Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Khalifah. Show all posts
Showing posts with label Khalifah. Show all posts

Militer Pertama dalam Kekhalifahan Islam


Sejarah Islam mencatat puncak kegemilangan Islam dengan berdirinya sejumlah khilafah (pemerintahan) Islamiyah. Misalnya, khilafah Umayyah, Fathimiyah, Abbasiyah, Usmaniyah (Turki Usmani), dan lainnya. Bila yang satu runtuh, muncullah dinasti lainnya yang siap melanjutkan pemerintahan Islam.

Itu pulalah yang menandai berdirinya Dinasti Mamluk (Mamalik). Awalnya, Dinasti Mamluk ini merupakan bagian dari Dinasti Abbasiyah. Begitu juga dengan Dinasti Seljuk.

Tidak seperti kebanyakan dinasti Islam yang pada umumnya musnah dengan berakhirnya keturunan para pendirinya, Kesultanan Delhi berakhir setelah mengalami lima kali pergantian kepemimpinan.

Salah satu dinasti yang pernah memimpin Kesultanan Delhi ini adalah para keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Mereka memerintah selama 84 tahun (1206-1290). Dinasti ini disebut juga dengan Dinasti Mamluk.

Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, diterangkan bahwa kemunculan Kesultanan Delhi berawal dari kampanye militer yang dilakukan oleh Sultan Gur, Mu’izzuddin Muhammad bin Sam, yang juga terkenal dengan sebutan Mu’izzuddin Guri atau Muhammad Guri.


Dengan bantuan panglima militernya Qutbuddin Aybak, Sultan Guri berhasil merebut kembali daerah Gazni dari tangan orang-orang Ghuzz (Turki) pada 1173.

Mu’izzuddin kemudian menaklukkan wilayah Multan dan Uch pada 1175 dengan harapan dapat dijadikan sebagai jalan untuk merebut kembali wilayah Punjab yang pernah dikuasai Dinasti Gaznawi.
Namun, penaklukan Multan, yang semula akan dijadikan sebagai pintu gerbang masuk ke wilayah Hindustan, tidak berlangsung mulus karena mendapat perlawanan keras Mularaja II dari Gujarat pada 1178 yang mengakibatkan kekalahan di pihak Mu’izzuddin.

Setelah kekalahan tersebut, Mu’izzuddin kemudian mengalihkan perhatiannya ke wilayah utara dan berhasil menaklukkan Peshawar (1179), Sialkot (1185), dan Lahore (1186). Dengan takluknya daerah-daerah tersebut, berakhirlah kekuasaan Gaznawi di wilayah India dan digantikan Dinasti Guri.

Setelah berhasil merebut wilayah Punjab dari Dinasti Gaznawi, Mu’izzuddin kemudian meluaskan wilayahnya ke timur Punjab yang saat itu dikuasai oleh para pangeran dari marga Rajput. Wilayah timur Punjab berhasil direbut Mu’izzuddin setelah pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Prativiraja pada tahun 1192.
Kemenangan tersebut menjadi dasar peletakan yang paling menentukan secara politik bagi berdirinya kerajaan Islam di India. Di samping itu, kemenangan ini benar-benar memberikan dukungan moral bagi semua pasukan Muslim untuk semakin percaya diri terhadap kekuatan yang dimilikinya dalam menghadapi kerajaan-keraajaan kecil di wilayah utara India.

Kemudian, secara berturut-turut, Mu’izzuddin berhasil menaklukkan Raja Chauhan, penguasa Ajmer dan Delhi, dan disusul dengan penaklukan Benares dan Kanauj dari tangan Raja Jayachandra.
Namun, seiring dengan makin melemahnya kekuatan Dinasti Abbasiyah dan banyaknya negara atau wilayah kekuasaan Abbasiyah yang berdiri sendiri, lama-kelamaan wilayah tersebut mulai melepaskan diri.
Mamluk atau Mamalik merupakan julukan yang diberikan kepada para budak asal Turki yang telah memeluk Islam dan direkrut menjadi tentara oleh penguasa Islam pada Abad Pertengahan. Mereka akhirnya menjadi tentara yang paling berkuasa sepanjang sejarah Islam dan juga pernah mendirikan Kesultanan Mamluk di dua tempat berbeda.

Terdapat dua pemerintahan yang didirikan oleh kaum Mamluk, yaitu Dinasti Mamluk yang berkuasa di India (1206-1290) yang dibentuk oleh Qutbuddin Aybak dan Dinasti Mamluk yang memerintah di Mesir (1250-1517).

Mengutip laman Wikipedia, pasukan Mamluk pertama kali dikerahkan pada zaman Abbasiyyah abad ke-9 Masehi. Bani Abbasiyyah merekrut tentara-tentara ini dari kawasan Kaukasus dan Laut Hitam. Dari Laut Hitam direkrut bangsa Turki dan kebanyakan dari suku Kipchak. Mereka ini pada mulanya bukanlah orang Islam.

Tentara Mamluk ini dikenal sebagai tentara-tentara Islam yang memiliki kesetiaan tinggi kepada syekh, pemimpin suku, dan juga bangsawan mereka. Loyalitas yang tinggi ini kemungkinan juga disebabkan mereka termasuk golongan orang asing dan merupakan kelompok lapisan yang terendah dalam masyarakat.
Sehingga, mereka tidak akan menentang khalifah dan mudah dijatuhkan hukuman jika menimbulkan masalah. Oleh karena itu, tentara Mamluk merupakan aset terpenting dalam militer.

Mamluk di India

Salah satu dinasti Islam yang telah berjasa dalam melakukan ekspansi ke wilayah India adalah Kesultanan Delhi. Dari awal berdiri (1206) hingga masa berakhir (1526), pusat pemerintahannya hampir selamanya di Kota Delhi, sebuah kota di India bagian utara. Bahkan, ketika Kesultanan Mogul mengambil alih, Delhi masih tetap dijadikan sebagai pusat pemerintahan sampai Mogul runtuh pada masa Sultan Bahadur Syah II (1858).

Sultan Bahadur Syah II 

Setelah menaklukkan daerah-daerah tersebut, Mu’izzuddin kembali ke Khurasan. Daerah taklukan baru tersebut diserahkan kepada panglima perang kepercayaannya, Qutbuddin Aybak.
Setelah Mu’izzuddin wafat pada 1206, Qutbuddin diakui para pembantunya sebagai sultan untuk wilayah India dan menjadikan Delhi sebagai pusat pemerintahannya. Sejak saat itulah, Dinasti Mamluk muncul sebagai penguasa baru di Kesultanan Delhi.

Kesultanan Mamluk di Mesir

Dinasti Mamluk yang memerintah di Mesir muncul pada saat dunia Islam tengah mengalami desentralisasi dan disintegrasi politik. Kekuasaan Mamluk di Mesir dimulai ketika terjadi perpecahan kekuasaan di kalangan anggota keluarga Salahuddin Al-Ayyubi, pendiri Dinasti Ayubiyah, penguasa Mesir kala itu.


Ketika Turansyah, yang merupakan keturunan terakhir dari Dinasti Ayubiyah, naik tahta menggantikan ayahnya, Al-Malik As-Salih; golongan Mamluk merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250, Mamluk di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah.

Istri Al-Malik As-Salih, Syajarah Al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan Mamluk berusaha mengambil kendali pemerintahan sesuai dengan kesepakatan golongan Mamluk itu. Kepemimpinan Syajarah hanya berlangsung sekitar tiga bulan.

Ia kemudian menikah dengan seorang tokoh Mamluk bernama Aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya. Akan tetapi, segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah Al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan.

Pada mulanya, Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayubiyah bernama Musa sebagai “sultan syar’i” (formal) di samping dirinya yang bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir dari Dinasti Ayubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan Dinasti Mamluk. Dinasti Mamluk berkuasa di Mesir dari tahun 1250 sampai tahun 1517 sebelum akhirnya ditaklukan oleh Bani Usmani.

Wilayah kekuasaan Dinasti Mamluk meliputi Mesir, Suriah, Hijaz, Yaman, dan daerah di sepanjang aliran Sungai Eufrat. Saat berkuasa, dinasti ini berhasil menumpas bersih sisa-sisa tentara Perang Salib dengan mengusirnya dari Mesir dan Suriah.

Begitu juga ketika bangsa Mongol berhasil menghancurkan dan merebut negeri-negeri yang dikuasai oleh Islam, Dinasti Mamluk menjadi satu-satunya penguasa Muslim yang berhasil mempertahankan wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu, Dinasti Mamluk di Mesir sangat berjasa dalam mengembangkan dan mempertahankan dunia Islam.

Wala’ (kepimpinan) didalam Al-Quran dan Mahdawiyah


Wasa’il jilid 1;ms:4
“Telah dibina Islam diatas lima perkara: Solat, Zakat, Puasa,Haji dan Wilayah, dan tidak diseru kepada sesuatu sepertimana diseru kepada wilayah/kepimpinan” (hadis).
Terdapat 124 tempat didalam Al-Quran yang menyebut perkataan dari asal kata “wali” dalam bentuk kata nama dan112 tempat berbentuk kata kerja.
Dari segi lughah Wilayah yakni penguasaan (Rububiah) dan pertolongan (Nusrah) manakala Walayah yakni pemerintahan (Al-Imarah) * (rujuk sibawaih)

Kekuasaan, kesultanan dan pemerintahan yang hakiki adalah milik Allah Ta’ala yang mempunyai kekuasaan azali dan mutlaq. Inilah yang dikatakan Wilayah Takwiniyah yakni wilayah penciptaan dan pentadbiran manakala kekuasaan yang dianugerahkan dengan hukum kanun dinamakan Wilayah Tasyriyyah.

Kita yang beriman kepada Tauhid diantaranya Tauhid didalam Rubbubiyah Takwiniyah dan Tasyriyyah ingin meninjau perkara-perkara yang Allah kurniakan wilayah kepada hamba-hambanya.

1. Wilayah Salbiah / negatif (Kewalian dan kepimpinan yang mesti ditolak)
   “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu angkat orang-orang kafir menjadi wali, bukan orang-orang mu’min ”
(Surah An-Nisa’ 44)
2. Wilayah Ijabiah / positif  (Kewalian yang mesti dipegang)
a) Wilayah Ijabiah Umum
“Orang-orang yang beriman laki-laki dan orang-orang yang beriman perempuan, setengahnya menjadi wali bagi yang lain. Mereka menyuruh dengan ma’aruf dan melarang daripada yang munkar”
(At-Taubah 71)
b) Wilayah Ijabiah khusus yang merangkumi:
   1. Wala’ Mahabbah / kecintaan kepada kerabat Nabi s.a.w.
“Katakanlah: aku tiada meminta upah (gaji) kepadamu atas seruan ini, kecuali berkasih-sayang dalam kerabatku”.
(As-Syura 23)

  2. Wala’ Imamah (sebagai Marja’/pakar rujuk  Agama)
     “Sesungguhnya pada Rasul Allah (Muhammad) ada ikutan yang baik bagimu”
      (Al-Ahzab 21)

 3. Wala’Za’amah/ pemerintahan
   “Ikutlah Allah dan ikutlah Rasul dan orang-orang yang mengurus pekerjaan dari kamu”.
   (An-Nisa’ 59)
   “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin, dari diri mereka sendiri”
    (Al-Ahzab 6)

 4. Wala’ Takwiniyah (Kekuasaan dan kewalian keatas alam tabiat).

MAHDAWIYYAH (Kajian tentang konsep penyelamat akhir zaman)
Statistik hadis-hadis Ahlu Sunnah dan Syiah tentang Imam Mahdi a.s.

675 hadis-berita gembira tentang kezuhuran Imam Mahdi.
389 hadis-Bahawa Imam Mahdi adalah dari Ahlul Bait Nabi s.a.w.
214 hadis-Imam Mahdi adalah dari keturunan Ali bin Abi Talib a.s.
192 hadis-Imam Mahdi adalah dari keturunan Fatimah (Puteri Nabi )a.s.
148 hadis-Imam Mahdi adalah dari keturunan Hussein a.s(cucu Nabi s.a.w.)
185 hadis-Imam Mahdi adalah keturunan Zainal Abidin(cicit nabi)a.s.
146 hadis-Imam Mahdi adalah Putera Imam Hasan Al-Askari a.s.
132 hadis-Imam Mahdi akan memenuhkan muka bumi dengan keadilan.
 91 hadis-Imam Mahdi mempunyai zaman keghaiban yang panjang.
318 hadis-Imam Mahdi mempunyai umur yang panjang.
136 hadis-Imam Mahdi adalah Imam ke dua belas dari imam-imam Ahlul Bait.
(Kitab Ilahiyyat Ayatullah Uzma Ja’afar Subhani)

    Ramai para ulama’ Ahlu Sunnah yang mengatakan bahawa riwayat-riwayat tentang zuhurnya Imam Mahdi adalah Mutawatir termasuk: 
[1] Ibnu Hajar Asqalani didalam kitab”Fathul Bari”
[2] As-Shaukani didalam kitab “At-Taudih Fi Tawatur ma jaa fil muntazar''.
[3] Al-Ganji As Syafii didalam kitab “AlBayan Fi Akhbar Sahibizzaman”.

Perbezaan Sunnah dan Syiah tentang Imam Mahdi a.s.
Kebanyakan ulama Sunnah percaya bahawa Imam Mahdi a.s belum lagi lahir tetapi Syiah mengatakan bahawa Imam Mahdi telah lahir pada tahun 255H dan beliau adalah anak kepada Imam Hassan Al Askari yang mana sebahagian ulama Ahlussunnah seperti AsySya’rani, Nuruddin Al-Jami, Ibnu Arabi, Sibt Ibnu Jauzi, Ibnu Sabbagh Al-Maliki, Al Ganji AsySyafii dan lain-lain adalah bersependapat dengan Syiah sepertimana Kamaluddin Al-Qurashy AsShafii berkata..”kelahiran beliau adalah di Samerra dan adapun ayah beliau ialah Al-Hasan..”

Petua: Untuk meringankan tekanan terhadap Mukminin di seluruh pelusuk dunia amalkan membaca doa”Ilahi Azumal Bala Wa Barihal Khafa’…”dan bagi mempercepatkan kezuhuran, menghilangkan kerisauan, kejayaan dan pembaikan keadaan Mukminin bacalah”Allahummak Shif Hazihil ghummah an Hazihil Ummah bi zuhurihi”
 
(soal jawab dengan Ayt Uzma Behjat)

Berbagai kriteria dan keistimewaan Imam Mahdi


Kita telah mengupas beberapa hal mengenai revolusi dan kebangkitan Imam Mahdi af. Pada bagaian ini, kita akan membahas karakteristik jasmani dan rohani beliau berdasarkan penjelasan  berbagai riwayat.
A- Karakteristik Jasmani
1. Usia dan Wajah
Imran putra Hashin berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., ‘Jelaskan kepadaku seperti apa Al-Mahdi dan bagaimana karakteristiknya?’ Beliau menjawab, ‘Ia adalah keturunanku, tubuhnya sekuat tubuh Bani Israil.[1] Ia akan bangkit ketika umatku mengalami kesulitan. Wajahnya mirip dengan wajah orang Arab. Dilihat dari postur tubuhnya, ia nampak seperti orang yang berumur 40 tahun. Wajahnya bagaikan bulan yang bersinar. Ia akan memenuhi dunia dengan keadilan setelah dipenuhi dengan kebatilan dan kezaliman. Ia akan memimpin selama dua puluh tahun dan membuka (menguasai) kota-kota kekufuran seperti: Constantinopel, Roma dan kota-kota lainnya.’”[2]

Imam Hasan Mujtaba as. bersabda, “Allah Swt. memanjangkan umur Al-Mahdi di jaman keghaibannya. Setelah itu, dengan kekuasaan Allah Swt. yang tidak terbatas, beliau muncul dengan wajahnya yang muda, seperti lelaki yang berusia kurang dari empat puluh tahun.”[3]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi  muncul, orang-orang akan mengingkarinya dan tak seorang pun yang bergegas memenuhi panggilannya, kecuali orang-orang yang telah disumpah oleh Allah di alam Dzar.[4] Beliau akan muncul dengan wajah yang masih muda dan gagah.”[5]

Marawi bertanya kepada Imam Ridha as., ‘Apa tanda-tanda yang dimiliki Imam Mahdi ketika ia muncul nanti?’ Imam menjawab, ‘Tandanya adalah umurnya tua sekali, tetapi kelihatan masih muda. Sehingga ketika seseorang melihat dirinya beranggapan bahwa ia masih berumur empat puluh tahun, atau bahkan kurang dari empat puluh tahun. Tanda yang lain adalah, perjalanan waktu tidak membuatnya tua dan ia akan terus seperti itu sampai ajalnya tiba.’”[6]

Imam Shadiq as. bersabda, “Secara pasti, wali Allah (Imam Mahdi af.) akan hidup seratus dua puluh tahun seperti Ibrahim Al-Khalil as. Beliau akan muncul dengan wajah yang masih muda, bagaikan orang yang berumur tiga puluh tahun.”[7]

Sebenarnya, umur beliau termasuk dari perkara-perkara yang ghaib. Jadi, tidak ada batasan tertentu seberapa lama beliau akan hidup. Tetapi, karena sebagian orang di jaman dahulu terbatas dengan budaya mereka, maka seringkali umur Imam Mahdi af. dibandingkan dengan umur Nabi Ibrahim as.
Almarhum Majlisi menuturkan, “Barangkali yang dimaksud oleh Imam adalah umur kepemimpinan beliau. Mungkin juga sebenarnya usia beliau hanya seratus dua puluh tahun, tetapi Allah Swt. memanjangkannya.”
Imam Mahdi af. kelak akan muncul dengan fisik yang masih segar dan gagah, yakni di pertengahan dan di akhir masa mudanya. [8]

Mengenai umur Imam Mahdi af. ketika beliau muncul, terdapat pendapat lain. Arthat berkata, “Imam Mahdi af. berumur enam puluh tahun.”[9] Ibnu Hammad berkata, “Imam Mahdi af. berumur 18 tahun.”[10]
2. Ciri- ciri tubuh
Abu Bashir berkata kepada Imam Shadiq as., “Aku mendengar dari ayah Anda bahwa Imam Jaman af. memiliki dada yang lapang dan pundak yang lebar.” Imam berkata, “Wahai Abu Muhammad! Ayahku menggunakan pakaian perang Rasulullah Saw. Tetapi, pakaian tersebut terlalu besar baginya, hingga bagian bawah menyentuh tanah. Pakaian itu akan pas dengan tubuh Al-Mahdi, sebagaimana cocok dengan tubuh Rasulullah Saw. Pada bagian bawahnya terlihat pendek, sehingga orang-orang yang melihatnya mengira bahwa pakaian tersebut diikat.”[11]

Rayyan bin Shilat bertanya kepada Imam Ridha as., “Apakah Anda Shahibul Amr?” Beliau menjawab, “Ya, aku adalah Shahibul Amr. Tetapi, aku bukan Shahibul Amr yang akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezaliman telah memenuhi dunia. Bagaimana aku menjadi Shahibul Amr yang sedemikian rupa sedangkan engkau sendiri melihat kelemahan tubuhku? Dia adalah orang yang berusia tua, tetapi terlihat masih muda ketika muncul. Ia memiliki tubuh yang gagah dan kuat. Seandainya dia mengulurkan tangannya kepada suatu pohon yang paling besar, dia mampu untuk mencabutnya. Ketika dia berteriak di antara pegunungan, maka batu-batu akan pecah dan berpindah dari tempatnya. Dia juga memiliki tongkat Nabi Musa as. dan cincin Nabi Sulaiman as.’”[12]
B. Kesempurnaan Akhlak
Sebagaimana para Imam lainnya, Imam Mahdi af. memiliki kesempurnaan akhlak yang mulia. Karena, para Imam adalah manusia sempurna dan suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Kebaikan akhlak mereka mencapai deraja tertinggi.

Imam Ridha as. bersabda, “Imam Mahdi af. adalah orang yang paling pandai, paling sabar, dan paling bertakwa. Daripada semua manusia, ia adalah orang yang paling dermawan, paling berani dan paling utama ibadahnya.”[13]
1. Takut kepada Allah
Ka’ab berkata, “Rasa takut dan kekhusyukan Imam Mahdi af. terhadap Allah seperti burung elang terhadap kedua sayapnya.”[14] Mungkin yang dimaksud oleh Ka’ab, meskipun elang merupakan burung yang kuat, tetapi kekuatannya bertumpu kepada kedua sayapnya. Ketika kedua sayapnya tidak menolongnya untuk terbang, maka ia akan terjatuh ke tanah. Meskipun Imam Mahdi af. adalah seorang pemimpin yang paling kuat di dunia, tetapi kekuatan tersebut berasal dari Allah Swt. Jika sekali saja Allah tidak memberikan pertolongan kepadanya, maka beliau tidak bisa melakukan apa-apa. Oleh karena itu, Imam Mahdi sangat takut dan khusuk di hadapan Allah.

Sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Thawus[15], kekhusyukan Imam Mahdi af. diibaratkan seperti kedua ujung sebuah tombak. Kecepatan tangan dan ketelitian seseorang dalam melemparkan tombak, bergantung pada kedua ujung tombak tersebut. Bagaikan kedua sayap, jika sedikit saja bengkok, maka seseorang tidak akan dapat melemparkan tombak dengan tepat.
Barangkali maksudnya adalah kekuatan Imam Mahdi af. datang dari Allah, dan beliau bergantung kepada pertolongan-Nya.
2. Kezuhudan
Imam Shadiq as. bersabda, “Mengapa kalian terburu-buru dengan kedatangan Al-Mahdi? Allah mengetahui bahwa makanannya adalah makanan yang keras dan tidak enak. Makanannya adalah roti yang terbuat dari gandum jelek. Pemerintahannya adalah pemerintahan pedang dan kematian di bawah bayangan pedang.”[16]

Utsman bin Hammad berkata, “Aku pernah hadir pada acara majlis Imam Shadiq as. Pada suatu saat, datang seseorang dan berkata kepada Imam, ‘Imam Ali as. mengenakan pakaian kasar yang harganya hanya empat dirham. Tetapi, engkau mengenakan pakaian yang mahal harganya!’ Imam menjawab,  ‘Imam Ali as. menggunakan pakaian seperti itu pada suatu jaman, di mana tidak ada yang mencaci orang untuk berpakaian demikian. Sebaik-baiknya pakaian suatu jaman adalah pakaian yang dipakai orang-orang di jaman itu. Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan mengenakan pakaian seperti milik Imam Ali as. dan ia akan meniru beliau dalam kekuasaannya.’”[17]
C. Pakaian
Terdapat beberapa riwayat yang menerangkan pakaian khusus yang akan dikenakan oleh Imam Mahdi af. ketika ia muncul. Terkadang disebutkan bahwa ia akan memakai pakaian Rasulullah Saw. Terkadang juga dikatakan bahwa beliau akan mengenakan pakaian Nabi Yusuf as.

Ya’qub bin Syu’aib menuturkan, “Imam Shadiq as. bersabda, ‘Apakah kalian ingin aku beritahu mengenai pakaian apa yang kelak akan dikenakan oleh Imam Mahdi af. ketika muncul nanti?’ Ia berkata, ‘Ya, aku ingin tahu hal itu.’ Imam meminta sebuah kotak, lalu membukanya. Setelah itu beliau mengeluarkan sebuah pakaian yang di bagian lengannya terdapat bekas darah.

“Imam kembali bersabda, ‘Inilah pakaian Rasulullah Saw. yang pernah beliau kenakan saat perang Uhud. Ketika itu empat giginya patah. Imam Mahdi akan bangkit dengan menggunakan pakaian ini.’ Aku mencium pakaian tersebut dan meletakkan bekas darah itu di mataku, kemudian Imam mengambilnya.”[18]

Mufadhal bin Umar bercerita, “Imam Shadiq as. bersabda, ‘Tahukah engkau apa pakaian Nabi Yusuf as.?’ Aku menjawab, ‘Tidak.’ Imam kembali bersabda, ‘Ketika Nabi Ibrahim as. dilemparkan ke dalam api, Jibril membawakan sebuah pakaian, lalu memakaikannya ke tubuh beliau, sehingga beliau aman dari panas dan dingin. Ketika ajalnya hampir tiba, ia meletakkan pakaian itu dalam sebuah tempat kecil yang terdapat doa di dalamnya dan menggantungkannya di lengan anaknya; Ishak as. Ia memberikan kepada anaknya, Yakub as. Ketika Yusuf as. lahir, Yakub menggantungkannya di lengan Yusuf as. Yusuf as. mengalami berbagai macam peristiwa, hingga suatu hari ia menjadi penguasa Mesir. Ketika Yusuf mengeluarkan pakaian tersebut dari tempat itu, Yakub as. mengenal baunya dan berkata, ‘Sungguh aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)’[19] Dan itu adalah sebuah pakaian yang diturunkan dari surga.’”

Mufadhal kembali bertanya, ‘Semoga aku menjadi tebusanmu! Pakaian itu berada di tangan siapakah?’ Beliau menjawab, ‘Berada di tangan pemiliknya; pakaian itu ada di tangan Al-Mahdi ketika ia muncul nanti.’ Imam kemudian melanjutkan perkataannya, ‘Setiap nabi yang meninggalkan suatu warisan berupa pengetahuan atau selainnya, maka sesungguhnya semua itu sampai di tangan Rasulullah Saw.’”[20]
D. Senjata
Rasulullah Saw. bersabda kepada Imam Ali as., “Ketika Qaim kami (Imam Mahdi af.) muncul dan masa pemerintahannya berlangsung, ia memegang sebuah pedang, kemudian ia diseru, ‘Wahai wali Allah! Berjuanglah dan bunuh musuh-musuhmu!’”[21]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan mengenakan pakaian Rasulullah Saw. yang pernah dipakai oleh beliau di saat perang Uhud. Ia juga akan memakai sorban beliau. Ia juga memegang pedang Dzulfiqar milik Rasulullah Saw. dan selalu menghunuskannya selama delapan bulan untuk membunuh orang-orang tak beragama.”[22]

Jabir Ja’fi menuturkan, “Imam Baqir as. bersabda, ‘Al-Mahdi (af.) akan muncul di Mekah di antara rukn dan maqam, bersama tiga ratus tiga belas kawannya. Ia bangkit dengan ajaran Rasulullah Saw. dan bendera serta senjatanya. Ketika itu, terdengar suara seruan dari langit Mekah dengan nama Wilayah yang memanggil nama beliau. Seluruh umat manusia di dunia mendengar suara itu dan namanya sebagaimana nama Rasulullah Saw.’”[23]
E. Memahami Wajah
Salah satu kekhususan yang dimiliki oleh Imam Mahdi af. adalah beliau mampu memahami batin semua orang hanya dengan melihat wajahnya. Ia mampu membedakan orang yang baik dan yang tidak. Dengan pengetahuan tersebut, beliau mengetahui pelaku kezaliman dan kerusakan kemudian menumpasnya.
Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul, tidak ada seorang pun yang tersisa di dunia kecuali beliau mengetahuinya; apakah ia termasuk orang yang saleh ataukah orang yang zalim maupun perusak.”[24]

Beliau juga bersabda, “Ketika Qaim kami (Imam Mahdi af.) muncul, ia akan mengenal musuh-musuhnya dari wajah mereka. Pada waktu itu juga ia dan kawan-kawannya akan menangkap dan menumpas mereka.”[25]
Imam kembali bersabda, “Ketika Qaim Ali Muhammad Saw. (Imam Mahdi af.) muncul, berkat kekuatan yang dimilikinya, ia dapat membedakan antara kawan dan lawan.”

Mu’awiyah Dahani bertanya kepada Imam Shadiq as. mengenai ayat, ‘Orang-orang yang berdosa dikenal dengan wajah mereka, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka[26]. Imam Shadiq as. bersabda, ‘Wahai Mu’awiyah! Apa yang dikatakan orang lain mengenainya?’ Ia menjawab, ‘Mereka mengira Allah akan mengetahui para pendosa dari raut wajah dan tubuhnya di Hari Kiamat. Lalu, rambutnya akan ditarik dan kakinya akan dipegang, kemudian dilemparkan ke dalam api.’ Imam bersabda, ‘Apa perlunya Allah melihat raut wajah mereka agar mengetahui apakah ia pendosa atau tidak, padahal Dia sendiri yang telah menciptakan mereka?’ Dahani bertanya, ‘Lalu apa makna ayat ini?’ Beliau menjawab, ‘Ketika al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul, Allah memberinya ilmu untuk memahami wajah. Lalu beliau memerintahkan pasukannya untuk memegang kepala dan kaki orang-orang jahat dan membunuhnya dengan pedang.’”[27]
F. Keramat Imam Mahdi af.
Pada Akhir jaman, semua orang menanti berdirinya suatu pemerintahan yang adil dan melayani rakyat. Tetapi, tak jarang mereka merasa pesimis terhadap berdirinya suatu pemerintahan demikian. Mereka tidak lagi bersedia mendengarkan ucapan berbagai kelompok dan partai. Mereka juga tak yakin ada seseorang yang mampu mengembalikan kondisi dunia menjadi teratur seperti sediakala.

Oleh karena itu, setiap yang mengaku bahwa dirinya akan merubah dunia dan mengembalikan keteraturannya harus memiliki kekuatan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Demi membuktikan hal ini, diperlukan keramat maupun mukjizat. Maka, ketika Imam Mahdi af. muncul, ia melakukan beberapa perbuatan luar biasa yang menunjukan keramatnya. Ia dapat memerintahkan burung yang sedang terbang di langit untuk turun ke tanah dan hinggap di tangan beliau. Ia juga mampu menancapkan kayu yang kering ke dalam tanah tandus, lalu menjadi hijau dan tumbuh mengeluarkan ranting dan daun.

Berbagai keistimewaan tersebut membuktikan kepada umat manusia bahwa dengan izin Allah Swt., langit dan bumi tunduk di hadapannya. Keramatnya ini menjadi berita gembira bagi kaum tertindas yang berada di bawah berbagai tekanan dan kezaliman selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad. Selama itu, banyak orang yang menjadi korban berbagai kekejian. Setiap hari, mereka di hujani bom yang dilemparkan dari pesawat terbang. Jutaan nyawa dari kerabatnya telah tiada. Tanpa mendapatkan perlindungan, mereka harus menanggung semua penderitaan jaman itu. Tetapi, ketika melihat keberadaan Imam Mahdi af., mereka mulai menyadari tengah berada di hadapan seorang pemimpin yang memegang kendali langit dan bumi.
Akibat musim paceklik yang melanda, mereka didera kemiskinan. Setiap hari, mereka terus-menerus dihimpit kelaparan. Bahkan, untuk mendapatkan sesuap nasi saja, sangat kepayahan. Namun kini, mereka berada di hadapan seseorang yang dengan isyaratnya, bumi yang kering dapat menumbuhkan tanaman dan pepohonan. Hujan pun turun menebarkan rahmat.

Orang-orang yang selama ini, selalu merasakan pedihnya hidup diterpa wabah penyakit yang tak dapat disembuhkan. Kini, berada di hadapan seorang lelaki yang dapat menyembuhkannya. Bahkan, beliau dapat menghidupkan orang yang telah mati. Inilah keramat beliau, yang membuktikan kekuatan, kejujuran, dan kebenaran ucapan-ucapannya. Dengan keramat ini, umat manusia di muka bumi bisa membedakan antara beliau dengan para penyelamat palsu, yang mengklaim dirinya sebagai orang yang menyelamatkan kehidupan umat manusia. inilah penyelamat sejati; Mahdi Yang Dijanjikan.

Adakalanya keramat-keramat tersebut sengaja diperlihatkan kepada para prajuritnya, sehingga meningkatkan keimanan mereka. Terkadang ia tunjukkan kepada musuh-musuhnya, juga orang-orang yang meragukannya, agar mereka bersedia mengimaninya.
Kini, mari kita membahas beberapa keramat Imam Mahdi af.
1. Burung yang berbicara
Imam Ali as. bersabda, “Dalam perjalanannya, Imam Mahdi bertemu dengan salah seorang sayid yang bernama Hasani dengan dua belas ribu pasukannya. Hasani berusaha untuk mengajak Imam Mahdi af. berdebat dan beranggapan bahwa dirinya lebih pantas untuk memimpin. Imam Mahdi af. berkata kepadanya, ‘Aku adalah Al-Mahdi.’ Hasani menuntut, ‘Apakah engkau memiliki tanda dan bukti supaya aku dapat membaiatmu?’ Imam Mahdi af. memberikan isyarat kepada seekor burung yang sedang terbang, lalu burung itu pun turun dan hinggap di tangannya. Kemudian dengan izin Allah, burung itu membuka mulutnya dan berbicara seraya bersaksi akan kebenaran Imam Mahdi af.

Supaya Sayid Hasani lebih yakin, Imam Mahdi menancapkan kayu kering ke atas tanah. Lalu, kayu itu berubah menjadi hijau dan mengeluarkan batang serta daun. Tak lama kemudian, ia mengambil sebuah batu, lalu ia meremas dengan tangannya dan batu itu pun remuk seketika.
Dengan melihat beberapa keramat tersebut, Sayid Hasani itu percaya bahwa ia adalah Al-Mahdi. Dia bergabung dengan Imam Mahdi af. dan mempersembahkan pasukannya. Lalu Imam Mahdi af. menjadikannya sebagai komandan pasukan garis depan.”[28]
2. Makanan dan minuman yang keluar dari tanah
Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul di Mekah dan hendak berangkat menuju Kufah, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak membawa bekal makanan dan minuman. Ketika itu, Imam Mahdi af. membawa sebuah batu yang pernah digunakan oleh Nabi Musa as. untuk mengeluarkan dua belas mata air dari tanah. Setiap kali berhenti berjalan untuk istirahat, ia menggunakan batu itu untuk mengeluarkan mata air dari tanah. Setiap orang yang lapar akan menjadi kenyang dengan meminum air itu, dan setiap orang yang haus dapat melepas rasa haus dengan meminumnya.
Seperti ini makanan dan minuman selalu tersedia bagi pasukannya sampai ia sampai ke kota Najaf. Di sana ia meletakkan batu itu di atas tanah lalu dari tanah keluar air dan susu yang dapat mengenyangkan setiap orang yang lapar.”[29]

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika al-Qaim (af.) muncul, ia membawa bendera Rasulullah Saw., cincin Nabi Sulaiman as., batu, dan tongkat Nabi Musa as. Kemudian, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak membawa bekal makanan dan minuman untuk diri mereka dan hewan kendaraannya. Sebagian orang, ada yang ragu dan berkata, ‘Ia ingin membuat kita celaka dan membunuh hewan kendaraan kita dengan membiarkannya kelaparan!’ Akhirnya mereka pun berangkat memulai perjalanan. Setibanya di suatu tempat, Imam Mahdi af melemparkan batu yang dibawanya, lalu muncul makanan, minuman, dan rumput-rumputan dari tanah tersebut. Kemudian pasukannya memanfaatkan makanan dan minuman itu sampai mereka tiba di kota Najaf.”[30]
3. melipat bumi dan tanpa bayangan
Imam Ridha as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, bumi menjadi terang dengan cahaya Ilahi, dan akan berputar cepat di bawah kedua kakinya (ia mampu menempuh jarak yang jauh dengan cepat). Dialah orang yang tidak memiliki bayangan.”[31]
4. Kendaraan
Imam Baqir as. berkata kepada seseorang yang bernama Surah, “Zulkarnain memiliki ikhtiar untuk memilih di antara kedua awan; awan yang keras dan yang tidak keras. Ia memilih awan yang tidak keras, dan awan yang keras disimpan untuk Imam Mahdi af.”
Kemudian Surah bertanya, “Apa yang dimaksud awan keras?” Imam menjawab, “Ia adalah awan yang di dalamnya terdapat petir dan kilat. Imam Mahdi af. akan menaiki awan itu dan dengannya ia terbang ke langit melewati tujuh langit dan tujuh bumi, yaitu lima bumi yang ditinggali dan dua bumi yang hancur.”[32]

Imam Shadiq as. bersabda, “Allah telah memberikan ikhtiar kepada Zulkarnain untuk memilih di antara dua awan; awan yang keras dan awan yang tidak keras. Zulkarnain memilih awan yang tidak keras, yakni awan yang tidak ada kilat dan petir di dalamnya. Seandainya ia memilih awan yang keras, ia tidak akan diizinkan untuk menggunakannya. Karena, awan itu disimpan untuk Al-Mahdi.”[33]
5. Jaman lambat berputar
Imam Baqir as. bersabda, “Ketika Imam Jaman af. muncul, ia bergerak menuju Kufah. Di sana, ia akan memimpin selama tujuh tahun, di mana setiap tahunnya sama seperti sepuluh tahun yang kalian rasakan. Setelah itu, Allah melakukan apa yang dikehendaki.” Kemudian, seseorang bertanya, “Bagaimana bisa tahun menjadi panjang dan lama?” Imam menjawab, “Allah memerintahkan tata surya (dan malaikat yang mengaturnya) untuk bergerak dengan lambat. Dengan demikian, hari-hari dan tahun kalian akan menjadi lambat.”

Orang itu kembali berkata, “Banyak orang yang mengatakan bahwa ketika tata surya melambatkan gerakannya sedikit saja, maka semua akan hancur.” Imam menjawab, “Ini adalah ucapan kaum Dahri (sepaham materialis) yang mengingkari Allah. Tetapi, orang Islam (yang meyakini keberadaan Tuhan penguasa alam semesta) tidak mengutarakan ucapan tersebut.”[34]
6. Kekuatan takbir
Mengenai penguasaan Constantinople di tangan Imam Mahdi af., Ka’ab menuturkan, “Imam Mahdi af. menancapkan benderanya di atas tanah. Lalu, mencari air untuk berwudhu dan menunaikan shalat subuh. Tetapi, air menjauh dari beliau. Imam mengambil benderanya dan berjalan mendekati air hingga menuju suatu tempat. Kemudian ia menancapkan benderanya ke tanah, lalu memanggil pasukannya seraya berkata, “Wahai umat manusia! Allah telah membelah lautan untuk kalian, sebagaimana telah membelahnya bagi Bani Israil.” Pasukan Imam Mahdi af melewati lautan yang terbelah, mereka bergerak menuju kota Constantinople. Pasukan beliau meneriakkan takbir, hingga dinding-dinding bangunan kota itu bergetar.
Untuk kedua kalinya mereka meneriakkan takbir dan dinding-dinding kota itu bergetar kembali. Untuk ketiga kalinya mereka meneriakkan takbir, dinding-dinding yang berada di antara dua belas menara pengawas runtuh.”[35]

Rasulullah Saw. bersabda, “… Al-Mahdi akan sampai di kota Constantinople. Pada jaman itu, benteng di tempat tersebut memiliki tujuh dinding. Imam Mahdi af. mengucapkan tujuh takbir, lalu dinding-dinding itu runtuh. Banyak orang-orang yang mati dan banyak juga yang memeluk Islam.”[36]

Mengenai hal ini, Imam Ali as. bersabda, “… kemudian Al-Mahdi (af.) dan pasukannya melanjutkan perjalanan. Tidak ada satu pun benteng Romawi yang terlewatkan. Hanya dengan mengucapkan ‘La ilaha illallah’, dinding-dinding benteng itu hancur. Akhirnya, mereka sampai di dekat kota Constantinople. Lalu, mereka mengucapkan beberapa takbir, kemudian teluk yang berada di dekat kota itu mengering dan dinding-dinding bangunan kota roboh.[37] Tak lama kemudian mereka bergegas menuju kota. Sesampainya di sana, mereka mengucapkan tiga takbir. Seketika, kota itu hancur bagaikan pasir yang ditiup oleh angin lebat.”[38]
7. Melintasi air
Imam Shadiq as. bersabda, “Ayahku menuturkan bahwa pada saat al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul … ia mengirim pasukannya menuju kota Constantinople. Ketika sampai di sebuah teluk, mereka menulis beberapa kalimat di atas kulit kakinya masing-masing. Dengan cara ini, mereka mampu melangkah di atas air. Ketika orang-orang Romawi melihat peristiwa tersebut, mereka saling berkata, ‘Jika prajurit Al-Mahdi seperti ini, lalu seperti apa Al-Mahdi itu sendiri?’ Lalu, mereka membukakan pintu supaya pasukan Imam Mahdi af. dapat memasuki kota dan memimpin di sana.”[39]
8. Menyembuhkan orang sakit
Imam Ali as. bersabda, “… Al-Mahdi (af.) akan mengibarkan benderanya dan menampakkan berbagai mukjizatnya. Dengan izin Allah, ia akan melakukan sesuatu dari yang tidak terjadi sebelumnya. Ia akan menyembuhkan orang-orang yang terkena penyakit Lepra dan menghidupkan orang-orang yang mati, juga mematikan orang-orang yang hidup.”[40]
9. Tongkat nabi Musa as.
Imam Baqir as. bersabda, “Tongkat Nabi Musa as. mulanya adalah milik Nabi Adam as. lalu berpindah ke tangan Nabi Syu’aib as., kemudian ke tangan Musa bin Imran as. Tongkat tersebut kini berada di tangan kami, dan aku melihatnya masih hijau, seperti baru diambil dari pohonnya. Ketika ada yang bertanya kepada tongkat itu,  ia akan menjawab pertanyaannya. Sesungguhnya tongkat itu disiapkan untuk al-Qaim (Imam Mahdi af). Apa pun yang dilakukan oleh Musa as. akan dilakukan juga oleh al-Qaim. Apa pun yang diperintahkan kepada tongkat itu, ia akan melakukannya. Kapanpun tongkat itu dilemparkan, ia akan menelan sihir-sihir jahat.”[41]
10. Seruan awan
Imam Shadiq as. bersabda, “Al-Mahdi (af.) akan muncul di akhir jaman. Awan berada di atas kepala beliau. Kemana pun ia pergi, awan tersebut mengikutinya. Awan itu selalu melindungi beliau dari terik mentari yang panas, seraya berseru dengan jelas, ‘Inilah Al-Mahdi.’”[42]
Imam as. juga bersabda, “Tak ada satu pun mukjizat yang dimiliki para Nabi yang tidak dapat dilakukan oleh Imam Mahdi af. Allah memberikan mukjizat-mukjizat itu kepadanya, supaya hujjah menjadi sempurna.”[43]


[1] Para pengikut Nabi Musa as. yang disebut dengan Bani Israil adalah orang-orang yang memiliki tubuh kuat.
[2] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 142.
[3] Kamaluddin, jil. 1, hal. 315; Kifayatul Atsar, hal. 224; A’lamul Wara, hal. 401; Al-Ihtijaj, hal. 289.
[4] Alam Dzar adalah alam yang dialami manusia sebelum dilahirkan di dunia. Di alam itu, Tuhan telah meminta semua manusia untuk berikrar dan mengakui bahwa tiada Tuhan selain-Nya. Allah Swt. berfirman,  “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS Al A’raf: 172). Sebagian mufasir mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah dihadirkannya arwah anak keturunan Adam as. di alam ruh yang pada waktu itu Allah memerintahkan semua manusia untuk mengakui bahwa hanya Allah sebagai Tuhan sehingga kelak tidak ada alasan bagi mereka saat mereka mengkufuri Tuhannya.
[5] Nu’mani, Ghaibah, hal. 188; Aqdud Durar, hal. 41; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 287; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 492.
[6] Kamaluddin, jil. 2, hal. 652; A’lamul Wara’, hal. 435; Kharaij, jil. 3, hal. 1170.
[7] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 283.
[8] Ibid.
[9] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 73; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 586.
[10] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 102.
[11] Bashairud Darajat, jil. 4, hal. 199; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 440 dan 520; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 319.
[12] Kamaluddin, jil. 2, hal. 48; A’lamul Wara, hal. 407; Kasyful ghummah, jil. 3, hal. 314; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 322; Wafi, jil. 2, hal. 113; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 478.
[13] YaNabi’ul Mawaddah, hal. 401; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 537; Ihqaqul Haqq, jil. 13, hal. 367.
[14] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 100; Aqdud Durar, hal. 158; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 73; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 101.
[15] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 73.
[16] Nu’mani, Ghaibah, hal. 233 dan 234, dengan sedikit perbedaan; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 354.
[17] Kafi, jil. 6, hal. 444; Bihar al-Anwar, jil. 41, hal. 159 dan jil. 47, hal. 55.
[18] Nu’mani, Ghaibah, hal. 243; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 542; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 575; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 255.
[19] QS Yusuf: 94.
[20] Kafi, jil. 1, hal. 232; Kamaluddin, jil. 2, hal. 674; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 327.
[21] Kifayatul Atsar, hal. 263; Bihar al-Anwar, jil. 36, hal. 409; Awalim, jil. 15, bagian 3, hal. 269; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 563.
[22] Nu’mani, Ghaibah, hal. 308; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 223; Irsyad, hal. 275.
[23] Al Ushulus Sitta Asyar, hal. 79; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 588;  Bihar al-Anwar, jil. 26, hal. 209; Mustadrakul Wasail, jil. 11, hal. 38.
[24] Kamaluddin, jil. 2, hal. 671; Kharaij, jil. 2, hal. 930; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 493; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 58 dan jil. 51 hal. 389.
[25] Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 357; Nu’mani, Ghaibah, hal. 242; Kamaluddin, jil. 2, hal. 366; Irsyad, jil. 5, 36; A’lamul Wara, hal. 433; Kasyful Ghummah, jil.
[26] QS Ar Rahman: 41.
[27] Ikhtishas, hal. 304; Nu’mani, Ghaibah, hal. 128; Bashairud Darajat, hal. 356; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 321; As Syi’ah Wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 431; Al-Mahajah, hal. 217; YaNabi’ul Mawaddah, hal. 429.
[28] Aqdud Durar, hal. 97, 138, 139; Al Qaulul Muktashar, hal. 19; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 158.
[29] Bashairud Darajat, hal. 188; Kafi, jil. 1, hal. 231; Nu’mani, Ghaibah, hal. 238; Kharaij, jil. 2, hal. 690; Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 84; Bihar al-Anwar, jil. 13, hal. 185, dan jil. 52, hal. 324.
[30] Kamaluddin, hal. 670; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 351; Wafi, jil. 2, hal. 112.
[31] Kamaluddin, hal. 372; Kifayatul Atsar, hal. 323; A’lamul Wara, hal. 408; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 314; Faraidus Simthain, jil. 2, hal. 336; YaNabi’ul Mawaddah, hal. 489; Nurut Tsaqalain, jil. 4, hal. 47; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 157. Lihat juga: Kifayatul Atsar, hal. 324; Ihtijaj, jil. 2, hal. 449; A’lamul Wara’, hal. 409; Kharaij, jil. , hal. 1171; Mustadrakul Wasail, jil. 2, hal. 33.
[32] Mufid, Ikhtishas, hal. 199; Bashairud Darajat, hal. 409; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 321.
[33] Ikhtishahs, hal. 326; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 337; As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 400.
[34] Mufid, Irsyad, hal. 365; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 337; As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 400.
[35] Aqdud Durar, hal. 138.
[36] Al-Ilalul Mutanahiyah, jil. 2, hal. 855; Aqdud Durar, hal. 180.
[37] Maksudnya adalah jalan akan terbuka bagi mereka; karena beliau memiliki mukjizat-mukjizat yang pernah dimiliki oleh para nabi.
[38] Aqdud Durar, hal. 139.
[39] Nu’mani, Ghaibah, hal. 159; Dalailul Imamah, hal. 249; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 573; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 365.
[40] As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 169.
[41] Kamaluddin, jil. 2, hal. 673; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 318 dan 351, Kafi, jil. 1, hal. 232.
[42] Tariku Mawalid Aimmah, hal. 200; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 265; Shiratul Mustaqim, jil. 2, hal. 260; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 240; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 615; Nuri, Kasyful Asrar, hal. 69.
[43] Khatun Abadi, Arba’in, hal. 67; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 700.

Terkait Berita: