Tanya:
Saya ingin tahu tentang suatu hal yang seringkali dbicarakan banyak orang, bahwa garis yang terukir di tangan apabila bersambungan maka hal itu menandakan pernikahan keluarga (boleh dilaksanakan) dan kalau terpisah maka pernikahan keluarga tidak boleh dilangsungkan? Apakah hal ini ada benarnya?
Jawab:
Dewasa ini, banyak pemikiran, keyakinan, kebiasaan dan ajaran-ajaran yang memiliki akar diantara pelbagai kaum dan bangsa-bangsa di dunia dan mereka berpegang teguh terhadapnya. Sebagian melakukannya dengan kefanatikan. Hal ini merupakan khurafat dan bid’ah (heresy) yang mau tak mau, disebarkan di tengah masyarakat oleh kawan dan lawan; orang-orang yang mencari keuntungan atau peduli tapi berkepribadian polos, dengan tujuan atau tanpa tujuan. Sayangnya, hal-hal demikian telah menjadi tradisi yang diterima dan disukai masyarakat, meski terkadang juga menelan biaya yang sangat besar.
Mengingat bahwa sumber utama segala khurafat adalah kebodohan dan kejahilan, maka dari itu, masalah ini lebih banyak tersebar di kalangan masyarakat awam dan terjebak pada satu silsilah takhayul tradisional; seperti berperantara pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan dan masalah-masalah yang sama sekali tidak memiliki tempat dalam ranah agama dan akal. Atau mereka berkutat pada masalah-masalah metafisikal dan gaib sehingga dapat melakukan segala perbuatan biasa melalui cara-cara luar biasa.
Bagaimana pun, kesemua ini merupakan takhayul-takhayul yang kurang-lebihnya tersebar di tengah masyarakat. Dan pertanyaan yang diajukan juga tergolong pada bagian ini (sejauh yang kami pelajari) tidak memiliki akar pada agama dan ilmu pengetahuan; melainkan bersumber dari takhayul-takhayul dan tradisi-tradisi palsu yang disamping harus diabaikan juga harus diberantas hingga ke akar-akarnya.
Imam Shadiq As bersabda, “Allah Swt tidak menyenangi segala perbuatan dilakukan tanpa adanya sebab-sebab. Kemudian Dia menjadikan segala sesuatu memiliki sebab, dan menjadikan segala sebab sebagai pintu dan pembuka, dan menjadikan setiap pembuka sebagai tanda, dan setiap tanda sebagai pintu keluar. Arif sejati adalah orang yang mengetahui pintu ini dan orang jahil adalah orang yang tidak mengetahuinya. Pintu keluar ini adalah Rasulullah Saw dan kami.”[1]
Oleh karena itu, jalan masuk dan akses kepada hakikat-hakikat adalah jalan orang-orang yang dijadikan oleh Tuhan sebagai media dan wasilah pelbagai emanasi dan gerbang ilmu-Nya, tak lain adalah Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As, bukan segala takhayul dan bid’ah yang merupakan ciptaan dan rekaan manusia biasa. Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Qs. Al-Hasyr [59]:7).
Referensi:
[1]. Kulaini, al-Kafi, jil. 1, hal. 184.
أَبَى اللَّهُ أَنْ یُجْرِیَ الْأَشْیَاءَ إِلَّا بِأَسْبَابٍ فَجَعَلَ لِکُلِّ شَیْءٍ سَبَباً وَ جَعَلَ لِکُلِّ سَبَبٍ شَرْحاً وَ جَعَلَ لِکُلِّ شَرْحٍ عِلْماً وَ جَعَلَ لِکُلِّ عِلْمٍ بَاباً نَاطِقاً عَرَفَهُ مَنْ عَرَفَهُ وَ جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ ذَاکَ رَسُولُ اللَّهِ ص وَ نَحْنُ.
(Islam-Quest/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email