Pesan Rahbar

Home » » Uno Dan Jomblo

Uno Dan Jomblo

Written By Unknown on Monday, 8 May 2017 | 13:53:00

Sandiaga Uno dan Nur Asia

Sandiaga Uno, wakil Gubernur terpilih, punya gagasan yang menarik, karena aneh, lucu, dan keliru.

Maksud saya dalam hubungannya dengan jomblo.

Ia punya ide agar RPTRA dijadikan arena untuk “taaruf” (bahasa Arab yang artinya, kalau tak salah, “berkenalan”) bagi para jomblo di Jakarta. Gagasan ini jelas keliru. RPTRA — singkatan dari Ruang Publik Terpadu Ramah ANAK — adalah ruang yang disediakan buat anak-anak di kampung-kampung untuk bermain, berolahraga terbatas (pingpong, futsal), membaca, dan berkreasi.

Saya pernah bersama para arsitek muda (yang mendesain area dan bangunan RPTRA) mengunjungi tempat-tempat itu. Umumnya disesuaikan dengan kebutuhan kampung, yang di Jakarta ini rata-rata padat. Bahkan ada RPTRA yang didirikan di bawah jalan layang, saking kurangnya ruang di kampung. Luas standar bangunannya cuma 144 m2.

Gagasan asli Nyonya Veronica Ahok, isteri Gubernur (yang sebentar lagi lengser) ketika minta bantuan para arsitek buat merancang area itu adalah buat memberi penduduk di daerah berpenghasilan rendah sebuah ruang yang asyik dan edukatif terutama untuk anak-anak mereka.

Maka yang akan kita temukan di 188 buah RPTRA rata-rata adalah: sebuah perpustakaan kecil, sebuah ruang buat bermain kreatif (logo, misalnya), tempat pingpong, ayunan, luncuran, dan hal-hal lain yang khas buat anak-anak umur 5 sampai 12 tahun. Tentu ada ibu dan bapak dan kakak-kakak di sana, sebab ruang itu terbuka.

Tapi saya tak melihat bagaimana para jomblo — umumnya tentu sudah di atas 25 tahun, bahkan ada yang di atas 50 tahun, misalnya Jend. Prabowo — bisa “taaruf” di situ. Kecuali kalau mereka bisa bersuka cita dengan main prosotan.

Lebih dari itu saya juga khawatir: andai RPTRA-RPTRA itu dipergunakan para jomblo yang sedang ingin dapat pasangan, akan di mana lagi tempat anak-anak kampung menikmati ruang terbuka dengan aneka kesempatan bermain?

Sandiaga Uno agaknya belum pernah ke pelosok-pelosok itu, hingga dia mengira RPTRA itu seperti Kalijodo. Kalijodo yang luas itu memang sebuah RPTRA, tapi itu perkecualian….

Sandiaga Uno, wakil gubernur terpilih, berjanji akan sediakan Kartu Jakarta Jomblo. Ini gagasan orisinil — setahu saya, di seluruh dunia, baru dia administrator kota abad ke-21 yang berniat mengurus jomblo di kotanya seperti mengurus yatim piatu.

Gagasan Sandiaga juga, jika dilihat alasannya, cukup hmmmm….

Sebagaimana dikutip wartawan Hary Lukita Wardani dari detikNews, dengan Kartu Jakarta Jomblo, Sandiaga menemukan satu solusi untuk mencegah populasi Jakarta menurun.

Ajaib. Dulu, gubernur yang mengagumkan itu, Ali Sadikin, ikut mempelopori Keluarga Berencana sebelum Pemerintah Pusat, di bawah Suharto, berani melakukan itu untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk. Ali Sadikin cemas, penghuni akan berjejal dan Jakarta akan meledak; segala usaha pelayanan publik akan tak memadai.

Hampir dua dasawarsa kemudian, ledakan itu terbukti bukan khayal. Menurut Taimur Samad, ekonom Bank Dunia yang mempunyai data mutakhir, penduduk Jakarta akan jadi 16 juta di tahun 2020. Berarti penduduk akan bertambah 7 juta, hampir 50%. Dan itu belum termasuk penduduk di wilayah penunjang kota ini.

Pertumbuhan penduduk Jakarta adalah 3,7%. Antara 2000 dan 2010 Jakarta menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat ketimbang kota-kota lain di Asia Timur, kecuali RRT. Dengan kata lain, tidak ada tendensi jumlah penduduk menurun.

Saya duga Sandiaga Uno tak membaca statistik Jakarta; atau ia punya biro statistik rahasia. Yang pasti, ia menyimpulkan pendapatnya dengan melihat pengalaman Singapura.

Saya tak habis pikir, apa yang terjadi dengan Wakil Gubernur kita ini. Sebab umumnya mahasiswa ilmu sosial tahun pertama pernah baca mengapa penduduk kota seperti Singapura turun. Setidaknya ia tahu — bila ia tidak terlalu bodoh — bahwa tak pernah didapatkan korelasi antara turunnya tingkat pertambahan penduduk dengan…. jumlah jomblo dalam populasi.

Dengan atau tanpa problem jomblo, dalam catatan asosiasi walikota sedunia, Jakarta termasuk kota paling padat di dunia, lebih padat ketimbang Kairo dan Mexico City.

Jangan-jangan Kartu Jakarta Jomblo, alias KJJ, tidak akan ada gunanya, kecuali untuk sedikit lelucon. Jangan-jangan…

Sumber: Facebook Goenawan Mohamad

(Gerilya-Politik/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: