Pesan Rahbar

Home » » Kapolri: Masalah Etnisitas dan Agama Makin Mengeras Belakangan Ini

Kapolri: Masalah Etnisitas dan Agama Makin Mengeras Belakangan Ini

Written By Unknown on Thursday, 4 May 2017 | 18:19:00


Kepala Kepolisian RI Jendral Tito Karnavian tak memungkiri adanya sejumlah peristiwa yang memunculkan potensi ancaman terhadap kebhinekaan akhir-akhir ini. Peristiwa ini, menurut Tito juga mencakup situasi politik yang sempat memanas menjelang Pilkada DKI beberapa waktu silam.

“Beberapa waktu belakangan primordialisme terlihat semakin menguat dengan mengerasnya masalah-masalah kesukuan, etnisitas, dan agama. Kita perlu memikirkan apakah ini akan mengancam kebhinekaan dan konsep NKRI kita atau hanya sebagai riak-riak yang tidak perlu dikhawatirkan,” kata Tito ketika berkunjung di Universitas Gadjah Mada seperti dilansir portal resmi UGM, 26/4.

Terkait persoalan ini, ia mengajak masyarakat untuk kembali kepada nilai demokrasi yang didasarkan pada Pancasila, sesuai dengan nilai persatuan yang dijunjung oleh para pendiri negara.

Selain itu, ia juga mengangkat isu mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini tengah berada dalam posisi yang baik. Ia menyebutkan prediksi yang menyatakan bahwa jika pertumbuhan Indonesia tetap stabil atau meningkat maka dalam beberapa tahun mendatang Indonesia dapat mencuat menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Meski demikian, menurutnya, upaya untuk mencapai posisi tersebut bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

“Tahun 2035 Indonesia bisa jadi kekuatan ekonomi nomor 5 dunia, bahkan tahun 2045 Indonesia menjadi nomor 4 mengalahkan India. Tapi, syaratnya untuk mencapai itu harus bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dan ada stabilitas politik ekonomi, dan keamanan,” jelasnya.

Sementara itu, Guru Besar UGM, Sutaryo dan Hardyanto Soebono menyebut pentingnya menegakkan kembali nilai-nilai Pancasila yang tidak boleh hilang di tengah arus perubahan zaman. Untuk menjaga semangat ini, diperlukan perhatian dan peran serta dari segenap masyarakat serta aparat pemerintah.

Seperti diberitakan Islam Indonesia sebelumnya, Tito mengakui, peran para ahli agama sangat diperlukan untuk membantu pemerintah menghadapi kelompok ekstremisme. Pasalnya, penyebaran paham ekstrem kerap dilakukan melalui narasi ideologi dengan mengutip ayat-ayat kitab suci yang multitafsir.

Dia mencontohkan konsep Islam Nusantara di kalangan Nahdlatul Ulama merupakan salah satu contoh ideologi tandingan. Jika dilakukan secara intensif, kata Tito, maka konsep Islam Nusantara mencegah upaya memunculkan potensi ancaman kebhinekaan.

“Bisa juga dengan penyebaran ideologi tandingan contoh Islam Nusantara. Ini yang harus intens karena Islam Nusantara itu kan moderat dan berlandaskan kearifan lokal,” tutur Tito.

Namun, Tito menyayangkan penyebaran ideologi tandingan tersebut terkendala dengan adanya fenomena silent majority. Meski kelompok moderat jumlahnya banyak, tetapi mereka cenderung diam ketika menemukan paham radikalisme menyebar di masyarakat.[]

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: