Pesan Rahbar

Home » , , , » “Apabila ia tidak dapat melihat-ku (buta), namun saya dapat melihat-nya (tidak buta) dan ia dapat mencium aroma-ku”.

“Apabila ia tidak dapat melihat-ku (buta), namun saya dapat melihat-nya (tidak buta) dan ia dapat mencium aroma-ku”.

Written By Unknown on Monday, 11 August 2014 | 23:53:00


“Jika ia tidak dapat melihat-ku, namun saya dapat melihat-nya”
Pada suatu hari, seorang lelaki buta setelah mendapat izin dari Imam Ali as lantas masuk ke dalam rumah. Di kala itu, Rasulullah saww melihat Sy. Fathimah Zahra as langsung bangkit dan mengenakan hijab (menutup seluruh auratnya). Menyaksikan hal itu, lantas Rasulullah saww bersabda: “Puriku, laki-laki ini tidak dapat melihat (buta)”. Sy. Fathimah Zahra as menjawab: “Apabila ia tidak dapat melihat-ku (buta), namun saya dapat melihat-nya (tidak buta) dan ia dapat mencium aroma-ku”. Seusai mendengar jawaban putrinya kemudian Rasulullah saww bersabda: “’Aku bersaksi bahwa engkau adalah belahan jiwaku”. [Biharul-Anwar jil 43 hal 91, Mustadrak al-Wasail jil 14 hal 289, Riyahin asy-Syari’ah jil 1 hal 216, Ahqaqu-alHaq jil 10 hal 258 dinukil dari Cesyme dar Bastar (tentang analisa seluruh segi kehidupan Sy. Fathimah Zahra as hal 287].
“Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang paling ramah dalam berhadapan dengan yang lainnya. Dan sebaik-baiknya kalian adalah orang-orang yang memuliakan para istrinya”.
————————————
Beberapa Nasehat Sy. Fathimah Zahra (Penghulu para Wanita)
Untuk mengambil berkah di hari-hari Fathimiyah, tidak ada salahnya kita menelaah kembali beberapa nasihat Bunda Fathimah Zahra as berikut ini:
· Sy. Fathimah Zahra as berkata: “Barang siapa yang beribadah kepada Allah swt dengan penuh keikhlasan maka Allah swt akan menurunkan kemaslahatan yang teragung kepadanya”. [Biharul-Anwar jil 67 hal 249 dinukil dari Cesyme dar Bastar (penelitian tentang seluruh segi kehidupan Sy. Fathimah Zahra as) Pur Sayyid Oghoi, hal 451]
· Sy. Fathimah Zahra as berkata: “Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang paling ramah dalam berhadapan dengan yang lainnya. Dan sebaik-baiknya kalian adalah orang-orang yang memuliakan para istrinya”. [Al-Amali Syeikh Shaduq, hal 402 telah dinukil dari Cesyme dar Bastar (penelitian ttg seluruh segi kehidupan Sy. Fathimah Zahra as) Pur Sayyid Oghoi, hal 450]
· Sy. Fathimah Zahra as berkata: “Berbuat baiklah kepada ibu, karena surga berada di bawah telapak kaki ibu”. [Musnad Fathimah As-Suyuti hal 116 dinukil dari Cesyme dar Bastar (penelitian tentang seluruh segi kehidupan Sy. Fathimah Zahra as) Pur Sayyid Oghoi, hal 451]
· Sy. Fathimah Zahra as berkata: “Sebaik-baiknya perkara untuk para perempuan ialah mereka tidak melihat para laki-laki bukan murim, dan para laki-laki bukan muhrim tidak melihat kepada mereka”. [Adz-Dzuriyah ath-Thahirah hal 147 dinukil dari Cesyme dar Bastar (penelitian ttg seluruh segi kehidupan Sy. Fathimah Zahra as) Pur Sayyid Oghoi, hal 451]
· Sy. Fathimah Zahra as berkata: “Tidaklah seseorang dikatakan berpuasa, jika ia tidak menjaga lidah, pendengaran, mata dan seluruh anggota tubuhnya. [Biharul-Anwar jil 2 hal 3 dinukil dari Cesyme dar Bastar (penelitian ttg seluruh segi kehidupan Sy. Fathimah Zahra as) Pur Sayyid Oghoi, hal 451].
Perempuan berkata: “Itu bukan diriku, mungkin perempuan lain yang namanya sama denganku, karena saya tidak memiliki kelayakan untuk itu”. Nabi Daud as bersabda: “Perempuan itu adalah engkau”. Perempuan berkata: “Sumpah demi Tuhan, saya tidak merasa melakukan perbuatan yang membuatku mencapai derajat tinggi seperti ini”. Nabi Daud as kembali bersabda: “Coba anda ceritakan sekilas tentang kehidupanmu padaku!”.
——————————————
Perempuan Penghuni Surga
Dalam satu riwayat Imam Shadiq as berkata: Allah swt telah mewahyukan kepada Nabi Daud as untuk pergi menyampaikan kabar gembira kepada Khalawah binti Aus bahwa ia merupakan calon penghuni surga. Dan beritahukan kepadanya bahwa ia di surga berada di sampingmu.
Kemudian Nabi Daud as pergi menuju rumah perempuan tersebut. Sewaktu tiba di rumahnya lantas ia mengetuk pintu rumah. Mendengar ketukan pintu lalu Khalawah bangkit dan membuka pintu. Ketika ia melihat Nabi Daud as, lantas ia berkata: “Apakah telah turun wahyu tentangku sehingga tuan mendatangiku?”. Nabi Daud as menjawab:“Ya, benar”. Perempuan bertanya kembali: “Apakah itu?”.Nabi Daud as menjawab: “Wahyu tersebut berkaitan dengan keutamaanmu”.
Perempuan berkata: “Itu bukan diriku, mungkin perempuan lain yang namanya sama denganku, karena saya tidak memiliki kelayakan untuk itu”. Nabi Daud as bersabda: “Perempuan itu adalah engkau”. Perempuan berkata: “Sumpah demi Tuhan, saya tidak merasa melakukan perbuatan yang membuatku mencapai derajat tinggi seperti ini”. Nabi Daud as kembali bersabda: “Coba anda ceritakan sekilas tentang kehidupanmu padaku!”.
Perempuan berkata: “Saya selalu bersabar atas segala penyakit, kerugian, dan kesulitan yang telah menimpaku. Bahkan saya tidak pernah memohon kepada Tuhan untuk menghilangkan segala ujian dan cobaan dariku, melainkan Dia sendiri menghendaki-Nya. Saya juga tidak mengharapkan pahala dan balasan dari-Nya atas segala kesabaranku ini. Akan tetapi saya selalu mensyukuri-Nya”. Nabi Daud as bersabda: “Karena perbuatanmu inilah engkau telah mencapat derajat tinggi di sisi-Nya”.
[Euis D, Biharulanwar jilid 71 halaman 89 dinukil dari buku Zanan Mardan overina Tarikh halaman 228].
“Bagaimana engkau menginginkanku pagi hari ini? Pagi ini, demi Allah, aku membenci kebenaran, menyukai fitnah, bersaksi dengan apa yang tidak aku lihat, menghafal selain makhluk, bershalat tanpa wudhu, di bumi aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Allah.”
———————————————————
“Aku Membenci Kebenaran dan Menyukai Fitnah”

Allamah Kanji Syafi’i meriwayatkan melalui sanadnya dari Huzaifah bin Yaman yang bertemu Umar bin Khatab. Saat itu Umar bin Khatab bertanya kepadanya, “Bagaimana kabarmu pagi ini, wahai Ibnu Yaman?”
Dia menjawab, “Bagaimana engkau menginginkanku pagi hari ini? Pagi ini, demi Allah, aku membenci kebenaran, menyukai fitnah, bersaksi dengan apa yang tidak aku lihat, menghafal selain makhluk, bershalat tanpa wudhu, di bumi aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Allah.”
Maka Umar bin Khatab marah mendengar jawabannya dan segera berlalu darinya. Umar bin Khatab bertekad menghukumi Huzaifah karena mengeluarkan pendapat tersebut. Dalam perjalanan Umar bin Khatab berpapasan dengan Ali bin Abi Thalib yang melihat amarah di wajah Umar bin khatab.
Ali bertanya, “Apa yang telah membuatmu marah, wahai Umar?”, Umar menjawab, “Aku bertemu Huzaifah bin Yaman, lalu bertanya tentang kabarnya pagi ini? Dia menjawab bahwa pagi ini dia membenci kebenaran.”
Ali bin abi Thalib menjawab, “Dia benar. Dia membenci kematian, dan kematian adalah haq (benar).” Umar berkata, “Tidak, dia berkata, “Aku mencintai fitnah.”
Ali menjawab, “Dia benar, dia mencintai harta dan anaknya. Bukankah Allah swt telah berfirman dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak adalah fitnah…(al-Anfal:28).”
Umar berkata lagi, “Wahai Ali, dia berkata, “Aku bersaksi atas apa yang tidak aku lihat.” Ali menjawab, “Dia benar, dia bersaksi atas keesaan, kematian, kebangkitan, kiamat, surga, neraka dan shirath, padahal dia tidak dan belum melihat semua itu.”
Umar berkata lagi, “Wahai Ali, dia berkata, “Sesungguhnya aku menghafal selain makhluk Allah.” Ali menjawab, “Dia benar, dia hapal kitab Allah swt, al-Qur’an dan itu bukan makhluk Allah.”
Umar berkata, “Dia berkata, “Aku bershalat tanpa wudhu.” Ali menjawab, “Dia benar, shalat (shalat memiliki dua arti; shalat dan shalawat, maksud Huzaifah adalah shalawat –Allohuma shalli ala Muhamad wa aali Muhamad-) kepada putra pamanku, Rasulullah saww tanpa harus berwudhu, seperti itu diperbolehkan.”
Umar berkata, “Wahai Aba Hasan, dia berkata lebih dari itu.” “Apa yang dia katakan?” tanya Ali. Umar berkata, “Sesungguhnya di bumi ini, aku memiliki apa yang tidak dimiliki Allah swt.”
Ali menjawab, “Dia benar, dia memiliki anak istri dan Allah tidak memiliki anak dan tidak pula memiliki istri.” Lalu Umar berkata, “hampir saja putra Khatab celaka kalau tidak ada Ali bin Abi Thalib.” Kanji berkata, “Kisah ini banyak dinukil oleh para perawi, disebut oleh para sejarah”. [Kifayah ath-Thalib, Nudzum Durar as-Simthain, Nur al-Abshar, Faraid as-Simthain, Al-Fushul al-Muhimmah Ibnu Shibagh]
[ED, dinukil dari ‘Kenapa Mesti Ali’, karya Medi Fakih Imani halaman 129-130]
Kemudian dia mendatanginya dan bertanya, ‘apa yang engkau lakukan?’ Usman menjawab, ‘Dia melahirkan setelah enam bulan pernikahannya. Apakah ini lazim?’ …
—————————————————————
“Tapi Perempuan itu telah Dirajam”

Imam Malik meriwayatkan di dalam kitab Al-Muwaththa’, juga para tokoh Ahlusunah lainnya meriwayatkan di dalam kitab-kitab tafsir maupun kitab hadis melalui sanad dari Ba’jah bin Abdullah Jahanni yang berkata, “Seseorang dari kami menikahi wanita dari Juhainah. Setelah enam bulan dia melahirkan seorang bayi. Karena itu, suaminya pergi menemui Usman bin Affan dengan menceritakan kisah itu. Kemudian Usman memerintahkan untuk merajam wanita itu.
Ali bin Abi Thalib mendengar hukum yang dikeluarkan Usman tersebut. Kemudian dia mendatanginya dan bertanya, ‘apa yang engkau lakukan?’ Usman menjawab, ‘Dia melahirkan setelah enam bulan pernikahannya. Apakah ini lazim?’
Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Tidakkah kamu mendengar firman Allah, “Dan perempuan-perempuan menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh. (QS Al-Baqarah: 233)“Masa mengandung dan menyapihnya selama tiga puluh (30) bulan”. (QS Al- Ahqaf:15). Hitunglah sisanya, tidak ada kecuali enam (6) bulan’.
Usman bin Affan berkata. “Demi Allah, aku tidak memahaminya. Hadirkan perempuan itu.’ ‘Tapi dia telah dirajam. ‘Jawab salah seorang. Saudara perempuan itu pernah mendengar ucapannya sebelum dirajam, ‘Wahai saudaraku, demi Allah tiada seorang pun menyentuh kemaluanku, kecuali suamiku.’
Maka bayi yang lahir itu pun tumbuh dewasa. Lelaki yang menuduh istrinya berzina itu mengaku bocah yang tumbuh sangat mirip dengannya. Kemudian anggota tubuh lelaki itu satu persatu copot di pembaringannya.”[1]
[1] Al-Muwaththa’ 2: 625 kitab al-hudud, Sunan al-Baihaqi, Jami’ Bayan al-Ilmi wa Fadhilihi, Tafsir Ibnu Katsir, Taysir al-Wushul, Ad-Durr al-Mansur, Umdah al-Qaqi.
Keterangan, berdasarkan ayat al-Qur’an:
- Masa menyusui, ialah 2 tahun.
- 2 tahun = 24 bulan
- Masa menyusui + masa hamil = 30 bulan,
- Sementara masa menyusui ialah 24 bulan, maka sisanya ialah 6 bulan yang merupakan masa hamil. Dan 6 bulan merupakan waktu minimal masa hamil.
[ED / islam feminis, dinukil dari buku ‘Kenapa Mesti Ali’ karya Mehdi Faqih Imani halaman 148].
Dan Allah telah menjadikan iman bagimu sebagai penyuci kesyirikan,
Dan Allah telah menjadikan shalat bagimu sebagai pembersih kesombongan,
Dan Allah telah menjadikan zakat untuk pensucian jiwa dan menambah rejeki,
Dan Allah telah menjadikan puasa sebagai pengokoh keikhlasan,
————————————–

Falsafah Hukum-Hukum dalam Perspektif Fathimah Zahra as
Dalam kehidupannya pasca wafat ayahnya Nabi saww kurang lebih sebanyak tiga kali Sy. Fathimah Zahra as menyampaikan khutbah, di antaranya ialah;
  1. Kala pengepungan dan pendobrakan rumahnya
  2. Di masjid Madinah (masjid Nabawi)
  3. Di hadapan perempuan dari Muhajirin dan Anshar
Khutbah yang terpanjang ialah khutbah yang disampaikan di masjid Madinah. Sebagaimana Imam Ali as yang semua khutbahnya (terkumpul dalam kitab Nahjul-Balaghah) sarat akan makna dan kefasihan, khutbah Sy. Fathimah Zahra as pun sarat akan makna yang tinggi dan kefasihan. Pada kesempatan sekarang ini kita akan menyimak kembali secara seksama tentang falsafah hukum-hukum dalam perspektif Sy. Fathimah Zahra as yang telah beliau sampaikan perihal tersebut dalam khutbahnya yang paling panjang yaitu khutbah yang disampaikan di masjid Madinah. Teks khutbah yang kita sampaikan sekarang ini tidaklah secara keseluruhan, melainkan hanya sebagian saja yang berkaitan erat dengan pembahasan kita:

Dan Allah telah menjadikan iman bagimu sebagai penyuci kesyirikan,
Dan Allah telah menjadikan shalat bagimu sebagai pembersih kesombongan,
Dan Allah telah menjadikan zakat untuk pensucian jiwa dan menambah rejeki,
Dan Allah telah menjadikan puasa sebagai pengokoh keikhlasan,
Dan Allah telah menjadikan haji sebagai pembangun agama,Dan Allah telah menjadikan keadilan sebagai penghubung para hati,Dan Allah telah menjadikan keta’atan terhadap kami sebagai pengatur bagi umat,Dan Allah telah menjadikan kepemimpinan (imamah) kami sebagai pengaman dari perpecahan,

Dan Allah telah menjadikan jihad di jalan-Nya sebagai kemuliaan untuk Islam,
Dan Allah telah menjadikan kesabaran sebagai penolong untuk mendapatkan pahala,
Dan Allah telah menjadikan amar ma’ruf dan nahi munkar (menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran) demi kemaslahatan umat,
Dan Allah telah menjadikan berbuat baik terhadap orang tua sebagai pencegah dari kemurkaan-Nya,
Dan Allah telah menjadikan silaturahmi untuk memperpanjang umur dan memperbanyak jumlah (orang),
Dan Allah telah menjadikan qishash untuk mencegah tertumpahnya darah,
Dan Allah telah menjadikan tepat janji sebagai lahan untuk mendapatkan ampunan-Nya,
Dan Allah telah menjadikan memenuhi timbangan dan neraca pemusnah penipuan dalam timbangan dan neraca,
Dan Allah telah menjadikan pencegahan terhadap meminum minuman keras sebagai pembersih perbuatan keji dan kotor,
Dan menjauhi dari menuduh seseorang akan menghalanginya dari laknat Allah swt, Dan meninggalkan pencurian akan menyebabkan terjaganya harga diri (iffah)
Dan Allah swt telah melarang syirik, sehingga yang patut disembah hanyalah diri-Nya (“Maka bertakwalah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah mati melainkan dalam keadaan muslim”), dan ta’atilah Allah dalam hal-hal yang telah diperintahkan dan dilarang-Nya, karena sesungguhnya ; “Sesungguhnya di antara hamba-hamba-Nya yang takut terhadap Allah ialah para ulama”.
[ED, Cesyme dar Bastar (kajian tentang segi-segi kehidupan Sy. Fathimah Zahra as), 378-379]

Terdapat tiga sifat terpuji jika dimiliki oleh perempuan dan buruk jika dimiliki oleh laki-laki …
——————————————————
Sifat Sombong, Kikir dan Penakut Baik buat Perempuan, Kenapa?
Bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang penuh dengan berkah. Karena di bulan ini terdapat beberapa kejadian besar yang menjadikan bulan ini penuh berkah seperti ; kelahiran Imam ke-9 Ahlul Bayt yaitu Imam Jawad as yang jatuh pada tanggal 10 Rajab, beliau merupakan Imam termuda yang telah menjadi Imam pada usia 8 tahun. Hari kelahiran Imam pertama yaitu Imam Ali as yang jatuh pada tanggal 13 Rajab dan hari Mab’ats yang merupakan hari diangkatnya Nabi Muhamad saww sebagai nabi yang jatuh pada tanggal 27 Rajab.
Salah satu yang telah membuat bulan ini penuh berkah ialah kelahiran Imam Ali as. Oleh karena itu tidak ada salahnya kita menelaah kembali untaian-untaian mutiara yang telah keluar dari mulut suci Imam Ali as. Kita dapat mendapatkannya mengenai pembahasan ini pada kitab Nahjul-Balaghah (puncak kefasihan) yang telah ditulis oleh Syarif Rodhi Alamul-Huda. Siapa yang tidak kenal dengan kitab Nahjul-Balaghah, kitab yang kandungannya syarat dengan kefasihan dan makna-makna tinggi. Syarah terkenal Nahjul-Balaghah dari kalangan Ahlusunah ialah karya yang ditulis oleh Ibnu Abi al-Hadid al-Mu’tazili. Sementara isi dan kandungan Nahjul-Balaghah berupa:
  • Kumpulan khutbah Imam Ali as.
  • Kumpulan surat Imam Ali as.
  • Kumpulan hikmah dan ungkapan ringkas Imam Ali (kata-kata mutiara).
Seseorang akan menikmati keindahan dan kefasihan kitab Nahjul-Balaghah sewaktu memahami bahasa Arab dan artinya. Mari simak petuah-petuah Imam Ali yang tertuang dalam kumpulan hikmah-Nahjul Balaghah, dan kami yakin berbagai petuah tersebut akan menjadi bekal dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari kita.
· Sifat-sifat terpuji bagi perempuan, dalam hikmahnya Imam Ali as berkata:
Terdapat tiga sifat terpuji jika dimiliki oleh perempuan, dan buruk jika dimiliki oleh laki-laki; sombong, penakut dan bakhil (kikir). Apabila seorang perempuan sombong maka ia tidak akan mengizinkan laki-laki asing (non muhrim) memasuki kehidupannya, apabila ia bakhil maka ia dapat menjaga hartanya dan harta suaminya, dan apabila ia penakut maka ia akan selalu menjauhkan diri dari segala sesuatu yang membahayakannya”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-234 ]
  • Kiat mengenal teman dan musuh, Imam Ali as berkata:
Terdapat tiga jenis teman dan musuh; temanmu, temannya temanmu dan musuhnya musuhmu ialah merupakan temanmu. Sementara musuhmu, musuhnya temanmu dan temannya musuhmu ialah merupakan musuhmu ”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-295]
  • Kiat untuk diam, Imam Ali as berkata:
Janganlah engkau mengatakan sesuatu yang tidak diketahui olehmu. Bahkan janganlah pula engkau mengatakan segala sesuatu yang engkau ketahui, karena Allah swt telah mewajibkan kepada seluruh anggota tubuhmu agar menjadi saksi kelak di hari Kiamat”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-382]
  • Aneka ragam rezeki, Imam Ali as berkata:
Terdapat dua jenis rezeki; rezeki yang mencarimu, dan rezeki yang dicari olehmu. Barangsiapa yang mencari dunia maka kematian akan mencarinya hingga ia keluar dari dunia. Dan barangsiapa yang mencari akherat maka dunia akan mencarinya hingga rezeki yang menjadi bagiannya di dunia akan sempurna”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-431]
  • Kiat mengenalkan diri, Imam Ali as berkata:
Berbicaralah, hingga anda dapat dikenal. Karena sesungguhnya hakekat seseorang tersembunyi dibalik lisannya (Pen- Jika seseorang semakin banyak bicara niscaya akan nampak kepribadiannya yang selama ini tersembunyi)”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-392]
  • Kiat bergaul, Imam Ali as berkata:
Bergaullah dengan orang lain, dimana jika kalian meninggal mereka akan menangisimu, dan jika kalian berada di antara mereka, mereka akan mengasihi kalian”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-10]
  • Dan berbagai ungkapan mutiara hikmah pendek lainnya:
Seburuk-buruknya manusia ialah orang yang naif dalam mencari teman, dan lebih buruk lagi darinya ialah orang yang kehilangan temannya”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-12]
Terdapat dua macam kesabaran; sabar terhadap sesuatu yang tidak disukai, dan sabar terhadap sesuatu yang disukai”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-55]
Tiada kekayaan seperti akal, tiada kefakiran seperti kebodohan, tiada warisan seperti adab sopan santun, dan tiada penolong seperti musyawarah”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-54]
Seburuk-buruknya bekal untuk akherat ialah berbuat zalim kepada para hamba-Nya”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-221]
Semakin banyak (panjang lebar) suatu jawaban niscaya kebenaran akan (kian) tersembunyi”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-243]
Kesehatan jasad (badan) karena sedikitnya hasad (hasud/ iri dengki)”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-256]
Dua kelompok manusia yang tidak akan pernah merasa puas; pencari ilmu dan pencari harta dunia”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-457]
Sedikit tapi kontinyu lebih baik daripada banyak tapi tidak terlaksana”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-444]
Musuh manusia ialah kebodohannya”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-438]
Pada setiap hari dimana padanya tidak bermaksiat kepada Allah swt maka itulah hari raya yang sebenarnya”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-428]
Tak ada kebaikan pada diam sewaktu ia harus berbicara, dan tak ada kebaikan pada bicara sewaktu ia harus diam karena tidak tahu”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-471]
“Dosa terbesar ialah menganggap remeh dosa”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-477]
Seburuk-buruknya teman ialah orang yang banyak merepotkan temannya”. [Nahjul-Balaghah, hikmah ke-479]

Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: