Pesan Rahbar

Home » , » Berziarah di Samping Makam Nabi Dengan Suara Keras

Berziarah di Samping Makam Nabi Dengan Suara Keras

Written By Unknown on Monday, 26 September 2016 | 19:27:00


Salah seorang alim Syiah bercerita:

Pada waktu itu, saya bersama rombongan lainnya pergi menuju makam Nabi di Masjid Nabawi, lalu di sana kami sibuk membaca doa ziarah.

Tak lama kemudian, salah seorang pengurus Masjid Nabawi yang bernama Syaikh Abdullah bin Salih datang kepadaku dan berkata, "Jangan membaca doa ziarah dengan keras di dekat makam Nabi."
Aku bertanya, "Memangnya kenapa?"

Dijawabnya, "Bukankah Allah swt pernah berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 2: "Wahai orang yang beriman, janganlah kalian tinggikan suara kalian di atas suara nabi. Dan janganlah kalian berteriak sebagaimana kalian berteriak kepada teman kalian. Karena mungkin dengan perbuatan itu amal kalian akan lenyap."

Aku jawab, "Ja'far bin Muhammad Al-Shadiq di tempat ini juga ia mengajar murid-muridnya yang berjumlah empat ribu orang. Bagaimana ia tidak mengajar dengan suara yang kencang supaya murid-muridnya bisa mendengar? Apakah perbuatannya adalah perbuatan haram?

Abu Bakar dan Umar juga berkhutbah dengan suara yang kencang di tempat ini, dan para pendengarnya pun meneriakkan takbir. Apakah itu semua haram? Sekarang pun ulama kalian berpidato di tempat ini dengan suara yang kencang dan meneriakkan takbir; apakah mereka semua bertentangan dengan Al-Quran?"
Lalu orang itu bertanya, "Jadi, apa maksud ayat tersebut?"

Aku berkata, "Yang dimaksud adalah berbicara dengan suara kencang yang tidak ada gunanya, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat-sahabat saat itu di kehadiran nabi. Sebagaimana yang dapat Anda baca dalam asbabun nuzul ayat itu. Saat itu ada sekelompok orang dari Bani Tamim yang memasuki Majid Nabawi, di samping kamar nabi, lalu berteriak, "Wahai Muhammad, sini keluarlah datangi kami!" [1]

Lenyapnya amal dikarenakan berbicara kencang yang tidak sopan di hadapan Nabi, bukan karena sembarang bersuara kencang. Lagi pula kita membaca doa ziarah dengan suara kencang namun dengan penuh hormat dan rendah hati, mengharapkan kebaikan, bukan berniat tidak sopan dan menyakiti nabi.
Tsabit bin Qais, seorang sahabat memang suaranya lantang. Saat mendengar ayat tersebut, ia pun bersedih dan berkata, "Celakalah aku, ayat ini diturunkan untuk memperingatiku."

Namun Rasulullah saw berkata, "Tidak, Tsabit bin Qais adalah penghuni surga." [2]


Referensi:

1. Perdebatan di Haramain Syarifain, perdebatan no. 22.
2. Majma' Al-Bayân, jld. 9, hlm. 130.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: