
dua kali.’ Nu’ain al Fizâri berkata, ‘Aku di sisi Sufyan ats Taswi lalu
datanglah berita kematian Abu Hanifah, maka ia berkata, ‘Ahlamdullah,
segala puji bagi Allah. Dia (Abu Hanifah) telah merobohkan pilar Islam,
pilar demi pilar. Dan tiada dilahirkan di masa Islam bayi yang lebih
jahat darinya.’”[5]
Pernyataan serupa juga dilontarakan oleh banyak imam besar Ahlusunnah lainnya seperti al Awza’i.[6]
Al
Khathib al Baghdadi telah merangkum kecamat ulama dan para imam besar
Ahlusunnah atas Abu Hanifah, sementara itu ia merahasiakan kecamat ulama
aras Imam Syafi’i, sikap itu membuat marah Qadhi Abu Yaman dalam
Mukhtârah Târîkh Baghdâd-nya.
Al hasil, kecamat atas Abu Hanifah
dari para imam dan tokoh besar Ahlusunnah sangat banyak dan masyhur. Dan
tidak berlebihan jika kami katakana untuk merangkumnya butuh
berjilid-jilid. Karenanya kami cukupkan sekian dulu.
Rujuk:
[1]
Adh Dhu’afâ’, al Kabîr; al ‘Uqaili,4/281 dengan nomer 1876, Tarikh
Baghdad,13/422, al ‘Ilal Wa Ma’rifah ar Rijâl;Ahmad ibn Hanbal,2/547
dengan nomer 3594, 3/164 dengan nomer 4733 dan Hilyah al Awliyâ’,6/325.
[2] Adh Dhu’afâ’,4/440 dengan nomer2071.
[3] Al Kâmil fi adh Dhu’afâ’,7/10 dengan nomer:1945.
[4] Kitab al Majrûhîn,3/65.
[5] Al Intqâ’ Fi Fadhâil al Aimmah al Fuqahâ’; Ibnu Abdil Barr:278.
[6] Kitab as Sunnah; Abdullah putra Imam Ahmad,1/178 dengan nomer:249.