Beberapa hari lalu, kita menyaksikan pertempuran sengit di kalangan kelompok-kelompok bersenjata di Suriah. Bersamaan dengan kegagalan aneka usaha untuk menggabungkan dua kelompok Fath Al-Syam dan Ahrar Al-Syam, krisis di terutama kawasan Idlib semakin meningkat.
Banyak peristiwa terjadi sangat cepat setelah perundingan Abu Muhammad Al-Jaulani, pemimpin Gerakan Fath Al-Syam, dengan beberapa pemimpin kelompok-kelompok bersenjata di utara Suriah yang bertujuan menghentikan pertikaian antara Fath Al-Syam dan para sekutu mereka mengalami kegagalan. Penggabungan kelompok-kelompok utara Suriah ini terjadi setelah Jabhat Al-Nushrah tidak menerima usaha penyatuan kelompok-kelompok bersenjata yang diprakarsai oleh Ahrar Al-Syam dan menganggapnya bukan sebuah solusi yang cocok untuk menghentikan perang di kalangan mereka.
Setelah itu, kelompok-kelompok teroris utara Suriah menyatakan bergabung dalam satu kelompok yang bernama Hai’at Tahrir Al-Syam di bawah pimpinan Hasyim Al-Syaikh yang memiliki julukan Abu Jabir Al-Syaikh, mantan pemimpin Ahrar Al-Syam.
Abu Shalih Thahhan, mantan komandan Ahrar Al-Syam di halaman Twitter pribadinya menyatakan solidaritas dengan Hai’at Tahrir Al-Syam.
“Kami telah berjanji untuk selalu setia kepada kelompok ini dan memperbaharui baiat dengan Abu Jabir,” tulis Abu Shalih.
Realita di lapangan membuktikan bahwa pertikaian di kalangan kelompok-kelompok teroris Suriah semakin sengit. Kemunculan kelompok-kelompok baru yang melebur dalam Ahrar Al-Syam dan Hai’at Tahrir Al-Syam menunjukkan sebuah perubahan fundamental di medan perang Suriah. Sebagai konsekuensi, banyak kelompok-kelompok yang akan lenyap.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email