Pesan Rahbar

Home » » Keterkaitan Ajaran Wahabi Dengan Jaringan Terorisme Menurut Kiai Said

Keterkaitan Ajaran Wahabi Dengan Jaringan Terorisme Menurut Kiai Said

Written By Unknown on Wednesday 1 March 2017 | 15:12:00


Aliran Wahabi memiliki kaitan erat dengan jaringan terorisme. Sebab, ajaran ini menyebutkan ziarah kubur, tahlilan, haul, dan istighosah itu musyrik dan bid’ah. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj.

“Nah, di hati dan pikiran anak-anak muda, kalau begitu orang NU musyrik, kalau gitu orang tua saya tahlilan musyrik juga, halal darahnya, bisa dibunuh,” kata dia. Sebab itu, menurutnya ajaran Wahabi sangat berbahaya.

Bagaimana pandangan Said Aqil mengenai Wahabi, Terorisme dan Pemerintah Arab Saudi, kutipan wawancara yang dimuat Merdeka.com, Jumat (28/9/2012) ini menggambarkan secara jelas pandangan doktor alumni Iniversitas Ummul Quro’, Mekkah, tersebut.


Sejauh mana pengaruh asing membentuk radikalisme di Indonesia?

Kita awali dulu dari Timur Tengah. Dulu, begitu Anwar Sadat berkuasa di Mesir, tahanan kelompok Ikhwanul Muslimin dipenjara, semua dilepas. Mereka kebanyakan pintar, ahli. Setelah keluar dari tahanan, kebanyakan mengajar di Arab Saudi. Di Arab mereka membentuk gerakan Sahwah Islamiyah atau kesadaran kebangkitan Islam. Sebenarnya pemerintah Arab Saudi sudah prihatin, khawatir mereka menjadi senjata makan tuan.

Tapi, kebetulan pada 1980-an, Uni Soviet masuk ke Afghanistan. Pemerintah Arab menjaring, menampung anak-anak, termasuk kelompok Ikhwanul Muslimin, berjihad ke Afghanistan, termasuk Usamah Bin Ladin. Bin Ladin ini keluarga kaya, pemborong Masjidil Haram. Singkat cerita, setelah Soviet lari, kemudian bubar, Arab Saudi memanggil mereka kembali. Yang pulang banyak, yang tidak juga banyak.

Lalu Bin Ladin membentuk Al-Qaidah. Menurut mazhab Wahabi, membikin organisasi bid’ah. Maka Bin Ladin diancam kalau tidak pulang dicabut kewaranegaraannya. Sampai tiga kali dipanggil, tidak mau pulang, maka dicabutlah kewarganegaraanya. Nah, sekarang jadi sambung dengan cerita teroris di Indonesia. Di sini ada DI/TII, di sana ada Al-Qaidah. Tapi saya heran, mereka ini berjuang atas nama Islam, tapi tidak pernah ada gerakan Al-Qaidah pergi ke Palestina.

Walau mengebom itu salah, saya heran, padahal mengatasnamakan demi Islam, tapi tidak pernah ada Al-Qaidah pergi ke Israel mengebom atau apalah. Yang dibom, malah Pakistan, Indonesia, dan Yaman. Kenapa tidak pergi ke Israel kalau memang benar-benar ingin berjihad. Walau saya sebenarnya juga tidak setuju kalau sekonyong-konyong mengebom Israel, itu biadab juga. Tapi artinya, kalau benar-benar ingin berjuang kenapa tidak ke Israel.


Lalu hubunganya dengan Indonesia?
Kemudian beberapa organisasi di Indonesia mulai tumbuh. Mohon maaf, ketika beberapa lembaga atau yayasan pendidikan di Indonesia didanai oleh masyarakat Saudi beraliran Wahabi. Ingat, bukan pemerintah Arab Saudi. Dana dari masyarakat membiayai pesantren baru muncul, di antaranya; As-Shofwah, As-Sunnah, Al-Fitrah, An-Nida’. Mereka ada di Kebon Nanas, Lenteng Agung, Jakarta, Sukabumi, Bogor, Jember, Surabaya, Cirebon, Lampung dan Mataram.

Mereka mendirikan yayasan Wahabi. Tapi sebentar, jangan salah tulis, saya tidak pernah mengatakan Wahabi teroris, banyak orang salah paham. Tapi doktrin, ajaran Wahabi bisa, dapat mendorong anak-anak muda menjadi teroris. Karena ketika mereka mengatakan tahlilan musyrik, haul dan istighosah bidah, musyrik, dan ini-itu musyrik.

Nah, di hati dan pikiran anak-anak muda, kalau begitu orang NU musyrik, kalau begitu orang tua saya tahlilan musyrik juga, halal darahnya, bisa dibunuh. Kalau seperti itu, tinggal ada keberanian atau tidak, ada kesempatan dan kemampuan atau tidak, nekad dan tega atau tidak. Kalau ada kesempatan, ada keberanian, ada kemampuan, tinggal mengebom saja. Walau ajaran Wahabi sebenarnya mengutuk pengeboman, tidak mentolerir, tapi ajaran mereka keras.

Contoh, di Pesantren As-Sunnah, Kalisari Jonggrang, Cirebon Kota. Pemimpinnya Salim Bajri, sampai sekarang masih ada, punya santri namanya Syarifudin mengebom masjid Polresta Cirebon, punya santri namanya Ahmad Yusuf dari Losari, mengebom gereja kota di Solo. Ajarannya sih tidak pernah memerintahkan mengebom, tapi bisa mengakibatkan.


Anda setuju Wahabi pembentuk radikalisme?

Saya tidak pernah mengatakan Wahabi teroris, banyak orang salah paham. Tapi doktrin, ajaran Wahabi dapat mendorong anak-anak muda menjadi teroris. Karena ketika mereka megatakan tahlilan musyrik, haul dan istighosah bidah, musyrik, dan ini-itu musyrik. Jadi ajaran Wahabi itu bagi anak-anak muda berbahaya.


Bisa dibilang ada persaingan antara Wahabi dan Sunni?

Ya jelas dong. Jadi mereka punya sistem, uang, dana, pelatih. Tapi sekali lagi jangan salah paham. Saya hormat kepada Raja Abdullah bin Abdul Aziz karena saya alumnus sana. Tapi saya menentang Wahabi.


Jadi sebatas perbedaan pendapat?

Ya, yang saya tentang Wahabi, bukan raja Arab Saudi. Karena duta besar Arab Saudi bilang saya ini mencaci Raja Arab. Itu salah.


Berapa pesantren beraliran Wahabi ini?

Setahu saya ada 12 pesantren, di antaranya As-Shofwah, As-Sunnah, Al-Fitrah, An-Nida’. Pesantren seperti ini (Wahabi) lahirnya baru sekitar 1980-an.

(ISNU/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: