Siapa bilang Syarikat Islam telah mati di telan zaman? Organisasi yang dirintis oleh Haji Samanhudi sejak 1905 terus berkomitmen menguatkan menguatkan pemberdayaan ekonomi umat berdasar pelaksanaan syari’at Islam hingga kini. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Syarikat Islam (SI) Kabupaten Pamekasan, Sayuri Rustan, ketika pelantikan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) SI Jawa Timur (26/2).
“Pelantikan ini dalam rangka menguatkan Syarikat Islam Pamekasan dalam pelaksanaan syiar Islam dengan menguatkan pemberdayaan ekonomi umat,” kata Sayuri di Gedung Islamic Centre Jl. Raya Panglegur KM 3,5 Pamekasan, seperti dilansir beritajatim.com
Tidak hanya itu, pihaknya juga mengklaim proses tersebut sudah berjalan di daerah berslogan Bumi Gerbang Salam. “Penggemukan sapi di Pamekasan sudah berjalan dan diharapkan bisa meningkatkan perekonomian umat,” ungkapnya.
“Selain itu, SI Pamekasan juga berupaya meningkatkan produk dari masyarakat bawah yang kemudian kita pasarkan kepada masyarakat ekonomi menengah ke atas,” tegas pria yang memiliki gelar insinyur (Ir) itu.
Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah pejabat dari berbagai kalangan, di antaranya Kapolda Jawa Timur yang diwakili Kapolres Pamekasan AKBP Nowo Hadi Nugroho, Pangdam V Brawijaya diwakili Dandim 0826 Letkol Inf Nuryanto, Gubernur Jatim diwakili Kepala Kesbangpol Jatim Jonathan Judianto, Bupati Pamekasan diwakili Wabup Halil Asyari serta sejumlah pengurus DPP SI.
Selain itu juga tampak sejumlah tokoh ulama, di antaranya KH Rofi’i Baidowi, KH Abd Ghafur, KH Hasbullah Syamsul Arifin, KH Madani, KH Kholil Muhammad, KH Abror Shaleh, KH Baidowi Khazin, KH Ali Rahbini, KH Ali Salim, dan sejumlah ulama lainnya. Juga sejumlah anggota DPRD Pamekasan hingga organisasi ekstra kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) maupun Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pamekasan, termasuk juga sejumlah tokoh SI se-Jawa Timur dan para undangan.
Seperti diketahui, organisasi yang sebelumnya dengan nama Syarikat Dagang Islam (SDI) ini dirintis sebagai perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang politik Belanda memberi keleluasaan masuknya pedagang asing untuk menguasai lahan ekonomi rakyat pada masa itu. Pada kongres pertama di Solo tahun 1906, namanya ditukar menjadi Sarikat Islam.
Pada tanggal 10 September 1912 berkat keadaan politik dan sosial pada masa tersebut HOS Tjokroaminoto menghadap notaris B. ter Kuile di Solo untuk membuat Sarikat Islam sebagai Badan Hukum dengan Anggaran Dasar SI yang baru.[]
(Berita-Jatim/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email