Diriwayatkan bahwa Khalifah Ali datang ke rumah salah seorang sahabatnya di Basrah. Namanya Ala’ bin Ziyad al-Haritsi. Setelah menengok rumahnya yang sangat besar, beliau berkata: “Apa yang engkau lakukan dengan rumah yang sangat besar seperti ini? Di dunia ini? Sedangkan di akhirat engkau lebih membutuhkan rumah yang luas. Jika engkau mau, engkau dapat mencapai akhirat dengan rumah yang besar ini. Jamulah tamu-tamu dan kuatkanlah silaturahmi di rumah ini. Dengan demikian engkau dapat mencicipi akhirat dengan rumah ini.”
Wahai Amirul Mukminin, kata Ala’ bin Ziyad, “Aku ingin mengadukan kepadamu tentang saudaraku, Ashim bin Ziyad.”
“Ada apa dengan dia?,” tanya Sang Khalifah.
“Dia selalu berselimut dan tidak peduli dengan urusan dunia,” jawab Ala’.
“Suruh dia kemari,” pinta Khalifah.
Ketika Ashim datang kepadanya, beliau berkata: “Wahai orang yang memusuhi dirinya sendiri, engkau dibuat gila oleh perbuatanmu yang jelek. Tidakkah engkau kasihan kepada keluarga dan anakmu? Apakah engkau berpendapat bahwa Allah menghalalkan hal-hal yang baik untukmu, sementara Dia membencimu untuk memanfaatkan hal-hal baik itu?”
“Wahai Amirul Mukminin, tuan sendiri berpakaian kasar dan makanan tuan adalah makanan yang tidak enak.”
Ali menjawab, “Aku tidaklah sama denganmu. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada pemimpin-pemimpin yang adil supaya mengukur dirinya dengan orang paling lemah di antara rakyatnya, agar orang-orang yang fakir tidak merasa menderita (dan berkecil hati) dengan kefakirannya.”
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email