Dikisahkan, Nashruddin sangat menyayangi anak kecil; dia selalu berkumpul dan bermain bersama mereka. Apabila menemui kesulitan, mereka datang padanya dan mengutarakan masalahnya.
Suatu ketika, mereka berselisih dalam menerima manisan buah pala yang dibagikan Nashruddin. Karena itu, mereka datang padanya dan berkata, “Bagikanlah manisan pala itu kepada kami.” Nashruddin menjawab, “Kalian meminta bagian dari pemberian Allah atau bagian dari pemberian hamba?”
Dengan polos, mereka menjawab pertanyaan Nashruddin itu, “Ya, kami menginginkan bagian dari pemberian Allah.” Maka, Nashruddin pun membagikan manisan pala itu kepada mereka. Ada yang diberi dua telapak tangan penuh, ada yang satu telapak tangan, ada yang diberi beberapa biji, dan ada pula yang hanya diberi satu biji manisan pala, bahkan ada juga yang tidak diberi sama sekali. Mereka tidak mengetahui hikmah dibalik pembagian Nashruddin ini. Mereka lalu berkata, “Tidak adil … Pembagian macam apa ini?”
Nashruddin pun menjawab, “Wahai anak-anakku, kita tak perlu pergi jauh untuk menyelesaikan masalah ini, kita hanya perlu melihat contoh saja sekaitan dengan masalah yang terjadi di antara kita. Ayah Badi’ Affandy sangat kaya dan merupakan orang yang terpandang di negeri ini. Dia hidup sejahtera; semua keluarga dan anaknya hidup berkecukupan dan bahagia. Adapun Sananuddin, dia orang kecil dan sangat miskin, keluarganya hidup dalam kesusahan, bapak dan ibunya sakit, sehingga dia tidak dapat bekerja. Adapun keluarga Husammudin tidak demikian. Masing-masing kalian memiliki keadaan yang berbeda. Adapun keadaan kakekmu ini berbeda dengan mereka semua. Inilah, wahai anak-anakku, pembagian Allah Swt.”
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email