Pesan Rahbar

Home » » Propaganda Sesat Wahabi; Saudi Akan Selamatkan Ekonomi Indonesia Dari Cina

Propaganda Sesat Wahabi; Saudi Akan Selamatkan Ekonomi Indonesia Dari Cina

Written By Unknown on Wednesday, 1 March 2017 | 15:52:00


Rencana lawatan Raja Arab Saudi, al-Malik Salman bin Abdulaziz al-Saud, bikin heboh. Para pendukungnya dari Islam Wahabi bersorak sorai. Bahkan ada yang bikin meme: “Raja akan datang bawa duit US$25 miliar, pinjaman tanpa bunga, untuk bebaskan Indonesia dari jerat utang Cina dan komunisme.”

Angka US$25 miliar disiarkan oleh istana sebagai ekspektasi investasi. Tiba-tiba disulap oleh kaum Wahabi dengan opini seolah-olah Raja dan rombongannya bawa uang untuk dipinjamkan ke Indonesia agar terbebas dari gurita komunisme.


Sebelum tambah keblinger, saya ingin mengajak publik menggunakan nalar dan akal sehat.

1. Investasi itu beda dengan utang/pinjaman. Kalau utang, ada bunga. Kalau investasi, ada hasil. Namanya yield atau ROI (return on investment).

Dalam bahasa Arab, investasi disebut istitsmâr. Asal katanya tsamar/tsamrah, artinya buah. Istitsmâr berarti mengharap buah atau hasil. Tidak ada orang mau nanam kalau tidak ada hasil untuk dipanen. Itu hukum besi ekonomi.

Kalau Arab Saudi punya rencana investasi, pasti mengharap hasil. Pemerintah pantas mengharap kenaikan nilai investasi Arab Saudi yang terbilang rendah.

Menurut BKPM, Arab Saudi adalah investor Indonesia peringkat ke-57, dengan nilai investasi hanya US$900 ribu atau sekira Rp 11,97 miliar.

Jumlah ini sangat kecil, tidak sepadan dengan devisa haji dan umrah yang disumbangkan Indonesia ke Arab Saudi.


2. Di tengah kondisi ekonomi Kerajaan yang sulit, apa mungkin Indonesia berharap nilai investasi Arab Saudi bisa tembus US$25 miliar atau sekitar Rp332 triliun?

Sebagaimana diketahui, jatuhnya harga minyak dan anggaran perang telah membuat ekonomi Arab Saudi limbung. Minyak menyumbang lebih 75% penerimaan Kerajaan. Begitu harga minyak terpuruk di bawah US$100 per barel, Arab Saudi bersama Venezuela, Nigeria, Rusia, dan Irak paling terpukul.

Meski biaya produksi minyak di tempat mereka rendah, negara-negara tersebut butuh harga minyak tinggi untuk menopang APBN.

Anjloknya harga minyak membuat APBN Arab Saudi defisit sebesar SAR 366 miliar pada 2015 dan SAR 297 miliar pada 2016. Jumlah itu setara dengan Rp 1.062 triliun.

Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan fiskal Kerajaan, antara lain dengan memangkas subsidi energi, memotong gaji pegawai, memangkas belanja modal, utang kepada asing, dan melepas saham Saudi Aramco.

Pada akhir 2016, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Arab Saudi berutang kepada asing dan memperoleh dana segar sebesar US$175 miliar.

Arab Saudi juga akan melepas saham Saudi Aramco, mesin utama ekonomi kerajaan, dalam IPO yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

Economic Times menyebut, lawatan yang dilakukan oleh Raja Salman ke Asia antara lain bertujuan untuk mencari calon pembeli 5% saham Saudi Aramco dalam rencana IPO terbesar dalam sejarah.

Perihal Saudi Aramco, menarik untuk dibahas secara terpisah.


3. Dari kaca mata ini, agak menggelikan propaganda pendukung Wahabi bahwa mereka akan membantu perekonomian Indonesia dari cengkeraman Cina dengan pinjaman tanpa bunga.

Arab Saudi justru tengah menggalang dana untuk menyelamatkan perekonomian Kerajaan.

Bagaimana dengan investasi? Investasi jelas berbeda dengan pinjaman. Investasi tidak harus dilakukan oleh Pemerintah.

Fiskal Kerajaan yang tengah berdarah-darah tidak berarti Arab Saudi miskin. Uang yang dipegang para pengeran masih sangat besar.

Ekspektasi investasi hingga US$25 miliar bisa dilakukan oleh para pengeran. Artinya pakai dana di luar APBN. Dikabarkan Raja Salman mengajak serta 25 pangeran dalam lawatan ke berbagai negara Asia, termasuk Indonesia.

Belum diketahui apakah al-Waleed bin Talal, pangeran superkaya dengan total harta mencapai US$28 miliar (+ Rp 372 triliun), ikut serta dalam rombongan.

Keponakan Raja Salman ini telah bertemu Presiden Jokowi pada 22 Mei 2016, difasilitasi oleh Dubes Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel.

Jika dihitung, harta pangeran terkaya Arab ini jauh lebih besar ketimbang total nilai pasar Freeport-McMoRan yang berkisar US$21,8 miliar.

Dari para pengeran superkaya inilah nilai investasi Arab Saudi diharapkan bisa meningkat. Sekali lagi ekspektasi! Mereka belum tentu mau investasi.

Rencana investasi yang sudah clear hanya upgrading kilang Cilacap sebesar US$6 miliar.


Nah, di sinilah perlunya Raja Salman meyakinkan para pangeran itu bahwa Indonesia layak sebagai tujuan investasi.

Namun, mengglorifikasi kedatangan beliau dan rombongan bak pahlawan sembari menjelek-jelekkan pemimpin sendiri bukanlah bentuk terbaik dari sikap warga negara terhormat, bukan berlagak seperti orang Indonesia yang ‘ngampet’ ingin jadi warga negara Arab Saudi.

(Arrahmah-News/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: