Imam Muhammad al-Baqir berkata: “Rasulullah saaw bersabda kepada Amirul Mukminin Ali as, ‘catatlah apa-apa yang kukatakan kepadamu’. Dan Imam Ali sendiri mengatakan “ikatlah ilmu” (dengan menuliskannya), yang diulangnya sampai dua kali (al-Baghdadi,Taqyid al-Ilmi, 1974: 89).
Sedangkan Imam Hasan putera Ali as memberikan nasehat : “…Pelajarilah ilmu! dan siapapun di antara kamu yang tak sanggup menghapal ilmu (yaitu hadis), catatlah dan peliharalah hadis itu di rumahmu”.
Berikutnya, Imam Ja’far Shadiq as berkata :”Tulis dan sebarkan ilmumu di antara saudaramu. Jika kamu mati, maka anak–anakmu akan mewarisi kitab–kitabmu. Kelak, akan tiba suatu masa yang di dalamnya terjadi kekacuan dan orang-orang tidak lagi memiliki sahabat yang melindungi dan tak ada penolong kecuali buku-buku.”
Beliau juga menyatakan: “peliharalah buku–bukumu,karena suatu saat kalian akan membutuhkannya” (Al-Majlisi, Bihar Al-Anwar jilid 2, 1983: 152). Riwayat-riwayat ini menunjukkan perhatian yang luar biasa dari Nabi saaw, Imam Ali as dan keturunannya untuk menjaga hadis-hadis mereka dalam bentuk kitab-kitab dan tulisan, bukan sekedar menghapalnya.
Allamah Syaikh al-Islam Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi al-Majlisi (1027-1110 H) menyambut seruan Nabi dan Imamnya tersebut, yakni menulis dan mengikat ilmu menjadi kitab yang berharga serta menjaganya. Untuk itu ia berusaha keras selama mengumpulkan khazanah keilmuan Ahlul Bait yang tersampaikan melalui pesan-pesan manusia suci yang kemudian beliau tulis dengan tekun selama bertahun-tahun sehingga menghasilkan suatu tumpukan kitab yang sangat tebal yang diberi judul Bihar al-Anwar al-Jami’atu li Durari Akhbar al-Aimmati al-Athhar, yang biasa disingkat dengan nama Bihar al-Anwar.
Sebagaimana judulnya, Bihar al-Anwar, maka kitab ini menjadi lautan ilmu para pencarinya yang disusun dan dikumpulkan berdasarkan riwayat-riwayat para maksumin. Perlu diketahui bahwa makna hadist dalam terminologi syiah secara umum adalah segala sesuatu, baik perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik dan kepribadian, atau sirah, yang dinisbatkan kepada 14 manusia maksum tersebut yakni Nabi Muhammad saaw, Sayidah Fatimah Zahra as dan dua belas imam syiah (yang dikenal juga dengan sebutan ahlul bait Nabi saaw).
Seperti disebutkan di dalam Muqaddimah kitab tersebut bahwa Allamah Al-Majlisi melakukan kerja keras untuk menyusun kitab ini karena dimotivasi untuk menghidupkan peninggalan khazanah keilmuan ahlul bait agar dapat diwarisi oleh umat manusia sepanjang zaman. Beliau menjelaskan bahwa dimasanya banyak terdapat buku-buku para ulama syiah yang sangat berharga, dan beliau merasa khawatir serta prihatin dengan karya-karya agung ulama syiah tersebut akan hilang karena berbagai sebab, maka beliau pun bertekad mengumpulkan berbagai karya-karya ulama syiah dan menjaga transkrip-transkripnya serta menggandakannya.
Setelah terkumpul cukup banyak, maka beliau mulai berpikir untuk mempermudah pencarian hadis-hadis tersebut, beliau berkeinginan menyusun indeks tentang hadis-hadis tersebut, sehingga para pengkaji dan peneliti mendapatkan hikmah yang luar biasa dari karya-karya tersebut. Maka mulailah beliau menyusun indeks kitab-kitab hadis yang terkenal sampai sepuluh jilid. Tapi kemudian beliau menyadari bahwa penulisan indeks tidak bermanfaat tanpa memiliki karya-karya secara lengkap yang dibuat indeksnya tersebut. Karena setiap orang yang hendak menggunakan indeks tersebut, ia harus seperti beliau dalam menyiapkan sebuah transkrip dari kitab-kitab syiah dengan rangkaian nomor bab-bab dan hadis-hadisnya untuk dapat mengambil manfaat dari indeks tersebut.
Selain itu, muncul kekhawatiran di benak beliau, bisa saja setelah masanya, kitab-kitab karya agung ulama-ulama syiah tersebut yang telah dikumpulkannya akan lenyap, terbakar, atau musnah karena berbagai hal. Untuk itu, beliau pun berpikir untuk menyusun sebuah kitab yang menghimpun secara utuh isi dan riwayat-riwayat dari karya-karya ulama syiah tersebut.
Berdasarkan pemikiran itu, akhirnya beliau memutuskan untuk menyusun sebuah kitab ensiklopedi (jami’) dengan nama Bihar al-Anwar sebagai ganti dari penulisan indeks dan penomoran hadis. Dalam kitabnya ini beliau menyusun tema-tema besar disertai bab-bab yang di dalamnya tercantum hadis-hadis yang berkenaan dengan tema tersebut yang diambil dari berbagai karya-karya ulama syiah tersebut. Diantara kitab-kitab yang dikumpulkannya dan dijadikan rujukan oleh beliau adalah kitab-kitab karya Syaikh Shaduq seperti Uyun Akhbar al-Ridha, Ilal as-Sara’iy, Ikmaluddin wa Itmam an-Ni’mah, at-Tauhid, al-Khisal, al-Amali, Tsawab al-A’mal, Ma’ani al-Akhbar, al-Hidayah, Risalah al-Aqaid, Shifat as-Syiah, Fadhail as-Syiah.
Begitu juga beliau merujuk kitab-kitab Syaikh Mufid seperti al-Irsyad, al-Majalis, an-Nushush, al-Ikhtishash, al-Muqni’ah, al-Uyun wa al-Mahasin, Ajwibah al-Masail as-Sarwiyah al-Akbariyah, Syarah Aqaid as-Shaduq. Beliau juga merujuk pada karya-karya Syaikh Thusi diantaranya al-Ghaibah, al-Majalis atau al-Amali, al-Mishbah al-Kabir, al-Misbah as-Shaghir, al-Khilaf, al-Mabsuth, an-Nihayah, al-Fihrist, al-Rijal, Tafsir at-Tibyan, Talkhis as-Syafi, al-Idah fi ushul Fiqh, al-Iqtishad.
Selain itu beliau juga merujuk kitab karya-karya ulama besar syiah lainnya seperti Kitab al-Imamah wa at-Tabshirah karya Syaikh Ali bin Hasain Babawaih al-Qummi, Kitab Bashair ad-Darajat karya Muhammad bin Hasan as-Shaffar, Kitab Kamil az-Ziarah karya al-Qawlawih, Kitab al-Mahasin wa al-Adab karya Ahmad al-Barqi, Kitab Tafsir Iyyasi, Kitab Tafsir al-Qummi, Tafsir Imam Hasan Askari, Kitab al-Raudhah al-Waidzin karya Syaikh Muhammad bin Ali al-Farisi, Tafsir Majma al-Bayan karya at-Thabarsyi, Kitab al-Manaqib, kitab Ma’alim Ulama, Bayan wa Tanzil, dan Risalah Mutasyabah al-Quran semuanya karya Ali bin Syahr Asyub, Kitab Tuhaf al-Uqul karya Hasan bin Ali bin Syu’bah, dan puluhan kitab-kitab lainnya karya ulama-ulama syiah yang tidak mungkin disebukan satu persatu di sini (lengkapnya lihat Bihar al-Anwar jilid 1 hal. 6-25).
Meskipun menjadikan karya-karya ulama syiah sebagai standar penulisan, bukan berarti Allamah Al-Majlisi tidak merujuk kepada karya-karya selainnya. Pada bagian sejarah kita bisa saksikan bagaimana Al-Majlisi membawakan hadis-hadis yang diambil dari kitab-kitab ahlussunnah. Begitu pula, pada bagian i’tiqadat (akidah), khususnya bagian imamah, juga banyak mengutip perkataan-perkataan kelompok non syiah yang menentangnya dan Al-Majlisi pun memberikan tanggapan dan membawakan berbagai jawaban dari para ulama syiah. Selain itu pada bagian al-Sama wa al-‘Alamtelah disebutkan perkataan para hukama (filosof) dan para tabib juga aplikasi berbagai pendapat mereka dengan riwayat.
Berdasarkan keterangan Allamah al-Majlisi, Bihar al-Anwar terdiri dari 25 jilid kitab sebagai berikut (lihat Bihar al-Anwar jilid 0 : 41-44 dan jilid 1 : 80) :
1. Kitab al-Aql wa al-Ilm wa al-Jahl di dalamnya terdapat 40 bab.
2. Kitab Tauhiddi dalamnya terdapat 31 bab.
3. Kitab al-Adl wa al-Ma’addi dalamnya terdapat 59 bab.
4. Kitab al-Ihtijajat wa al-Munazharat wa Jawami’ al-Ulumdi dalamnya terdapat 83 bab.
5. Kitab Qashash al-Anbiya 83 bab.
6. Kitab Tarikh Nabiyina wa Ahwalihi saawdi dalamnya terdapat 72 bab.
7. Kitab al-Imamah wa Fihi Jawami’ Ahwalihim as di dalamnya terdapat 150 bab.
8. Kitab al-Fitan wa Fihi Ma Jara Ba’da al-Nabiyi saaw min Ghashb al-Khilafati wa Ghazawati Amir al-Mukminin asdi dalamnya terdapat 62 bab.
9. Kitab Tarikh Amir al-Mukminin as wa Fadhailihi wa Ahwalihi128 bab.
10. Kitab Tarikh Fathimah wa al-Hasan wa al-Husain sa wa Fadhailihim wa Mu’jizatihimdi dalamnya terdapat 50 bab.
11. Kitab Tarikh Ali bin al-Husain wa Muhammad ibn Ali al-Baqir wa Ja’far ibn Muhammad al-Shadiq wa Musa ibn Ja’far al-Kadzim sa wa Fadhailihim wa Mu’jizatihimdi dalamnya terdapat 46 bab.
12. Kitab Tarikh Ali ibn Musa al-Ridha wa Muhammad ibn Ali al-Jawad wa Ali ibn Muhammad al-Hadi wa al-Hsan ibn Ali al-Askari wa Ahwalihim wa Mu’jizatihim sadi dalamnya terdapat 34 bab.
13. Kitab al-Ghaibah wa Ahwal al-Hujjah al-Qaim sa di dalamnya terdapat 34 bab.
14. Kitab al-Sama’ wa al-‘Alam wa Huwa Yasytamilu ‘ala Ahwal al-‘Arsyi wa al-Kursyi wa al-Aflaki wa al-Anashiri wa al-Mawalidi wa al-Malaikati wa al-Jinni wa al-Insi wa al-Wuhusyi wa al-Thuyuri wa sair al-Hayawanati wa Fihi Abwab al-Shaid wa al-Dzibahah wa Abwab al-Thibb di dalamnya terdapat 210 bab.
15. Kitab al-Imani wa al-Kufri wa al-Makarim al-Akhlak di dalamnya terdapat 180 bab.
16. Kitab al-Adabi wa al-Sunani wa al-Awamiri wa al-Nawahi wa al-Kabairi wa al-Ma’ashi wa Fihi Abwab al-Hudud 107 bab.
17. Kitab al-Rudhati wa Fihi al-Mawaizhu wa al-Hikamu wa al-Khutab di dalamnya terdapat 73 bab
18. Kitab al-Thaharah wa al-Shalahdi dalamnya terdapat 221 bab.
19. Kitab al-Qur’an wa al-Du’adi dalamnya terdapat 261 bab.
20. Kitab al-Zakah wa al-Shaum wa fihi A’mal al-Sanati di dalamnya terdapat 122 bab.
21. Kitab al-Hajj di dalamnya terdapat 84 bab.
22. Kitab al-Mazar di dalamnya terdapat 64 bab.
23. Kitab al-Uqud wa al-Iqa’at di dalamnya terdapat 130 bab.
24. Kitab al-Ahkam di dalamnya terdapat 48 bab.
25. Kitab al-Ijazat.
Sebagaimana terlihat dalam judul bab-bab di atas, maka Bihar al-Anwar mencakup hadis-hadis di bidang ilmu dan agama seperti akidah, tarikh, adab, fikih, tafsir, hikmah, irfan, falsafah, akhlak, zikir, doa, perlindungan, pengobatan, azimat, hiriz, dan wirid-wirid. Pada sebagian jilidnya terdapat penjelasan seputar riwayat-riwayat yang musykil dan mempertemukan hadis-hadis yang kontradiktif. Pada bagian ini terlihat kepiawaian beliau dalam bidang sastra, tafsir, hikmah dan kalam.
Oleh karena itu, perlu diketahui, kitab Bihar al-Anwar bukan kitab hadis semata, sekalipun materi pokoknya adalah hadis dan riwayat. Akan tetapi, sebagaimana yang telah disebutkan, Allamah al-Majlisi, dalam kitab besarnya itu juga mengungkapkan berbagai perkataan ulama di bidang tarikh, kalam, hikmah, kedokteran, dan lainya.
Kitab ini beberapa kali di cetak dan diterbitkan. Dulu diterbitkan dalam 25 jilid besar, tetapi karena terlalu tebal dan besar sehingga tentu saja menyulitkan penyimpanan dan membawanya pada saat ini, maka belakangan kitab ini diterbitkan dengan cetakan lebih kecil dan membagi-baginya sehingga menjadi 110 jilid ditambah dengan jilid 0 (jilid shifr) yang menjelaskan tentang keadaan kitab tersebut. Selain itu, cetakan belakangan ini telah disertai dengan tahkik, muqabalah, tashih,dan taklikat yang sangat bermanfaat oleh sekelompok ulama seperti Sayid Ibrahim Miyanji, Sayid Muhammad Mahdi Musawi Khurasani, Sayid Hidayatullah Mustarhimi, Ali Akbar Ghaffari, dan Muhammad Baqir Bahbudi.
Seperti halnya dalam ahlussunnah, di dalam perspektif syi’ah, hadits juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad. Hadist mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang atau banyak perawi pada setiap tingkatan yang mana tidak mungkin mereka seluruhnya sengaja berbohong dan salah. Hadist mutawatir merupakan hujjah dan landasan yang kuat dalam ajaran Islam.
Sedangkan hadist ahad adalah hadist yang tidak mencapai derajat mutawatir, yang diriwayatkan oleh satu orang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat periwayatan berurutan oleh orang banyak. Syiah menyatakan bahwa selama para perawi khabar wahid adil dan jujur semuanya, maka hadits yang mereka riwayatkan itu dapat digunakan sebagai hujjah. Hal ini telah sesuai dengan al-Quran, sunnah, ijma’ dan akal.
Adapun pembagian hadits berdasarkan pada kualitas perawinya, maka di bagi pada empat bagian:
1. Shahih, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh seorang penganut syi’ah Imamiah yang telah diakui keadilannya dan dengan jalan yang shahih.
2. Hasan, yaitu jika rawi yang meriwayatkannya adalah seorang syi’ah Imamiah yang terpuji, tidak ada seorangpun yang jelas mengecamnya atau secara jelas mengakui keadilannya.
3. Muwatsaq, yaitu jika rawi yang meriwayatkannya adalah bukan syiah, tetapi diakui sebagai orang yangtsiqatdan terpercaya dalam periwayatan.
4. Dha’if, yaitu hadis yang tidak mempunyai kriteria-kriteria tiga kelompok hadis di atas, seperti misalnya sang rawi tidak menyebutkan seluruh rawi yang meriwayatkan hadist kepadanya. (Ada juga yang menyabutkan lima bagian yaitu shahih, hasan, muwatsaq, qawi(kuat), dan dhaif).
Hadist shahih, hasan, dan muwatsaq dengan syarat-syaratnya adalah hujjah menurut mayoritas kesepakatan ulama syi’ah. Sedangkan hadist dhaif, tidak dapat dijadikan hujjah (al-Ghuraify, Qawa’id al-Hadist, hal. 22-30).
Hal yang perlu dicermati adalah bahwa karena sejak awalnya tujuan Allamah Al-Majlisi dalam menyusun kitab Bihar al-Anwar ini hanyalah untuk mengumpulkan hadis-hadis dan menjaga kitab-kitab karya para ulama syiah dari kepunahan dan untuk mempermudah para pengkaji untuk mencari hadis-hadisnya, maka kitab ini tidak disertai dengan penilaian kualitas hadis. Artinya, Allamah Al-Majlisi dalam hal ini, hanya kembali menuliskan saja apa yang tertulis di kitab-kitab karya ulama syiah tersebut tanpa melakukan penilaian apakah hadis itu shahih, hasan, muwatsaq, atau dhaif. Karena itu bisa dipastikan, di dalam kitab Bihar al-Anwar ini terdapat hadis-hadis yang berkualitas shahih, hasan, muwatsaq dan juga dhaif di berbagai babnya. Jadi, Allamah al-Majlisi sendiri sebagai pengarang kitab tersebut dan ulama-ulama syiah lainnya tidak memandang hadis-hadis di dalam kitab Bihar al-Anwar ini sahih semuanya dan dapat dijadikan hujjah. Ulama-ulama syiah belakangan telah menguji dan mengoreksi hadis-hadisnya, sehingga mereka mengetahui mana yang shahih dan mana yang dhaif, mana yang dapat dijadikan hujjah dan mana yang tidak.
Karena itu, menggunakan kitab Bihar al-Anwar sebagai hujjah haruslah memperhatikan penilaian kualitas hadisnya, sehingga tidak sembarangan digunakan dengan alasan tercatat di kitab tersebut, sebagaimana dilakukan sekelompok orang yang suka menyesatkan atau mengkafirkan syiah (kelompok takfiri) dalam berbagai publikasi tulisan maupun dalam seminar-seminar atau diskusi-diskusi yang mereka lakukan.
Dengan serampangan, mereka mudah melontarkan label sesat atau kafir kepada syiah, hanya karena membaca beberapa hadis di dalam kitab Bihar al-Anwar yang mereka anggap berisi ajaran-ajaran sesat tanpa melakukan penelitian yang memadai atas hadis-hadis bahkan tanpa memahami dengan baik maksud dan maknanya. Cara-cara seperti itu adalah cara-cara yang jauh dari sikap ilmiyah dan tentu saja bisa menjadi fitnah karena melakukan penyesatan informasi.
Dengan mengetahui hal ini, mudah-mudahan kita tidak terjebak dalam propaganda kaum takfiri yang ingin memecah umat persatuan Islam dengan menggunakan cara-cara yang manipulatif dan disinformatif.
Semoga!
*****
Bihār al-Anwār
Bihar al-Anwar
Penyusun: Allamah Majlisi
Bahasa: Arab
Subyek: Riwayat
Jumlah Jilid: 110
Judul Asli: بِحارُالأَنوار الجامِعَةُ لِدُرَرِ أَخبارِ الأَئِمَّةِ الأَطهار
Bihār al-Anwār (Bahasa Arab: بحارالانوار) lengkapnya Bihār al-Anwār al-Jami’atu li Durari Akhbar al-Aimmati al-Athhar (بِحارُالاَنوار الجامِعَةُ لِدُرَرِ أخبارِ الأئمةِ الأطهار) adalah diantara kompilasi hadis Syiah terlengkap yang disusun di bawah tinjauan Allamah Majlisi. Kitab tersebut disusun selama lebih dari tiga puluh tahun. Dalam penyusunannya, Allamah Majlisi dibantu tim yang terdiri dari para muridnya.
Allamah Majlisi menyusun kitab ini menjadi 25 jilid berdasarkan 25 tema besar (belakangan kitab ini diterbitkan dengan cetakan edisi 110 jilid). Dalam tiap jilidnya terdapat tema-tema yang berhubungan dan terangkum dalam bab yang berbeda. Dalam menulis, Allamah memaparkan ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan tema beserta tafsirnya, kemudian ia mengutip hadis yang menyangkut bab tersebut.
Majlisi berusaha merangkum semua tema dan persoalan di dalam Bihār al-Anwār. Sebagai contoh, kompilasi ini memuat berbagai tema, mulai dari Kitab al-‘Aql wa al-Jahl, Tauhid, al-‘Adl, hingga sejarah Nabi. Jilid 15 hingga 53 dari edisi 110 jilid, khusus membahas tentang sejarah kehidupan dan keutamaan Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah az-Zahra Sa, dan para Imam Maksum As.
Bihār al-Anwār adalah kitab yang dibekali dengan bukti sanad yang kebanyakan diambil dari para Imam Maksum, babnya tersusun per tema, dilengkapi dengan banyak penjelasan riwayat, mengandung tinjauan ilmu kalam, sejarah, fikih, tafsir, ahlak, hadis dan bahasa. Hal tersebut menjadikan kitab ini bernilai istimewa bagi peneliti. Sejak disusun, awalnya Bihar al-Anwar banyak disalin dengan tulisan tangan. Dan seiring perkembangan industri percetakan, sebagian maupun keseluruhannya, kitab ini berkali-kali mengalami cetakan ulang.
Bihār al-Anwār banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan diterbitkan dengan edisi jilid terpisah. Terjemah terpopuler berjudul Mahdi Mau’ud Afs. Kitab ini adalah terjemahan Bihar al-Anwar jilid 13 dari edisi 25 jilid, temanya khusus tentang Imam Zaman, al-Mahdi Afs.
Biografi Penulis
Muhammad Baqir Bin Muhammad Taqi Bin al-Maqsud Ali al-Majlisi, yang dikenal dengan Allamah Majlisi atau Majlisi ke-2 (1037-1110 H), adalah diantara ulama, fakih, dan muhaddis tersohor dalam dunia Islam. Ia adalah pemilik kitab hadis Bihar al-Anwar dan ulama Syiah yang memiliki kedudukan dan pengaruh di era Dinasti Shafawiyah. Banyak sekali bidang ilmu yang dikuasainya, diantaranya, tafsir, hadis, fikih, ushul, sejarah, ilmu rijal, dirayah, filsafat, logika, tata bahasa, geografi, kedokteran, perbintangan dan kajian tentang hal gaib.
Latar Belakang Penulisan
Majlisi di dalam muqaddimah Bihar al-Anwar menyebutkan motivasinya dalam menulis Bihar al-Anwar: “Faktor yang mendorong penyusunan kitab ini adalah, karena saya sangat antusias mempelajari banyak ilmu. Setelah menghabiskan sebagian umur dalam berbagai ilmu dan pemikiran, dari situ saya mendapat kesimpulan bahwa ilmu itu hanya bisa diraih dari sumber wahyu dan riwayat Ahlul Bait As. Di akhirat nanti hanya ilmu itu yang bermanfaat. Karena itu saya menekuni hadis dan riwayat para Maksumin As.” [1]
Ia berusaha menggali referensi-referensi yang saat itu sudah mulai terlupakan dan banyak yang lenyap dikarenakan musuh Ahlul Bait As. [2]
Ia berkata, “Secara umum dan khusus, sampai sekarang belum ada kitab seperti ini yang ditulis. Belum ada seorang pun yang melakukannya sebelum saya. Semoga kitab ini bisa menjadi rujukan bagi para ulama dan penuntut ilmu, menjadi bahan penelitian bagi siapapun yang bergelut dengan ilmu para Imam Maksum As hingga munculnya Qaim Aali Muhammad Saw (al-Mahdi Af)." [3]
Teknik Penyusunan
Majlisi memutuskan untuk menulis Bihar al-Anwar sejak tahun 1070 H, tepatnya setelah menulis kitab Fihris Mushannifat al-Ashhab. Dalam kitab ini tertulis dimulai sejak tahun 1072 H. [4] Sedangkan draftnya selesai pada tahun 1104 atau 1106 H. Meski demikian, pengeditannya berlangsung hingga sepeninggal Allamah oleh para muridnya. [5]
Guna menyusun Bihar al-Anwar Majlisi mengutus murid-muridnya ke berbagai wilayah dan Negara. Mereka ditugaskan untuk mencari transkrip-transkrip riwayat yang ada. [6] Sebagai contoh, ia menyebutkan bahwa demi mendapatkan kitab Madinatul Ilmi karangan Ibnu Babawaih, yang diperkirakan berada di Yaman, ia rela mengutus rombongan dengan membawa banyak hadiah untuk penguasa wilayah itu supaya memperoleh kitab tersebut. [7]
Dalam menyusun Bihar al-Anwar, Majlisi dibantu oleh sebagian muridnya, diantaranya, Mirza Abdullah Afandi, Mir Muhammad Shalih Khatun Abadi, Mulla Abdullah Bin Nuruddin Bahraini, Sayyid Nikmatullah Jazairi dan Aminah Khatun, saudari Allamah Majlisi. [8]
Seluruh proses penyusunan sepenuhnya didominasi Majlisi. Para muridnya hanya bertugas mengumpulkan dan menulis ayat dan hadis sesuai rancangannya. Ia sendiri yang memilah dan mengatur seluruh matan dan sanadnya. [9] Namun proses penyempurnaan kitab ini, yaitu pengeditannya, dilakukan setelah wafat Majlisi oleh para muridnya. [10]
Majlisi memberikan judul di tiap jilid kitab, dan dalam tiap judulnya terdapat bab-bab. Ia memulai tiap bab dengan ayat Al-Qur’an, baik secara jelas maupun dengan bantuan penjelasan konteks sejarah, hadis atau tafsir sesuai tema. Kemudian ia mengutip pendapat para mufassir seperlunya (mayoritas Syaikh Thabarsi dan Fakhru Razi). Setelah itu ia memaparkan hadis-hadis yang sesuai tema beserta sanad dan urutan nomor. Kadang Ia hanya mengutip sebagian hadis, sedangkan lengkapnya ia taruh di bab yang lebih cocok (kadang ia menunjukkan asal kutipan hadis dalam kitab Bihar). Saat diperlukan ia juga memberikan beberapa penjelasan makna hadis. Penjelasan tersebut tidak terdapat dalam jilid-jilid yang telah diedit para muridnya.
Memang Majlisi dalam menyusun Bihar al-Anwar -yang saat itu ia telah melewati separuh umurnya dan berhasil mencapai level keilmuan tertinggi juga telah banyak melahirkan karya kitab- dibantu sebagian ulama. Dalam proses pengumpulan referensi juga mendapat dukungan dana dan fasilitas dari penguasa Shafawiyah. Namun sesuai yang tertulis dalam transkrip-traskrip dan data lainnya, pada hakikatnya pekerjaannya itu adalah misi pribadi.
Kedudukan Kitab
Bihar al-Anwar sebagai khazanah ilmu warisan Ahlul Bait As selalu memiliki peran penting dan kedudukan tinggi dalam lembaga keilmuan Syiah. Tehrani mengungkapkan, “Bihar al-Anwar adalah kitab yang luas yang mengandung hadis-hadis Ahlul Bait As. Tidak ada penelitian yang lebih baik dari itu. Perlu diketahui, baik dulu maupun nanti, tidak akan ada kitab yang bisa ditulis seperti ini”. [11]
Imam Khumaini Ra menulis, “Bihar al-Anwar adalah karya ulama dan muhaddis besar, Muhammad Baqir Majlisi, yang memuat sekitar 400 kitab dan risalah. Bihar al-Anwar sendiri adalah perpustakaan. Ketika penyusunnya menyaksikan banyak kitab hadis kecil yang hampir musnah karena berlalunya waktu, ia memutuskan untuk menyusun kitab ini.” [12]
Poin yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Bihar al-Anwar adalah, karena penyusun tidak banyak memakai Kutubu al-Arba’ah, dari segi fikih kitab ini jadi berkurang nilainya. Meskipun ia sangat menguasai banyak disiplin ilmiah, namun dalam pembahasan fikih ia tidak termasuk marja’ yang lazim.
Sebagaimana yang Allamah terapkan dalam menerangkan dan menjabarkan hadis, dalam mengahadapi paham Akhbari ia juga tidak bersikap keras. Ketika menghadapi permasalahan rasional ia menyelesaikannya dengan menggunakan pendekatan ilmu kalam, bukan dengan logika filsafat. Karena itu sebagian ulama Syiah menganggap keterangan dan poin yang disampaikan Allamah Majlisi itu tidak terlalu detail. [13]Sehingga sebagian penafsiran dan keterangan yang disampaikan Allamah Majlisi menyangkut riwayat Ahlul Bait, misalnya mengenai ruh, jiwa, akal dan sebagainya. itu menjadi bahan kritikan para ulama. Allamah Thabathabai menuliskan, “…cara hati-hati bagi pihak yang tidak menguasai pembahasan rasional adalah dengan berpegang pada dhahir al-Qur’an dan hadis kemudian menyerahkan hakikat pemahamannya kepada Allah. Tidak perlu masuk pembahasan tentang hal rasional”. [14]
Sayyid Muhsin Amin dalam kitab A’yan al-Syiah juga menulis, “Banyak penjelasan dan penafsiran yang disampaikan Allamah Majlisi mengenai hadis yang ia kutip itu kesannya ditulis dengan tergesa-gesa. Hal itu dapat mengurangi manfaat dan menimbulkan kekeliruan.” [15]
Referensi Bihar al-Anwar
Dalam permulaan kitab, Majlisi menyebutkan lebih dari 387 kitab referensi Syiah dengan menyantumkan 25 nama penulis. Sebagai bukti dan penguat riwayat Syiah, ia juga menggunakan referensi Ahlussunnah yang jumlahnya mencapai 85 kitab. Dalam menyusun Bihar al-Anwar ia juga menggunakan referensi bahasa beserta penjelasannya. Dalam menyusun kitab Majlisi menyebutkan nama-nama referensinya. [16]
Judul-judul Kitab
Berikut adalah judul-judul kitab Bihar al-Anwar berdasarkan cetakan edisi 25 jilid dan edisi 110 jilid:
1. (Jilid 1 dan 2) Kitab al-‘Aql wa al-Jahl. Tentang keutamaan ilmu, ulama dan tingkatannya. Juga membahas tentang ke-hujjahan hadis dan tidak diterimanya qiyas yang disertai dengan pengantar lengkap tentang referensi kitab. Ada 40 bab.
2. (Jilid 3 dan 4) Kitab al-Tauhid wa al-Sifat wa al-Asmaul Husna. Tentang tauhid dan Sifat-sifat Allah juga Asmaul Husna Dzat Allah. Ada 31 bab.
3. (Jilid 5-8) Kitab al-‘Adl wa al-Masyiah wa al-Iradah wa al-Qadha wa al-Qadar. Tentang Keadilan, Kemauan, Kehendak, qadha, qadar, hidayah, kesesatan, ujian, tabiat, perjanjian, taubat, sebab-sebab hukum, dan permulaan dan ahir kematian. Ada 59 bab.
4. (Jilid 9 dan 10) Kitab al-Ihtijajat wa al-Munazharat. Tentang berdalil dan berargumen. Ada 83 bab.
5. (Jilid 11-14) Kitab Fi Ahwal al-Anbiya wa wa Qashahsihim. Tentang para nabi dan keadaan mereka. Ada 82 bab.
6. (Jilid 15-22) Kitab Fi Ahwali Nabiyyina al-Akram Saw wa Ahwali Jumlatin Min Abaihi. Tentang Nabi Saw dan leluhurnya, penjelasan tentang hakikat mukjizat, mukjizat al-Qur’an, Abu Zar al-Gifari, Salman al-Farisi, Ammar, Miqdad dan sebagian pemuka lainnya. Ada 72 bab.
7. (Jilid 23-27) Kitab Fi Mushtarakat Ahwali al-Aimmah As. Tentang para Imam Maksum, syarat-syarat imam, otoritas imam, keutamaan imam dibanding para nabi terdahulu, pahala mencintai mereka, keutamaan keturunan mereka dan seklumit tentang perdebatan para ulama. Ada 150 bab.
8. (Jilid 28-34) Kitab Fi al-Fitan Ba’da al-Nabiyyi Saw. Tentang kerusuhan yang terjadi sepeninggal Nabi Saw, perihal para khalifah dan yang terjadi di masa mereka, perang Jamal, perang Shiffin, perang Nahrawan, rampasan Muawiyah di sekitar Iraq, tentang sebagian sahabat Amirul Mukminin As, syarah syair dan surat Imam Ali As. Ada 62 bab.
9. (35-42) Kitab Fi Ahwali Amiril Mukminin As Min Wiladatihi Ila Syahadatihi. Tentang Amirul Mukminin As sejak kelahiran hingga kesyahidannya, Abu Thalib ayah Imam Ali As dan keimanannya, para sahabat Amirul Mukminin dan riwayat tentang imamah para Imam Maksum As. Ada 128 bab.
10. (Jilid 43-45) Kitab Fi Ahwali Sayidah al-Nisa’ (Sa) wa al-Imamain al-Hasan al-Mujtaba wa Abi Abdillah al-Husain (As). Tentang Sayidah Fatimah Sa, Imam Hasan As, Imam Husain As, Kebangkitan Mukhtar al-Tsaqafi dan pembalasan peristiwa Karbala. Ada 50 bab.
11. (Jilid 46-48) Kitab Fi Ahwali al-Aimmah al-Arba’ah Ba’da al-Husain As. Tentang empat imam setelah Imam Husain As, yaitu Imam Ali Zainal Abidin As, Imam Muhammad al-Baqir As, Imam Ja’far al-Shadiq As, Imam Musa al-Kazim, dan tentang para sahabat dan para putra mereka. Ada 46 bab.
12. (Jilid 49-50) Kitab Fi Ahwali al-Aimmah al-Arba’ah Qabla al-Hujjah al-Muntadhar As. Tentang empat imam sebelum Imam Mahdi Afs, yaitu Imam Ali al-Ridha As, Imam Muhammad al-Jawad As, Imam Ali al-Hadi As, Imam Hasan al-Askari As dan tentang sebagian sahabt mereka. Ada 39 bab.
13. (Jilid 51-53) Kitab Fi Ahwali al-Hujjah al-Muntadhar As. Tentang Imam Mahdi Afs. Ada 36 bab.
14. (Jilid 54-63) Kitab Fi al-Sama’ wa al-‘Alam. Tentang langit dan bumi beserta kemunculannya, bagian-bagian alam seperti malaikat, jin, manusia, hewan, cara penyembelihan hewan, tentang makanan dan minuman, kitab pengobatan Nabi dan pengobatan al-Ridha. Ada 210 bab.
15. (Jilid 64-76) Kitab Fi al-Iman wa al-Kufr. Terbagi menjadi tiga bagian, pertama: tentang imam dan syaratnya, sifat-sifat dan keutamaan mukminin, keutamaan dan sifat orang Syiah. Kedua: tentang ahlak yang baik dan hal-hal yang bisa menyelamatkan manusia dari kehancuran dunia. Ketiga: tentang kekafiran dan ahlak buruk. Seluruhnya ada 108 bab.
16. (Jilid 77) Kitab al-Zai wa al-Tajammul Fi al-Adab wa al-Sunan. Tentang adab dan sunnah, hiasan dan riasan, kebersihan, penggunaan wewangian, menghidupkan malam, bepergian, larangan dan dosa-dosa besar. Ada 131 bab.
17. (Jilid 78-88) Kitab al-Raudhah. Tentang nasehat dan hukum. Ada 73 bab.
18. (Jilid 89-91) Kitab Fi al-Thaharah wa al-Shalah. Terbagi menjadi dua bagian, pertama: tentang kesucian, ini mencakup enam bab. Kedua: tentang shalat, ada 161 bab ditambah risalah Izahah al-‘Illah milik Syadzan Bin Jibrail al-Qomi.
19. (Jilid 92 dan 93) Kitab Fi Fadhail al-Qur’an wa al-Dzikr. Ada dua bagian, pertama: tentang keutamaan al-Qur’an, adab, pahala dan kemukjizatannya. Ada 130 bab. Kedua: tentang Dzikir dan macam-macamnya, adab dan syarat berdoa, hiriz, doa untuk rasa sakit, Shahifah Idris dan lainnya. Ada 131 bab.
20. (Jilid 94-96) Kitab Fi al-Zakah wa al-Shadaqah wa al-Khums wa al-Shaum. Tentang amalan-amalan sepanjang tahun. Ada 122 bab.
21. (Jilid 97-100) Kitab Fi al-Hajj wa al-‘Umrah. Tentang ibadah haji, umrah, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, dan tentang kota Madinah dsb. Ada 84 bab.
22. (Jilid 101) Kitab Fi al-Mazar. Tentang doa ziarah yang diriwayatkan dari para Imam Maksum As. Ada 64 bab.
23. (Jilid 102 dan 103) Kitab Fi al-‘Uqud wa al-Iqa’at. Tentang akad dan iqa’ah. Ada 130 bab.
24. (Jilid 104) Kitab al-Ahkam al-Syar’iyyah. Tentang hukum syariat dan diyyah. Ada 48 bab.
25. (Jilid 105-110) Kitab al-Ijazat. [17]
Penelitian tentang Bihar al-Anwar
Mu’jam Maudhu’i Bihar al-Anwar (ensiklopedia tematik Bihar al-anwar) adalah sebuah software yang dilengkapi fasilitas pencarian dengan 21929 kata kunci, 108710 indeks beserta 122919 tema yang diambil dari Bihar al-anwar. Software ini mampu mencari ibarat yang dimaksud melalui lis kata kunci. Karya terpenting dan termashur yang berkaitan dengan Bihar al-anwar adalah kitab Safinah al-Bahar, karya Syaikh Abbas al-Qomi.
Mustadrak, Mu’jam dan Fihris
1. Mustadrak Safinah al-Bihar, karya Ali Namazi Syahrudi.
2. Ma’alim al-Ibbar, Mustadrak jilid ke-17 karya Mirza Husain Nuri.
3. Mustadrak Mazar Bihar al-Anwar, karya Mirza Husain Nuri.
4. Riyadh al-Abrar, Mustadrak Ijazat Bihar al-Anwar.
5. Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfazh Abwab al-Bihar, karya Kazem Muradkhani.
6. Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfazh Ahadits Bihar al-Anwar, Karya Ali Reza Barazesh.
7. Fihris Ma Fi al-Bihar, karya Sayyid Muhammad Bin Ahmad Husain Lahijani.
8. Durar al-Akhbar, list seluruh jilid Bihar al-Anwar Sayyid Mahdi Bin Sayyid Fadhlullah al-Hijazi.
9. Mashabih al-Anwar, list seluruh jilid Bihar al-Anwar Mirza Muhammad Bin Rajab Ali Askari Tehrani.
Perbandingan dan Buku Panduan
1. al-Syafi Fi al-Jam’i Baina al-Bihar wa al-Wafi, oleh Muhammad Reza Ibnu Abdul Muthallib Tabrizi.
2. Al-Tahtbiq Baina al-Safinah wa al-Bihar, karya Sayyid Jawab Musthafa.
3. Miftah al-Albab Li Kitab al-Bihar, karya Syaikh Jawad Isfahani.
4. Mashabih al-Anwar, list seluruh jilid Bihar al-Anwar Mirza Muhammad Bin Rajab Ali Askari Tehrani.
5. Dalil al-Ayat al-Mufassirah wa Asma’ al-Suwar Fi Ahaditsi Bihar al-Anwar.
6. Moarefi wa Rawesh-e Istefadeh Az Bihar al-Anwar, karya Hasan Shafari Nadiri.
Penerjemahan
1. Terjemah jilid pertama oleh Syah Zadeh Sulthan Muhammad Biland Akhtar Hindi. [18]
2. Terjemah jilid kedua berjudul Jami’ al-Ma’arif . [19]
3. Terjemah berbahasa Persia dari jilid keenam oleh Haji Habibullah Muhsini Tehrani. [20]
4. Terjemah jilid kedelapan (Kitab al-Fitan) oleh Muhammad Nashir Bin Maula Abdullah, keponakan Majlisi. [21]
5. Terjemah jilid kedelapan, berjudul Majari al-Anhar Fi Tarjamati Tsamin al-Bihar, karya Muhammad Mahdi Bin Muhammad Syaikh Astar Abadi. [22]
6. Terjemah jilid kesembilan, oleh Agha Razi Bin Muhammad Nashir Bin Maula Abdullah Muhammad Taqi Isfahani. [23]
7. Terjemah jilid kesepuluh, oleh Mir Muhammad Abbas dan Mirza Muhammad Ali Mazandarani. [24]
8. Terjemah Hasan Hashrudi. [25]
9. Terjemah jilid ketiga belas, oleh Mirza Ali Akbar Arumi dan Hasan Bin Muhammad Wali Arumi. [26]
10. Terjemah jilid keempat belas, berjudul al-Sama’ wa al-Alam, oleh Agha Najafi Isfahani. [27]
11. Terjemah jilid kelima belas, oleh Azizullah Athari. [28]
12. Terjemah jilid ketujuh belas, berjudul haqaiq al-Asrar. [29]
Ringkasan
1. Durar al-Bihar, Maula Nuruddin Muhammad Bin Murtadha.
2. Anwar al-Bihar, Muhammad Bin Muhammad Hadi Naini.
3. Talkhish al-Bihar, Mirza Muhammad Shadiq Syirazi.
4. Hadiqah al-Azhar Fi Talkhish al-Bihar, Mirza Muhammad Bin Abdunnabi Naisyaburi.
5. Talkhish al-Anwar, Maula Muhammad Taqi yang dikenal dengan Agha Najafi Isfahani.
6. Talkhish al-Bihar, Mirza Ibrahim Bin Husain Bin Gaffar Donbali Khui.
7. Banadir al-Bihar, Faidh al-Islam.
8. Muntakhab Bihar al-Anwar, Muhammad Hadi Bin Murtadha Kasyani.
Cetakan
Cetakan pertama kali dikerjakan oleh Muhammad Husain Kampani, yang terkenal dengan cetakan Kampani, berjumlah 25 jilid. Kemudian dicetak ulang dengan edisi 110 jilid oleh Daru al-Kitab al-Islamiyah dan Alu al-Bait.
Catatan Kaki:
1. Bihar al-Anwar, jld. 1, hlm. 2.
2. Bihar al-Anwar, jld. 1, hlm. 3 dan 4.
3. Bihar al-Anwar, jld. 1, hlm. 6.
4. Lih. 255/103.
5. Amin, 183/9.
6. al-Kuna wa al-Alqab, jld. 3, hlm. 147.
7. Nuri, 33.
8. Zendegi-Nameh Allamah Majlisi, jld. 2, hlm. 226.
9. al-Mu’jam, 1/7,8.
10. A’yan al-Syiah, jld. 9, hlm. 183. Lu’lu’ al-Bahrain, hlm. 57.
11. Al-Dzari’ah, jld. 3, hlm. 16.
12. Kashfu al-Asrar, hlm. 319.
13. Allamah Thabathabai wa Majlisi wa Hadits ‘Aql wa Naql, Sayyid Muhammad Khamenei.
14. Bihar al-Anwar, jld. 1, hlm. 104.
15. A’yan al-Syiah, jld. 9, hlm. 183.
16. Bihar al-Anwar, jld. 1, hlm. 6-26.
17. Bihar al-Anwar, jld. 102, hlm. 37-44.
18. Al-Dzari’ah, jld. 4, hlm. 82.
19. Ibid, jld. 3, hlm. 18.
20. Ibid, jld. 4, hlm. 107.
21. Bihar al-Anwar, jld. 102, hlm. 57.
22. Al-Dzari’ah, jld. 3, hlm. 20. Jld. 4, hlm. 92.
23. Ibid, jld. 3, hlm. 20.
24. Ibid.
25. Bihar al-Anwar, jld. 102, hlm 60.
26. Al-Dzari’ah, jld. 3, hlm. 21.
27. Ibid.
28. Karya-karya telah tercetak Syaikh Azizullah Athari.
29. Al-Dzari’ah, jld. 3, hlm. 24.
Daftar Pustaka
1. Amin Amuli, Sayyid Muhsin, A’yanu al-Syiah, Bairut, Daru al-Ta’aruf, tanpa tahun.
2. Tehrani, Agha Bazorg, al-Dzari’ah Ila Tashanif al-Syiah, Bairut, Daru al-Adhwa’, 1389 Hs.
3. Qomi, Abbas, al-Kunya wa al-Alqab, Tehran, Maktab al-Sadr, 1359 Hs.
4. Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, Bairut, Muassasah al-Wafa’, 1403 H.
5. Al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Fadz Ahadits Bihar al-Anwar, Qom, 1413 H.
6. Mahdawi, Muslihuddin, Zendeqi-Nameh Allahmah Majlisi, Tehran, Sazeman Cab Va Entesyarat Va Vezarat-e Farhang Va Irsyad-e Islami, 1378 Hs.
(Liputan-Islam/Syiah-News/Wiki-Shia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email