Apakah larangan perjalanan terkini Presiden AS Donald Trump, yang ditujukan kepada tujuh negara mayoritas Muslim mengilhami serangan mematikan di satu masjid Kanada? Itu menjadi pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh pelaku. Namun, akibat aksi brutal itu, enam orang meninggal dan 19 orang lagi cedera.
Namun Alexandre Bissonnette, warga yang berusia 27 tahun di Provinsi Quebec--yang warganya menggunakan Bahasa Prancis--di Kanada, tempat penembakan terjadi, mungkin memberi pandangan mengenai alasannya segera setelah ia diadili dengan enam dakwaan pembunuhan tingkat satu dan lima dakwaan upaya pembunuhan, yang dihadapinya.
Telah beredar keprihatinan yang mendalam di kalangan umat Muslim Kanada bahwa serangan terhadap orang yang sedang beribadah di Islamic Cultural Center di Kota Quebec adalah pengejawantahan dari Islamofobia, yang tersebar di dalam masyarakat Kanada. Umat Muslim Kanada merupakan kelompok agama terbesar kedua di negeri tersebut, berada di belakang umat Kristen.
Koalisi organisasi Muslim Kanada yang berpusat di Quebec menggelar taklimat di Ottawa dan mengeluarkan surat terbuka yang menyeru pemerintah agar bertindak terhadap segala bentuk rasisme sistematis dan diskriminasi terhadap orang Muslim di Kanada. "Dewan Muslim Nasional Kanada, yang memimpin koalisi itu, ingin Majelis Komite Tettap Majelis Urusan Warisan Kanada melakukan kajian yang dapat, sebagian, mengumpulkan data mengenai laporan kejahatan dengan latar kebencian," kata Xinhua, Kamis malam (9/2).
Dewan Muslim juga menginginkan Komite Tetap Majelis memberi bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak, dan mengembangkan kebijakan guna mengurangi dan akhirnya menghilangkan Islamofobia serta bentuk lain praduga dan kebencian di Kanada. Para tokoh Muslim Kanada juga menyarankan bahwa 10 provinsi di Kanada, termasuki Quebec, menciptakan pelajaran wajib sekolah menengah mengenai rasisme sistematis yang dipusatkan pada dampak dari kebencian kepada orang asing, rasisme anti-kulit hitam, anti-Semit dan Islamofobia di dalam masyarakat Kanada.
Di tingkat kota praja, koalisi itu ingin semua kota besar melatih pasukan polisi mereka mengenai cara menangani kejahatan yang didasari kebencian dan menghindari penggambaran orang dengan dasar ciri khas seperti ras atau agama. Kejahatan dengan dasar kebencian sudah dilacak ada di Kanada, dan umat Muslim kian menjadi sasaran, demikian data yang disiarkan oleh Statistik Kanada.
Pada 2014, polisi mencatat, 99 kejahatan berdasar kebencian yang berlatar-belakang agama terhadap orang Muslim di seluruh negeri itu, lebih dua kali lipat daripada 45 kasus yang dilaporkan pada 2012. Dalam waktu tiga hari pembantaian di Ibu Kota Kanada, Quebec, polisi di Kota Montreal menerima 29 laporan mengenai peristiwa kebencian, dan menangkap seorang lelaki yang dituduh mengeluarkan ancaman dan menghasut kebencian melalui media sosial.
Mohamed Boudjenane, Penjabat Presiden Federasi Arab Kanada, menyeru, Pemerintah Kanada agar melakukan tindakan keras untuk menjamin semua warga Kanada, tak peduli asal mereka, 'dilindungi dan merasa aman' ketika melakukan perjalanan ke Amerika Serikat. Namun, sebagaimana dikatakan kelompok Muslim tersebut, warga negara Kanada yang mereka wakili perlu dilindungi dan merasa aman di dalam negeri. Ottawa telah menyediakan bantuan sehubungan dengan itu dan menawarkan untuk menanggung sebagian biaya keamanan buat masjid di Kanada.
(Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email