Pesan Rahbar

Home » » Qori Dan Hafiz Cacat Netra Afghan: Keberkahan Kehidupan Saya Dari Keakraban Dengan Al-Quran dan Salat Awal Waktu

Qori Dan Hafiz Cacat Netra Afghan: Keberkahan Kehidupan Saya Dari Keakraban Dengan Al-Quran dan Salat Awal Waktu

Written By Unknown on Thursday, 4 May 2017 | 19:10:00


Edukasi al-Quran kepada orang lain merupakan hal yang paling indah dan digemari dan al-Quran memiliki banyak pengaruh dalam kehidupan saya; saya memiliki dua orang putra dan saya sangat puas dengan mereka dan keberkahan hidup saya merupakan hasil keakraban dan keharmonisan dengan al-Quran dan salat awal waktu.

Wali Mohammad Amiri, qori dan hafiz cacat netra dari Afghanistan saat wawancara dengan IQNA mengatakan, saya berumur 47 tahun dan 28 tahun saya aktif dalam kancah al-Quran.

"Saya tinggal di Herat dan saya hanya memiliki pendidikan al-Quran; saya mengetahui ilmu qiraat al-Quran, tartil, tajwid, suara, nada dan hafalan,” imbuhnya.

Amiri mengatakan, saya tidak bisa membaca dan menulis dan saya hanya memiliki pengetahuan membaca al-Quran; saya mulai menghafal al-Quran sedari umur 16 tahun. Saya merampungkan hafalan al-Quran selama 3 tahun dan setelah itu saya mulai menimba tajwid, suara, dan nada disertai dengan qiraat al-Quran.

Ia menambahkan, saya mempelajari al-Quran secara khusus dari sejumlah guru di Herat. Pada tahun 1368 saya berpartisipasi dalam musabaqoh al-Quran Masyhad dan dalam jurusan qiraat saya meraih juara kelima dan pada tahun itu juga dengan hadir dalam musabaqoh internasional Tehran, saya berhasil menyabet juara keempat dalam jurusan hafalan 20 juz.

"Kami dari tahun 71 mulai melakukan kegiatan al-Quran di Herat dan sampai sekarang kami memiliki 60 hafiz seluruh al-Quran dan 200 hafiz 20 juz dan 15 juz dan kami mendidik lebih dari 300 orang dari putri, yang hafiz 15 juz, 10 juz, dan 5 juz,” lanjut Amiri.

Ia menambahkan, mulanya saya sendiri memulai mengajar al-Quran, sekarang ini juga kami mendidik sejumlah pengajar, yang mengajar para qori dan para hafiz di Darul Quran Shadiqiyyah, Jamiatul Quran Muhammadi dan markas Jibril.

Amiri mengatakan, saya juga memiliki markas al-Quran dan sibuk mengajar di situ. Dalam markas ini pengajaran kami adalah pertama-tama kami mulai mengajar juz 1, dan kemudian mengajar bacaan al-Quran dan cara mudah membaca al-Quran, kemudian tajwid, tartil, suara, nada dan setelah itu juga kami mengajar cara menghafal al-Quran.

"Mengajarkan al-Quran kepada orang lain amatlah indah dan menyenangkan, dan al-Quran memiliki banyak pengaruh dalam kehidupan saya; saya memiliki dua orang putra, saya sangat puas dengan mereka dan keberkahan kehidupan saya didapat dari keakraban dan keharmonisan dengan al-Quran dan salat awal waktu,” ujarnya.

Qori dan hafiz al-Quran ini menambahkan, sekarang ini di Herat kami mengajarkan al-Quran dengan metode klasik, dan itu dikarenakan tidak adanya fasilitas dan juga tidak adanya pengajar, dan jika tidak maka metode-metode modern akan lebih berpengaruh dan lebih sukses.

"Saya sangat berterimakasih kepada Republik Islam Iran karena penyelenggaraan musabaqoh al-Quran khusus para tunanetra dunia Islam, yang menjadi perintis kecintaan dan keintiman antar komunitas Qurani dari pelbagai negara,” ucapnya. Qori dan hafiz cacat netra ini menambahkan, kebutaan adalah keterbatasan, namun Alhamdulillah saya dapat menghafal dan membaca al-Quran. Pesan saya kepada para tunanetra lain adalah hendaklah mereka membaca al-Quran dan menghafal, dimana cahaya al-Quran akan mengurangi batasan kebutaan.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: