Setengah juta orang Islam di Athena, Yunani, bersyukur. Sebab, untuk pertama kalinya mereka memiliki masjid legal.
Reuters melaporkan, Senin (13/2), sejak tumbangnya Kesultanan Ottoman atas negara tersebut pada 1833 silam, masjid tidak pernah lagi berdiri secara resmi di Ibukota Yunani.
Untuk melaksanakan shalat berjamaah, komunitas Muslim Athena berpencaran dan memanfaatkan ratusan lokasi terbuka atau bangunan tertentu. Misalnya, basement atau gudang penyimpanan barang. Namun, hal ini masih disertai sejumlah serangan rasis.
Untuk shalat Jumat saja, kaum Muslim Athena melaksanakannya di garasi bawah tanah milik seorang tokoh Islam setempat. Dalam kondisi jauh dari nyaman itu, mereka tetap berusaha khusyuk. Jamaah shalat, sementara pipa ventilasi tepat di atas kepala mereka. Alquran dibacakan dengan merdu. Khutbah berlangsung dalam bahasa Yunani.
Lantaran berbagai kondisi itu, pada tahun lalu Wakil Menteri Luar Negeri Ioannis Amanantidis berpidato di hadapan parlemen. Ia yakin bahwa Athena adalah satu-satunya ibukota di Eropa yang kekurangan tempat ibadah demikian (masjid –Red).
Akhirnya, pada Mei, Perdana Menteri Alexis Tsipras menegaskan komitmen pemerintah Yunani untuk segera mewujudkan masjid raya. Dia mengatakan, pendirian masjid tersebut perlu agar umat Islam di Athena merasa dihormati. Di sisi lain, lanjut dia, kebijakan ini tidak meninggalkan nilai-nilai Yunani.
Masjid negara tersebut akan dibangun di atas lahan 1.000 meter persegi, dekat pusat industri Athena. Bangunannya terdiri atas dua lantai dan tidak akan dilengkapi menara. Pada April 2017, masjid ini diproyeksikan siap untuk dipakai umat Islam.
“Kita memerlukan masjid untuk generasi muda kita, para remaja. Agar mereka merasa berkedudukan sama di hadapan hukum dan masyarakat,” kata juru bicara Asosisasi Muslim Yunani, Anna Stamou kepada Reuters, Senin (13/2). Stamou yang juga Mualaf ini mengapresiasi langkah pemerintah yang memberi ruang publik kepada komunitasnya.
Wacana pendirian masjid sebenarnya sudah mulai sejak 1890 melalui pernyataan sikap ke parlemen. Namun, berulang kali gagasan ini ditolak. Bahkan, ketika Yunani menjadi tuan rumah Olimpiade 2004, perlemen tetap bersikeras menolak.
Situasi berubah ketika PM Tsipras berkoalisi dengan partai sayap kanan. Dalam pemungutan suara, kubu yang mendukung pembangunan masjid tersebut unggul.
Namun, kritik masih dilancarkan kubu yang menentang rencana ini.Mereka menuding, dana pemerintah kota Athena tidak akan cukup mendanai pembangunan masjid ini, yang menelan biaya 800 ribu euro.
Partai oposisi, Golden Dawn, bahkan menghubung-hubungkan masjid ini dengan isu imigran. Kubu oposan tersebut juga mengaitkannya dengan hegemoni Turki—negara rival Yunani.
Pada 2016 lalu, selama beberapa bulan massa pendukung Golden Dawn menduduki lahan lokasi pembangunan masjid ini. Alih-alih, mereka justru mendirikan pusat kaum tunawisma di sana.
Bahkan, lahan itu diklaim sebagai “pusat kumpulnya orang-orang Yunani”, sebagai bentuk sentimen anti-imigran mayoritas Muslim dari Turki. Beberapa grafiti dengan kontras menampilkan slogan semisal “Masjid Dilarang” atau “Usir Orang Islam.”
Sampai saat ini, kritik yang menentang pendirian masjid tersebut masih terasa. “Kami telah menggelar banyak aksi protes. Tentu, kami akan semakin giatkan ini,” kata anggota dewan dari partai oposan, Ilias Panagiotaros, pada Januari lalu, seperti dikutip Reuters.
Panagiotaros mengklaim jumlah massa pendukungnya mencapai ratusan orang. Diketahui, mereka mengibarkan bendera Yunani dan bahkan panji-panji bergambar lambang swastika. “Semoga tuhan menolong kami. Saya ulang, masjid akan bernasib tidak baik,” ucap Panagiotaros.
(Reuters/Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email