Saeed Naqvi, jurnalis veteran India dalam buku barunya dengan topik Being The Other The Muslim in India mengisahkan bagaimana kondisi kaum muslim negaranya dan kebijakan-kebijakan India.
Menurut laporan IQNA, rumah kebudayaan Iran di Mumbai dalam sebuah laporan terkait buku tersebut mengumumkan, buku ini dipublikasikan dalam bahasa Inggris dengan 256 halaman.
Saeed Naqvi lahir tahun 1940. Setelah menamatkan Sekolah Dasar, ia meneruskan ke sebuah perguruan tinggi di Lucknow dan kemudian melanjutkan dalam jurusan urusan internasional di unviersitas Princeton Amerika. Setelah lulus universitas, ia tertarik dalam jurusan jurnalis dan untuk belajar dalam jurusan ini ia pergi belajar di sebuah sekolah di bawah pengawasan universitas Cardiff Inggris dan sukses menyabet ijazah S1 universitas tersebut.
Naqvi setelah pulang ke India pada tahun 1977 memulai kerjanya sebagai editor Koran The Indian Express di kota Madras.
Saeed Naqvi; Analisis dan Pewawancara Sukses
Saeed Naqvi bukan hanya sekedar seorang veteran jurnalis veteran di India; namun juga seorang mufassir dan pewawancara sukses TV negara ini dengan para pemimpin dan tokoh terkemuka dalam negeri dan luar negeri India. Demikian juga ia banyak sekali memublikasikan makalah dan sejumlah analisis di beberapa majalah dan koran-koran terkemuka dunia seperti BBC News, The Sunday Observer, The Sunday Times, The Guardian, Washington Post, The Indian Express, The Citizen and Outlook.
Saeed Naqvi
Ia memublikasikan dua buku; The Last Brahmin Prime Minister pada tahun 1996 dan Being The Other pada tahun 2016.
Being The Other; Cerita Pengkhianatan Bercampur dengan Nostalgia
Saeed Naqvi dalam buku barunya mendeskripsikan bagaimana kondisi kaum muslim di India. Buku ini mengetengahkan cerita pengkhianatan yang bercampur dengan nostalgia. Maksud dari pengkhianatan adalah keberhasilan sebagian orang dengan membangun sebuah kuil yang menggantikan masjid Babri di India, dimana dalam hal ini kemurkaan dan kemarahan sang penulis terlihat kentara sekali. Masa kemurkaan tersebut adalah keputusasaan dan ketidakberdayaannya pada tahun 1989 dan pembukaan tempat kuil Shiva di Ayodhya. Masa dimana seluruh penjuru India dikirim ke bukit ini dalam bentuk simbolis batu bata guna dibangun kuil baru Ram di sana. Sementara itu Rajiv Ghandi (perdana menteri India keenam) mengutus Buta Singh ke sana guna berpartisipasi dalam gerakan simbolis tersebut.
Buku ini adalah kisah dari bahasa seorang jurnalis, yang mendeskripsikan kondisi muslim dan kebijakan-kebijakan India. Hikayat pahit dengan keraguan dan syubhat yang sangat penting. Ia hendak melupakan ketidakpastian masa lalu dan merubahnya menjadi harapan untuk memiliki hari esok yang lebih baik.
Prosa buku ini sangat elegan. Naqvi dalam bukunya menulis kisah sejumlah orang dengan kelompok dan kebijakan-kebijakan India sehingga menjadi kisah yang menarik.
Perubahan Mazhab Penganut Hindu ke Islam
Di salah satu bab buku ini mengulas kontroversial tahun 1981 di desa Meenakshipuram dan perubahan mazhab penganut Hindu ke Islam, yang memuat laporan-laporan Naqvi di Koran The Indian Express.
Dalam acara kontroversial tersebut, sekitar 800 penganut Hindu Dalits di desa Tamil Nadu memprotes diskriminasi kasta di India dan mereka memeluk Islam.
Deskripsi Penghancuran Masjid Babri
Bab kelima memaparkan deskripsi penghancuran masjid Babri dan diikuti dengan teror emosional umat Islam, sampai-sampai sebagian dari mereka menulis nama mereka di atas pintu rumah mereka.
Penulis buku ini juga mengisyaratkan pembunuhan massal lebih dari 200 ribu muslim di Jammu pada bulan Oktober tahun 1947, dimana organisasi relawan otoritas nasional India (RSS) memiliki peran signifikan dalam terjadinya peristiwa tersebut, sementara Vallabhbhai Patel, yang saat itu menjabat deputi perdana menteri acuh dengan insiden tersebut.
Inspirasi Sufisme dan Umat Muslim progresif dari kelompok Syiah
Selain itu, Saeed Naqvi dalam buku tersebut secara tidak langsung mengumumkan Sufisme dan kaum muslim terprogresif dari masyarakat Iran dan sejatinya terinspirasi dari kelompok Syiah.
Naqvi demikian juga dalam buku tersebut memperkenalkan jamaah ulama India, jamaah tablig, Ahlul Hadis dan semua organisasi Ahlusunnah, yang aktif diluar lingkup kewajiban mereka sebagai milisi.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email