“Ende ini kota yang aman, mas. Sebagai pendatang, saya sudah tinggal di sini selama 17 tahun. Orang di sini ramah-ramah. Jangan khawatir jika kita ingin keluar rumah jam 2 pagi, tak akan ada yang ganggu, mereka ramah apalagi kepada tamu.” Begitu kalimat yang disampaikan seorang perantau asal Minangkabau saat berbincang mengenai kerukunan umat beragama di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu lalu.
Penjelasan tersebut menjadi bukti nyata dari slogan yang terpampang saat Anda mendarat di Bandara H.Hasan Areobusman, Kota Ende. Slogan tersebut berbunyi “Ende, City of Tolerance and Harmony”.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende, Petrus Pedo Beke, mengatakan bahwa hubungan intra dan antar umat beragama yang rukun dan harmonis memang berjalan sudah mapan di kota yang pernah menjadi lokasi pengasingan Bung Karno itu. Hal tersebut bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari warga Ende yang terdiri dari berbagai macam agama namun dapat hidup dengan rukun dan damai.
Bahkan demikian rukun dan damainya, proklamator Indonesia, Bung Karno mendapat inspirasi untuk menyusun lima butir dasar negara Pancasila di kota ini. Ide tersebut lahir dari perenungan Bung Karno di bawah pohon sukun, tak jauh dari lokasi pengasingannya. Lokasi tersebut kini dilestarikan dalam bentuk Taman Renungan Bung Karno.
Kementerian Agama Kabupaten Ende sendiri telah menyusun sejumlah upaya untuk terus melestarikan kehidupan umat beragama yang rukun dan damai di kota rahim Pancasila itu. Setiap Rabu pagi, secara rutin dihelat kajian masing-masing agama untuk seluruh pegawai di kantor Kemenag setempat. Bagi pegawai yang beragama Islam, diselenggarakan taushiyah rutin dengan pembicara berasal dari penyuluh agama, pengawas, pegawai seksi Pendidikan Islam,
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, dan lain sebagainya. Demikian pula untuk pegawai yang beragama lain dilaksanakan pendalaman agama setiap Rabu pagi. Tradisi positif itu sudah dilaksanakan sejak tahun 2012. “Dan satu bulan sekali, silaturahminya digabung untuk seluruh agama” ujar Petrus. Ditambahkannya, hal lain yang menjadikan kota Ende sangat rukun, adalah ketaatan pada nilai-nilai adat istiadat. “Barangkali penduduk Ende berbeda agama, tetapi mereka punya satu rumah adat yang sama, seluruhnya bermuara di Musalaki (rumah adat Ende yang mengandung nilai filosofis)”. Nilai-nilai tradisi, sambung pria kelahiran 29 Desember 1959 itu, punya peran penting dalam menyatukan masyarakat Ende.
“Terdapat tiga pimpinan masyarakat yang ditaati warga, yaitu unsur pemerintah, agama, dan adat. Unsur adat menjadi pemersatu dari perbedaan di tengah-tengah masyarakat” sambungnya.
Selain itu, peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kabupaten Ende juga cukup kuat. Pemuka Agama secara intensif melakukan pembinaan kepada masyarakat, sehingga di seluruh Kabupaten Ende tidak ditemukan adanya aliran sempalan dari seluruh agama.
“FKUB memiliki jadwal pertemuan khusus, yaitu hari kamis pekan kedua setiap bulannya,” terang Pria yang telah mengabdi sebagai ASN sejak 1981 itu.
Tak jarang, FKUB turun ke kampung dan sekolah-sekolah untuk berdialog dalam rangka mencegah terjadinya potensi konflik antar warga.
Sementara itu, masyarakat juga turut aktif dalam menjaga kerukunan dengan dibentuknya sejumlah perkumpulan seperti Forum Pemuda Lintas Agama, Forum Pedagang Lintas Agama, Forum Perempuan Lintas Agama, dan lain-lain. Keramahan dan toleransi masyarakat Ende juga bisa dirasakan langsung melakukan kunjungan ke kota itu. Seluruh warga, baik anak-anak, orang tua, dan remaja tak sungkan menyapa dengan ramah saat melintas di depan mereka.
Di Kabupaten Ende saat ini terdapat 80 orang Penyuluh Agama Islam, 60 orang Penyuluh Agama Katholik, Lima Penyuluh Agama Kristen, dan satu orang Penyuluh Agama Hindu. Dari Seluruh penyuluh tersebut, hanya dua orang penyuluh agama Islam yang berstatus PNS.
Terkait lembaga pendidikan Islam, selain Pesantren Walisongo yang cukup dikenal oleh warga setempat, juga terdapat tiga Madrasah Ibtidaiyah Negeri, tiga Mts Negeri dan satu Madrasah Aliyah Negeri.
Untuk diketahui, berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pemeluk agama Islam di Kabupaten Ende pada tahun 2010 adalah 73.949 jiwa, yang hidup di tengah mayoritas pemeluk agama Katholik yang mencapai angka 181.627 jiwa. Selain itu, juga terdapat 5155 pemeluk agama Kristen dan 366 umat Hindu.
Sumber: kemenag.go.id
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email