Kitab Al-Amtsal fi Tafsir Kitab Allah Al-Munzal merupakan kitab tafsir hasil terjemahan bahasa Arab dan suntingan ulang dalam 20 jilid oleh tim yang terdiri dari para ahli dan peneliti Al-Quran dari kitab tafsir berbahasa Persia, Tafsir-e Nemuneh, karya ulama besar kontemporer, Ayatullah Udzma Makarim Syirazi.
Ayatullah Udzma Makarim Syirazi mempunyai nama lengkap Nashir Makarim Syirazi, lahir pada tahun 1345 H di kota Syiraz, Iran. Ia merupakan salah satu marja agung di kalangan umat Syiah Imamiah Itsna ‘Asyariyah. Dalam kematangan keilmuannya ia berada dalam bimbingan guru-guru ternama seperti: Ayatullah Buruzerdi, Ayatullah Seyyed Abdul Hadi Syirazi, Ayatullah Seyyed Abul Qasim Khu’i dan ulama besar lainnya. Ia juga merupakan tokoh pilar dalam berlangsungnya sistem pemerintahan Islam berbasis Wilayat Al-Faqih (Kekuasaan Faqih) sebagai anggota Dewan Pakar Kepemimpinan (Majles-e Khubregan-e Rahbari) yang menentukan kelayakan dan kepatutan seorang wali faqih.
Dalam tafsir ini, Ayatullah Makarim Syirazi menyuguhkannya dengan gaya baru penulisan tafsir dan memuat data-data serta referensi-referensi yang mendukung corak penafsirannya. Tafsir ini mencakup seluruh isi 30 juz Al-Quran, karakteristik penafsirannya sesuai dengan tantangan masyarakat modern dan menjawab isu-isu serta kebutuhan-kebutuhan kontemporer. Pembahasan-pembahasan klasik kesusastraan yang monoton tidak ditampilkan dalam tafsir ini, dan penulisnya memilih untuk mengetengahkan hal-hal yang lebih penting, yaitu pada aspek hidayah atau petunjuk dan pelajarannya.
Tafsir yang populer disebut dengan Al-Amtsal ini merupakan karya anyar di antara tafsir-tafsir kontemporer lain seperti: Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, karya Allamah Thabathaba’i, yang dapat mengisi ruang relatif kosong tafsir Syiah berbahasa Arab untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan umat yang lebih luas tentang Islam dari khazanah Ahlul Bait a.s.
Latar belakang Penulisan Sebagaimana termuat dalam pendahuluan kitab, Ayatullah Makrim Syirazi menyampaikan tujuan dari penulisan tafsir ini bahwa setiap jaman memiliki karakteristik, kepentingan dan tuntutan yang muncul dari adanya perubahan situasi dan kondisi masa dengan munculnya masalah-masalah baru dan pengetahuan-pengatahuan yang up to date di tengah kehidupan umat, begitu juga terjadi di dalamnya berbagai persoalan, kesulitan yang khas dan spesifik yang muncul karena dinamisasi dan perubahan sosial dan budaya di tengah umat. Maka mereka yang sukses menjalaninya adalah orang-orang yang memahami kebutuhan dan kepentingannya serta dapat mengidentifikasi persoalan-persoalan baru yang mereka hadapi, sehingga kemudian berkesimpulan untuk mensikapi dengan menjawabnya berdasarkan prinsip-prinsip Islam universal. Oleh karena itulah tafsir Al-Amtsal ini ditulis dengan metode yang digunakan didalamnya tidak lepas dari pengaruh serta terinspirasi dari tafsir-tasfir sebelumnya seperti: Tafsir Al-Maraghi dan tafsir Al-Mizan.
Metodologi dalam Metodologi penafsiran, tafsir Al-Amtsal memulai dengan mengetengahkan pon-poin global setiap surah, kemudian menyebutkan namanya, Makki ataukah Madani, jumlah ayat dan sifat-sifat yang dominan di dalamnya, dan tema-tema penting yang terkandung di dalamnya. Demikian ini kandungan ayat diuraikan dengan metode analitik (tahlili) yang demonstratif (burhani), menggunakan bahasa sederhana yang popular dan komunikatif dalam upaya untuk memberikan petunjuk dengan jelas tentang masalah-masalah hidup umat. Setiap ayatnya dipaparkan sesuai dengan tema yang relevan seperti mengenai tema-tema riba, hak-hak wanita, penciptaan manusia, dll.
Dalam tahapan-tahapan pembahasan, Ayatullah Syirazi berusaha menjelaskan kata dan kalimat setiap ayat dengan benar dan memaparkan pemahamannya yang sahih kepada pembacanya. Untuk maksud ini, ia tidak lepas dari penukilan hadis, asbab nuzul, sejarah dan pengetahuan ilmiah. Ketika menjelaskan hukum, ia sedapat mungkin membatasi hanya pada ayat-ayat yang terkait, dan di samping itu mengungkapkan rahasia serta hikmah ilahi yang terkandung di dalamnya. Kisah-kisah yang dikutip dalam tafsirnya berusaha menghindari dari kisah-kisah israiliyyat. (Baca Juga: Metodologi Penafsiran Thabathaba’i dalam Al-Mizan)
Dalam tafsir Al-Amtsal, ayat-ayat yang bekenaan dengan ilmu sains tentang penciptaan manusia, hewan, galaksi, bumi dan jagad raya berusaha untuk ditafsirkan secara ilmiah dan disesuaikan dengan teori-teori atau penemuan-penemuan yang berkembang saat ini, sebagai mana yang terdapat didalam surah Yunus ayat 5, “Dialah yang menjadikan matahari sebagai sinar”. Ayat ini ditafsirkan dengan bagaimana orbit bumi dan pergerakan matahari serta bulan. Demikian pula ayat pertama surah Al-Insyiqaq diuraikan penafsirannya dengan menukil hadis saintifik dari Imam Ali a.s.
Lebih lanjut untuk memperjelas guna mempermudah mempelajari tafsir Al-Amtsal, dapat disimpulkan disini beberapa karakteristik keistimewaan metodologis dibandingkan dengan tafsir-tafsir yang lain:
1. Dikarenakan Al-Quran merupakan kitab “konsep hidup”, tafsir Al-Amtsal tidak fokus pada pembahasan dengan terma kesastraan dan irfani. Dan sebagai gantinya, ia lebih berkonsentrasi pada masalah dan problema kehidupan nyata dan spiritualis, khususnya masalah yang berkenaan dengan kemasyarakatan, diketengahkan dalam bentuk dialogis dan analitik (tahlili), khususnya yang bersentuhan langsung dengan kehidupan individual dan sosial.
2. Dalam tafsir setiap ayat akan diketengahkan masalah-masalah yang terkait sebagai pembahasan tematik tersendiri seperti tema hal-hak wanita, filsafat haji, rahasia pengharaman khamar atau daging babi, tema jihad dan lain sebagainya, hingga memudahkan pembaca untuk merujuk pembahasan tema-terma yang dibahas secara husus untuk kemudian dirujuk ke kitab-kitab rujukan yang lain.
3. Tafsir ini menghindari pembahasan-pembahasan yang tidak terlalu signifikan pengaruh dan manfaatnya, sehingga dikonsentrasikan pada makna-makna kalimat-kalimat dan asbab nuzul ayat yang berpengaruh mendasar pada pemahaman yang tepat dari arti ayat.
4. Diketengahkan berbagai pertanyaan, isu dan kerancuan serta kritik seputar dasar-dasar Islam dan masalah-masalah parsialnya yang berkaitan dengan setiap ayat, dan diuraikan jawaban atasnya secara singkat, seperti seputar masalah kerancuan poligami, perbedaan hak waris antara lelaki dan perempuan, peperangan dalam Islam dan lain-lain agar tidak lagi ada pertanyaan yang mengganjal ketika mengkaji tafsir ayat-ayat al-Quran.
5. Tafsir ini juga menghindari penggunaan istilah-istilah ilmiah yang rumit yang hanya difahami oleh kalangan dan komunitas tertentu. Kalaupun sesekali disebutkan, itu hanya diletakkan di bagian catatan kaki sehingga juga dapat dimanfaatkan oleh mereka yang membidangi fakultasnya (Makarim Syirazi, Al-Amtsal, jld. 1, hlm. 13).
Telah disampaikan sebelumnya bahwa tafsir Al-Amtsal ini merupakan terjemahan dan suntingan tim ahli dari tafsir berbahasa Persia, Tafsir-e Nemuneh. Berikut nama-nama nggota tim ahli sebagaimana dicatat oleh penulisnya dalam mukadimah kitab: Syeikh Muhammad Reza Al-Isytiyani Syeikh Muhammad Jakfar Imami. Syeikh Davud Ilhami. Syeikh Asadullah Imani Syeikh Abdur Rasul Al-Hasani. Seyyed Hasan Al-Syuja’i. Seyyed Nurullah Al-Thaba’thaba’i. Sheikh Mahmud Abdullahi) Syeikh Muhsin l-Qira’ati Syeikh Muhammad Muhammadi Al-isytihardi.
Dalam penulisannya, Ayatullah Makarim Syirazi banyak merujuk kitab-kitab tafsir, dari yang klasik hingga yang kontemporer, dari kalangan Ahli Sunnah maupun kalangan Syiah sendiri seperti: 1. Majma’ Al-Bayan, Syeikh Al-Thabarsi. 2. Anwar Al-Tanzil, Qadzi Al-Baidhawi. 3. Al-Durr Al-Mantsur, Jalaluddin Al-Suyuthi. 4. Al-Burhan, Muhaddits Al-Bahrani. 5. Al-Mizan, Allamah Thabathaba’i. 6. Al-Manar, Syeikh Muhammad Abduh. 7. Fi Dzilal Al-Qur’an, Seyyid Qutb. 8. Tafsir Al-Maraghi, Ahmad Musthafa Al-Maraghi. 9. Mafatih Al-Ghayb, Fakhr Al-Razi. 10. Ruh Al-Jinan, Abi Al-Futuh Al-Razi. 11. Asbab Al-Nuzul, Al-Wahidi. 12. Tafsir Al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi. 13. Ruh Al-Ma’ani, Allamah Shihabuddin Al-Alusi. 14. Nur Al-Tsaqalayn, Abd Ali bin Jum’ah Al-Huwaizi. 15. Al-Shafi, Mulla Muhsin Al-Faidz Al-Kasyani. 16. Al-Tibyan, Syeikh Al-Thusi, dan kitab-kitab tafsir yang lain (Makarim Syirazi, Al-Amtsal,jld. 1, hlm. 11).
Perbedaan yang ada dalam tafsir Al-Amtsal dari kitab aslinya (berbahasa Persia) adalah tidak dimuat lagi terjemahan ayat-ayatnya karena sudah menjadi tafsir berbahasa Arab, dan adanya pemindahan sebagian pembahasan-pembahasannya ke footnote seperti ketika pembahasannya harus dirujuk ke jilid pertama Al-Amtsal halaman 149 tentang ayat 28-29 surah Al-Baqarah sesuai dengan yang terdapat didalam jilid 1 Tafsir Nemuneh halaman 163.
Tafsir Al-Amtsal sangat komunikatif karena melibatkan para penterjemah andal menguasai dua bahasa Arab dan Persia, dimana bahasa Arab bagi mayoritas mereka adalah bahasa ibu. Berikut di bawah ini nama-nama mereka:
Muhammad Ali Adzarasy Muhammad Reza Ali Shadiq Syeikh Asad Maulavi Syeikh Mahdi Anshari Seyyed Ahmad Qabanji Syeikh Hasyem Shalehi Syeikh Khalid Taufiq Isa Syeikh Seyed Muhammad Hasyemi Syeikh Qashi Hasyem Fakhir.
Indeks tema-tema yang ada didalam tafsir al-Amtsal sesuai dengan urutan ayat-ayat di dalam setiap halaman akhir jilid disebutkan guna membantu para peneliti untuk menyelami kajian dan penelitiannya.
(Studi-Syiah/Tebyan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)