Jean-Claude Juncker, President of the European Commission.
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menekankan pentingnya memiliki hubungan dengan "rezim najis" seperti Arab Saudi.
Juncker membuat pernyataan dalam wawancara dengan Euronews dalam menanggapi pertanyaan tentang mengapa Uni Eropa masih memiliki hubungan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Kami, Uni Eropa, memiliki hubungan dengan rezim najis. Dan tidak ada yang bertanya pada kami tentang hal itu. Semua orang khawatir tentang Turki, tetapi tidak ada yang berbicara tentang Arab Saudi," seperti dikutip RT, Sabtu (26/11).
Dia menambahkan bahwa “posisinya di Uni Eropa membuat perlu baginya untuk menjaga hubungan dengan beragam orang bahkan mereka, yang perusahaannya tidak saya hormati."
"Kami memiliki hubungan dengan semua diktator karena kita perlu mengaturnya, untuk bersama-mengatur dunia," tambahnya.
Sementara mencatat bahwa dia telah mengenal Erdogan selama 18 tahun, dia menekankan bahwa Uni Eropa tidak dalam posisi untuk menguliahi Turki tentang bagaimana menangani pengungsi.
"Turki adalah mitra penting bukan hanya untuk krisis migrasi. Aspek ini jelas. Tapi karena wilayahnya menjadi tempat lebih dari tiga juta migran dan pengungsi yang Eropa tidak dapat menerimanya," katanya.
Pada hari Kamis (24/11), Parlemen Eropa menyepakati pembekuan perundingan keanggotaan Turki atas tindakan pasca-kudeta Ankara.
(Euro-News/Russia-Today/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email