Pesan Rahbar

Home » » Siswa SMA Taruna Nusantara Yang Tewas Dibunuh Ternyata Anak Jenderal TNI

Siswa SMA Taruna Nusantara Yang Tewas Dibunuh Ternyata Anak Jenderal TNI

Written By Unknown on Saturday 1 April 2017 | 20:37:00

Prosesi pemakaman siswa SMA Taruna Nusantara di tempat pemakaman Giriloyo, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (31/3/2017) malam.

Krisna Wahyu Nur Ahmad, siswa SMA Taruna Nusantara Magelang Jawa Tengah yang tewas di kamar B2 barak G17 pada Jumat (31/3/2017) dini hari, lahir dan besar di Jakarta.

Anak pasangan almarhum Kartoto dan Umi Isnaningsih ini merupakan bungsu dari empat bersaudara.

Kakak pertama Krisna, Adam Gaga Pranolo masih kuliah di Jakarta, sedangkan kakak kedunya Karina Cahya bekerja di Palembang.

"Kakak ketiganya kelas dua di sekolah yang sama dengan Mas Krisna," kata Wawan Setiawan (25), pekerja di Jalan Sumarsana nomor 12 RT 3/4 Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jumat (31/3/2017).

Wawan tak begitu mengenal Krisna karena jarang datang ke rumah orangtuanya yang saat ini dihuni pamannya.

Krisna tinggal bersama ibunya di Kompleks Hankam nomor 26, Kelapa Dua, Jakarta.
"SD sampai SMP memang di Jakarta, baru SMA-nya di Magelang," kata Wawan.
Sepengetahuan Wawan, Krisna bercita-cita mengikuti jejak ayahnya sebagai tentara atau polisi. Inilah alasan Krisna masuk SMA Taruna Nusantara Magelang.
"Alamarhum ayahnya itu pangkat terakhir Mayjen," kata Wawan.

Saat ditemukan ada luka tusuk benda tajam di leher Krisna. Kematian korban menyebar melalui pesan singkat.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang siswa SMA Taruna Nusantara Magelang meninggal di kamar asrama, tepatnya Barak G17 Kompleks SMA Taruna Nusantara Magelang, Jumat, (31/3/2017) sekitar pukul 04.00 WIB.

Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Djarod Padakova mengatakan, hingga berita ini ditulis, belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan.
Belum diketahui pula jumlah pelaku pembunuhan itu tunggal atau berkelompok.

"Kami masih menunggu hasil tes dna pelaku. Data-data sudah kami kirim ke Jakarta tadi sore," terangnya, saat ditelepon Tribunjateng.com, pukul 21.45 WIB.

Pihaknya sudah memeriksa 16 orang saksi.

Kasub Bid Dokpol Bid Dokkes Polda Jateng AKBP Summy Hastry Purwanti mengungkap korban meregang nyawa lantaran kehabisan darah.

Hasil autopsi, di leher korban terdapat luka tusukan benda tajam sedalam 10 centimeter.

"Benda tajam yang digunakan pelaku adalah pisau dapur," ungkap AKBP Summy.
Menurutnya, korban meninggal sekitar pukul 03.00 WIB.
Dalam olah tempat kejadian perkara (TKP), korban diketahui meninggal di tempat tidur.
Inilah Dugaan Siapa Pelaku Pembunuhnya

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto mengatakan, Polres Magelang telah memeriksa sejumlah saksi terkait pembunuhan siswa SMA Taruna Nusantara Magelang, Krisna Wahyu.

Sebagian dari mereka merupakan para siswa yang bersekolah di sana.

"Beberapa siswa diperiksa, ada indikasi yang menjurus ke arah pelaku," ujar Rikwanto di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat (31/3/2017).

Polisi juga menggeledah barak di komplek SMA Taruna Nusantara. Rikwanto mengatakan, ditemukan sebilah pisau di lemari salah satu siswa.

Namun, masih didalami apakah pisau itu merupakan senjata untuk membunuh korban.

"Diduga kuat (pelaku) dari rekannya sendiri," kata Rikwanto.
Krisna ditemukan tewas pada pukul 04.00 WIB, di tempat tidurnya. Ia tampak berlumuran darah dengan luka tusuk di bagian leher.

Polres Magelang dibantu Polda Jawa Tengah langsung memeriksa kondisi korban dan melakukan visum.

Krisna ditemukan tewas pada hari Jumat (31/3) pagi pukul 04.00 di barak Graha 17 kamar 2B komplek SMA TN Mertoyudan Magelang. Dari informasi yang dihimpun, Krisna pertama kali ditemukan oleh seorang Pamong 17, Pamong saat itu membangunkan siswa untuk melaksanakan ibadah salat subuh.

Namun masih ada satu siswa yang belum bangun dan tidur tertutup selimut. Setelah dibuka, siswa yang tertutup selimut tersebut adalah Krisna. Saat itu Krisna dalam kondisi bersimbah darah.

Saat ditemukan posisi korban tidur membujur ke arah selatan, kepala menghadap ke timur dengan tangan di bagian dada. Sementara kaki kanan menekuk dan sebagian kaki tertutup selimut.

Siswa kelahiran Jakarta 14 tahun yang lalu ini diketahui berasal dari keluarga militer. Ayahnya dari informasi yang didapatkan, adalah seorang Jenderal, yakni Brigjen TNI (Purn) Kartotok.

Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono dalam keterangannya di Mapolres Magelang pada Jumat (31/3) mengatakan di tubuh korban ada luka tusuk dan terbuka di bagian leher, diduga akibat senjata tajam dengan panjang luka 10 sentimeter dan dalam dua sentimeter.

"Korban diketemukan sudah meninggal dunia dengan luka pada leher," ujar Kapolda.

Pihak keluarga korban menyerahkan kasus tewasnya Krisna kepada pihak kepolisian. Hal itu diungkapkan oleh seorang kerabat korban, Dudung Abdurrahman yang ditemui seusai proses pemakaman.
"Ya saya serahkan kepada pihak yang berwajib, sudah ditangani oleh pihak yang berwajib," ujarnya singkat.

Dalam keterangan di Mapolres Magelang, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono mengatakan ada beberapa bukti yang diamankan dari TKP.

Satu dari beberapa bukti itu adalah pisau dapur. Kuat dugaan pisau itu yang digunakan untuk membunuh korban, pisau ditemukan di kamar mandi, tepatnya di dalam bak penampungan air closet. Selain pisau, polisi juga mengamankan pakaian.

"Kita juga angkat tempat membuang pisau, airnya juga kita angkat juga, di buang di situ. Kemudian percikan darah di TKP juga kita ambil," ujar Kapolda.
Polisi juga mengamankan celana yang terdapat percikan darah. Celana itu diduga adalah milik pelaku yang membunuh Krisna.

"Kemudian ada baju, ada celana yang ditemukan di tempat sampah juga kita ambil. Jadi baju celana yang diluar kita ambil," lanjutnya.

Setelah kejadian, polisi melakukan olah TKP di Komplek SMA Taruna Nusantara. Awalnya ada 12 saksi yang diperiksa, delapan siswa dan empat pamong. Jenazah diautopsi di RSUD Tidar Magelang.

"Didoakan saja karena ini kasus yang memprihatinkan kita semua ya, kita ikut berduka semua, karena korban masih anak anak. Masih usia 15 tahun," ujar Kapolda.

(Tribun-Jabar/Kompas/Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: