Anies Baswedan mendapatkan pertanyaan mengenai alasan lengser dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Pertanyaan itu disampaikan saat Anies Baswedan bertemu pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) dalam acara Rembuk bersama Cagub DKI di Hotel Grand Sahid Jakarta, Selasa (10/1/2017).
Ketua Iluni UI, Arief Budhy Hardono menanyakan hal tersebut karena menurutnya penting untuk melihat rekam jejak Anies Baswedan.
"Kenapa Bang Anies dalam tanda kutip dipecat jadi menteri? Apakah karena prinsip, pencapaian, atau apa? Ini sangat penting karena kita kan akan melihat Bang Anies sebagai calon gubernur Jakarta dan harus melihat track record terakhirnya," kata Arief Budhy Hardoyo.
Anies mengatakan pertanyaan tersebut bukan kali ini saja dilontarkan kepadanya. Hingga kini ia tidak mengetahui alasan pencopotan tersebut karena itu merupakan hak Prerogatif presiden.
"Pertama kenapa diberhentikan jadi menteri, dan jawabannya wallahu alam," kata Anies.
Selain tidak tahu Anies mengaku tidak mau menanyakan alasan pencopotan tersebut. Selain merupakan hak prerogatif presiden, ia ingin menjaga adab ketimuran Indonesia.
"Kenapa saya tidak tanya (alasan pencopotan), yang sedang berbicara adalah seorang kepala negara berbicara dengan menteri di sebuah negara. Dan saya ingin menjaga adab," kata Anies.
Anies kemudian menjawab keputusan pencopotan dirinya yang disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara, Pratikno saat itu.
Atas keputusan tersebut Anies mengaku berterima kasih telah diberikan kesempatan masuk jajaran kabinet kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Dua tahun ini adalah kehormatan bagi saya," katanya.
Anies mengatakan tidak mempermasalahkan pencopotan dirinya sebagai menteri. Menjadi pembantu presiden menurutnya adalah sebuah amanah dan pengabdian.
Ketika sudah tidak menjadi menteri ia dapat mengabdi untuk bangsa dan negara melalui cara lain.
"Karena prinsip saya di sini senang, di sana senang. Mau ditugasin di mana saja saya siap. Keputusan itu adalah keputusan yang membebaskan buat saya. Karena kemudian saya bisa kembali melakukan begitu banyak aktivitas," kata Anies.
Ada informasi mengenai kinerjanya yang buruk selama menjadi menteri, Anies mengatakan sebaiknya menilainya secara objektif dan berdasarkan data.
Menurut Anies selam dua tahun masa jabatannya rapor Kementerian Pendidikan positif.
"Boleh cek di dalam sejarah kemendikbud, kapan pernah pelaksanaan program sampai 94 persen. Ya Alhamdulillah terlaksana di tahun 2015 ke 2016. Kemudian yang kedua adalah perbaikan tata kelola," kata Anies.
Anies menilai pencopotan dirinya lebih karena faktor politis. Lantaran jabatan menteri adalah jabatan politis bukan profesional.
"Kalau profesional, maka ukurannya kinerja profesional. Menteri adalah posisi politis. Karena itu pertimbangan presiden tentu pertimbangan politis. Dan itu harus kita maklumi," ujar dia.
*****
Baca:
Ini alasan Presiden Jokowi copot Menteri Anies Baswedan
Anies Baswedan. (Foto: merdeka.com/arie basuki)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk Muhajir Effendi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anies Baswedan. Anies dicopot dari kabinet kerja lantaran tak melakukan gebrakan yang cepat selama menjabat sebagai Mendikbud.
"Pak Anies juga bekerja dengan baik, tapi tentunya ada ekspektasi yang diinginkan Presiden dan Wapres ke depan ini yang mungkin berbeda," ungkap Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (27/7).
Menurut Pramono, Anies menyambut baik atas perombakan kabinet jilid II ini. Hal ini diketahui setelah Presiden memanggil belasan menteri terkait pada Selasa (26/7) malam.
"Alhamdulillah semua menteri bisa menerima dengan baik," jelasnya.
Politisi PDIP ini melanjutkan, Presiden berharap perombakan kabinet kerja jilid II ini bisa memberi perubahan dalam roda kepemimpinan Jokowi. Presiden tak ingin ada kegaduhan yang terjadi di jajaran menteri seperti perseteruan antara Menteri ESDM Sudirman Said dengan Menko Kemaritiman Rizal Ramli.
"Harapannya dengan komposisi dan tim yang baru mudah-mudahan orkestra kabinet kerja ini bisa lebih baik dan juga mengurangi hal yang pernah terjadi sebelumnya," ujarnya.
Beraninya Mendikbud Anies membangkang perintah Jokowi
Anies Baswedan. (Foto: Merdeka.com/Imam Buhori)
Kabar reshuffle kabinet jilid II pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali berhembus kencang. Perombakan kabinet kerja diprediksi kuat akan dilakukan dalam hitungan hari.
Kuatnya sinyal reshuffle seiring dengan larangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada semua menterinya untuk tidak meninggalkan Ibu Kota, Jakarta. Para menteri kabinet kerja diminta untuk tetap berada di Jakarta dalam sepekan ini. Instruksi Presiden Jokowi itu disampaikan langsung oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Para menteri harus tetap berada di Jakarta dari tanggal 25 Juli hingga 29 Juli 2016. Alasan normatifnya, dalam kurun waktu sepekan ini, Presiden Jokowi mengagendakan sidang paripurna kabinet yang wajib dihadiri semua menteri.
"Iya benar (informasi itu)," singkat sumber tersebut saat dikonfirmasi merdeka.com, Minggu (24/7).
Para menteri pun mematuhi instruksi Presiden, terkecuali Mendikbud Anies Baswedan. Anies Baswedan justru terlihat 'keluyuran' di Sulawesi Selatan. Pagi hingga siang Anies Baswedan hadir dalam kegiatan pembukaan jumpa, bhakti dan gembira (Jumbara) Nasional VIII Palang Merah Remaja (PMR) di Bukit Perkemahan Balocci Tonasa I, Kabupaten Pangkep, Sulsel, Selasa (26/7).
Hajatan nasional lima tahunan ini dibuka oleh Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla pukul 09.00 WITA. Selain Anies, acara tersebut turut mengundang Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Namun hingga kegiatan berakhir, dua menteri tersebut tidak tampak batang hidungnya. Hanya Menteri Anies yang terlihat duduk di deretan depan panggung utama.
Sebelum tamu atau undangan lain beranjak dari lokasi kegiatan, Anies terlebih dulu turun dari panggung utama. Tak ayal, dia pun menjadi buruan jurnalis yang berkali-kali meminta tanggapannya soal larangan instruksi Presiden Joko Widodo itu. Anies Baswedan enggan beri komentar.
Berkali-kali Anies lolos dari kepungan jurnalis. Dia hanya menyambut pertanyaan dengan senyum hingga akhirnya berlalu dan melanjutkan kegiatannya di Desa Maccini Baji, Kecamatan Labbakkang, Kabupaten Pangkep bersama rombongan Wapres JK untuk melakukan penanaman pohon mangrove secara simbolis.
Dipecat Dari Kursi Menteri, Bukti Anies Tak Bisa Kerja Dengan Baik
Tahun 2016 yang lalu, Anies Baswedan terkena gelombang reshuffle dari Kabinet Indonesia Kerja Jilid 1. Anies dipecat oleh Presiden Joko Widodo dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI.
Awalnya saya menyayangkan langkah Presiden Jokowi yang memecat Anies. Waktu itu, menurut saya Anies adalah orang baik yang mempunyai pembawaan lugu dan bertanggung jawab dalam mengemban tugas jadi Mendikbud RI.
Namun saya baru tahu, setelah glagat Anies yang berambisi jadi Gubernur. Itu saya baru bisa menyimpulkan bahwa Anies adalah sesosok orang gila jabatan.
Ya betul, Anies merupakan sesosok yang gila jabatan. Dipecat dari kursi Menteri turun kelas mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta melawan pasangan Ahok-Djarot. Ia berpasangan dengan pengusaha kaya, Sandiaga Salahudin Uno.
Analisa saya begini, mungkin Pakdhe Jokowi dari awal sudah mengamati glagat mencurigakan dari seorang Anies. Yang selalu mengampanyekan dirinya sendiri dilingkungan pendidikan, dan Anies terbukti kerjanya nol besar alias tidak mampu membawa kemajuan untuk dunia pendidikan di Indonesia.
Pantas saja Pakdhe Jokowi memecatnya, lha memang dia tak becus kerja. Buat apa juga dipertahankan kalau tak mampu membawa kemajuan untuk dunia pendidikan kita. Alhasil terbongkar sudah ia sebenarnya musuh dalam selimut.
Jadi Menteri saja gagal, lha kok sekarang memaksakan diri ingin menjadi Gubernur. Bahhhh, Anies memang sangat ambisius. Saking ambisiusnya bisa jadi kalau ia jadi Guberbur ia juga berkeingininan menjadi Presiden. Alamakkkk, tinggi sekali mimpinya. Dan lucunya ia sekarang diusung oleh partainya Prabowo.
Anies yang dulu habis-habisan menyerang Prabowo, ehhhh malah, dia sekarang diusung oleh partainya Prabowo. Seperti kata pepatah, Anies seperti menjilat ludahnya sendiri. Ludah yang sudah ia keluarkan, bahkan sudah kotor ia jilat lagi dan jilat lagi sampai kelihatan bersih.
Dasar Anies orang yang tak tau malu, tak punya idealisme, ibarat pengemis takut lapar. Kalau saya jadi Anies, ogah ah gue diusung partainya Prabowo yang dulu waktu Pilpres pernah ia serang habis-habisan.
Saya tak rela jika Anies menang. Karena saya yakin seyakin yakinya Anies tak akan berani menghadapi mafia APBD. Yang ada ia malah dikendalikan mafia-mafia itu. Apalagi ada Haji Lulung, bahhhh, bisa-bisa Anies bisa kencing berdiri.
“Pak Anies APBD 70 Triliun itu besar lho Pak, apa Pak Anies yakin mampu mengelolanya, apa Pak Anies yakin dengan APBD sebesar itu Bapak bisa mensejahterakan rakyat Ibu Kota Jakarta, hmmm saya rasa jadi Gubernur di Jakarta butuh mental baja Pak, menurut saya hanya Pak Ahok Pak yang mampu”.
“Baiknya Pak Anies jadi motivator menggantikan Mario Teguh diacara Golden Ways Metro TV, mumpung masih kosong Pak belum ada yang mengisi, Pak Anies sangat berpeluang dan cocok menggantikan peran Mario Teguh”.
Atau lebih strategisnya Anies kembali mengajar jadi Dosen. Itu lebih realistik dan masuk akal mengingat latar belakang Anies yang mantan Rektor Universitas Paramadina dan juga mantan Mendikbud yang gagal.
Tapi konon katanya Anies mampu meraih jabatan Rektor tanpa melalui prosedur alias pakai cara KKN. Dengar-dengar juga sih Anies sebelum jadi Rektor, belum pernah jadi dosen. Makkk jlebbb, jelas keliahatan curangnya jika itu memang benar terjadi.
Kalau jadi rektor saja bisa main curang, apalagi ambisi jadi Gubernur. Mungkin segala cara bisa ia pakai untuk menang dipertarungan putaran kedua bulan April mendatang.
Dengar-dengar baru-baru ini Anies juga ada ketemu dengan Ketua KPUD DKI Jakarta. What? Apa kira-kira yang mereka bahas? Semoga saja mereka berdua tidak merencanakan kecurangan.
Melakukan Hal Yang Ceroboh saat Masih Menjabat Menteri
Dan hampir saja sewaktu masih jadi Menteri, Anies melakukan tindakan yang ceroboh. Saat itu ia menganggarkan 23 Triliun rupiah untuk tunjangan profesi Guru. Jangan-jangan ia ingin menarik simpati dari Guru, biar dibilang Anies pro guru. Eallahhh ketahuan deh kampanyenya.
Untungnya Pak Jokowi memecatnya, kelebihan anggaran 23 Triliun alhasil terselamatkan. Bisa untuk dianggarkan untuk program yang lain.
“Pak Anies, saya ucapkan selamat bertarung dengan Pak Ahok diputaran kedua, anda harus sportif jangan suka main isu SARA ya”.
Warga Jakarta tentukan pilihan anda. Ingat, pilih Gubernur jangan coba-coba.
Bagaimana Menurut Anda?
(Tribun-News/Merdeka/Detik-News/Seword/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email