Oleh: Saidiman Ahmad
Dalam persidangan tadi, Ahok menangis karena dituduh menista Kitab Suci dan agama Islam. Menurut Ahok, itu sama saja dengan tuduhan bahwa dia menghina kitab suci dan agama orang tua angkat dan saudara angkat yang sangat ia sayanyi dan menyayangi dirinya.
Ahok adalah anak angkat Andi Baso Amir, mantan Bupati Bone, yang sekaligus adik kandung Alm. Jenderal TNI M. Yusuf. Jend. M. Yusuf sendiri adalah tokoh yang sangat dihormati di Sulawesi Selatan. Namanya diabadikan sebagai nama masjid termegah se-Asia Tenggara, Al-Markaz Al-Islami Makassar.
Ayah Ahok dan Andi Baso Amir pernah mengangkat ikrar untuk menjadi saudara. Anak-anak ayah Ahok adalah juga anak-anak Andi Baso, demikian pula sebaliknya. Ikrar itu terus dipegang oleh keturunan mereka.
Ketika ibu angkatnya meninggal tahun 2014, Ahok sendiri yang ikut menggotong peti mati ibunya itu ke liang lahat. Ibu ini sangat menyayangi Ahok. Di masa-masa kritis tahun 2012, ibu tersebut memaksa mendatangi TPS untuk memilih Ahok sebelum ke rumah sakit. Dia ingin sekali melihat anak angkatnya itu menjadi gubernur untuk melayani masyarakat.
Kakak angkat Ahok, Andi Ananta Amir, sekarang sering muncul di media memberi pembelaan pada adiknya. Dia menyatakan tidak akan tinggal diam atas diskriminasi yang sekarang menimpa Ahok. Kakak angkat inilah yang dulu membayarkan uang kuliah Ahok ketika pertama masuk universitas.
Ahok sendiri akrab dengan dunia Islam. Dia besar di lingkungan Muslim Belitung yang dulu adalah basis partai Majelis Syurah Muslimin Indonesia (Masyumi). Dia belajar Islam pada guru-guru Muslim sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dia juga bergaul akrab dengan banyak teman Muslim.
Di rumahnya, pekerja rumah tangganya yang Muslim dan berjilbab diperlakukan dengan sangat layak. Diberi kamar tidur yang luas lengkap dengan fasilitas kamar yang sama dengan penghuni rumah lain.
Sejak mengenal dunia politik, Ahok selalu berusaha menghadirkan kebijakan non-diskriminatif bahkan cenderung mengakomodir kepentingan-kepentingan kelompok Islam yang memang dominan dalam masyarakat. Dia gemar membangun masjid dan musholla, bahkan pesantren. Di Jakarta, Ahok memprakarsai pembangunan masjid Balaikota bernama Fatahillah. Ahok juga membangun masjid raya Jakarta Attaubah di Daan Mogot, Jakarta Barat. Ahok juga bangun masjid di setiap rumah susun. Selain itu juga menyalurkan bantuan pada ratusan masjid, mushollah dan majelis taklim setiap tahun, dengan kisaran bantuan 15 sampai 75 juta per unit.
Ahok juga menggagas dan mewujudkan progam kartu jakarta pintar (KJP) khusus untuk siswa madrasah. Dia juga memajukan jam pulang PNS di bulan Ramadhan. Selain itu, Ahok juga gemar menyumbang bahkan ikut berqurban puluhan sapi di setiap Idul Qurban.
Ahok dikenal dekat dengan sejumlah ulama dan tokoh muslim. Salah satunya adalah Mantan Presiden dan Mantan Ketua Umum Tanfidziyyah PBNU, Alm. KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Dur bahkan ikut berkampanye untuk Ahok pada Pilkada Gubernur di Bangka Belitung.
Ahok selalu mengingat nasehat Gus Dur, yang menyatakan bahwa gubernur adalah seorang pelayan warga. Nasehat itulah yang terus dia pegang ketika menjabat, baik sebagai wakil gubernur maupun gubernur DKI Jakarta.
Sudah banyak sekali terobosan yang dilakukan Ahok selama beberapa tahun memimpin ibu kota. Jakarta Baru yang bersama Jokowi ia janjikan benar-benar terasa di masyarakat. Namun, gubernur berprestasi itu kini dihadapkan pada masalah yang seolah datang dari ketiadaan. Sesuatu yang tidak ada tapi diadakan demi menjegalnya kembali menata ibu kota. Semoga nurani kebangsaan kita terbuka. Bebaskan Ahok!
(Jakarta-Asoy/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email