Pesan Rahbar

Home » » Kunjungan Raja Salman Terkait ‘Perang Pengaruh’ Saudi-Iran?

Kunjungan Raja Salman Terkait ‘Perang Pengaruh’ Saudi-Iran?

Written By Unknown on Sunday 5 March 2017 | 02:49:00

Raja Salman dan Jokowi di Istana Bogor. (Foto: Biro Pers Istana)

Kedatangan Raja Salman di Indonesia, dan sejumlah negara lainnya, diyakini sejumlah pengamat sebagai lawatan yang tidak murni bermotif ekonomi, tapi juga dilatarbelakangi pertarungan pengaruh Arab Saudi dan Iran.

Smith Alhadar, penasihat di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), menilai ‘Saudi berupaya sedapat mungkin agar pengaruh Iran di Indonesia dihilangkan, atau paling tidak dikurangi’.

Menurutnya, pertarungan perebutan pengaruh Arab Saudi-Iran melibatkan sejumlah negara di Timur Tengah selama beberapa tahun terakhir.

Di Suriah, misalnya, Iran mendukung rezim Bashar al-Assad, sedangkan Saudi menyokong kelompok-kelompok oposisi Islamis.

Kemudian di Yaman, Saudi menggerakkan koalisi yang mendukung pemerintahan Abed Rabbo Mansour Hadi guna memerangi pemberontak Houthi beraliran Syiah sokongan Iran.

Perebutan pengaruh itu kemudian melebar ke luar kawasan Timur Tengah setelah sanksi dan embargo yang membelit Iran dicabut PBB dan negara-negara Barat tahun lalu.

Pada Oktober 2016, Presiden Iran Hassan Rouhani bertandang ke Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Dalam kunjungan itu, Iran dan negara-negara anggota ASEAN itu sepakat meningkatkan volume perdagangan dan investasi.

Kemudian, pada Desember 2016, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menandatangani nota kesepahaman mengenai kerja sama ketenagalistrikan dan energi terbarukan dengan Kementerian Energi Republik Islam Iran di Teheran.

Data realisasi investasi dari Januari hingga Desember 2016 berdasarkan negara asal. Iran berada di urutan 33, Arab Saudi menempati peringkat 57.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, sepanjang tahun lalu Iran berada pada peringkat 13 dalam daftar investor asing dengan menggelontorkan hingga Rp191 miliar untuk 16 proyek. Pada saat bersamaan, Arab Saudi menempati urutan 57 lantaran ‘hanya’ menanamkan modal sebanyak US$900 ribu.

Situasi tersebut, menurut Smith, membuat posisi Iran di Indonesia berada di atas angin. Sehingga, bagi Saudi, untuk menekan pengaruh Iran, ‘salah satu caranya adalah mengembangkan hubungan ekonomi yang lebih signifikan’.

Seperti telah diberitakan, Arab Saudi menandatangani 11 nota kesepahaman dengan Indonesia di Istana Bogor, pada Rabu (01/03).

Ke-11 nota kesepahaman itu berisi komitmen investasi Saudi senilai Rp93 triliun yang mencakup kesepakatan dengan perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, senilai US$6 miliar atau Rp80 triliun.

Dina Sulaeman, pengamat Timur Tengah yang pernah bersekolah di Teheran, menilai komitmen investasi Saudi di tengah lawatan Raja Salman bukan sebuah kebetulan.

“Ke mana saja Arab Saudi selama 47 tahun? Selama ini Indonesia kan dianggap backyard dalam diplomasi Arab Saudi. Jadi kita ini dianggap halaman belakang. Kenapa sekarang sangat antusias datang ke Indonesia setelah perjanjian Iran dan Indonesia menguat? Bukan tanpa alasan kita melihat bahwa kedatangan Raja Saudi ada kaitannya dengan kerja sama Indonesia dan Iran yang semakin serius.”

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, sepanjang tahun lalu Iran berada pada peringkat 13 dalam daftar investor asing dengan menggelontorkan hingga Rp191 miliar untuk 16 proyek.

Raja Salman dan Jokowi di Istana Bogor. (Foto: Biro Pers Istana)

Murni ekonomi

Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, menepis pandangan soal pertarungan pengaruh Arab-Saudi dan Iran. Dia menyebutkan motif Arab Saudi menanamkan modal di Indonesia murni didorong kepentingan ekonomi.

“Saya tidak berpikir ke sana. Raja Salman, menurut hemat saya, sedang mulai melakukan upaya-upaya memperkuat ekonomi mengingat belasan tahun ke depan, minyak mungkin akan habis,” kata TB Hasanuddin.

Pendapat tersebut senada dengan Dr Hendri Saparini dari lembaga kajian ekonomi, CORE.

Arab Saudi, kata Hendri, perlu melakukan diversifikasi ekonomi mengingat anjloknya harga minyak -yang masih menjadi sumber utama penerimaan mereka- amat berpengaruh terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara.

Atas dasar alasan tersebut, Arab Saudi menjangkau negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

“Selama ini Arab Saudi sangat dekat dengan Amerika, Eropa sehingga kalau kita melihat hubungannya dengan negara-negara Asia, itu sangat minimal,” jelas Hendri.

Dari 11 nota kesepahaman yang ditandatangani pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi, Saudi berkomitmen menanamkan modal senilai Rp93 triliun yang mencakup kesepakatan dengan perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, senilai US$6 miliar atau Rp80 triliun.


Keuntungan Indonesia

Tatkala Arab Saudi dan Iran berebut pengaruh, posisi Indonesia justru diuntungkan dari sisi ekonomi.

“Perseteruan kedua negara ini menguntungkan Indonesia karena Indonesia bersahabat dekat dengan Iran, dan juga bersahabat dekat dengan Arab Saudi,” kata Smith Alhadar.

Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan sikap netral Indonesia, tambahnya, memungkinkan Indonesia menjadi mediator ‘untuk mengupayakan perdamaian kedua belah pihak’.

Raja Salman memulai tur kenegaraan di Malaysia pada 26 Februari lalu. Selanjutnya, Indonesia berkunjung ke Indonesia, termasuk berlibur di Bali, hingga 9 Maret.

Dari Indonesia, rombongan Raja Salman akan melanjutkan lawatan ke Brunei, Jepang, Cina, Maladewa, dan Yordania.

(BBC/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: