Jika Anda ingat tentang pembacaan Al-Qur’an dalam langgam Jawa di hadapan Presiden Jokowi beberapa bulan silam, tentunya Anda ingat polemik perdebatan sesudahnya.
Salah satu yang masih bergulir hingga sekarang bahkan sampai dalam tahap pelaporan ke pihak berwajib dengan tuduhan penistaan agama adalah perkataan Ade Armando dalam akun sosial media miliknya.
Adalah pemilik akun Facebook bernama Johan Khan, pelapor tindak penistaan agama yang dituduhkan kepada Ade Armando. Dalam posting terbaru di akunnya selasa (24/1/2017) Johan Khan mengabarkan bahwa Ade Armando sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian.
Selanjutnya Johan menyebut bahwa Ade Armando yang juga merupakan dosen di universitas terkemuka di Jakarta ini akan menjalani pemberkasan kembali sebagai tersangka dalam waktu dekat.
Netizen pun menanggapi status Johan ini dengan nada bersyukur dan memberikan dukungan.
Sementara itu Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono membenarkan, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (Fisip UI), Ade Armando, dilaporkan seorang warga bernama Johan Khan, karena cuitannya melalui media sosial. Ade menuliskan, “Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues”.
Penyidik pun menetapkan Ade sebagai tersangka terkait dugaan pelanggaran Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). “Yang bersangkutan dijerat Undang-Undang ITE,” kata Argo di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Ade membuat status melalui media sosial Facebook dan Twitter berakun @adearmando1 pada 20 Mei 2015, namun Johan Khan melaporkan Ade pada 2016. Johan mendesak Ade menyampaikan permohonan maaf melalui akun Twitter, namun tersangka tidak memenuhinya.
Ade sempat mendatangi Polda Metro Jaya guna mengklarifikasi status melalui media sosialnya tersebut sekitar Juni 2016.
Seperti dilansir Republika.co.id pada 24 Mei 2015, Ade membuat tulisan bantahan atas statusnya tersebut. Melalui madinaonline.id yang dikelolanya, ia membuat tulisan berjudul Allah Bukan Orang Arab. Allah Pencipta Orang Arab.
Dia mengaku telah difitnah sehingga perlu meluruskan status yang dibuatnya di Twitter dan Facebook. Berikut klarifikasi Ade Armando waktu itu:
Dalam beberapa hari terakhir ini, ada penyebaran fitnah melalui media sosial bahwa saya menyamakan Tuhan dengan manusia.
Itu tentu saja tuduhan keji. Saya mendoakan mereka yang menyebarkan fitnah itu dapat dibukakan hati dan dimaafkan oleh Allah. Doa ini diperlukan karena fitnah pada dasarnya adalah sebuah kejahatan yang bahkan sering dikatakan sebagai ‘lebih kejam dari pembunuhan’. Jadi daripada para pemfitnah itu masuk neraka, lebih baik saya doakan agar Allah memaafkan mereka.
Saya anggap saja, para penyebar fitnah itu sebenarnya tidak jahat.
Penyebaran fitnah itu terjadi setelah saya membuat status di Facebook saya (20 Mei 2015) untuk mengomentari pernyataan Menteri Agama bahwa dia akan membuat festival membaca Alquran dengan berbagai langgam yang ada di Nusantara.
Bagi saya, ide Menteri Agama itu adalah gagasan yang hebat dan perlu didukung. Saya selalu percaya bahwa ayat-ayat Allah yang termuat dalam Alquran harus disampaikan pada masyarakat luas melalui beragam cara. Tidak ada satu cara tunggal untuk menyampaikan kalam Allah. Orang Arab menyampaikannya dengan cara Arab, orang Jawa dengan cara Jawa, dan orang Swedia dengan cara Swedia (Anda bisa tambahkan sendiri contoh-contoh lain).
Begitu juga media penyampaiannya. Bisa dengan mengaji di surau, MTQ, barzanji, qasidah tapi juga dengan langgam Jawa, Sunda, Minang, musik pop, rock, seriosa atau hiphop. Dan bukan cuma itu, ayat-ayat Allah itu bisa disampaikan melalui novel, film, sinetron, teater, komik, meme, atau kalau perlu game online.
Tentu tak ada sesuatu yang baru dengan ini semua. Islam menyebar di Indonesia melalui media lokal tradisional.
Masalahnya memang saat ini ada sebuah gejala yang mengganggu. Ada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang terus menyuarakan gagasan bahwa kebudayaan Islam adalah kebudayaan Arab. Gejala kearab-araban itu terlihat dari gaya berpakaian, gaya bicara, gaya berkesenian atau juga gaya berpikir. Gejala ini berlangsung akibat propaganda internasional kaum Wahabi di Saudi Arabia yang dalam beberapa dekade terakhir berusaha menjadikan Kerajaan Saudi Arabia sebagai pusat Islam dunia.
Dalam kasus tertentu di Indonesia, ada pemuka agama yang mengubah nama domestiknya menjadi nama Arab. Atau ada politisi yang dengan sengaja menggunakan segenap atribut kearaban utuk membangun citra kesolehan dia. Semua berasal dari cara pandang, Islam adalah Arab.
Dalam konteks inilah, gagasan Menteri Agama layak disambut gembira. Di satu sisi, ayat-ayat Allah bisa menyebar lebih luas dengan memanfaatkan kedekatan budaya dengan masyarakat yang beragam. Di sisi lain, ini menjadikan Islam sebagai agama universal yang tidak terpusat pada segala sesuatu yang berbau Arab.
Karena itu saya menulis di status saya: “Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues …”
Status ini ternyata mendapat respons luar biasa. Sampai 22 Mei, tercatat ada 560 komentar, dan status itu di-share 123 orang.
Hanya saja, ternyata ada banyak pihak yang memfitnah bahwa dalam status FB itu saya menyatakan bahwa “Allah adalah orang”.
***
Itulah klarifikasi yang dulu sempat ditulis Ade dan ternyata tak menghalangi pihak kepolisian menetapkannya sebagai tersangka penistaan agama.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email