Pesan Rahbar

Home » » “Pelaku Teror Non-Kelompok Lahir Akibat Terjebak di Dunia Maya”

“Pelaku Teror Non-Kelompok Lahir Akibat Terjebak di Dunia Maya”

Written By Unknown on Wednesday 5 July 2017 | 03:23:00


Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto, pelaku teror yang berinisiatif sendiri (Lone Wolf) adalah orang-orang yang pemahamannya terjebak dalam dunia maya. Hal ini disampaikan Sang Menteri menyusul aksi penusukan kepada personil polisi di Jakarta yang diduga dilakukan atas inisiatif sendiri.

“Orang-orang yang terjebak oleh pengaruh internet, menjadi Lone Wolf, jadi aksi terornya bukan bagian dari suatu jaringan, tapi atas insiatif sendiri,” kata Wiranto seperti dilansir tribunnews, 3 Juli.

Selain memperkuat via Undang-Undang, Wiranto bilang harus melibatkan masyarakat. “Dengan memberdayakan mereka untuk masuk ke jaringan ‘early warning system (red: sistem peringatan dini),” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius, pelaku teror ‘lone wolf’ ini bisa direkrut dari mana saja. Selama masih ada media komunikasi seperti sinyal seluler.

“Kan online mana ada sekat kita online, semua masuk, sepanjang ada sinyal,” kata Suhardi di Jakarta Pusat, (3/7).

Saat ini di berbagai tempat yang digerakkan kelompok teror adalah simpatisan. Mereka kemudian beraksi dan disebut sebagai ‘lone wolf’. Pada umumnya ‘lone wolf’ belum pernah mendapat pelatihan khusus. Mereka hanya terinspirasi melalui propaganda berlabel agama di dunia maya.

Ulama senior KH Ahmad Mustafa Bisri juga mengaku prihatin, belakangan ini banyak orang tidak punya pengetahuan agama yang bagus, hanya bermodal browsing google, tapi ceramah ke mana-mana termasuk menyampaikan ‘perintah jihad’. “Kalau tidak kita antisipasi, hal demikan itu bisa sesat-menyesatkan,” kata ulama yang akrab disapa Gus Mus itu.

Apalagi, Gus Mus memandang bahwa saat ini teknologi informasi di media online dan media sosial justru dikuasai “kelompok-kelompok yang tak memahami dan menguasai agama secara mendalam”. “Itu Masya Allah. Jadinya kacau semua,” kata Mustofa Bisri dalam sebuah pengajian di Semarang.

Mantan rais am PBNU ini mencontohkan, begitu orang membuka mesin pencari di Internet seperti Google mengenai tanya jawab tentang hukum tertentu, maka yang pertama sekali muncul justru dari orang-orang yang tidak jelas. Kata dia, banyak sekali situs-situs berisi agama Islam yang tidak memahami agama secara mendalam. “Dia tidak mudheng (paham), tapi dia menguasai IT (informasi dan teknologi),” kata Gus Mus.

Tak heran gerakan Islam radikal seperti kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dapat ditemukan pengikutnya di Indonesia. “ISIS payu (terjual) di Indonesia itu keterlaluan,” katanya

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: