Mantan Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Nayif dikurung dalam istananya sendiri dan tidak boleh meninggalkan negara Kabah itu.
Selasa malam pekan lalu ribuan jamaah memadati Masjid Al-Haram di Kota Makkah, Arab Saudi. Bersebelahan dengan masjid paling disucikan oleh kaum muslim sejagat itu - selain Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem - kesibukan terlihat di Istana Ash-Shofa.
Istana Ash-Shofa, biasa diinapi Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz, malam itu sehabis tarawih akan menggelar rapat superpenting. Komite suksesi beranggotakan 34 orang bakal memilih putera mahkota baru atau calon penerusa Raja Salman.
Tidak diketahui mulai jam berapa pertemuan darurat itu digelar. Juga tidak ada penjelasan apakah Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Nayif, akan dilengserkan, ikut hadir.
Hingga akhirnya kabar mengagetkan itu muncul Rabu dini hari pekan lalu waktu setempat. Sejatinya, kejutan tersebut sudah diperkirakan banyak pihak sejak dua tahun lalu, namun tetap saja informasi itu menghebohkan penduduk negara Kabah itu, termasuk ribuan yang menanti Lailatul Qadar di Masjid Al-Haram.
Dalam rapat itu, 31 dari 34 anggota komite suksesi mendukung Pangeran Muhammad bin Salman menjadi putera mahkota, menggeser abang sepupunya, Pangeran Muhammad bin Nayif. Keponakan Raja Salman berumur 57 tahun itu juga dicopot dari jabatannya sebagai menteri dalam negeri, digantikan oleh keponakannya baru berusia 33 tahun, Pangeran Abdul Aziz bin Saud bin Nayif.
Itulah puncak dari seteru dua calon penguasa negeri Dua Kota Suci. Tapi perseteruan tidak berhenti sampai di situ. Surat kabar the New York Times melaporkan Pangeran Muhammad bin Salman, 31 tahun, memerintahkan Pangeran Muhammad bin Nayif dikurung dalam istananya sendiri di Kota Jeddah.
Pangeran Muhammad bin Nayif juga dilarang meninggalkan Arab Saudi. Para pengawal pribadinya juga sudah digantikan dengan pasukan setia kepada putera mahkota baru, Muhammad bin Salman.
"Itu sebuah isyarat Muhammad bin Salman tidak ingin ada satu pun oposisi,"kata seorang pejabat senior Amerika Serikat. "Dia tidak mau Muhammad bin Nayif merencanakan kudeta."
Bila kabar ini benar, kian menunjukkan makin meruncingnya intrik dalam lingkungan istana Saudi. Muhammad bin Salman memang perlu membatasi pergerakaan kakak sepupunya itu saat dia mesti memperkuat basis dukungan di Ibu Kota Riyadh.
Laporan tersebut juga membantah informasi digaungkan media-media di Arab Saudi, Muhammad bin Nayif ikhlas digeser oleh putra kesayangan pamannya itu. Dalam tayangan televisi saat pemberian baiat di Istana Ash-Shofa di Kota Makkah, Rabu pekan lalu, Muhammad bin Salman berlutut dan mencium tangan kakak sepupunya itu saat meminta sokongan. "Saya setia dan siap mendukung Anda," kata Muhammad bin Nayif.
Ketika Muhammad bin Salman menjadi menteri pertahanan, Muhammad bin Nayif menjabat menteri dalam negeri selama lima tahun, sehingga memberi dia kesempatan membangun basis dukungan di semua badan keamanan dalam negeri Arab Saudi.
Muhammad bin Nayif juga teman dekat Amerika Serikat karena pernah bekerja sama erat dengan pemerintah Amerika dalam memerangi jaringan Al-Qaidah, sehabis serangan 11 September 2001.
Sejumlah pejabat Amerika marah melihat bagaimana Muhammad bin Nayif diperlakukan: dicopot dari posisi putera mahkota tanpa upacara dan kemudian disekap dalam istananya sendiri.
"Muhammad bin Nayif adalah teman dan rekanan hebat Amerika, kami tidak mau melihat dia diperlakukan secara tidak elegan atau tidak pantas," ujar seorang pejabat Amerika kepada the New York Times.
Menurut seorang mantan pejabat Amerika masih berhubungan dekat dengan keluarga kerajaan, pengekangan juga dilakukan terhadap para putri dari Pangeran Muhammad bin Nayif. Seorang anak perempuan dari Pangeran Muhammad bin Nayif tidak diizinkan keluar rumah, hanya suami dan anaknya saja yang boleh.
Seorang warga Saudi akrab dengan keluarga kerajaan bilang pembatasan-pembatasan itu langsung berlaku tidak lama setelah Pangeran Muhammad bin Salman ditetapkan sebagai putera mahkota.
Setelah pengumuman menyakitkan itu, Pangeran Muhammad bin Nayif langsung kembali ke istananya di Jeddah. Namun dia menemukan para pengawal setianya sudah digantikan dengan pasukan loyal kepada Pangeran Muhammad bin Salman. Sejak saat itulah, dia dilarang keluar dari istananya sendiri.
Rabu dinihari pekan lalu adalah puncak perseteruan antara anak dan keponakan dari Raja Salman. Dan sudah bisa ditebak sejak dua tahun lalu, putra kesayangan sang raja menjadi pemenang.
(The-New-York-Times/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Pangeran Muhammad bin Nayif berbaiat kepada penggantinya sebagai Putera Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman, di Istana Ash-Shofa di Kota Makkah, Arab Saudi, 21 Juni 2017. (Foto: Arab News)
Selasa malam pekan lalu ribuan jamaah memadati Masjid Al-Haram di Kota Makkah, Arab Saudi. Bersebelahan dengan masjid paling disucikan oleh kaum muslim sejagat itu - selain Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem - kesibukan terlihat di Istana Ash-Shofa.
Istana Ash-Shofa, biasa diinapi Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz, malam itu sehabis tarawih akan menggelar rapat superpenting. Komite suksesi beranggotakan 34 orang bakal memilih putera mahkota baru atau calon penerusa Raja Salman.
Tidak diketahui mulai jam berapa pertemuan darurat itu digelar. Juga tidak ada penjelasan apakah Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Nayif, akan dilengserkan, ikut hadir.
Hingga akhirnya kabar mengagetkan itu muncul Rabu dini hari pekan lalu waktu setempat. Sejatinya, kejutan tersebut sudah diperkirakan banyak pihak sejak dua tahun lalu, namun tetap saja informasi itu menghebohkan penduduk negara Kabah itu, termasuk ribuan yang menanti Lailatul Qadar di Masjid Al-Haram.
Dalam rapat itu, 31 dari 34 anggota komite suksesi mendukung Pangeran Muhammad bin Salman menjadi putera mahkota, menggeser abang sepupunya, Pangeran Muhammad bin Nayif. Keponakan Raja Salman berumur 57 tahun itu juga dicopot dari jabatannya sebagai menteri dalam negeri, digantikan oleh keponakannya baru berusia 33 tahun, Pangeran Abdul Aziz bin Saud bin Nayif.
Itulah puncak dari seteru dua calon penguasa negeri Dua Kota Suci. Tapi perseteruan tidak berhenti sampai di situ. Surat kabar the New York Times melaporkan Pangeran Muhammad bin Salman, 31 tahun, memerintahkan Pangeran Muhammad bin Nayif dikurung dalam istananya sendiri di Kota Jeddah.
Pangeran Muhammad bin Nayif juga dilarang meninggalkan Arab Saudi. Para pengawal pribadinya juga sudah digantikan dengan pasukan setia kepada putera mahkota baru, Muhammad bin Salman.
"Itu sebuah isyarat Muhammad bin Salman tidak ingin ada satu pun oposisi,"kata seorang pejabat senior Amerika Serikat. "Dia tidak mau Muhammad bin Nayif merencanakan kudeta."
Bila kabar ini benar, kian menunjukkan makin meruncingnya intrik dalam lingkungan istana Saudi. Muhammad bin Salman memang perlu membatasi pergerakaan kakak sepupunya itu saat dia mesti memperkuat basis dukungan di Ibu Kota Riyadh.
Laporan tersebut juga membantah informasi digaungkan media-media di Arab Saudi, Muhammad bin Nayif ikhlas digeser oleh putra kesayangan pamannya itu. Dalam tayangan televisi saat pemberian baiat di Istana Ash-Shofa di Kota Makkah, Rabu pekan lalu, Muhammad bin Salman berlutut dan mencium tangan kakak sepupunya itu saat meminta sokongan. "Saya setia dan siap mendukung Anda," kata Muhammad bin Nayif.
Ketika Muhammad bin Salman menjadi menteri pertahanan, Muhammad bin Nayif menjabat menteri dalam negeri selama lima tahun, sehingga memberi dia kesempatan membangun basis dukungan di semua badan keamanan dalam negeri Arab Saudi.
Muhammad bin Nayif juga teman dekat Amerika Serikat karena pernah bekerja sama erat dengan pemerintah Amerika dalam memerangi jaringan Al-Qaidah, sehabis serangan 11 September 2001.
Sejumlah pejabat Amerika marah melihat bagaimana Muhammad bin Nayif diperlakukan: dicopot dari posisi putera mahkota tanpa upacara dan kemudian disekap dalam istananya sendiri.
"Muhammad bin Nayif adalah teman dan rekanan hebat Amerika, kami tidak mau melihat dia diperlakukan secara tidak elegan atau tidak pantas," ujar seorang pejabat Amerika kepada the New York Times.
Menurut seorang mantan pejabat Amerika masih berhubungan dekat dengan keluarga kerajaan, pengekangan juga dilakukan terhadap para putri dari Pangeran Muhammad bin Nayif. Seorang anak perempuan dari Pangeran Muhammad bin Nayif tidak diizinkan keluar rumah, hanya suami dan anaknya saja yang boleh.
Seorang warga Saudi akrab dengan keluarga kerajaan bilang pembatasan-pembatasan itu langsung berlaku tidak lama setelah Pangeran Muhammad bin Salman ditetapkan sebagai putera mahkota.
Setelah pengumuman menyakitkan itu, Pangeran Muhammad bin Nayif langsung kembali ke istananya di Jeddah. Namun dia menemukan para pengawal setianya sudah digantikan dengan pasukan loyal kepada Pangeran Muhammad bin Salman. Sejak saat itulah, dia dilarang keluar dari istananya sendiri.
Rabu dinihari pekan lalu adalah puncak perseteruan antara anak dan keponakan dari Raja Salman. Dan sudah bisa ditebak sejak dua tahun lalu, putra kesayangan sang raja menjadi pemenang.
(The-New-York-Times/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email