Hadis Yaum al-Dār (حدیث یوم الدار) adalah riwayat yang terdapat dalam kitab-kitab sejarah, hadis-hadis dan tafsir berkenaan dengan turunnya ayat indzār:
«وَ أَنْذِرْ عَشِیرَتَكَ الْأَقْرَبِینَ وَاخْفِضْ جَناحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِینَ فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّی بَرِی ءٌ مِمَّا تَعْمَلُون»
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan."(QS. Al-Syu'araa'[26]: 214-216)
Pada riwayat ini diceritakan mengenai upaya Nabi Muhammad Saw memperkenalkan dan mendakwahkan ajaran Islam kepada keluarga dan karib kerabatnya. Nabi Muhammad Saw menentukan suatu hari dan mengumpulkan keluarga besarnya untuk mengajaknya ke jalan Islam. Diakhir seruannya, ia mengumumkan bahwa yang kelak akan menjadi washi dan pelanjut dakwahnya adalah Ali bin Abi Thalib As.
Uraian Jalannya Peristiwa
Dengan turunnya ayat indzār pada tahun ketiga bi’tsah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada Ali As untuk menyiapkan makanan dan minuman dengan menu berupa satu paha kambing dan susu, lalu kemudian mengundang semua keturunan Abdul Muthalib untuk hadir karena ia akan menyampaikan pesan penting yang ia dapat dari Allah Swt. Ali As dengan penuh ketaatan menjalankan semua perintah tersebut.
Sekitar 40 orang dari keluarga besar Abdul Muthalib berkumpul pada hari yang telah ditentukan. Di antara mereka telah hadir Abu Thalib, Hamzah dan Abu Lahab. Secara alami, sebenarnya makanan yang disajikan tidak mencukupi untuk semua yang hadir, namun hari itu kesemua undangan mendapat bagian sampai mereka kekeyangan dan puas dengan apa yang telah disajikan. Dan anehnya, makanan yang disajikan tidak berkurang sedikitpun.
Merespon kejadian yang tidak biasa tersebut, Abu Lahab berkata, “Ini adalah sihir.” Pernyataan Abu Lahab tersebut memancing pembicaraan yang melenceng dari yang dikehendaki Nabi Saw, sehingga sampai majelis tersebut berakhir, Nabi Saw tidak mencapai tujuannya. Untuk kedua kalinya, Nabi Muhammad Saw meminta Ali As untuk melakukan pertemuan serupa dengan meminta kehadiran mereka kembali. Untuk kedua atau ketiga kalinya, setelah hadirin menyantap makanan yang disajikan, beliau berkata:
«یا بَنِی عَبْدِالْمُطَّلِبِ إِنِّی وَاللَّهِ مَا أَعْلَمُ شَابّاً فِی الْعَرَبِ جَاءَ قَوْمَهُ بِأَفْضَلَ مِمَّا جِئْتُکُمْ بِهِ إِنِّی قَدْ جِئْتُکُمْ بِخَیرِ الدُّنْیا وَالْآخِرَةِ وَ قَدْ أَمَرَنِی اللَّهُ تَعَالَى أَنْ أَدْعُوَکُمْ اِلَیهِ فَأَیکُمْ یؤَازِرُنِی عَلَى هَذا الْأَمْرِ عَلَى أَنْ یکُونَ أَخِی وَ خَلِیفَتِی فِیکُم؟»
"Wahai keturunan Abdul Muthalib, aku bersumpah atas nama Tuhan, tidak ada pemuda dari kalangan bangsa Arab yang akan menyampaikan hal yang lebih baik dari apa yang akan aku sampaikan kepada kalian, atau yang dibawa untuk kaumnya. Aku membawa kebaikan bagi dunia dan akhirat kalian. Tuhan memerintahkan kepadaku untuk mengajak kalian kepadaNya. Sekarang siapa diantara kalian yang akan menolongku yang dengan itu akan menjadi saudaraku dan washiku ditengah-tengah kalian?”
Mendapat tawaran dari Nabi Saw, tidak seorangpun yang memberikan jawaban. Ali As yang saat itu adalah yang paling kecil dan berusia paling muda diantara semua yang hadir berkata, “Ya Rasulullah, aku yang akan menolongmu.”
Nabi Saw berkata:
«إِنَّ هَذَا أَخِی وَ وَصِیی وَ خَلِیفَتِی فِیکُمْ فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِیعُوا»
“Inilah saudara, washi dan khalifahku di tengah-tengah kalian. Dengarkanlah perkataannya dan taatilah perintahnya.” [1]
Kesemua yang hadir lantas berdiri, dan sambil tertawa mengejek mereka berkata kepada Abu Thalib, “Muhammad memerintahkan, untuk kamu taat kepada puteramu dan mendengarkan perkataannya.”
Di kalangan para ahli sejarah dan ahli tafsir, peristiwa di atas dinamakan Yaum al-Dār yaitu hari dimana keluarga dan sanak kerabat Nabi Muhamad Saw berkumpul di rumahnya . Atau biasa juga disebut dengan nama Bida al-Da’wat (hari dimulainya dakwah) dan Yaum al-Indzār. Hadits ini sangat terkenal dan diriwayatkan oleh banyak ahli sejarah dan ahli tafsir. [2]
Catatan Kaki
1. Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Mulk, jld. 2, hlm. 279.
2. Silahkan lihat, Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 2, hlm. 60-63; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld 3, hlm. 50-54, Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’ān al-‘Azhim, jld 6, hlm. 151-153; Thabarsi, Majma’ al-Bayān, jld. 7, hlm. 206; Bahrāni, al-Burhān fi Tafsir al-Qur’an, jld. 4, hlm. 186-189; Furāt Kūfi, Tafsir Furāt Kūfi, hlm. 300; Suyūthi, al-Durr al-Mantsūr, jld. 5, hlm. 97; Huskāni, Syawāhid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 542-543; Ibnu Hisyām, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 262
Daftar Pustaka
1. Tārikh al-Imam wa al-Muluk, Muhammad bin Jarir al-Tabari, Beirut, Dār Qāmūs al-Hadits, tanpa tahun.
2. Al-Kāmil fi al-Tārikh, Ibn Atsir, Beirut, Dār Sādr, 1399 H.
3. Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Ismail bin Katsir Syāmi, Beirut, Dār Ahyā al-Turāt al-Arabi, 1413 H
4. Ibnu HIsyām, al-Sirah al-Nabawiah, Beirut, al-Maktbah al-‘Alamiyah, tanpa tahun.
5. Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Majma’ al-Bayān fi Tafsir al-Qur’an, Beirut, Dār al-Kutub al-Alamiyah Mansyurāt Muhammad Ali Baidhun, 1419 H.
6. Bahrāni, Sayyid Hasyim, al-Burhān fi Tafsir al-Qur’an, Tehran, Bunyād Bitsat, 1416 H.
7. Fur Kufi, Abul Qasim Furat bin Ibrahim, Tafsir Furat Kufi, Tehran, Penerbit dan Percetakan Kementerian Irsyad Islami, 1410 H.
8. Suyuti, Jalaluddin, al-Dār al-Mantsur, Qom, KItabkhaneh Ayatullah Mursyi Najafi, 1404 H.
9. Haskani, Ubaidallah bin Ahmad, Syawāhid al-Tanzil Liqawa’id al-Tafdhil, Tehran, Penerbit dan Percetakan Kementerian Irsyad Islami, 1411 H.
(Thabarsi/Al-Bidayah/Wiki-Shia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email