Pesan Rahbar

Home » » Teladan Kehidupan Imam Husein as

Teladan Kehidupan Imam Husein as

Written By Unknown on Tuesday, 1 November 2016 | 22:05:00


Heroisme yang telah diciptakan oleh Imam Husein, putra Imam Ali as, cucu Rasul Allah saaw, di tahun 61 HQ, adalah heroisme yang lebih luas dari sejarah dan batas-batas geografi, meniupkan semangat hakekat kemanusiaan ke segenap penjuru dunia. Hari-hari peringatan syahadah Imam Husein bin Ali alaihimassalam, mengingatkan kebangkitan abadi beliau di tanah Karbala. Perlawanan dan kebangkitan Imam Husien as telah mengukir perang tak sebanding melawan bala tentara Yazid, penguasa zalim dan kejam masa itu, sebagai peristiwa yang penuh dengan pelajaran berharga untuk seluruh sejarah. Jalan yang ditunjukkan Imam Husein dalam perjalanan hidup beliau adalah jalan kemuliaan. Bendera yang beliau kibarkan, membuka jalan yang membimbing semua pejuang kemerdekaan dan pencari kemuliaan.

Tujuan perjuangan Imam Husein as ialah mendidik manusia untuk memiliki ketinggian dan kemuliaan jiwa, dan membebaskan dari dari segala bentuk kerendahan dan kehinaan. Beliau telah berusaha agar manusia menemukan kembali posisi kemuliaan dan kemanusiaannya. Imam Husein as telah mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran; bagaimana kita menghargai nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan, dan bagaimana kita harus berjuang membelanya. Saudara pendengar yang kami muliakan, dalam beberapa seri acara ini, kita akan mempelajari berbagai hal dari perjuangan Imam Husein as. Kami ucapkan selamat mengikuti.

Semuanya sudah hadir dan siap di dalam kelas. Dengan kedatangan Ustadz, suara bergumam yang memenuhi ruang kelas mendadak berhenti. Setelah mengucapkan salam yang dijawab serempak oleh semua yang hadir di kelas, Ustadz menulis kata-kata Imam Husein as yang terkenal, dengan tulisan yang indah, di papan tulis. Kata-kata Imam Husein as itu ialah: Jika dalam hiudp ini kalian tidak memiliki agama dan meyakini hari kiamat, minimal jadilah kalian manusia-manusia yang merdeka. Setelah menulis kalimat tersebut, Ustadz memandang ke kelas dan semua muridnya, kemudian bergerak menuju ke mejanya. Dia diam sebentar, lalu berkata, "Biasanya pengetahuan kita tentang Imam Husein as, lebih banyak terbatas hanya berkenaan dengan tragedi Asyura dan perjuangan beliau melawan Yazid. Meskipun yang demikian itu harus diketahui dan dijadikan sebagai teladan, karena memiliki banyak poin penting, akan tetapi tidak boleh dilupakan bahwa sebelum perannya sebagai seorang revolusioner, Imam Husein as adalah seorang yang berjiwa besar, kesatria, mulia, memiliki jiwa pengorbanan yang tinggi dan sifat-sifat utama lainnya. Alangkah baiknya hari ini yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram, hingga tanggal 10 bulan ini yang merupakan hari syahadah beliau, kita gali bersama berbagai pelajaran yang diberikan oleh Imam Husein as. Masing-masing dari kalian membahas satu sifat utama Imam Husein as, agar kita semua mengenal dengan labih baik lagi, manusia pencipta sejarah besar ini. Harus kita ingat bahwa sekolah yang dibangun oleh Imam Husein ini berpijak pada ajaran-ajaran pendidikan Rasul Allah Muhammad saaw dan Imam Ali as.

Salah seorang murid berdiri dan berkata, "Ustadz, ijinkan saya menguraikan dengan singkat salah satu sifat Imam Husein as." Dengan gembira Ustadz berkata, "Silahkan, saya dan teman-teman akan mendengarkannya." Dengan masih tetap berdiri di tempatnya, Si Murid tadi berkata, "Dasar dan pondasi semua perbuatan Imam Husein as ialah kesadaran dan pengetahuan. Beliau adalah lautan ilmu dan makrifat. Berkat pengetahuannya yang luas, yang diperoleh berkat inayah Allah swt, Imam as memiliki iman, takwa dan tawakkal yang sempurna, demikian pula tingkat ibadah yang sangat tinggi. Di sebagian besar waktunya, Imam Husein as memanjatkan doa beriktu ini, "Ya Allah, jadikanlah setiap gerak dan langkahku selalu disertai dengan pandangan yang luas dan jalanku selalu diterangi oleh hidayah, akhlak dan perangaiku disertai oleh kemuliaan dan ketinggian."

Murid tadi masih melanjutkan uraiannya berkenaan dengan Imam Husein as sebagai berikut: Suatu hari Imam Husein as dalam keadaan tengah bermunajat, ketika salah seorang putranya dengan keceriaan seorang anak berdiri di depan beliau. Ia menahan nafas di dada, menutup kedua mata, lalu membacakan salah satu Surat Al-Quran dengan perlahan. Ia mempelajari Surat ini dari gurunya, Abdurrahman As-Silmi. Suaranya bergetar karena tegang ketika membacakan Surat tersebut, dan ia membuka sedikit matanya untuk melihat ayahnya. Setelah selesai membacakan Surat itu, ia bernafas lega. Imam Husein as tersenyum bahagia lalu mencium wajah anaknya dan memujinya. Kemudian Imam Husein as memerintahkan agar dikirimkan uang 1000 Dinar dan hadiah-hadiah lain kepada guru mengaji anaknya ini. Sebagian pengikut Imam Husein as terkejut dan mengatakan, "Hadiah sebesar itu hanya karena mengajarkan satu Surat Al-Quran? Imam Husein as berdiam diri sejenak, lalu berkata, "Hadiah yang aku berikan ini jauh lebih kecil dibanding pelajaran yang telah dia berikan kepada anakku." Hingga di sini Si Murid mengakhiri uraian singkatnya tentang salah satu keutamaan Imam Husein as.

Ustadz memuji dan berterimakasih kepada muridnya ini dan berkata, "Bagus sekali. Kamu telah mengangkat salah satu segi yang sangat penting tentang kepribadian Imam Husein as, yaitu memandang penting kepada ilmu dan pengetahuan dalam hidup ini. Sebagaimana kakek beliau, Rasul Allah saaw, dan ayah beliau, Imam Ali as, Imam Husein as juga merupakan lautan ilmu. Dengan pengetahuannya yang luas inilah beliau memahami kondisi zamannya, dan melangkah lebih maju daripadanya. Syahadah Imam Husein as di padang Karbala, yang penuh dengan pelajaran berharga, telah mengubah perjalanan sejarah dan menyelamatkan umat manusia dari jurang kehinaan, menuju jalan terang yang penuh dengan kemuliaan di dunia dan akherat.

Diantara ajaran Imam Husein as yang mengandung arti sangat mendalam dan luas ialah kata-kata beliau yang mengandung arti sebagai berikut: "Kehidupan dan kematian yang hina, sama-sama perkara yang tidak disukai. Jika saya terpaksa memilih antara kematian dan kehidupan, maka gerak saya menuju kematian dengan kemuliaan, akan merupakan gerak yang sangat indah." Imam Husein as memiliki kata-kata yang mengandung pelajaran yang sangat berharga berkenaan dengan kaharusan hidup mulia di dunia ini, dan bahwa lebih baik mati di atas jalan kemuliaan daripada hidup dalam kehinaan. Ajaran ini bukan hanya dalam bentuk kalimat yang keluar dari lidah yang tak bertulang ini, tapi beliau praktekkan dengan sangat sempurna, ketika beliau bangkit menentang pemerintahan lalim dan tiran, yang berakhir dengan gugurnya beliau di tanah Karbala.

Imam Husein as bukan hanya seorang pemberani di medan juang membela kebenaran dan menentang kesesatan, tapi beliau juga memiliki sifat-sifat mulia lain, diantaranya ialah sifat kedermawanan. Dalam Islam terdapat ajaran yang mengatakan bahwa seorang dermawan yang sempurna ialah seorang yang memberikan apa yang ia sukai kepada orang lain. Dalam surat Ali Imran Ayat 92, Allah swt berfirman:

Kalian tidak akan mencapai kedermawanan yang sesungguhnya, hingga kalian menafkahkan apa yang kalian cintai. Dan apa pun yang kalian nafkahkan, maka Allah Maha Mengetahuinya

Imam Husein as termasuk orang yang telah mengamalkan Ayat tersebut dengan sangat baik. Hal itu tampak dengan jelas dalam kisah berikut ini. Seorang fakir lagi miskin, telah berkali-kali berusaha menemukan pekerjaan, tapi ia tidak pernah berhasil. Keadaan ini membuatnya mengalami kesulitan dalam menafkahi kehidupan dirinya dan keluargnya. Suatu hari ia duduk dan berpikir mencari jalan keluar dari kesulitannya ini. Terlintas di benaknya bahwa Imam Husein as, cucu Nabi saaw serta putra Ali dan Fatimah alaihimassalam, adalah cerminan rahmat Ilahi, yang meliputi kawan dan lawannya. Ia tahu bahwa Imam Husein as tidak akan pernah menyebabkan kehinaan dan kerendahan orang lain. Dengan demikian orang ini pun bergerak menuju rumah Imam Husein as.

Saat itu malamsudah hampir berakhir, dan cahaya subuh sudah semakin mendekat. Setelah ragu sejenak, akhirnya orang ini mengetuk pintu. Tak lama kemudian terdengar langkah seseorang dari dalam rumah menuju ke pintu. Setelah pintu terbuka, terlihat wajah Imam Husein dan memancarkan kasih sayang dan kewibawaan, membuat orang miskin ini tertegun. Dengan agak terbata ia mengucapkan salam. Imam Husein as menjawab salam tersebut diiringin dengan senyumannya yang khas. Pandangan ramah Imam Husein as terasa mendorong hatinya untuk mengungkapkan keperluannya. Akan tetapi ia merasakan kelu di lidahnya. Imam Husein as menyadari keadaan orang ini. Kemudian beliau menenangkannya dan memintanya untuk mengatakan keperluannya. Pada akhirnya orang itu mengatakan bahwa ia memiliki hutang 1000 Dinar pada seseorang, tapi tidak punya kemampuan untuk melunasi hutang tersebut, sehingga ia saat ini berada dalam kesempitan.

Imam Husein as mengetahui bahwa orang ini terpelajar dan menguasai baca tulis. Beliau berkata, "Saya mendengar dari ayahku, Ali, "Kemuliaan seseorang adalah sesuai dengan kebaikan-kebaikan yang ia miliki." Sedangkan dari kakekku, Rasul Allah saaw, saya mendengar, "Kemuliaan seseorang sesuai dengan keluasan ilmunya." Orang miskin ini memandang dengan pandangan penuh tanya kepada Imam Husein. Imam mengatakan, "Aku akan mengajukan tiga soal. Jika kau dapat menjawabnya maka aku akan memberimu 1000 Dinar." Lelaki itu menundukkan kepalanya dan ebrkata, "Kalau aku tahu, aku akan menjawabnya. Jika tidak tahu maka aku akan belajar darimu, Wahaicucu Rasul."

Imam pun mengajukan soal pertama, "Perbuatan apakah yang lebih baik dari semua perbuatan? Ia menjawab, iman kepada Allah. Imam bertanya lagi, "Dengan apakah seseorang akan memperoleh keselamatan dari kesusahan? Ia menjawab, dengan bersandar kepada Allah. Imam bertanya lagi, "Dimanakah letak keindahan seseorang? Ia menjawab, dalam amal perbuatannya yang berdasarkankepada kasih sayang dan kesabaran. Imam Husein tersenyum dan merasa puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan. Kemudian ia masuk ke dalam rumah, lalu keluar lagi menemui orang tersebut dan menyerahkan kepadanya satu kantong uang 1000 Dinar. Beliau berkata, "Lunasilah hutangmu dengan 1000 Dinar ini Dan juallah cincin ini untuk membiayai keperluan hidupmu."

Lelaki miskin itu menerima pemberian Imam Husein as dengan penuh gembira. Sebagaimana kedua matanya, hati orang ini bersinar terang memancarkan kecintaan kepada cucu Rasul ini. Ia mengucapkan terimakasih dengar suara bergetar dan mengatakan, (Al-An'am 124), yang artinya, "Allah lebih mengetahui dimana ia meletakkan risalah-Nya."

Banyak tokoh pejuang dan revolusioner dalam sejarah yang bangkit dalam melakukan gerakan-gerakan yang berpengaruh luas di tengah masyarakat. Akan tetapi mengapa kaum Syiah hanya membesar-membesarkan peringatan syahdah Imam Husein dan perjuangan beliau di Padang karbala? Pertanyaan seperti ini sering dimunculkan oleh sebagian orang awam atau kalangan terpelajar yang entah karena sebab apa, berniat mempertanyakan upacara peringatan hari syahadah Imam Husein as yang dia anggap terlalu dibesar-besarkan, padahal tidak sedikit para pejuang yang juga bangkit, dan sebagian mereka gugur di jalan perjuangannya itu.

Memang benar bahwa banyak tokoh dan pejuang yang pandangan-pandangannya berpengaruh pada masyarakat. Akan tetapi tujuan dan motifasi mereka itu terbatas, dan seringkali hanya berputar di tengah masyarakat atau negaranya sendiri. Sebagian dari mereka memperjuangkan hal-hal yang bersifat duniawi semata, dan tidak jarang mereka itu menggunakan metode penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Keagungan perjuangan Imam Husein as terletak dalam tujuannya, yaitu menentang kezaliman dan membebaskan manusia dari penjajahan manusia lain. Sejarah membuktikan bahwa kebangkitan Imam Husein as bukan untuk memperoleh harta kekayaan dan atau pangkat kedudukan. Karena jika beliau mencari yang demikian itu, maka seharusnya beliau bergabung dengan penguasa yang ada saat itu; bukan menentangnya. Apa lagi beliau sejak awal telah menyadari bahwa perjuangan ini akan berakhir dengan kematian beliau.

Jika kita pelajari peristiwa Karbala dengan seksama, maka kita semua akan sepakat, bahwa di sepanjang sejarah tidak ada pengorbanan yang sedemikian besar sebagaimana yang telah dilakukan Imam Husein as. Beliau telah menanggung berbagai kesengsaraan di atas jalan perjuangan menegakkan kemuliaan manusia. Perjuangan Imam Husein adalah dalam rangka membela hak kehidupan yang terhormat, kemuliaan manusia dan kebebasan yang bertanggung jawab, untuk semua manusia. Dalam kebangkitan beliau yang penuh teladan ini, Imam Husein as tidak pernah memaksa siapa pun untuk bergabung ke dalam rombongannya. Bahkan dalam beberapa kesempatan beliau menegaskan kepada para pengikut beliau, bahwa mereka bebas untuk meninggalkan beliau, dan bahwa musuh hanya menginginkan beliau, untuk itu beliau meminta agar mereka pergi untuk menyelamatkan diri. Sesungguhnyalah, Imam Husein as adalah seorang manusia langka yang wujudnya dipenuhi oleh perikemanusiaan.

Imam Husein as dan kisah kehidupan beliau mengingatkan keagungan dan kemuliaan Nabi Besar Muhammad saaw. Imam Husein as adalah pewaris keadilan dan rendah hati ayah beliau, Imam Ali as. Perilaku dan perangai Imam Husein, selalu dihiasi dengan akhlak yang tinggi. Beliau meyakini bahwa kemuliaan dan keagungan hanyalah milik Allah semata. Sedangkan kemuliaan manusia berada di dalam penghambaan diri kepada Dzat yang Maha Mulia, tanpa disertai dengan kesombongan sedikit pun. Sebagaimana ditegaskan dalam sabda kakek beliau, Rasul Allah saaw, yang mengatakan, "Tak seorang pun yang merendahkan diri dalam sikap tawadlu', kecuali Allah pasti akan memberinya kedudukan yang mulia."

Di suatu siang hari musim panas, Imam Husein as tengah lewat di samping sekelompok kaum miskin yang sedang menyantap hidangan makanan mereka yang sangat sederhana. Mereka ini adalah para pemuda miskin, tapi bersemangat dan saling mengobrol diantara mereka di tengah menyantap hidang itu. Seolah mereka tengah menikmati makanan yang berwarna-warni nan lezat mengundang selera. Padahal hidangan mereka itu tak lebih dari sekedar roti kering dan air putih. Ketika mereka melihat Imam Husein as, mereka berdiri dan dengan penuh hormat mengajak beliau untuk ikut duduk menyantap hidangan mereka. Setelah mereka saling mengucapkan dan menjawab salam, Imam Husein as memenuhi undangan mereka dan ikut makan bersama mereka.

Setelah selesai makan dan sedikit berbincang-bincang dengan mereka, Imam Husein as berkata, "Kalian telah mengundangku kepada jamuan makan kalian, dan aku telah memenuhi undangan kalian. Apakah kalian juga akan memenuhi undanganku? Mereka semua menjawab, "Tentu saja, wahai putra Rasul." Maka di waktu yang telah disepakati bersama, mereka pergi ke rumah Imam Husein as. Imam as menyambut kedatangan mereka dan berkata kepada istri beliau agar menghidangkan makanan untuk para tamu mulia ini. Singkatnya, di hari itu, para pemuda miskin tersebut mendapatkan kehormatan yang luar biasa dari Imam Husein as dan memperoleh hadiah-hadiah dari cucu Rasul Allah saaw.

Imam Ali Zainal Abidin as, berkenaan dengan ayah beliau, Imam Husein as, berkata, "Setiap malam ayahku keluar memanggul karung yang penuh dengan bahan makanan dan membagi-baginya kepada kaum miskin dan anak-anak yatim." Sifat-sifat mulia seperti ini, yang dimiliki oleh manusia-manusia suci dan mulia seperti para Imam Ahlul Bait alaihimussalam, membuat mereka ini berbeda dari manusia lain. Untuk itulah mereka selalu menjadi teladan, pembimbing dan obor penerang jalan kehidupan seluruh umat manusia.

Cinta kepada sesama dan penghormatan kepada semua orang termasuk diantara sifat-sifat yang akan memberikan kondisi kejiwaan yang terbaik bagi pemilik sifat ini. Para psikolog dan ahli jiwa mengatakan, bahwa sifat ini sebagai keutamaan yang sangat tinggi. Imam Husein as adalah teladan yang sangat tepat bagi umat manusia berkenaan dengan sifat mulia ini. Dari beliau setiap orang akan memperoleh pelajaran tentang pengorbanan dan kasih sayang kepada sesama. Sifat ini akan membebaskan seseorang dari kungkungan sempit egoisme, dan menghantarkannya menuju kepada nilai-nilai kemanusiaan yang sangat luas. Setiap kali motifasi-motifasi kemanusiaan semakin menguat pada seseorang, maka wujud kemanusiaannya akan semakin meluas dan kasih sayangnya kepada sesama juga akan semakin menguat.

Berkat watak dan jiwanya yang suci, serta pendidikan agama yang diperolehnya sejak kecil, Imam Husein as tampil sebagai teladan yang sangat mengagumkan dalam hal ini. Beliau mencintai rakyat dan memberikan berbagai kebaikan dan keuntungan bagi mereka. Sifat-sifat mulia beliau inilah yang membuat nama beliau kekal dan terukir selamanya dalam sejarah. Ibnu Asakir dalam kitabnya "Tarikh Dimasyq", menulis sebagai berikut: suatu kiriman barang datang dari kota Basrah untuk Imam Husein as. Sebelum semua barang kiriman itu habis dibagikan untuk rakyat, Imam Husein as tidak bergerak dari tempat duduknya." Salah satu keutamaan Imam Husein as sebagai seorang tokoh yang berpengaruh dalam sejarah, ialah beliau selalu membimbing rakyat menuju kesempurnaan dan kesejahteraan. Seraya menjauhkan diri dari sifat sombong dan membanggakan diri terhadap orang lain, beliau berusaha menumbuhkan dan menyebarluaskan sifat-sifat mulia di tengah rakyat. Sebagai manifestasi rahmat Allah swt, Imam Husein as mencintai rakyat dan beliau bangkit guna menyelamatkan mereka dari kehinaan dan keterjajahan.

Ustad Syahid Mutahhari, dalam salah satu bukunya menulis, "Para Nabi selalu merasa sedih melihat kehinaan dan kesengsaraan musuh-musuhnya. Tentu saja mereka itu sendiri tidak menyadari hal ini. Imam Husein as juga memiliki watak yang sama. Beliau sedih dan bersusah hati menyaksikan kesesatan dan kebinasaan musuh-musuhnya. Beliau tidak menginginkan hal itu. Dalam perjalanan perjuangannya, beliau menunjukkan kecintaan dan kasih sayangnya yang luas kepada semua orang. Dalam berbagai kesempatan, beliau berbicara kepada para penentang, menyampaikan nasehat dan peringatan, dengan harapan akan ada sebagian dari mereka yang sadar dan kembali kepada jalan kemuliaan. Imam Husein as berkali-kali mengingatkan kepada musuh-musuhnya, diantaranya dengan memperkenalkan diri beliau. "Saya adalah Husein, anak putri Rasul Allah, Fatimah. Aku adalah putra Ali. Aku bersama kalian dan keluargaku juga bersama keluarga kalian. Aku adalah teladan bagi kalian."

Imam Husein as menjalani kehidupan yang menyatu dengan kehidupan rakyat pada umumnya. Beliau tidak pernah memiliki pasukan pengawal, dan tidak hidup di dalam istana megah di kawasan elit yang terpisah dari rakyat jelata. Suatu hari di musim haji, muslimin berbondong-bondong menuju ke kota Makkah. Mereka menempuh perjalanan panjang dan berat, di tengah musim kering yang panas, membuat tanah retak dan pecah-pecah. Dua bersaudara, Imam Hasan dan Imam Husein as, berangkat berziarah ke Rumah Allah dengan berjalan kaki. Sejumlah orang berjalan bersama mereka. Setiap orang bertemu dengan mereka, jika ia berkendaraan di atas kuda atau onta, maka ia akan segera turun dan ikut berjalan kaki di belakang, dalam rangka menghormati dua cucu Rasul ini.

Diantara mereka terdapat seorang tua kurus, yang tidak mampu berjalan jauh karena lemahnya. Ketika ia sudah tidak kuat lagi berjalan, ia berhenti lalu mendekat kepada Sa'ad bin Abi Waqqash. Orang tua ini berkata kepadanya, "Wahai Sa'ad, meskipun saya tidak rela duduk di atas onta, karena dua cucu Nabi berjalan kaki, namun saya tidak kuat berjalan jauh dengan dua kaki saya. Cobalah kau minta kepada mereka untuk naik di atas onta. Sa'ad mengangguk, menyetujui usul orang tua ini. Lalu ia mempercepat langkahnya mendekati Imam Hasan dan Imam Husein as. Ia berkata, "Wahai cucu Rasul Allah, akan sangat lebih baik jika kalian naik di atas onta."

Imam Hasan yang sedemikian tenggelam dalam kerinduan kepada Baitullah, dan semangatnya ini semakin berlipat karena disampingnya terdapat saudara beliau, yaitu Imam Husein as, menjawab, "Saya dan saudara saya, Husein, telah berjanji untuk berangkat ke Rumah Allah dengan berjalan kaki. Akan tetapi untuk meringankan orang-orang ini, maka dari sisi kami akan mengambil jalan lain, sehingga mereka yang berkendaraan akan dengan senang hati melanjutkan perjalanan mereka di atas kendaraan mereka."

Salah satu sifat Imam Husein as yang paling sering dibicarakan ialah keberanian beliau. Sebagaimana kakek dan ayah beliau, Imam Husein as juga dikenal sebagai seorang yang amat pemberani. Keberanian yang beliau miliki bukan sembarang keberanian. Tapi ia ditopang oleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas, serta iman yang kuat kepada kemuliaan dan kebenaran tujuan perjuangan. Tragedi Karbala, dari awal hingga akhir, membuktikan dengan sangat jelas sifat keberanian Imam Husein as yang tiada banding, baik dari segi kehebatannya maupun dari segi ketinggian nilainya. Dengan demikian, Imam Husein as, terutama dalam peristiwa Karbala ini, telah memberikan satu lagi teladan kepada kita, agar memiliki sifat berani. Bukan keberanian yang membabi buta, tapi keberanian yang berlandaskan kepada ilmu, iman dan tawakkal kepada Allah swt.

Keberanian seseorang, jika telah mencapai kehebatan dan kemuliaan yang sedemikian tinggi, maka akan terpancar kewibawaan yang sangat kuat dari setiap gerak gerik dan tutur katanya, sehingga musuh-musuh pun akan mengakui dan memujinya. Ketika Imam Husein as telah maju ke medan laga menghadapi musuh-musuhnya di Karbala, bahkan ketika beliau sudah berada dalam keadaan payah, baik karena dahaga yang mencekik lehernya, maupun karena kesedihan hati kehilangan orang-orang yang dicintainya, yang telah gugur syahid sebelum beliau, demikian pula karena luka-luka terkena anak panah dan tusukan tombak yang dilemparkan oleh musuh-musuh dari jarak jauh, atau sabetan pedang musuh-musuh yang mengeroyoknya, yaaaa meskipun Imam Husein telah tersungkur dan bersimpuh di atas tanah, masih belum ada satu pun dari musuh yang berani mendekati beliau. Mereka masih takut jika mendekat maka Imam Husein as akan mendadak menyerang mereka.

Dalam kitab-kitab sejarah yang mengisahkan peristiwa Karbala disebutkan bahwa ketika pihak musuh dalam ketakutan dan keraguan seperti itu, sebagian mereka berpikir untuk menyerang tenda-tenda Imam Husein as tempat keberadaan kaum perempuan dan anak-anak. Mumpung Imam Husein sudah berada dalam keadaan payah seperti itu sehingga tidak mungkin mampu melindungi keluarganya yang berada di dalam tenda. Dan ketika mereka melaksanakan niat jahat dan pengecut tersebut, Imam Husein yang menyadari hal itu bangkit dan berdiri di atas kedua kakinya dan berteriak ke arah musuh, "Akulah lawan kalian, bukan anak-anak dan kaum perempuan itu." Salah seorang anggota pasukan musuh, tertegun melihat kekuatan dan semangat Imam Husein as. Ia mengatakan, "Demi Allah, aku tidak pernah melihat seseorang yang telah kehilangan anak-anak dan sahabat-sahabatnya, akan tetapi masih memiliki semangat tempur dan keberanian sedemikian hebat, sebagaimana orang ini."

Tentu saja keberanian Imam Husein as bukan hanya dapat disaksikan di medan perang, karena keberanian ini sudah tertanam di dalam jiwanya, sejak kecil, mewarisi keberanian kakek dan ayah beliau. Keberanian beliau yang memancarkan kewibawaan ini, dapat kita bayangkan dalam riwayat yang mengatakan bahwa Imam Hasan as, kakak atau saudara tua Imam Husein as juga menaruh hormat dan ta'dzim kepada adiknya ini. Ketika Ibnu Abbas bertanya tentang sebab sikap hormat beliau kepada adiknya, Imam Hasan as mengatakan, "Saya melihat kehebatan dan kewibawaan Ayah kami, Ali Amirul mukminin as pada diri adikku."

Sebagian orang yang tidak mengerti, menyangka bahwa kewibawaan ini sebagai kesombongan Imam Husein as, sehingga pernah ada seseorang mengatakankepada beliau, "Saya melihat watak sombong dan angkuh dalam dirimu." Menjawab kata-kata orang ini, Imam Husein as mengatakan, "Kesombongan hanyalah milik Allah swt. Selain Allah tidak ada yang berhak menyombongkan diri. Akan tetapi Allah swt berfirman, "Bahwa kemuliaan adalah milik Allah, Rasul-Nya dan mukminin." Yang dimaksud oleh Imam Husein as ialah bahwa, yang engkau saksikan pada diriku ini bukanlah kesombongan atau keangkuhan, akan tetapi kemuliaan dan kewibawaan.

Tanggal 10 Muharram, yang dikenal sebagai Asyura, tinggal beberapa hari lagi. Semangat dan gelora khusus telah meliputi hati setiap pencinta Ahlul Bait Nabi saaw. Mereka mempersiapkan acara-acara khusus memperingati hari syahadah Imam Husein as dan peristiwa tragis Karbala. Sementara kesedihan membayang di wajah dan terpancar dari pandangan mereka.

Sebagaimana diketahui, Imam Hasan dan Imam Husein alaihimassalam adalah dua bersaudara yang satu sama lain memiliki hubungan yang sangat dekat dan saling hormat. Sejak kecil mereka selalu bersama. Belajar bersama, bermain bersama, dan berbagai kegiatan, sampai berjuang dan berperang, mereka juga bersama, berdampingan, di sisi ayah mereka.

Suatu ketika, dalam suasana santai dan senggang, dua bersaudara ini bergulat di depan kakek beliau Rasul Allah saaw. Sementara ibunda mereka, Sayidah Fatimah as, juga memperhatikan tingkah laku mereka seraya mengerjakan kegiatan sehari-harinya di rumah. Rasul Allah saaw terlihat memihak kepada Imam Hasan as dan memberikan semangat kepadanya. Melihat itu, Sayidah Fatimah as, mengatakan, "Mengapa Rasul mendukung Hasan yang lebih besar? Kasihan Husein yang lebih kecil." Rasul Allah saaw menjawab, "Apakah engkau tidak melihat? Ini Jibril as mendukung Husein. Maka aku pun mendukung Hasan."

Suatu hari Hasan as pergi melakukan suatu perjalanan untuk suatu keperluan. Di tengah jalan, karena sudah malam dan gelap, beliau berhenti dan menginap di sebuah rumah gubuk sederhana milik seorang penggembala. Pemuda penggembala menjamu tamunya ini dengan sedikit makanan yang dimilikinya. Pagi harinya, ketika Imam Hasan as akan melanjutkan perjalanan, si penggembala memberikan petunjuk arah yang harus ditempuh, lalu mengiringi sejenak perjalanan beliau, kemudian keduanya berpisah. Sebelum berpisah, Imam Hasan as berkata kepadanya, "Kalau engkau ke Madinah, datanglah ke rumahku, sehingga aku dapat membalas kebaikanmu ini."

Di lain waktu, si penggembala in bersama tuannya, pergi ke Madinah. Di kota itu tidak sulit untuk menemukan rumah Imam Hasan as, atau Imam Husein as. Karena mereka itu adalah cucu-cucu Rasul dan terkenal dengan kemuliaan dan kedermawanan. Akan tetapi saat itu Imam Hasan as tidak berada di rumah dan sedang sibuk mengurusi suatu masalah di luar kota. Ketika si penggembala mengetuk pintu rumah Imam Hasan, yang datang membukakan pintu adalah adik beliau, Imam Husein as. Si penggembala menyangka bahwa Imam Husein inilah tamunya saat itu. Ia berkata, "Apakah Tuan ingat aku? Aku adalah orang yang malam itu engkau bertamu di tempatku. Kemudian tuan mengundangku untuk ke rumah tuan di Madinah."

Imam Husein as menyadari kekeliruan penggembala ini. Akan tetapi beliau tidak berkata apa-apa, tapi bertanya kepadanya, "Budak siapakah engkau ini, dan berapa ekor kambing milik tuanmu? Si penggembala pun menjelaskan nama tuannya dan jumlah kambing yang dimilikinya. Kemudian Imam Husein meminta agar ditemukan dengan tuannya. Setelah bertemu, Imam Husein as meminta kepada orang tersebut agar menjual budak dan semua kambingnya kepada beliau. Orang itu setuju dan Imam pun membelinya. Kemudian Imam Husein as membebaskan budak tersebut dan menyerahkan semua kambing itu kepadanya. Beliau berkata, "Inilah adalah sebagai ungkapan terimakasih kami atas perbuatan baikmu kepada saudara saya Hasan."

Imam Husein as memiliki tempat yang paling istimewa di dalam hati Rasul Allah saaw. Meskipun Rasul Allah mencintai semua cucu beliau, akan tetapi Imam Husein as, karena memiliki keistimewaan tersendiri, mendapat tempat yang istimewa pula. Rasul Allah saaw bukan hanya menunjukkan kecintaan kepada Husein as, tapi beliau juga menunjukkan kecintaan kepada orang yang mencintai cucu beliau ini. Suatu hari, Rasul Allah saaw mendekati beberapa anak kecil yang sedang bermain di suatu tempat. Kemudian beliau menggendong salah satu anak yang ada di situ, dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. Anak itu tampak tersipu bercampur senang mendapat perlakuan istimewa dari Rasul Allah.

Beberapa sahabat yang menyaksikan perbuatan Rasul terhran dan bertanya, mengapa beliau memperlakukan satu anak itu seperti itu, tapi tidak kepada yang lainnya? Beliau menjelaskan bahwa suatu hari beliau melihat anak itu bermain bersama cucu beliau, Husein as, dan menunjukkan kecintaannya kepada beliau. Baru saja Jibril as memberitahukan kepadaku bahwa kelak anak itu akan menjadi pengikut setia cucuku, dan gugur bersama Husein di Karbala."

(Alhassanain/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: