Pernyataan mantan ketua GP Anshor, Nusron wahid:
“Salah satu guru saya waktu ngaji tafsir al Ibriz–dalam bahas Jawa–awliya dimaknai “bolone”, bukan “pemimpin”. Bolo itu lawan katanya musuh.”
Pengertian bolo dan musuh berarti turunnya ayat ini dalam suasana perang. Sebab dalam situasi damai, tidak ada bolo dan musuh. Semua saudara.
YAHUDI DAN NASRANI SAUDARA SAAT DAMAI?
Apakah orang-orang Yahudi dan Nasrani itu saudara kita di kala situasi damai?
Mari kita baca salah satu firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat at-Taubah ayat 28,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَـٰذَا ۚ وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ إِن شَاءَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿٢٨﴾
Ayat ini berkenaan dengan hukum yang terkait dengan orang-orang musyrik, termasuk di dalamnya adalah Yahudi dan Nasrani. Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala memberikan label orang-orang musyrik sebagai “najis”. Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan konsekuensi dari kenajisan mereka, yaitu mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalam Masjidil Haram. Sedangkan ayat ini turun pada tahun 9 H, dalam suasana bukan perang
Apakah warga NU mau sekiranya menganggap orang-orang yang telah Allah subhanahu wa ta’ala cap najis sebagai saudara?
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wa ta’ala memberikan contoh teladan dari rasul-Nya, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam.
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّـهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّـهِ وَحْدَهُ﴿٤﴾
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari (kekafiran) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (al-Mumtahanah: 4)
Imam Ibnu Katsir asy-Syafi’i rahimahullahu berkata,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada hamba-Nya yang mukmin untuk memerangi, memusuhi, menjauhi dan berlepas diri dari orang-orang kafir. “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.” maksudnya adalah pengikut-pengikutnya yang mukmin.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa al-wala’ wal bara’ (berloyalitas) adalah ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihi salam, yang kita diperintahkan untuk mengikutinya. Hal ini dipertegas dengan penutup ayat,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ ۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّـهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ ﴿٦﴾
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahakaya lagi terpuji.” (Al-Mumtahanah: 6)
Tentunya warga NU akan menjadikan Nabi Ibrahim alaihi salam sebagai panutan dan suri tauladan mereka, sebaliknya tidak akan menjadikan orang-orang kafir sebagai figur yang patut dicontoh dan ditiru.
Begitulah seharusnya orang-orang kafir diposisikan, karena itu merupakan perintah langsung dari Rabb kita. Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala sendiri yang telah membongkar hati orang-orang kafir. Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam surat Ali ‘Imran,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ ﴿١١٨﴾
Kita tutup dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, yang menjelaskan saudara muslim yang sesungguhnya,
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ (رواه البخاري ومسلم)
“Seorang muslim adalah saudara muslim yang lainnya.” (HR. Bukhari Muslim)
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita diberikan saudara-saudara yang baik.
(Yuk-Kenal-NU/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email