Widad Busyamawi, pemenang hadiah Nobel Perdamaian dari Tunisia meminta kepada seluruh bangsa dunia supaya jangan menghubung-hubungkan terorisme dengan Islam.
Widad Busyamawi adalah seorang saudagar dan salah satu pendiri dialog kuartet nasional Tunisia. Ia berhasil memenangkan hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2015 lalu. Ia menekankan, ketika para teroris disebut sebagai teroris Islamis, sebenarnya seluruh Muslimin yang mengikuti agama Islam telah menjadi korban sebuah dilema makna.
Ketika berorasi untuk mengkritisi sidang Dewan Umum PBB dengan judul “Budaya Perdamaian”, Busyamawi menegaskan, “Menurut hemat saya, kita jangan menganggap segala sesuatu menjadi satu. Seorang teroris adalah pembunuh, penjahat, dan kriminal. Ia adalah penjahat yang telah menyelewengkan Islam.”
Menurut Busyamawi, Tunisia hingga kini masih menjadi sebuah pengecualian dalam proses Arab Spring, karena negara ini masih bisa mampu mencegah pertikaian dan bisa menebarkan perdamaian melalui dialog. Tunisia juga mampu meningkatkan demokrasi dan berhasil mengambil langkah-langkah untuk memerangi terorisme.
Busyamawi menukaskan, “Setelah serangan-serangan berdarah yang menerjang Tunisia dan negara-negara lain, sekarang masyarakat dunia harus mengevaluasi kembali solusi pelik untuk masalah terorisme guna mengikis habis fenomena naas ini.”
Busyamawi menyatakan, di samping merenggut korban rakyat yang mayoritas warga sipil, para teroris berusah mempengaruhi opini dan menciptakan ketakutan di tengah masyarakat.
Busyamawi menyatakan siap bergabung dengan kelompok anti radikalisme bersama beberapa orang yang lain. “Perang melawan radikalisme harus menjadi prioritas PBB,” ujarnya.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email