Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang bernama Al Farah. Tidak seorang pun memasuki pintu itu kecuali orang-orang yang membuat anak-anak gembira.”
Nabi Muhammad Saw adalah teladan sempurna bagi umatnya, akhlak beliau kepada anak-anak adalah salah satu hal yang patut diteladani kalangan orang tua.
Rasulullah selalu dekat dengan anak-anak. Banyak hadits yang menceritakan perlakuan utama nabi kepada anak-anak. Bahkan Nabi selalu memposisikan dirinya bak anak kecil saat bermain dengan cucunya.
Berikut lima akhlak Nabi terhadap anak-anak:
1. Bersahabat dengan anak.
Menjadi sahabat bagi anak adalah hal utama dalam mendidik anak. Kedekatan ini jitu membuat anak terbuka dan banyak belajar dari orang tuanya.
Dengan ajaran yang dekat antara orang tua dan anak, kasih sayang pun bisa dirasakan langsung oleh anak. Bahkan kita diharuskan bersikap kekanak-kanakan saat bermain dengan anak.
2. Memuliakan dan menyayangi mereka.
Secara alamiah, anak menginginkan untuk dimuliakan dan disayangi. Dalam pendidikan Islam, sampai usia tujuh tahun anak bak raja yang semestinya diperlakukan istimewa.
Tak jarang Rasulullah ketika pulang dari bepergian, yang pertama beliau jumpai adalah anak-anak dan mengusap kepala mereka.
3. Mengucapkan salam pada anak-anak.
Mengucap salam pada anak-anak adalah pendidikan akhlak yang utama. Karena dengan mengucap salam kala bersua, kita mengajarkan doa keselamatan bagi anak dan mengajarkan cinta kasih sayang.
4. Bersikap adil dalam menyayangi.
Menyayangi anak adalah yang sangat ditekankan dalam pendidikan Islam, namun berlebihan dan berlaku tidak adil dalam menyayangi malah membahayakan.
Bersikap adil dalam pembagian di antara anak-anak merupakan pendidikan langsung agar anak belajar untuk adil dan berlaku seimbang. Rasulullah Saw biasanya mendahulukan anak perempuan saat membagi sesuatu ke kalangan anak-anak.
5. Menepati janji.
Anak ketika dijanjikan sesuatu oleh orang tuanya, akan selalu diingat dan ditagih. Maka jangan sekali-kali mengingkari janji.
Jikalah ada janji karena suatu hal yang membuat janji tersebut sulit ditepati, pandai-pandailah memberikan alasan sehingga anak memahami ketidaktepatan janji, dan tetap memenuhinya di lain waktu.
Karena janji kepada anak adalah pelajaran menanamkan kepercayaan, maka jangan sekali-kali merenggut kepercayaan mereka kepada orang tua dan melanggar janji.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email