Ketua Majelis Spiritual Muslim Rusia Albir Krganov mengatakan media harus berhati-hati menggunakan kata ‘Islam’ ketika melaporkan berita yang berkaitan dengan ‘Islamis’, ISIS, ‘gerakan jihad’, dan ‘Islamofasisme’. Hal ini diungkapkan pada Forum Internasional “Wartawan Negara-negara Muslim Melawan Ekstremisme” di Moskow, Rusia.
“Saya khawatir bahwa media dapat menjadi ‘boneka’ organisasi-organisasi esktremis. Lalu, bagaimana kita bisa melindungi wartawan dari pengaruh tersebut? Kita perlu membuat satu standar dan meningkatkan kualifikasi. Kami siap untuk membuat proposal yang sesuai,” tutur sang ulama, seperti yang dilansir Rosmuslim dan dikutip indonesia.rbth.com, 30/4.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Leonidovich juga mengemukakan pentingnya peran wartawan dalam melawan penyebaran paham-paham radikal.
“Wartawan dari negara-negara muslim memiliki peran penting dalam melawan penyebaran paham-paham radikal. Oleh karena itu, Kementerian Luar Negeri Rusia secara aktif akan bekerja sama dengan wartawan-wartawan muslim baik dari dalam maupun luar negeri,” tutur Leonidovich.
Seperti diketahui, di tengah maraknya aksi teror atas nama Islam yang berdampak Islamophobia khususnya di Barat, Rusia telah dapat memandang umat Islam lebih objektif. Bagi Presiden Rusia Vladimir Putin misalnya, umat Islam tidak bisa dipandang “satu warna” sedemikian sehingga generalisasi bahwa setiap Muslim membenarkan terorisme tidak benar.
“Islam tradisional merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual Rusia,” kata Putin pada pembukaan Masjid Agung Moskow beberapa waktu lalu.
Putin menekankan bahwa selama berada-abad lamanya, ‘tradisi Islam telah berkembang di Rusia’ dan pemerintah akan terus membantu pengembangan teologi Islam. Ucapan Putin tersebut secara tidak langsung mencerminkan posisi resmi pemerintah Rusia yang menilai bahwa Islam merupakan agama yang cinta damai dan bersahabat yang tidak ada sangkut pautnya dengan pemahaman sesat kelompok radikal atau teroris.
Bahkan, pada konferensi pers yang berlangsung 23 Desember lalu, Putin mengatakan bahwa ia menentang penggunaan kata ‘Islam’ dan ‘teror’ secara bersamaan. Namun menariknya, kategori Islam yang disebut Putin ialah “Islam tradisional”.
Istilah ini sebenarnya telah digunakan sejak tahun 1990-an yang mengacu pada bentuk Islam yang tertulis dalam sejarah Rusia. ‘Islam tradisional’ dinilai memiliki pandangan keislaman yang moderat, bersahabat dan serta setia konstitusi negara setempat.
“Istilah ini digunakan secara luas, tetapi sulit untuk mengartikannya karena memiliki sejumlah konotasi,” kata website resmi Rusia, rbth.com, menjelaskan “Islam Tradiosional”.
Baik otoritas sekuler maupun perwakilan para ulama muslim Rusia, mereka menentang perkembangan ‘Islam radikal’ yang berpotensi membahayakan dan memprovokasi umat Islam untuk melakukan aksi terorisme. Selain menjunjung tinggi toleransi, ‘Islam tradisional’ tak hanya berpedoman pada Al-Qur’an, tetapi juga pada tradisi Muslim yang hidup rukun secara berdampingan antarumat beragama.[]
(Ros-Muslim/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email