Kita telah mengupas beberapa hal mengenai revolusi dan kebangkitan
Imam Mahdi af. Pada bagaian ini, kita akan membahas karakteristik
jasmani dan rohani beliau berdasarkan penjelasan berbagai riwayat.
A- Karakteristik Jasmani
1. Usia dan Wajah
Imran putra Hashin berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
Saw., ‘Jelaskan kepadaku seperti apa Al-Mahdi dan bagaimana
karakteristiknya?’ Beliau menjawab, ‘Ia adalah keturunanku, tubuhnya
sekuat tubuh Bani Israil.
[1]
Ia akan bangkit ketika umatku mengalami kesulitan. Wajahnya mirip
dengan wajah orang Arab. Dilihat dari postur tubuhnya, ia nampak seperti
orang yang berumur 40 tahun. Wajahnya bagaikan bulan yang bersinar. Ia
akan memenuhi dunia dengan keadilan setelah dipenuhi dengan kebatilan
dan kezaliman. Ia akan memimpin selama dua puluh tahun dan membuka
(menguasai) kota-kota kekufuran seperti: Constantinopel, Roma dan
kota-kota lainnya.’”
[2]
Imam Hasan Mujtaba as. bersabda, “Allah Swt. memanjangkan umur
Al-Mahdi di jaman keghaibannya. Setelah itu, dengan kekuasaan Allah Swt.
yang tidak terbatas, beliau muncul dengan wajahnya yang muda, seperti
lelaki yang berusia kurang dari empat puluh tahun.”
[3]
Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi muncul, orang-orang
akan mengingkarinya dan tak seorang pun yang bergegas memenuhi
panggilannya, kecuali orang-orang yang telah disumpah oleh Allah di alam
Dzar.
[4] Beliau akan muncul dengan wajah yang masih muda dan gagah.”
[5]
Marawi bertanya kepada Imam Ridha as., ‘Apa tanda-tanda yang dimiliki
Imam Mahdi ketika ia muncul nanti?’ Imam menjawab, ‘Tandanya adalah
umurnya tua sekali, tetapi kelihatan masih muda. Sehingga ketika
seseorang melihat dirinya beranggapan bahwa ia masih berumur empat puluh
tahun, atau bahkan kurang dari empat puluh tahun. Tanda yang lain
adalah, perjalanan waktu tidak membuatnya tua dan ia akan terus seperti
itu sampai ajalnya tiba.’”
[6]
Imam Shadiq as. bersabda, “Secara pasti, wali Allah (Imam Mahdi af.)
akan hidup seratus dua puluh tahun seperti Ibrahim Al-Khalil as. Beliau
akan muncul dengan wajah yang masih muda, bagaikan orang yang berumur
tiga puluh tahun.”
[7]
Sebenarnya, umur beliau termasuk dari perkara-perkara yang ghaib.
Jadi, tidak ada batasan tertentu seberapa lama beliau akan hidup.
Tetapi, karena sebagian orang di jaman dahulu terbatas dengan budaya
mereka, maka seringkali umur Imam Mahdi af. dibandingkan dengan umur
Nabi Ibrahim as.
Almarhum Majlisi menuturkan, “Barangkali yang dimaksud oleh Imam
adalah umur kepemimpinan beliau. Mungkin juga sebenarnya usia beliau
hanya seratus dua puluh tahun, tetapi Allah Swt. memanjangkannya.”
Imam Mahdi af. kelak akan muncul dengan fisik yang masih segar dan gagah, yakni di pertengahan dan di akhir masa mudanya.
[8]
Mengenai umur Imam Mahdi af. ketika beliau muncul, terdapat pendapat
lain. Arthat berkata, “Imam Mahdi af. berumur enam puluh tahun.”
[9] Ibnu Hammad berkata, “Imam Mahdi af. berumur 18 tahun.”
[10]
2. Ciri- ciri tubuh
Abu Bashir berkata kepada Imam Shadiq as., “Aku mendengar dari ayah
Anda bahwa Imam Jaman af. memiliki dada yang lapang dan pundak yang
lebar.” Imam berkata, “Wahai Abu Muhammad! Ayahku menggunakan pakaian
perang Rasulullah Saw. Tetapi, pakaian tersebut terlalu besar baginya,
hingga bagian bawah menyentuh tanah. Pakaian itu akan pas dengan tubuh
Al-Mahdi, sebagaimana cocok dengan tubuh Rasulullah Saw. Pada bagian
bawahnya terlihat pendek, sehingga orang-orang yang melihatnya mengira
bahwa pakaian tersebut diikat.”
[11]
Rayyan bin Shilat bertanya kepada Imam Ridha as., “Apakah Anda
Shahibul Amr?” Beliau menjawab, “Ya, aku adalah
Shahibul Amr. Tetapi, aku bukan
Shahibul Amr yang akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezaliman telah memenuhi dunia. Bagaimana aku menjadi
Shahibul Amr yang
sedemikian rupa sedangkan engkau sendiri melihat kelemahan tubuhku? Dia
adalah orang yang berusia tua, tetapi terlihat masih muda ketika
muncul. Ia memiliki tubuh yang gagah dan kuat. Seandainya dia
mengulurkan tangannya kepada suatu pohon yang paling besar, dia mampu
untuk mencabutnya. Ketika dia berteriak di antara pegunungan, maka
batu-batu akan pecah dan berpindah dari tempatnya. Dia juga memiliki
tongkat Nabi Musa as. dan cincin Nabi Sulaiman as.’”
[12]
B. Kesempurnaan Akhlak
Sebagaimana para Imam lainnya, Imam Mahdi af. memiliki kesempurnaan
akhlak yang mulia. Karena, para Imam adalah manusia sempurna dan suri
tauladan bagi seluruh umat manusia. Kebaikan akhlak mereka mencapai
deraja tertinggi.
Imam Ridha as. bersabda, “Imam Mahdi af. adalah orang yang paling
pandai, paling sabar, dan paling bertakwa. Daripada semua manusia, ia
adalah orang yang paling dermawan, paling berani dan paling utama
ibadahnya.”
[13]
1. Takut kepada Allah
Ka’ab berkata, “Rasa takut dan kekhusyukan Imam Mahdi af. terhadap Allah seperti burung elang terhadap kedua sayapnya.”
[14]
Mungkin yang dimaksud oleh Ka’ab, meskipun elang merupakan burung yang
kuat, tetapi kekuatannya bertumpu kepada kedua sayapnya. Ketika kedua
sayapnya tidak menolongnya untuk terbang, maka ia akan terjatuh ke
tanah. Meskipun Imam Mahdi af. adalah seorang pemimpin yang paling kuat
di dunia, tetapi kekuatan tersebut berasal dari Allah Swt. Jika sekali
saja Allah tidak memberikan pertolongan kepadanya, maka beliau tidak
bisa melakukan apa-apa. Oleh karena itu, Imam Mahdi sangat takut dan
khusuk di hadapan Allah.
Sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Thawus
[15],
kekhusyukan Imam Mahdi af. diibaratkan seperti kedua ujung sebuah
tombak. Kecepatan tangan dan ketelitian seseorang dalam melemparkan
tombak, bergantung pada kedua ujung tombak tersebut. Bagaikan kedua
sayap, jika sedikit saja bengkok, maka seseorang tidak akan dapat
melemparkan tombak dengan tepat.
Barangkali maksudnya adalah kekuatan Imam Mahdi af. datang dari Allah, dan beliau bergantung kepada pertolongan-Nya.
2. Kezuhudan
Imam Shadiq as. bersabda, “Mengapa kalian terburu-buru dengan
kedatangan Al-Mahdi? Allah mengetahui bahwa makanannya adalah makanan
yang keras dan tidak enak. Makanannya adalah roti yang terbuat dari
gandum jelek. Pemerintahannya adalah pemerintahan pedang dan kematian di
bawah bayangan pedang.”
[16]
Utsman bin Hammad berkata, “Aku pernah hadir pada acara majlis Imam
Shadiq as. Pada suatu saat, datang seseorang dan berkata kepada Imam,
‘Imam Ali as. mengenakan pakaian kasar yang harganya hanya empat dirham.
Tetapi, engkau mengenakan pakaian yang mahal harganya!’ Imam menjawab,
‘Imam Ali as. menggunakan pakaian seperti itu pada suatu jaman, di mana
tidak ada yang mencaci orang untuk berpakaian demikian. Sebaik-baiknya
pakaian suatu jaman adalah pakaian yang dipakai orang-orang di jaman
itu. Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan mengenakan pakaian seperti
milik Imam Ali as. dan ia akan meniru beliau dalam kekuasaannya.’”
[17]
C. Pakaian
Terdapat beberapa riwayat yang menerangkan pakaian khusus yang akan
dikenakan oleh Imam Mahdi af. ketika ia muncul. Terkadang disebutkan
bahwa ia akan memakai pakaian Rasulullah Saw. Terkadang juga dikatakan
bahwa beliau akan mengenakan pakaian Nabi Yusuf as.
Ya’qub bin Syu’aib menuturkan, “Imam Shadiq as. bersabda, ‘Apakah
kalian ingin aku beritahu mengenai pakaian apa yang kelak akan dikenakan
oleh Imam Mahdi af. ketika muncul nanti?’ Ia berkata, ‘Ya, aku ingin
tahu hal itu.’ Imam meminta sebuah kotak, lalu membukanya. Setelah itu
beliau mengeluarkan sebuah pakaian yang di bagian lengannya terdapat
bekas darah.
“Imam kembali bersabda, ‘Inilah pakaian Rasulullah Saw. yang pernah
beliau kenakan saat perang Uhud. Ketika itu empat giginya patah. Imam
Mahdi akan bangkit dengan menggunakan pakaian ini.’ Aku mencium pakaian
tersebut dan meletakkan bekas darah itu di mataku, kemudian Imam
mengambilnya.”
[18]
Mufadhal bin Umar bercerita, “Imam Shadiq as. bersabda, ‘Tahukah
engkau apa pakaian Nabi Yusuf as.?’ Aku menjawab, ‘Tidak.’ Imam kembali
bersabda, ‘Ketika Nabi Ibrahim as. dilemparkan ke dalam api, Jibril
membawakan sebuah pakaian, lalu memakaikannya ke tubuh beliau, sehingga
beliau aman dari panas dan dingin. Ketika ajalnya hampir tiba, ia
meletakkan pakaian itu dalam sebuah tempat kecil yang terdapat doa di
dalamnya dan menggantungkannya di lengan anaknya; Ishak as. Ia
memberikan kepada anaknya, Yakub as. Ketika Yusuf as. lahir, Yakub
menggantungkannya di lengan Yusuf as. Yusuf as. mengalami berbagai macam
peristiwa, hingga suatu hari ia menjadi penguasa Mesir. Ketika Yusuf
mengeluarkan pakaian tersebut dari tempat itu, Yakub as. mengenal baunya
dan berkata, ‘Sungguh aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak
menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)’
[19] Dan itu adalah sebuah pakaian yang diturunkan dari surga.’”
Mufadhal kembali bertanya, ‘Semoga aku menjadi tebusanmu! Pakaian itu
berada di tangan siapakah?’ Beliau menjawab, ‘Berada di tangan
pemiliknya; pakaian itu ada di tangan Al-Mahdi ketika ia muncul nanti.’
Imam kemudian melanjutkan perkataannya, ‘Setiap nabi yang meninggalkan
suatu warisan berupa pengetahuan atau selainnya, maka sesungguhnya semua
itu sampai di tangan Rasulullah Saw.’”
[20]
D. Senjata
Rasulullah Saw. bersabda kepada Imam Ali as., “Ketika Qaim kami (Imam
Mahdi af.) muncul dan masa pemerintahannya berlangsung, ia memegang
sebuah pedang, kemudian ia diseru, ‘Wahai wali Allah! Berjuanglah dan
bunuh musuh-musuhmu!’”
[21]
Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan
mengenakan pakaian Rasulullah Saw. yang pernah dipakai oleh beliau di
saat perang Uhud. Ia juga akan memakai sorban beliau. Ia juga memegang
pedang
Dzulfiqar milik Rasulullah Saw. dan selalu menghunuskannya selama delapan bulan untuk membunuh orang-orang tak beragama.”
[22]
Jabir Ja’fi menuturkan, “Imam Baqir as. bersabda, ‘Al-Mahdi (af.) akan muncul di Mekah di antara
rukn dan
maqam,
bersama tiga ratus tiga belas kawannya. Ia bangkit dengan ajaran
Rasulullah Saw. dan bendera serta senjatanya. Ketika itu, terdengar
suara seruan dari langit Mekah dengan nama
Wilayah yang memanggil nama beliau. Seluruh umat manusia di dunia mendengar suara itu dan namanya sebagaimana nama Rasulullah Saw.’”
[23]
E. Memahami Wajah
Salah satu kekhususan yang dimiliki oleh Imam Mahdi af. adalah beliau
mampu memahami batin semua orang hanya dengan melihat wajahnya. Ia
mampu membedakan orang yang baik dan yang tidak. Dengan pengetahuan
tersebut, beliau mengetahui pelaku kezaliman dan kerusakan kemudian
menumpasnya.
Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul,
tidak ada seorang pun yang tersisa di dunia kecuali beliau
mengetahuinya; apakah ia termasuk orang yang saleh ataukah orang yang
zalim maupun perusak.”
[24]
Beliau juga bersabda, “Ketika Qaim kami (Imam Mahdi af.) muncul, ia
akan mengenal musuh-musuhnya dari wajah mereka. Pada waktu itu juga ia
dan kawan-kawannya akan menangkap dan menumpas mereka.”
[25]
Imam kembali bersabda, “Ketika Qaim Ali Muhammad Saw. (Imam Mahdi
af.) muncul, berkat kekuatan yang dimilikinya, ia dapat membedakan
antara kawan dan lawan.”
Mu’awiyah Dahani bertanya kepada Imam Shadiq as. mengenai ayat, ‘
Orang-orang yang berdosa dikenal dengan wajah mereka, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka’
[26].
Imam Shadiq as. bersabda, ‘Wahai Mu’awiyah! Apa yang dikatakan orang
lain mengenainya?’ Ia menjawab, ‘Mereka mengira Allah akan mengetahui
para pendosa dari raut wajah dan tubuhnya di Hari Kiamat. Lalu,
rambutnya akan ditarik dan kakinya akan dipegang, kemudian dilemparkan
ke dalam api.’ Imam bersabda, ‘Apa perlunya Allah melihat raut wajah
mereka agar mengetahui apakah ia pendosa atau tidak, padahal Dia sendiri
yang telah menciptakan mereka?’ Dahani bertanya, ‘Lalu apa makna ayat
ini?’ Beliau menjawab, ‘Ketika al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul, Allah
memberinya ilmu untuk memahami wajah. Lalu beliau memerintahkan
pasukannya untuk memegang kepala dan kaki orang-orang jahat dan
membunuhnya dengan pedang.’”
[27]
F. Keramat Imam Mahdi af.
Pada Akhir jaman, semua orang menanti berdirinya suatu pemerintahan
yang adil dan melayani rakyat. Tetapi, tak jarang mereka merasa pesimis
terhadap berdirinya suatu pemerintahan demikian. Mereka tidak lagi
bersedia mendengarkan ucapan berbagai kelompok dan partai. Mereka juga
tak yakin ada seseorang yang mampu mengembalikan kondisi dunia menjadi
teratur seperti sediakala.
Oleh karena itu, setiap yang mengaku bahwa dirinya akan merubah dunia
dan mengembalikan keteraturannya harus memiliki kekuatan luar biasa,
yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Demi membuktikan hal ini,
diperlukan keramat maupun mukjizat. Maka, ketika Imam Mahdi af. muncul,
ia melakukan beberapa perbuatan luar biasa yang menunjukan keramatnya.
Ia dapat memerintahkan burung yang sedang terbang di langit untuk turun
ke tanah dan hinggap di tangan beliau. Ia juga mampu menancapkan kayu
yang kering ke dalam tanah tandus, lalu menjadi hijau dan tumbuh
mengeluarkan ranting dan daun.
Berbagai keistimewaan tersebut membuktikan kepada umat manusia bahwa
dengan izin Allah Swt., langit dan bumi tunduk di hadapannya. Keramatnya
ini menjadi berita gembira bagi kaum tertindas yang berada di bawah
berbagai tekanan dan kezaliman selama bertahun-tahun, bahkan
berabad-abad. Selama itu, banyak orang yang menjadi korban berbagai
kekejian. Setiap hari, mereka di hujani bom yang dilemparkan dari
pesawat terbang. Jutaan nyawa dari kerabatnya telah tiada. Tanpa
mendapatkan perlindungan, mereka harus menanggung semua penderitaan
jaman itu. Tetapi, ketika melihat keberadaan Imam Mahdi af., mereka
mulai menyadari tengah berada di hadapan seorang pemimpin yang memegang
kendali langit dan bumi.
Akibat musim paceklik yang melanda, mereka didera kemiskinan. Setiap
hari, mereka terus-menerus dihimpit kelaparan. Bahkan, untuk mendapatkan
sesuap nasi saja, sangat kepayahan. Namun kini, mereka berada di
hadapan seseorang yang dengan isyaratnya, bumi yang kering dapat
menumbuhkan tanaman dan pepohonan. Hujan pun turun menebarkan rahmat.
Orang-orang yang selama ini, selalu merasakan pedihnya hidup diterpa
wabah penyakit yang tak dapat disembuhkan. Kini, berada di hadapan
seorang lelaki yang dapat menyembuhkannya. Bahkan, beliau dapat
menghidupkan orang yang telah mati. Inilah keramat beliau, yang
membuktikan kekuatan, kejujuran, dan kebenaran ucapan-ucapannya. Dengan
keramat ini, umat manusia di muka bumi bisa membedakan antara beliau
dengan para penyelamat palsu, yang mengklaim dirinya sebagai orang yang
menyelamatkan kehidupan umat manusia. inilah penyelamat sejati; Mahdi
Yang Dijanjikan.
Adakalanya keramat-keramat tersebut sengaja diperlihatkan kepada para
prajuritnya, sehingga meningkatkan keimanan mereka. Terkadang ia
tunjukkan kepada musuh-musuhnya, juga orang-orang yang meragukannya,
agar mereka bersedia mengimaninya.
Kini, mari kita membahas beberapa keramat Imam Mahdi af.
1. Burung yang berbicara
Imam Ali as. bersabda, “Dalam perjalanannya, Imam Mahdi bertemu dengan salah seorang sayid yang bernama Hasani
dengan
dua belas ribu pasukannya. Hasani berusaha untuk mengajak Imam Mahdi
af. berdebat dan beranggapan bahwa dirinya lebih pantas untuk memimpin.
Imam Mahdi af. berkata kepadanya, ‘Aku adalah Al-Mahdi.’ Hasani
menuntut,
‘Apakah engkau memiliki tanda dan bukti supaya aku dapat membaiatmu?’
Imam Mahdi af. memberikan isyarat kepada seekor burung yang sedang
terbang, lalu burung itu pun turun dan hinggap di tangannya. Kemudian
dengan izin Allah, burung itu membuka mulutnya dan berbicara seraya
bersaksi akan kebenaran Imam Mahdi af.
Supaya Sayid Hasani lebih yakin, Imam Mahdi menancapkan kayu kering
ke atas tanah. Lalu, kayu itu berubah menjadi hijau dan mengeluarkan
batang serta daun. Tak lama kemudian, ia mengambil sebuah batu, lalu ia
meremas dengan tangannya dan batu itu pun remuk seketika.
Dengan melihat beberapa keramat tersebut, Sayid Hasani itu percaya
bahwa ia adalah Al-Mahdi. Dia bergabung dengan Imam Mahdi af. dan
mempersembahkan pasukannya. Lalu Imam Mahdi af. menjadikannya sebagai
komandan pasukan garis depan.”
[28]
2. Makanan dan minuman yang keluar dari tanah
Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul di Mekah dan
hendak berangkat menuju Kufah, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak
membawa bekal makanan dan minuman. Ketika itu, Imam Mahdi af. membawa
sebuah batu yang pernah digunakan oleh Nabi Musa as. untuk mengeluarkan
dua belas mata air dari tanah. Setiap kali berhenti berjalan untuk
istirahat, ia menggunakan batu itu untuk mengeluarkan mata air dari
tanah. Setiap orang yang lapar akan menjadi kenyang dengan meminum air
itu, dan setiap orang yang haus dapat melepas rasa haus dengan
meminumnya.
Seperti ini makanan dan minuman selalu tersedia bagi pasukannya
sampai ia sampai ke kota Najaf. Di sana ia meletakkan batu itu di atas
tanah lalu dari tanah keluar air dan susu yang dapat mengenyangkan
setiap orang yang lapar.”
[29]
Imam Baqir as. bersabda, “Ketika al-Qaim (af.) muncul, ia membawa
bendera Rasulullah Saw., cincin Nabi Sulaiman as., batu, dan tongkat
Nabi Musa as. Kemudian, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak membawa
bekal makanan dan minuman untuk diri mereka dan hewan kendaraannya.
Sebagian orang, ada yang ragu dan berkata, ‘Ia ingin membuat kita celaka
dan membunuh hewan kendaraan kita dengan membiarkannya kelaparan!’
Akhirnya mereka pun berangkat memulai perjalanan. Setibanya di suatu
tempat, Imam Mahdi af melemparkan batu yang dibawanya, lalu muncul
makanan, minuman, dan rumput-rumputan dari tanah tersebut. Kemudian
pasukannya memanfaatkan makanan dan minuman itu sampai mereka tiba di
kota Najaf.”
[30]
3. melipat bumi dan tanpa bayangan
Imam Ridha as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, bumi menjadi
terang dengan cahaya Ilahi, dan akan berputar cepat di bawah kedua
kakinya (ia mampu menempuh jarak yang jauh dengan cepat). Dialah orang
yang tidak memiliki bayangan.”
[31]
4. Kendaraan
Imam Baqir as. berkata kepada seseorang yang bernama Surah,
“Zulkarnain memiliki ikhtiar untuk memilih di antara kedua awan; awan
yang keras dan yang tidak keras. Ia memilih awan yang tidak keras, dan
awan yang keras disimpan untuk Imam Mahdi af.”
Kemudian Surah bertanya, “Apa yang dimaksud awan keras?” Imam
menjawab, “Ia adalah awan yang di dalamnya terdapat petir dan kilat.
Imam Mahdi af. akan menaiki awan itu dan dengannya ia terbang ke langit
melewati tujuh langit dan tujuh bumi, yaitu lima bumi yang ditinggali
dan dua bumi yang hancur.”
[32]
Imam Shadiq as. bersabda, “Allah telah memberikan ikhtiar kepada
Zulkarnain untuk memilih di antara dua awan; awan yang keras dan awan
yang tidak keras. Zulkarnain memilih awan yang tidak keras, yakni awan
yang tidak ada kilat dan petir di dalamnya. Seandainya ia memilih awan
yang keras, ia tidak akan diizinkan untuk menggunakannya. Karena, awan
itu disimpan untuk Al-Mahdi.”
[33]
5. Jaman lambat berputar
Imam Baqir as. bersabda, “Ketika Imam Jaman af. muncul, ia bergerak
menuju Kufah. Di sana, ia akan memimpin selama tujuh tahun, di mana
setiap tahunnya sama seperti sepuluh tahun yang kalian rasakan. Setelah
itu, Allah melakukan apa yang dikehendaki.” Kemudian, seseorang
bertanya, “Bagaimana bisa tahun menjadi panjang dan lama?” Imam
menjawab, “Allah memerintahkan tata surya (dan malaikat yang
mengaturnya) untuk bergerak dengan lambat. Dengan demikian, hari-hari
dan tahun kalian akan menjadi lambat.”
Orang itu kembali berkata, “Banyak orang yang mengatakan bahwa ketika
tata surya melambatkan gerakannya sedikit saja, maka semua akan
hancur.” Imam menjawab, “Ini adalah ucapan kaum
Dahri (sepaham
materialis) yang mengingkari Allah. Tetapi, orang Islam (yang meyakini
keberadaan Tuhan penguasa alam semesta) tidak mengutarakan ucapan
tersebut.”
[34]
6. Kekuatan takbir
Mengenai penguasaan Constantinople di tangan Imam Mahdi af., Ka’ab
menuturkan, “Imam Mahdi af. menancapkan benderanya di atas tanah. Lalu,
mencari air untuk berwudhu dan menunaikan shalat subuh. Tetapi, air
menjauh dari beliau. Imam mengambil benderanya dan berjalan mendekati
air hingga menuju suatu tempat. Kemudian ia menancapkan benderanya ke
tanah, lalu memanggil pasukannya seraya berkata, “Wahai umat manusia!
Allah telah membelah lautan untuk kalian, sebagaimana telah membelahnya
bagi Bani Israil.” Pasukan Imam Mahdi af melewati lautan yang terbelah,
mereka bergerak menuju kota Constantinople. Pasukan beliau meneriakkan
takbir, hingga dinding-dinding bangunan kota itu bergetar.
Untuk kedua kalinya mereka meneriakkan takbir dan dinding-dinding
kota itu bergetar kembali. Untuk ketiga kalinya mereka meneriakkan
takbir, dinding-dinding yang berada di antara dua belas menara pengawas
runtuh.”
[35]
Rasulullah Saw. bersabda, “… Al-Mahdi akan sampai di kota
Constantinople. Pada jaman itu, benteng di tempat tersebut memiliki
tujuh dinding. Imam Mahdi af. mengucapkan tujuh takbir, lalu
dinding-dinding itu runtuh. Banyak orang-orang yang mati dan banyak juga
yang memeluk Islam.”
[36]
Mengenai hal ini, Imam Ali as. bersabda, “… kemudian Al-Mahdi (af.)
dan pasukannya melanjutkan perjalanan. Tidak ada satu pun benteng Romawi
yang terlewatkan. Hanya dengan mengucapkan
‘La ilaha illallah’, dinding-dinding
benteng itu hancur. Akhirnya, mereka sampai di dekat kota
Constantinople. Lalu, mereka mengucapkan beberapa takbir, kemudian teluk
yang berada di dekat kota itu mengering dan dinding-dinding bangunan
kota roboh.
[37]
Tak lama kemudian mereka bergegas menuju kota. Sesampainya di sana,
mereka mengucapkan tiga takbir. Seketika, kota itu hancur bagaikan pasir
yang ditiup oleh angin lebat.”
[38]
7. Melintasi air
Imam Shadiq as. bersabda, “Ayahku menuturkan bahwa pada saat al-Qaim
(Imam Mahdi af.) muncul … ia mengirim pasukannya menuju kota
Constantinople. Ketika sampai di sebuah teluk, mereka menulis beberapa
kalimat di atas kulit kakinya masing-masing. Dengan cara ini, mereka
mampu melangkah di atas air. Ketika orang-orang Romawi melihat peristiwa
tersebut, mereka saling berkata, ‘Jika prajurit Al-Mahdi seperti ini,
lalu seperti apa Al-Mahdi itu sendiri?’ Lalu, mereka membukakan pintu
supaya pasukan Imam Mahdi af. dapat memasuki kota dan memimpin di sana.”
[39]
8. Menyembuhkan orang sakit
Imam Ali as. bersabda, “… Al-Mahdi (af.) akan mengibarkan benderanya
dan menampakkan berbagai mukjizatnya. Dengan izin Allah, ia akan
melakukan sesuatu dari yang tidak terjadi sebelumnya. Ia akan
menyembuhkan orang-orang yang terkena penyakit Lepra dan menghidupkan
orang-orang yang mati, juga mematikan orang-orang yang hidup.”
[40]
9. Tongkat nabi Musa as.
Imam Baqir as. bersabda, “Tongkat Nabi Musa as. mulanya adalah milik
Nabi Adam as. lalu berpindah ke tangan Nabi Syu’aib as., kemudian ke
tangan Musa bin Imran as. Tongkat tersebut kini berada di tangan kami,
dan aku melihatnya masih hijau, seperti baru diambil dari pohonnya.
Ketika ada yang bertanya kepada tongkat itu, ia akan menjawab
pertanyaannya. Sesungguhnya tongkat itu disiapkan untuk al-Qaim (Imam
Mahdi af). Apa pun yang dilakukan oleh Musa as. akan dilakukan juga oleh
al-Qaim. Apa pun yang diperintahkan kepada tongkat itu, ia akan
melakukannya. Kapanpun tongkat itu dilemparkan, ia akan menelan
sihir-sihir jahat.”
[41]
10. Seruan awan
Imam Shadiq as. bersabda, “Al-Mahdi (af.) akan muncul di akhir jaman.
Awan berada di atas kepala beliau. Kemana pun ia pergi, awan tersebut
mengikutinya. Awan itu selalu melindungi beliau dari terik mentari yang
panas, seraya berseru dengan jelas, ‘Inilah Al-Mahdi.’”
[42]
Imam as. juga bersabda, “Tak ada satu pun mukjizat yang dimiliki para
Nabi yang tidak dapat dilakukan oleh Imam Mahdi af. Allah memberikan
mukjizat-mukjizat itu kepadanya, supaya
hujjah menjadi sempurna.”
[43]
[1] Para pengikut Nabi Musa as. yang disebut dengan Bani Israil adalah orang-orang yang memiliki tubuh kuat.
[2] Ibnu Thawus,
Malahim, hal. 142.
[3] Kamaluddin, jil. 1, hal. 315;
Kifayatul Atsar, hal. 224;
A’lamul Wara, hal. 401;
Al-Ihtijaj, hal. 289.
[4]
Alam Dzar adalah alam yang dialami manusia sebelum dilahirkan di dunia.
Di alam itu, Tuhan telah meminta semua manusia untuk berikrar dan
mengakui bahwa tiada Tuhan selain-Nya. Allah Swt. berfirman,
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS
Al A’raf: 172). Sebagian mufasir mengatakan bahwa yang dimaksud dalam
ayat ini adalah dihadirkannya arwah anak keturunan Adam as. di alam ruh
yang pada waktu itu Allah memerintahkan semua manusia untuk mengakui
bahwa hanya Allah sebagai Tuhan sehingga kelak tidak ada alasan bagi
mereka saat mereka mengkufuri Tuhannya.
[5] Nu’mani,
Ghaibah, hal. 188;
Aqdud Durar, hal. 41;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 287;
Yanabi’ul Mawaddah, hal. 492.
[6] Kamaluddin, jil. 2, hal. 652;
A’lamul Wara’, hal. 435;
Kharaij, jil. 3, hal. 1170.
[7] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 283.
[9] Ibnu Thawus,
Malahim, hal. 73;
Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 586.
[10] Ibnu Hammad,
Fitan, hal. 102.
[11] Bashairud Darajat, jil. 4, hal. 199;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 440 dan 520;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 319.
[12] Kamaluddin, jil. 2, hal. 48;
A’lamul Wara, hal. 407;
Kasyful ghummah, jil. 3, hal. 314;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 322;
Wafi, jil. 2, hal. 113;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 478.
[13] YaNabi’ul Mawaddah, hal. 401;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 537;
Ihqaqul Haqq, jil. 13, hal. 367.
[14] Ibnu Hammad,
Fitan, hal. 100;
Aqdud Durar, hal. 158; Ibnu Thawus,
Malahim, hal. 73; Muttaqi Hindi,
Burhan, hal. 101.
[15] Ibnu Thawus,
Malahim, hal. 73.
[16] Nu’mani,
Ghaibah, hal. 233 dan 234, dengan sedikit perbedaan;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 354.
[17] Kafi, jil. 6, hal. 444;
Bihar al-Anwar, jil. 41, hal. 159 dan jil. 47, hal. 55.
[18] Nu’mani,
Ghaibah, hal. 243;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 542;
Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 575;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 255.
[20] Kafi, jil. 1, hal. 232;
Kamaluddin, jil. 2, hal. 674;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 327.
[21] Kifayatul Atsar, hal. 263;
Bihar al-Anwar, jil. 36, hal. 409;
Awalim, jil. 15, bagian 3, hal. 269;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 563.
[22] Nu’mani,
Ghaibah, hal. 308;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 223;
Irsyad, hal. 275.
[23] Al Ushulus Sitta Asyar, hal. 79;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 588;
Bihar al-Anwar, jil. 26, hal. 209;
Mustadrakul Wasail, jil. 11, hal. 38.
[24] Kamaluddin, jil. 2, hal. 671;
Kharaij, jil. 2, hal. 930;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 493;
Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 58 dan jil. 51 hal. 389.
[25] Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 357; Nu’mani,
Ghaibah, hal. 242;
Kamaluddin, jil. 2, hal. 366;
Irsyad, jil. 5, 36;
A’lamul Wara, hal. 433;
Kasyful Ghummah, jil.
[27] Ikhtishas, hal. 304; Nu’mani,
Ghaibah, hal. 128;
Bashairud Darajat, hal. 356;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 321;
As Syi’ah Wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 431;
Al-Mahajah, hal. 217;
YaNabi’ul Mawaddah, hal. 429.
[28] Aqdud Durar, hal. 97, 138, 139;
Al Qaulul Muktashar, hal. 19;
As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 158.
[29] Bashairud Darajat, hal. 188;
Kafi, jil. 1, hal. 231; Nu’mani,
Ghaibah, hal. 238;
Kharaij, jil. 2, hal. 690;
Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 84;
Bihar al-Anwar, jil. 13, hal. 185, dan jil. 52, hal. 324.
[30] Kamaluddin, hal. 670;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 351;
Wafi, jil. 2, hal. 112.
[31] Kamaluddin, hal. 372;
Kifayatul Atsar, hal. 323;
A’lamul Wara, hal. 408;
Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 314;
Faraidus Simthain, jil. 2, hal. 336;
YaNabi’ul Mawaddah, hal. 489;
Nurut Tsaqalain, jil. 4, hal. 47;
Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 157. Lihat juga:
Kifayatul Atsar, hal. 324;
Ihtijaj, jil. 2, hal. 449;
A’lamul Wara’, hal. 409;
Kharaij, jil. , hal. 1171;
Mustadrakul Wasail, jil. 2, hal. 33.
[32] Mufid,
Ikhtishas, hal. 199;
Bashairud Darajat, hal. 409;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 321.
[33] Ikhtishahs, hal. 326;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 337;
As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 400.
[34] Mufid,
Irsyad, hal. 365;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 337;
As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 400.
[35] Aqdud Durar, hal. 138.
[36] Al-Ilalul Mutanahiyah, jil. 2, hal. 855;
Aqdud Durar, hal. 180.
[37] Maksudnya adalah jalan akan terbuka bagi mereka; karena beliau memiliki mukjizat-mukjizat yang pernah dimiliki oleh para nabi.
[38] Aqdud Durar, hal. 139.
[39] Nu’mani,
Ghaibah, hal. 159;
Dalailul Imamah, hal. 249;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 573;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 365.
[40] As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 169.
[41] Kamaluddin, jil. 2, hal. 673;
Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 318 dan 351,
Kafi, jil. 1, hal. 232.
[42] Tariku Mawalid Aimmah, hal. 200;
Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 265;
Shiratul Mustaqim, jil. 2, hal. 260;
Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 240;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 615; Nuri,
Kasyful Asrar, hal. 69.
[43] Khatun Abadi,
Arba’in, hal. 67;
Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 700.