Pesan Rahbar

Home » , » Pesan Wasiat-Wasiat Ayatullah Al-Uzhma Sayyid Syihabuddin Al-Mar'asyi An-Najafi

Pesan Wasiat-Wasiat Ayatullah Al-Uzhma Sayyid Syihabuddin Al-Mar'asyi An-Najafi

Written By Unknown on Sunday, 4 September 2016 | 04:49:00


Allah SWT berfirman didalam kitab-Nya yang mulia:

"Dan sesungguhnya Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah" (Q.S. Annisa:131).

Allah SWT berfirman:

"...Dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama" (Q.S. Asy-Syra: 13)

"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kamu, maka jangan kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".(Q.S.Al-Baqarah: 132-133).

Rasulullah saww bersabda: “Barang siapa yang tidak berwasia dengan kebaiikan disaat menjelang wafat, makahal itu menunjukkan bahwa akal dan harga dirinya kurang”[1].

Imam Ja'far Ash-Shadiq (as) berkata:

"Wasiat adalah kewajiban bagi setiap orang Islam"[2].

Beliau (as) berkata: "Jika umurmu berkurang hingga tinggal dua hari maka jadikanlah salah satu dari keduanya untuk urusan akhiratmu dengan meminta tolong (berwasiat) didalam urusan kematianmu nanti. Dikatakan: Jenis pertolongan apakah itu? Beliau berkata: Supaya ia mengurusi hal-hal sepeninggalmu nanti"[3].

Wasiat merupan suatu ikatan yang menghubungkan antara kehidupan manusia dan kematiannya. Dan ini adalah termasuk diantara sunah-sunah Allah untuk hamba-Nya, maka setiap person hendaklah mewasiatkan dengan apa yang dia miliki setelah kematiannya. Akan tetapi wasiat bermacam-macam jenisnya tergantung siapa yang mewasiatkan tersebut. Tuhan kita umpamanya, mewasiatkan hamba-Nya supaya bertaqwa dan menegakkan agama, para nabi mewasiatkan supaya berpegang teguh dengan Islam dan beribadah kepada Allah, Muhammad saww sebagai penutup para nabi mewasiatkan kepada Ali (as) dengan empat ratus wasiat, dan para Washi (Imam) juga salang mewasiatkan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan para Ulama' yang merupakan pewaris para nabi dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari para Washi (para Imam as) maka selalu mencontoh mereka, oleh karena itu mereka juga berwasiat kepada para putranya dan seluruh manusia setelah sepeninggalnya dengan wasiat-wasiat yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Yang pertama kalinya adalah berwasiat untuk bertaqwa, menjaga agama, serta menyembah Tuhan Pencipta alam semesta. Hal tersebut sebagaimana kami temukan didalam wasiat-wasiat para Ulama sedunia seperti wasiatnya Sayyid Ibnu Thawus kepada putra beliau yang bernama Muhammad, dan wasiat Al-Allamah Al-Hilli kepada putranya seorang tokoh para peneliti yang paling dibanggakan.

Diantara orang-orangalim tersebut adalah Sayyid Al-mar'asyi An-Najafi –Quddisa sirruh- dimana beliau telah mengikuti jalan mereka dana meninggalkan wasiat-wasiat yang nilainya harus ditulis diatas pipi bidadari dengan pena cahaya, yang telah ditulis didalam tiga risalah beliau.


Wasiat Pertama


Sepotong dari risalah Ath-Thariq wal-Mahajjah Litsamratil Muhjah :

1. Didalam penutup saya wasiatkan kepadanya untuk bersiap sedia menerima ejekan didalam menyebarkan agama yang lurus dan membela mazdhab yang benar. Beliau (Imam Husain as.) telah menjadi terasing seraya mamanggil-manggil dengan suara beliau yang lantang: Masih adakan orang yang sudi menolongku?adakah seorang pembela yang sudi membelaku?. Dan aku tidak melihat seorang yang memenuhi panggilan serta teriakan beliau kecuali hanya sedikit sekali –Semoga Allah berkenan menerima usaha atau jerih payah mereka, dan semoga berkenan membalas mereka dengan sebaik-baik balasan-.

2. Aku wasiatkan kepadanya untuk bertadabbur didalam kitab Allah dan mengambil nasihat darinya, berziarah kekubur dan berfikir bahwa bahwa mereka adalah orang-orang yang kemaren masih ada (hidup) namun apa yang terjadi sekarang ini, dan bagaimanakah sekarang mereka adanya? Mereka telah menjadi bagaimana serta dimana sekarang mereka berada?

3. Memperkecil sekup pergaulan, sesungguhnya pergaulan dan ikut campur didalam ajakan-ajakan manusia dimasa-masa sekarang ini adalah sangat berbahaya[4]. Sedikit sekali terlihat orang yang mengajak untuk menjauhkan diri dari berbuat dosa, membincangkan (menghibah) haknya orang-orang mukmin dan merugikan mereka, serta menyia-nyiakan hak-hak mereka dan saudara-saudara mereka.

4. Aku wasiatkan kepadanya agar menyambung hubungan sanak famili, karena hal itu adalah termasuh diantara sebab-sebab yang terkuat untuk mendapatkan pertolongan Allah, mendapatkan berkah didalam umur serta rirkinya.

5. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya selalu berkreatif menulis, mengarang dan mencetak buku-buku teman-teman kami dulu, terutama kitab-kitab orang2 saleh, karena ia lebih kuat didalam menyebar luaskan mazhab dimasa-masa yang menyedihkan sekarang ini serta zaman yang sudah terbalik.

6. Aku wasiatkan kepadanya untuk berzuhud, menelusuru jalan-jalan kewara'an dan keteguhan serta kehati-hatian.

7. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu langgeng membaca ziarah Al-Jami'ah Al-Kabirah walaupun dalam satu minggunya hanya sekali saja.

8. Aku berwasiatkan kepadanya untuk selalu sibuk dan sungguh-sungguh didalam mengkaji ilmu-ilmu syari'ah

9. Aku wasiatkan kepadanya untuk menjauhkan diri dari membincangkan hamba-hamba Allah terutama ahli ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya menghibah mereka adalah sama halnya dengan memakan bangkai yang teracuni.

10. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu membaca surat Yasin setelah melakukan shalat shubuh setiap harinya satu kali, membaca surat An-Naba' setelah menjalankan shalat Dzuhur, membaca surat Al-Ashr setelah melakukan shalat ashar serta membaca surat Al-Waqi'ah setelah menjalankan shalat maghrib, dan yang terahir membaca surat Al-Muluk setelah menjalankan shalat fardhu Isya'. Dan aku tekankan kepadanya untuk selalu istiqamah didalam menjalankan apa-apa yang telah aku sebutkan tadi, karena sesungguhnya aku mendapatkan cara-cara ini dari para guruku yang mulia dan aku telah mencobanya berkali-kali.

11. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu beristiqamah didalam membaca do'a yang mulia sebagai berikut ini didalam qunut-qunut shalat fardhu "Allahumma inni as'aluka bihaqqi Fathimata wa Abiha wa Ba'liha wa Baniha wassirril mustauda'i fiha[5] an tushalliya 'ala Muhammadin wa'ali Muhammad wa antaf'ala bi ma Anta Ahluh wala taf'al bi ma ana ahluh".

12. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu beristiqamah membaca do'a sebagai berikut dibawah ini setelah membaca dzikir ruku' terutama didalam raka'at yang terahir: "Allahumma shalli 'ala Muhammadin wa ali Muhammad wa tarahham 'ala ajzina wa aghitsna bihaqqihim ya Arhamarrahimin"[6].

13. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu beristiqamah didalam membaca tasbihnya nenek kami Sayyidah Azzahra Al-Batul –ruhi laha Al-Fida'-[7]

14. Aku wasiatkan untuk selalu melanggengkan bertadabbur (merenungi) khuthbah Sayyidah zahra yang suci tersebut, yang mana beliau berkhuthbah dimasjid Nabi saww, sebuah khuthbah yang sangat masyhur dan mencengangkan para pakar bahasa fasih, para sastrawan serta para ulama'. Sejumlah orang dari kalangan para ulama' salaf telah meriwayatkannya, seperti Ibnu Thaifur al-Baghdadi didalam kitabnya yang berjudul Balaghatunnisa' dan lain-lainnya didalam kitab-kitab yang lainnya pula.

15. Begitu juga aku wasiatkan kepadanya untuk selalu merenungkan khuthbah Asy-syaqsyaqiyyah[8] yang dilontarkan oleh Amirul mukminin dan tuannya orang-orang yang mazhlum didalam masjid. Sekelompok para penukil telah meriwayatkannya pada ketetapan yang bermacam-macam dari dua mazhhab (Syi'ah dan Ahlussunnah penj.).

16. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu menegakkan shalat malam dan beristighfar diwaktu sahur (fajar).

17. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu menyambung sanak kekerabatan terutama saudara saudarinya serta berbuat baik didalam memenuhi hak-hak mereka. Karena sesungguhnya aku tidak meninggalkan apapun setelah sepeninggalku berupa barang-barang duniawi, setiap barang-barang itu sampai ketanganku, aku langsung membagi-bagikannya kepada orang-orang yang memerlukan terutama kepada orang-orang alim serta untuk nazar-nazar khusus. Aku akan meninggalkan dunia dalam keadaan tidak meninggalkan wasiat barang-barang dunia sekulit aripun kepada para ahli waris, dan aku pasrahkan urusan mereka kepada Tuhanku Yang Maha Mulia, aku bekali mereka dengan dzikir-dzikir yang bagus dan pujian-pujian (tsana') yang wangi. Karena sesungguhnya apabila aku sibuk dengan membagikan waris kepada mereka, tentunya berjuta-juta orang bebas diantara masyarakat akan tetap ditempatku karena kuatnya kepercayaan mereka kepada diriku, cobalah pikirkan wahai orang-orang yang berakal.

18. Aku wasiatkan kepadanya untuk mempelajari Al-Qur'an Al-Karim yang agung dan hadits-hadits yang mulia, karena ia merupakan obat untuk jenis-jenis penyakit hati serta penerang batin.

19. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu terus melakukan tawassul dan kelanggengan didalam berdo'a serta berzikir.

20. Aku wasiatkan kepadanya supaya menjahui perkara-perkara batil dan menghabiskan umur didalam hal-hal yang tidak berarti, karena telah diriwayatkan bahwa sesungguhnya Allah SWT membenci seorang pemuda yang menganggur.

21. Aku wasiatkan kepadanya untuk beristighfar dipertengahan malam, pagi-pagi dan sore hari.

22. Aku wasiatkan kepadanya untuk berbuat baik kepada murid-murid yang telah aku bimbing yang berjiwa suci dan orang2 yang selalu membantuku secara baik.

23. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu tidak lupa mendo'akan aku di masyhad-masyhad para Imam yang mulia, dimasyhad-masyhad para putranya, serta diwaktu haji dan umroh.

24. Aku wasiatkan kepadanya untuk bersungguh-sungguh didalam menjalankan syi'ar-syi'ar husainiyyah yang telah aku bangun di kota Qum yang suci ini.

25. Aku wasiatkan kepadanya untuk mengubur kantung yang telah aku isi dengan turbah-turbah (tanah-tanah) makam para Imam, putra-putra mereka, sahabat-sahabat mereka, serta kubur para pembesar Ulama' kita bersamaku sebagai tabarruk. Dan aku wasiatkan kepadanya hendaknya aku dikuburkan bersamaku pakaianku yang berwarna hitam yang selalu aku pakai di bulan Muharram dan shafar karena mengenang kesedihan musibah keluarga Nabi yang mulia saww.

26. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya dikubur bersamaku sebuah sajadah yang selalu aku gunakan untuk menjalankan shalat malam selama empat puluh tahun [9].

27. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya dikuburkan bersamaku sebuah tasbih yang terbuat dari turbah yang selalu aku gunakan untuk beristighfar setelahnya di waktu sahur (fajar kidzib).

28. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya diletakkan diatas dadaku didalam kafan sebuah sapu tangan yang selalu aku pergunakan untuk menyapu air mataku dalam mengenang kesedihan-kesedihan kakekku Al-Husain yang mazhlum dan seluruh Ahlulbayt yang mulia –salamullah alaihim ajma'in-.

29. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya menajadikan pengganti untukku seorang yang shaleh untuk melaksanakan ibadah haji dan ziarah ke makam rosulullah, karena sesungguhnya aku sangat cinta sekali dengan keduanya akan tetapi aku tidak memiliki kemampuan harta benda. Dan demikian juga hendaknya mengambil seorang hamba shaleh yang akan menggantikan aku untuk melakukan ziarah ke berbagai masyhad di Irak, akan tetapi aku tidak memiliki harta benda untuk aku berikan kepada kedua orang tersebut kecuali hanya dapat menggantikannya dengan sejumlah jilid kitab-kitab fikih, ushul serta hadits. Dan aku berharap kepada putra-putraku hendaknya berkenan untuk mencurahkan masalah tersebut, Tuhanku Maha Mengetahui bahwa aku tidak memiliki sejengkal tanahpun dan tidak pula memiliki harta benda ataupun uang.

30. Aku wasiatkan kepada dia untuk selalu dalam kondisi suci (wudlu) karena sesungguhnya hal itu merupakan penerang bagi batin dan menghilangkan kesumpekan serta kesusahan.

31. Aku wasiatkan kepada dia untuk menentukan seseorang yang menyuarakan keras didalam menggiring jenazahku, dan menentukan orang untuk memintakan kehalalan padaku dari setiap orang yang memiliki hak atas diriku sedangkan aku telah kelewatan menepatinya.

32. Aku wasiatkan kepada dia untuk berhias diri dengan akhlak yang baik, bertawadhu', meninggalkan arogansi, pemaksaan serta takabur terhadap orang-orang yang beriman.

33. Aku wasiatkan kedapa dia untuk selalu menghisab dan menginstropeksi diri didalam setiap minggunya secara jeli, karena sesunguhnya apabila terdapat suatu kesalahan darinya akan bisa digantinya dengan bertaubat, dan apabila terdapat amal perbuatan yang baik ia dapat bersyukur kepada Alloh swt atas nikmat tersebut serta memohon bertambahnya taufik dari-Nya .

34. Aku wasiatkan kepada dia agar selalu beristiqamah melakukan sunah-sunah dan meninggalkan hal-hal yang lebih baik ditinggalkan serta hal-hal yang makruh selagi masih mampu.

35. Aku wasiatkan kepada dia untuk selalu membaca Al-Qur'an yang mulia dan menghadiahkan pahalanya kepada segenab arwah orang-orang syi'ah (pembela) keluarga rasul yang tidak memiliki ahli waris, atau tidak memiliki orang-orang yang mau mengingat mereka, karena sesungguhnya aku telah mencoba mengamalkan kebaikan-kebaikan ini berkali-kali, dan Tuhanku Yang Maha Mulia telah sudi menolongku serta memberikan kesuksesan padaku dengan sebab hal tersebut.

36. Aku wasiatkan kepada dia untuk menjadikan sepertiga dari amal-amal sunnahnya dihadiahkan kepada orang tuanya, seper tiga lagi untuk ibunya, dan sepertiga yang lain untuk sanak kerabat. Arwah mereka akan merasa senang sekali dengan hal ini dan akan mendoakan kepada dia supaya diberikan rizki kebaikan dunia dan akhirat.

37. Aku wasiatkan kepadanya agar mensucikan jiwa, dan bersungguh-sunguh mengamalkan syari'at, karena sesungguhnya aku meraih segala apa yang aku dapatkan adalah berkat hal itu, dan Tuhanku menganugerahkan kepadaku sesuatu yang belum pernah terlihat oleh pandangan putra-putra masa kini, tidak pula terdengar oleh telinga mereka. Maka segala puji bagi-Nya SWT atas segala pemberian yang agung ini serta anugerah yang sangat besar. Sebagian rahasia-rahasia ini telah aku sangat wasiatkan didalam kitab khusus yang aku beri nama Salwatul Hazin, dan didalam kitab Mu'nisul Ka'ib Al-Mudh-Thahad dan selainnya didalam kitab Raudhathur-Riyahin serta didalam kitab nasimatush Shaba berilah nama apa saja yang kamu suka duhai anakku.....

38. Aku wasiatkan kepada dia untuk selalu menjaga hal-hal yang diharamkan oleh agama, menjauhkan diri dari perkara-perkara yang syubhat (samar hukumnya), serta berpendirian teguh dan berhati-hati. Dalam wasiat yang terahir kali aku memberikan izin kepada saudara-saudaramu yang mulia, anak-anak pamanmu, murid-muridku yang sukses serta seluruh manusia utama yang menjadi petunjuk dari (mazhab) keluarga suci para Imam untuk meriwayatkan dariku apa-apa yang aku riwayatkan dari mereka yang suci –'Alaihim As-Salam- (bith-Thariq walmahajjah Tsamratul Muhjah) sudah tiba saatnya kita untuk mencegah fitnahan orang-orang yang tidak berakal serta merahasiakan apa-apa yang kita maksudkan....

Ditulis oleh seorang hamba yang hina, pembantu ilmu-ilmu Ahlulbait (as) yaitu Abul Ma'ali Syihabuddin Al-Husaini Al-Mar'asyi An-Najafi –Semoga Allah berkenan untuk memaafkan beliau-. Beliau disetiap saatnya, dimalam kamis sepuluh terahir dari bulan Rabiul awwal dan Rabiuts-Tsani tahun 1398 hijriyah, selalu berada di Haram Sayyidah Fathimah Al-Ma'shumah yang agung salah seorang wanita mulia dari keluarga Rasulullah saww yang berada di kota Qum yang mulia, haramnya para Imam yang suci, haramnya para pecinta keluarga Muhammad saww dalam keadaan beribadah, bertahmid, melakukan shalat serta beristighfar.

(Hauzah-Hussainiyyahal-Muntazar/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: